Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH DIAGNOSA KLINIK

“PEMERIKSAAN MATA DAN TELINGA”

Disusun Oleh :

Titah Sepdina Husna 175130100111001


Fajar Lazuardi Bestari 175130101111004
Yustia Nurholizah 175130101111012
Kelompok 9
2017 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa
tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
proses yang sistematis untuk pengumpulan data dalam mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam
medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakan diagnosis
dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi,
beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi (Manalu,2015).

Terdapat empat metode dalam pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan


langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan
mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan untuk
mengkaji atau menilai pasien, lalu terdapat metode Palpasi, yaitu menyentuh atau
merasakan dengan tangan, adalah langkah kedua pada pemeriksaan pasien dan
digunakan untuk menambah data yang telah diperoleh melalui inspeksi sebelumnya,
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh secara
ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau
udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang suara yang
berjalan sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di bawahnya. Pantulan suara akan berbeda-beda
karakteristiknya tergantung sifat struktur yang dilewati oleh suara itu. Auskultasi adalah
ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan
bagian dalam/viscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang
digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi
adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen,
dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular (Sari,2017).

Mata merupakan organ penting dan sangat sensitif dari tubuh makhluk hidup
termasuk kucing. Abnormalitas atau penyakit mata pada kucing yang sering terjadi
antara lain seperti katarak, entropion, ektropion, glaukoma, atau luka akibat trauma. Hal
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya posisi mata yang terletak di bagian
cranial sehingga lebih besar kemungkinan mengalami terjadinya trauma maupun
gangguan yang terjadi pada struktur mata. Telinga adalah organ yang kompleks yang
mencakup dua fungsi penting untuk mendengar (persepsi suara) dan keseimbangan
(maintenance tubuh) posisi. Sehubungan dengan fungsi dan berdasarkan anatomi telinga
dibagi menjadi tiga bagian Telinga luar, penerima suara telinga tengah yang mengubah
gelombang suara menjadi getaran mekanik, telinga bagian dalam, di mana getaran
mekanik diubah menjadi impuls listrik diakui oleh pusat mendengar di otak (Azani,
2008). Kulit yang melapisi saluran telinga adalah permukaan yang relatif halus, memiliki
epidermis tipis dan dermis yang memiliki lampiran (folikel rambut dan kelenjar
sebaceous dan ceruminous) Kelenjar sebaceous menghasilkan lipid netral dan kelenjar
ceruminous mengeluarkan asam dan fosfolipid mucopoly saccharides (Islami,2018).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja bagian – bagian mata dan fungsinya?
2. Apa saja bagian – bagian telinga dan fungsinya?
3. Bagaimana pemeriksaan pada mata dan telinga?
4. Jelaskan contoh studi kasus kelainan telinga!
5. Jelaskan contoh studi kasus kelainan mata!
BAB II
ISI
2.1 Bagian-Bagian Mata
Menurut Widodo (2017):

Lapis fibrosa (paling luar)


 Kornea : terdiri atass serat kollagen, tidak mendapat vaskularisasi dan
kejernihannya diatur oleh kandungan air di dalamnya
 Sclera : jaringan ikat fibrosa yang menguasai sebagian besar lapis luar bola
mata.
 Limbus : perantara antara kornea dan sclera

Lapis vaskuler (tengah)


 Choroid : mengandung pigmen melanin dan membentuk tapetum, disebut
tapetum lucidum, yang bekerja seperti kaca cermin berwarna yang memancarkan
sinar warna ketika sumber cahaya datang atau bereaksi bersinar di dalam kegelapan
lingkungan
 Iris : pengatur cahaya yang masuk ke dalam bagian posterior mata
 Benda silia: mengatur bentukan lensa mata

Lapis syaraf (dalam)


 Retina : mengandung sensory receptor untuk pandangan
2.2 Bagian- Bagian Telinga

Telinga luar (eksternus)


 Pinna aurikularis: corong (funnel) yang menampung vibrasi gelombang suara dan
menyalurkan ke dalam membrana tympanica
 Kanal auditorius eksternus
 Membrana tympanika (gendang telinga)

Telinga tengah (medium) : mengamplifikasi dan bagian dari penghantar vibrasi dari
gendang telinga sampai kepada lapis dalam telinga
 Ossikel: memindahkan vibrasi gelombang suara dari membrana tympanica ke kchlea
dengan cara meningkatkan atau menurunkan vibrasinya sehingaa menjadi seimbang
atau equilibrium
 Tuba Eustachii (tuba auditorius): menghubungkan telinga tengah dengan faring,
tujuannya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi membran tympanica

Telinga dalam (internus)


 Kochlea: berisi receptor organ yang disebut Organ Corti

2.3 Pemeriksaan Mata dan Telinga


2.3.1 Mata
Pemeriksaan pada mata hewan bertujuan untuk mengidentifikasi
apakah terjadi abnormalitas aatau gangguan kesehatan pada hewan tersebut.
Pemeriksaan fisik pada mata meliputi pemeriksaan pada bagian – bagian mata.
Pemeriksaan pada mata meliputi pemeriksaan pada palpebrae, cilia,
konjungtiva, membrane niktitans. Serta pemeriksaan pasa sclera, corna,
iris,limbus,pupil,reflek pupil, ukuran bola mata, dan posisi bola mata.
Conjunctiva diperiksa dengan cara menekan dan menggeser sedikit saja kelopak
mata bawah. Penampakan conjunctiva pada kucing tampak pucat. Membran
mukosa yang tampak anemia (warna pucat) dan lembek merupakan indikasi 
anemia. Intensitas warna  conjunctiva  dapat menunjukkan kondisi peradangan
akut seperti enteritis, encephalonitis dan kongesti  pulmo akut. Cyanosis (warna
abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan oksigen dalam darah, kasusnya
berhubungan dengan pulmo atau sistem respirasi. Jaundice (warna kuning)
karena terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan terdapatnya gangguan
pada hepar. Hiperemi (warna pink terang) adanya hemoragi
petechial menyebabkan hemoragi purpura.
2.3.2 Telinga
Telinga adalah organ yang kompleks yang mencakup dua fungsi
penting untuk mendengar (persepsi suara) dan keseimbangan (maintenance
tubuh) posisi. Sehubungan dengan fungsi dan berdasarkan anatomi telinga
dibagi menjadi tiga bagian Telinga luar, penerima suara telinga tengah yang
mengubah gelombang suara menjadi getaran mekanik, telinga bagian dalam, di
mana getaran mekanik diubah menjadi impuls listrik diakui oleh pusat
mendengar di otak. Pemeriksaan pada telinga bertujuan untuk mengetahui
adanya gangguan atau abnormalitas pada telinga, pemeriksaan pada telinga
meliputi pemeriksaan posisi telinga, bau telinga, kebersihan telinga, permukaan
daun telinga, dan adanya reflex panggilan.
2.4 Case Report Kelainan Telinga
Otitis Eksterna Dan Auricular Hematoma (Othematoma) Pada Anjing Samoyed
Anamnesa:
Anjing Samoyed berumur 8 tahun, sering menggaruk- garuk daun telinganya, bengkak
pada daun telinga, keluar bau busuk dari dalam telinga, dan sering menggelengkan
kepala saat berjalan.
Pemeriksaan Fisik:
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang diperoleh, anjing samoyed normal yakni
berkisar antara 37,8 – 39,5 C. Hasil pemeriksaan frekuensi pulsus anjing samoyed
normal yakni berkisar antara 76-148 kali/ menit. Hasil pemeriksaan CRT normal yakni
1-2 detik. Hasil pemeriksaan frekuensi nafasnya normal berkisar antara 24-42 kali/menit.
Hasil pemeriksaan membrana mukosa oral dan konjungtiva normal serta alat gerak dari
anjing samoyed normal. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan nanah dari dalam telinga.
Mandibula bengkak serta tidak adanya penurunan nafsu makan.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik di atas, ciri-ciri dapat mengarah ke
penyakit otitis ekserna dan auricular hematoma (othematoma). Otitis eksterna disebabkan
karena inflamasi epitel dari saluran telinga dan juga struktur dari sekitarnya seperti
external auditory meatus dan pinna. Auricular hematoma (othematoma) pada anjing
merupakan kondisi yang terjadi karena trauma. Othomatema merupakan penyakit
sekunder dari otitis eksterna yang diakibatkan karena goyangan kepala atau garukan alat
gerak anjing.
Terapi:
- Penanganan khusus othematoma dapat dilakukan dengan tindakan operatif. Alat
instrumen yang digunakan dalam prosedur operasi meliputi clipper atau gunting, spuit
dengan needle, scrub, kasa steril, blade dan scalpel, hemostat clamp, pinset chirugis,
needle holder, cairan NaCl fisiologis, chromic catgut with needle, es batu dan tissue.
- Postoperative melalui terapi sistemik, diberikan:
1. Methylprednisolone 20 mg, Clibdamycin 200 mg, Asam traneksamat 60 mg,
Cetrizine HCL 10 mg secara oral.

2.5 Case Report Kelainan Mata


Clinical Management Of Conjunctivitis In Dog : A Case Study
Anamnesa :
Anjing berumur 1 tahun, jenis anjing tidak dideskripsikan memiliki gejala mata merah,
lacrymasi, bersin dan tidak sehat selama dua hari. Pemilik juga menyampaikan bahwa
divaksin dan pemberian obat cacing tidak diikuti dengan benar. Berat badan anjing 18
kg.
Pemeriksaan Fisik:
Pada pemeriksaan fisik, anjing mengalami mata merah, kelopak mata bengkak, mata
berair, kelopak mata menyatu, ocular discharge membatasi kemampuan anjing untuk
membuka mata. Pada pemeriksaan suhu tubuh, didapatkan suhu tubuh anjing 104 oF.
Pada pemeriksaan respirasi dan pulsus, didapatkan hasil yaitu frekuensi nafas dan pulsus
meningkat dan terdapat bersin. Ekspresi anjing tampak murung. Berdasarkan dari gejala
klinis yang ditemukan, anjing tersebut didiagnosis conjunctivitis akut dengan infeksi
sistemik.
Terapi
Mata anjing dibersihkan dengan menggunakan kain bersih dan air dingin. Mata anjing di
irigasi dengan normal saline dan disarankan untuk melakukan irigasi 2-3 kali sehari
untuk menghilangkan mukus discharge dan menjaga mata agar tetap bersih.
- Gentamicin diberikan secara lokal selama 5 hari.
- Anjing diobati dengan antibiotik Ceftriaxone ( Intacef, 500mg ) / hari secara intra
muskular selama 3 hari.
- Diberikan injeksi Melonex Plus yang diberikan sebanyak 1 mL sehari selama 3 hari
secara intra muskular
- Diberikan Chlorpheneramine maleate ( Antihistamin ) injeksi diberikan 1 mL sehari
selama 3 haei secara intramuskular
- Diberikan Intavita –NH ( terdiri dari vitamin A, D3, E dan H yang diberikan sebanyak
5mL / hari secara oral selama 10-15 hari
- Pemilik disarankan untuk menjaga anjing agar terhindar dari matahari

Setelah hari pertama pengobatan, anjing dapat membuka mata dan suhu tubuh kembali
normal dan anjing aktif kembali. Setelah selesai pengobatan anjing tersebut sembuh dari
conjunctivitis.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh
pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan ini dilakukan dengan proses
yang sistematis untuk pengumpulan data dalam mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakan diagnosis dan perencanaan perawatan
pasien. Pemeriksaan pada mata hewan bertujuan untuk mengidentifikasi apakah terjadi
abnormalitas aatau gangguan kesehatan pada hewan tersebut. Pemeriksaan fisik pada mata
meliputi pemeriksaan pada bagian – bagian mata. Pemeriksaan pada telinga bertujuan untuk
mengetahui adanya gangguan atau abnormalitas pada telinga, pemeriksaan pada telinga
meliputi pemeriksaan posisi telinga, bau telinga, kebersihan telinga, permukaan daun telinga,
dan adanya reflex panggilan

3.2 Saran

Pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, semoga kedepannya penulis bisa
lebih baik lagi dalam penulisan makalah. Krirtik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan untuk kebaikan penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Islami, Putri.2018. Laporan Kasus: Otitis Eksterna dan Auricular Hematoma (Othematoma)
pada Anjing Samoyed. Yogyakarta : UGM

Maggalatung, Andi. 2016. Kajian Observasional Lapang Otitis Eksterna Pada Anjing Di
Klinik Hewan Di Makassar. Makassar: Universitas Hassanudin
Manalu.2015. Pelaaksanaan Pemeriksaan Fisik Oleh Perawat Rumah Sakit Advent Bandar
Lampung. Bandung : Universitas Advent Indonesia
Sari, Eka.2017. Penanganan Kasus Prolapsus Bulbus Oculi Sinistra Pada Kucing Persia Di
ZOO Klinik Makassar. Makassar : Universitas Hassanudin
Widodo, S. 2017. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press

Anda mungkin juga menyukai