Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

MATA KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN


(ABKC 2505)

UJI TOKSISITAS CAIRAN PEMBERSIH PORSELEN (Vixal) TERHADAP


IKAN NILA (Orechromis niloticus)

Oleh :
Laura Inneke Florida Damanik
(A1C215019)
Kelompok III

Dosen Pengasuh :
Drs. Bunda Halang, MT
Drs. H. Hardiansyah, M.Si
Maulana Khalid Riefani, S.Si., M.Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
DESEMBER
2017
PRAKTIKUM UJI TOKSISITAS

Topik : Uji toksisitas Cairan Pembersih Porselen “Vixal” terhadap


Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Tujuan : Untuk mengetahui toksisitas Cairan pembersih porselen
“Vixal” terhadap Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Hari/Tanggal : Minggu/ 29 Oktober 2017
Tempat : Lingkungan PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat:
1. 9 buah Ember
2. Sendok pengaduk
3. Alat dokumentasi
4. Alat tulis
5. Stopwatch
B. Bahan:
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2. Cairan Pembersih porselen “Vixal”
3. Air

II. CARA KERJA


A. Uji Pendahuluan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Mengisi 3 ember dengan air secukupnya
3. Memasukan cairan pembersih porselen ke dalam masing-masing ember
dengan konsentras yang berbeda-beda. Pada ember 1 dengan konsentrasi
50 ml, ember 2 dengan konsentrasi 100 ml, dan ember 3 dengan
konsentrasi 150 ml. kemudian mengaduknya agar air dan cairan
pembersih porselen tercampur.
4. Memasukkan 1 ekor ikan nila (Oreochromis niloticus) ke dalam masing-
masing ember.
5. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi pada ikan.

B. Uji Sesungguhnya
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Mengisi 6 ember dengan air secukupnya
3. Memasukan cairan pembersih porselen ke dalam masing-masing ember
dengan konsentras yang berbeda-beda, kecuali pada ember kontrol. Pada
ember 1 dengan konsentrasi 5 ml, ember 2 dengan konsentrasi 10 ml,
ember 3 dengan konsentrasi 15 ml ember 4 dengan konsentrasi 20 ml,
ember 5 dengan konsentrasi 25 ml. dan ember 6 tanpa perlakukan
(kontrol). kemudian mengaduknya agar air dan cairan pembersih porselen
tercampur.
4. Memasukkan 1 ekor ikan nila (Oreochromis niloticus) ke dalam masing-
masing ember.
5. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi pada ikan.

III. TEORI DASAR


Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan atau senyawa kimia untuk
menimbulkan kerusakan pada saat mengenai bagian dalam atau permukaan
tubuh yang peka.
Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada
sistem biologi, dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan
uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai
derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia,
sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan manusia.
Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada
sistem biologi, dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan
uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai
derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia,
sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan manusia
Bahaya akibat pemaparan suatu zat pada manusia dapat diketahui dengan
mempelajari efek kumulatif, dosis yang dapat menimbulkan efek toksik pada
manusia, efek karsinogenik, teratogenik, dan mutagenik. Pada umumnya
informasi tersebut dapat diperoleh dari percobaan menggunakan hewan uji
sebagai model yang dirancang pada serangkaian uji toksisitas nonklinik secara
in vivo meliputi uji toksisitas akut oral, toksisitas subkronis oral, toksisitas
kronis oral, teratogenisitas, sensitisasi kulit, iritasi mata, iritasi akut dermal,
iritasi mukosa vagina, toksisitas akut dermal, dan toksisitas subkronis dermal.
Pemilihan uji tersebut tergantung dari tujuan penggunaan zat tersebut. Apabila
penggunaannya ditujukan untuk pemakaian secara topikal/dermal, dilakukan uji
toksisitas dermal untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko akibat
pemaparan pada manusia. Uji toksisitas dermal berdasarkan waktu jenisnya
bervariasi yaitu uji toksisitas akut dermal, uji toksisitas subkronik dermal,uji
toksisitas kronik dermal, dan uji iritasi. Uji toksisitas akut dermal merupakan
pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat (24
jam selama 14 hari) setelah pemaparan suatu sediaan uji dalam sekali
pemberian melalui rute dermal (BPOM, 2014)
Uji toksisitas digunakan untuk mempelajari pengaruh suatu bahan
kimia toksik atau bahan pencemar terhadap organisme tertentu. Dalam uji
toksisitas sebaiknya dilakukan aerasi pada setiap bejana uji, walaupun sebagai
pembanding dapat juga dilakukan pengujian tanpa pemberian aerasi. Pemberian
aerasi bertujuan agar diperoleh hasil yang lebih akurat karena efek yang terjadi
betul-betul disebabkan oleh bahan uji (senyawa kimia, air limbah, dan lain-
lain), bukan karena kekurangan oksigen selama masa pengujian (Elisa, 2015).

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Tabel Hail Pengamatan
1. Uji Pendahuluan
Ikan Konsentrasi Waktu

50 ml 11 menit

Nila merah 100 ml 10 menit

150 ml 8 menit

2. Uji Sesungguhnya
Ikan Konsentrasi Waktu

Uji Kontrol -

5 ml 9 menit

10 ml 7 menit
Nila merah
15 ml 5 menit

20 ml 6 menit

25 ml 6 menit
B. Foto Hasil Pengamatan
1. Menyiapkan alat dan bahan

(Sumber :Dokumentasi. Pribadi. 2017)


2. Uji Pendahuluan

(Sumber :Dokumentasi. Pribadi. 2017)

3. Uji Sesungguhnya
1). Uji Kontrol 2). Konsentrasi 5 ml
3). Konsentrasi 10 ml 4). Konsentrasi 15 ml

5). Konsentrasi 20 ml 6). Konsetrasi 25 ml

(Sumber : Dokumentasi Pribadi.2017)


V. ANALISIS DATA
Pengamatan kali ini, kami mengambil topik yaitu uji toksisitas cairan
pembersih porselen “vixal” terhadap ikan nila (Oreochromis niloticus). Tujuan
untuk mengetahui toksisitas cairan pembersih porselen “Vixal” terhadap ikan nila
(Oreochromis niloticus). Kami menggunakan ikan nila (Oreochromis niloticus).
Klasifikasi ikan nila, sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Classis : Osteichtyes
Sub Classis : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Sub Ordo : Percoidea
Familia : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus
(Sumber : Saanin, 1984)
Ikan nila telah banyak digunakan dalam penelitian toksikologi karena respon
ikan nila yang cukup cepat terhadap perubahan lingkungan, ikan nila biasa
dipelihara di tambak-tambak yang terpelihara dengan baik dan jauh dari
pencemar, namun lain halnya dengan ikan nila yang ada di sungai-sungai (tidak
ditambak) yang hidup secara alami, ikan-ikan ini rentan terhadap pencemaran
lingkungan air. Dari percobaan ini praktikan dapat membuktikan bahwa ikan nila
dapat digunakan sebagai bioindikator bagi pencemaran air, artinya pada tingkat
pencemaran tertentu ikan nila tidak dapat hidup.
Pengamatan dilakukan dua kali uji yaitu uji pendahuluan dan uji
sesungguhnya. Pada uji pendahuluan digunakan 3 buah ember yang mana pada
masing-masing ember berisi 3 ekor ikan nila dengan air sebanyak 3L. Pada ember
pertama diberi vixal dengan konsentrasi 50 ml, pada ember kedua diberi
konsentrasi vixal 100 ml, dan pada ember ketiga diberi konsentrasi vixal
sebanyak 150 ml. Pada konsentrasi 50 ml, ikan nila mati pada menit ke-11, pada
konsentrasi 100 ml ikan nila mati pada menit ke-10, dan pada konsentrasi 150 ml
ikan nila mati pada menit ke-8.
Setelah uji pendahuluan selajutnya dilakukan uji sesungguhnya. Pada uji
sesungguhnya dilakukan dengan menggunakan 6 ember yang mana pada masing-
masing ember berisi 3 ekor ikan nila yang memiliki ukuran yang sama dengan air
sebanyak 3L. Pada ember pertama digunakan sebagai uji control yang mana tidak
diberi cairan vixal sama sekali, pada ember kedua diberi cairan vixal dengan
konsentrasi 5 ml, pada ember ketiga diberi cairan vixal dengan konsentrasi 10 ml,
pada ember ke empat diberi cairan vixal dengan konsentrasi 15 ml, pada ember ke
lima diberi cairan vixal dengan konsentrasi 20 ml, dan pada ember ke enam diberi
cairan vixal dengan konsentrasi 25 ml. Pada ember pertama yang digunakan
sebagai uji kontrol ikan nila masih tetap hidup, pada ember kedua mati pada
menit ke-9, pada ember ketiga ikan mati pada menit ke-7, pada ember ke empat
ikan mati pada menit ke-5, pada ember ke lima ikan mati pada menit ke-6, dan
pada ember ke enam ikan mati pada menit ke-6. Seharusnya pada ember ke empat
ikan mati lebih lama dibandingkan dengan ember ke lima dan ember ke enam,
namun pada saat pengamatan ikan pada ember ke empat mati pada menit ke-5.
Ikan nila yang dimasukkan ke larutan konsentrasi yang berbeda-beda dapat
menyebabkan perubahan dan tingkah laku. Hal tersebut dapat dikarenakan
kondisi ikan yang tidak sehat atau juga sudah mengalami stress sehingga
menyebabkan ikan-ikan tersebut mati.
Toksisitas adalah sifat relatif toksikan berkaitan dengan potensinya
mengakibatkanefek negatif bagi makhluk hidup. Toksisitas dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain komposisi dan jenis toksikan, konsentrasi toksikan,
durasi dan frekuensi pemaparan, sifat lingkungan, dan spesies biota penerima.
Toksikan merupakan zat (berdiri sendiri atau dalam campuran zat, limbah, dan
sebagainya) yang dapat menghasilkan efek negatif bagi semua atau sebagian. Dari
tingkat organisasi biologis (populasi, individu, organ, jaringan,
sel, biomolekul) dalam bentuk merusak struktur maupun fungsi biologis.
Toksikan dapat menimbulkan efek negatif bagi biota dalam bentuk perubahan
struktur maupun fungsional, baik secara akut maupun kronis/sub kronis. Efek
tersebut dapat bersifat reversibel sehingga dapat pulih kembali dan dapat pula
bersifat irreversibel yang tidak mungkin untuk pulih kembali (Halang, 2004).
Uji toksisitas bertujuan untuk mengetahui efek toksik dan menentukan batas
keamanan suatu senyawa yang terdapat dalam zat-zat kimia, termasuk dalam
tumbuh-tumbuhan (Widyastuti, 2008).
Vixal adalah cairan pembersih porselen yang dapat menghilangkan dengan
cepat segala noda pada toilet, permukaan porselen, keramik, mosaik dan
sejenisnya. Dengan bahan aktif asamnya (HCl), Vixal mampu mengembalikan
permukaan bersih mengkilap permukaan toilet. Kandungan HCl pada vixal dapat
merusak jaringan bahkan organ khusus seperti insang sehingga menyebabkan
pernafasan ikan terganggu bahkan menyebabkan kematian.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu bentuk aksi kimia mempunyai bentuk
dan variasi yang luas. Asam-asam kuat atau alkalis, yang mengalami kontak
langsung dengan organ mata, kulit dan atau saluran pencernaan, dapat
mengakibatkan kerusakan pada jaringan dan bahkan kematian pada sel-sel. Di
samping itu, kemasukan atau keterpaparan oleh uap atau senyawa logam berat
dapat mengakibatkan terganggunya system metabolism atau system fisiologi
tubuh.
Asam klorida (HCl) adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia
adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung.
Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus
ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang
sangat korosif. Sejak Revolusi Industri,senyawa ini menjadi sangat penting dan
digunakan untuk berbagai tujuan, meliputi produksi massal senyawa kimia
organik seperti vinil klorida untuk plastik PVC dan MDI /TDI
untuk poliuretana. Kegunaan kecil lainnya meliputi penggunaan dalam pembersih
rumah, produksi gelatin, dan aditif makanan. (Nuraini. 2012).
Kerusakan insang yang disebabkan oleh substansi tercemar dibagi dalam
beberapa tingkatan yaitu diawali dengan edema, hiperplasia pada sel-sel basal,
fusi lamela, fusi pada seluruh lamela sekunder, dan hilangnya struktur lamela
sekunder dan filamentum mereduksi. iperplasia dapat mengurangi luas permukaan
lamela sekunder untuk pertukaran gas yang dilakukan oleh eritrosit (Naparin,
1993).
Fusi lamela terjadi oleh adanya hiperplasia yang meluas pada sel-sel basal dan
epithelium sehingga lamela sekunder akan menyatu. Peristiwa ini mengakibatkan
terhambatnya proses respirasi maupun ekspirasi gas pernapasan yang masuk dan
keluar tubuh ikan. danya hemorrhagi (pendarahan) pada lamela karena terjadinya
kontak langsung dengan deterjen pada saat respirasi. Terjadinya iritasi
menyebabkan semakin tingginya daya osmotik pembuluh darah sehingga cairan
pada kapiler darah keluar dan kemudian masuk jaringan sekitarnya sehingga sel
bertambah besar (Kurniasih, 1999).
Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa vixal yang dituang ke dalam
air, warnanya berubah menjadi sedikit keruh. Vixal juga menimbulkan buih pada
permukaan air.
Senyawa ABS memiliki kemampuan utuk menghasilkan buih. Senyawa ini
sulit terurai secara alamiah dalam air, sehingga senyawa ini dapat mencemari
perairan. Salah satu dampak yang terjadi adalah timbulnya buih di permukaan
perairan sehingga dapat mengganggu pelarutan oksigen dalam air . sehingga biota
di dalam air mengalami kekurangan oksigen sehingga proses respirasi biota
terganggu yang dapat dapat menyebabkan kematian pada biota yang hidup di
dalam perairan tersebut (Suastuti, 2010)
VI. KESIMPULAN
1. Vixal adalah cairan pembersih porselen yang dapat menghilangkan
dengan cepat segala noda pada toilet, permukaan porselen dan sejenisnya.
2. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, ikan nila yang
dimasukkan ke dalam larutan vixal menyebabkan ikan tersebut mati.
3. Semakin tinggi konsentrasi vixal yang dituangkan maka semakin cepat
ikan nila tersebut mati.
4. Kandungan pada cairan vixal adalah HCl sehingga dapat merusak insang
pada ikan sehingga pernapasan ikan terganggu dan menyebabkan ikan
nila menjadi mati.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Elisa. 2015. Uji Toksisitas. Diakses melalui
https://www.google.co.id/search?dcr=0&source=hp&ei=sk02WsH1CIPo
0AS144LoBA&q=uji+toksisitas&oq=uji+toksisisitas (pdf) pada tanggal
20 Desember 2017. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Halang, B. 2004. Toksisitas Air Limbah Detergen terhadap Ikan Mas
(Cyprinus carpio). Universitas Lambung Mangkurat Press:
Banjarmasin.
Kurniasih. 1999. Deskripsi Histopatologi dari Beberapa Penyakit Ikan.
Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan. UGM.
Yogyakarta.
Naparin, A. 1993. Pengaruh Insektisida Fenitrothion terhadap Organ
Osmoregulasi dan Pertumbuhan Ikan Tombro. Fakultas Biologi (Pasca
Sarjana) UGM. Yogyakarta.
Nuraini. 2012. Asam Klorida. Diakses melalui
https://www.scribd.com/doc/90612675/Asam-klorida. Pada tanggal 20
Desember 2017
Priyanto, N., Dwiyitno, F. Ariyani. 2009. Kandungan Logam Berat (Hg, Pb,
Cd, dan Cu) Pada Ikan, Air, dan Sedimen di Waduk Cirata, Jawa
Barat. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Vol. 3 No. 1 Bulan Juni 2008.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I. Jakarta: Bina
Cipta
Suastuti, Ni G.A.M. Dwi Adhi, 2010, Efektivitas Penurunan Kadar Dodesil
Benzen Sulfonat (DBS) dari Limbah Deterjen yang Diolah dengan
Lumpur Aktif, Jurnal Kimia.

Anda mungkin juga menyukai