A. Hasil Pengamatan
1. Uji Konsentrasi dan Uji Pengendapan Protein
a. Penentuan Konsentrasi Protein Cara Biuret
2
ABSORBANSI 1.92
1.61
1.5
1
0.84
0.67
0.5
0.42 0.44
0
0% 25% 50% 75% x1 x2 x3
KONSENTRASI
B. Analisis data
1. Mengubah Transmitan menjadi Absorbansi
a. A(X1%) = −log % T
= Log % - T
= 2 – Log 1,23
= 2 – (0,08)
= 1,92
b. A(X2%) = −log % T
= Log % - T
= 2 – Log 2,5
= 2 – (0,39)
= 1,61
c. A(X3%) = −log % T
= Log % - Log T
= 2 – Log 0,5
= 2 – (-0,30)
= 2,30
d. Data yang digunakan adalah data konsentrasi 2 dan 3
Misalkan X1 = 25 y1 = 0.67
X2 = 50 y2 = 0.42
Jadi, untuk persamaan pertama dan persamaan kedua :
y1 = ax1 + b y2 = ax2 + b
0.67 = 25a + b0.42= 50a + b
Eliminasi Persamaan Pertama dan Kedua :
0.67 = 50a + b
0.42 = 25a + b
0.25 = 25a
0.25
a =
25
a = 0.01
Untuk nilai b:
Nilai a didistribusikan masuk ke persamaan kedua, jadi:
0.42 = 50a + b
0.42 = 50 (0.01) + b
0.42 = 0.5 + b
0.42 - 0.5 =b
b = 0.08
Untuk nilai konsentrasi X1 dan X2, nilai a dan b di distribusikan masuk
kedalam persamaan y = ax + b
Untuk konsentrasi X1
y = ax + b
1,92 = 0,01 (X1) + 0,08
1,92–0,08 = 0,01 X1
1,84 = 0,01 X1
1,84
X1 =
0,01
X1 = 184 ppm
Untuk konsentrasi X2
y = ax + b
2,5 = 0,01 X2 + 0,08
2,5 - 0,08 = 0,01X2
2,42 = 0,01 X2
2,42
X2 =
0,01
X2 = 242 ppm
Untuk konsentrasi X3
y = ax + b
2,30 = 0,01 X3+ 0,08
2,30 - 0,08 = 0,01X3
2,22 = 0,01 X3
2,22
X3 =
0,01
X3 = 222 ppm
C. Pembahasan
1. Uji Konsentrasi dan Uji Pengendapan Protein
a. Uji Konsentrasi Cara Biuret
Prinsip dari spektrofotometri adalah suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
ajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor
fototube. Metode ini dapat digunakan untuk sampel yang berupa arutan
berwarna atau tidak berwarna, karena pada umumnya suatu alat
spektrofotometri yang dilengkapi sumber cahaya untuk mengukur
spektrum dan panjang gelombang pada arutan tertentu. Jumah sinar
yang diserap atau diteruskan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi
eksponensial dari konsentrasi arutan dan pada panjang larutan yang
dilalui sinar.
Prinsip kerja penentuan kadar protein dengan metode biuret adalah
menganalisa adanya ikatan peptida dengan cara menambahkan reagen
biuret ke dalam sampel yang kemudian diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer, reaksinya adalah sebagai berikut:
pada konsentrasi 0% diperoleh absorbansi 0,84, konsentrasi 25%
diperoleh absorbansi 0,67, konsentasi 50% dipeoleh absorbansi 0,42%,
konsentrasi 75% diperoleh absorbansi 0,44, sedangkan untuk X1 (putih
telur) nilai transmitan 1,23 dan absorbansinya 1,92, X2 (kuning telur)
nilai transmitan 2,5 dan absorbansinya 1,61, dan X3 (pepton) nilai
transmitan 0,5 dan absorbansinya 2,30.
Berdasarkan hasil diatas, maka dapat diketahui bahwa semakin
tinggi konsentrasi mana nilai absorbansi semakin tinggi pula. Hal
tersebut sesuai dengan Teori Beer bahwa absorbansi cahaya
berbenading lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan. Reaksi
biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk
gugus peptide dan protein. Reaksi positif ditandai
dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk
senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul
ikatan peptide. Banyaknya asam amino yang terikat
pada ikatan peptide mempengaruhi warna reaksi ini.
Senyawa dengan dipeptida memberikan warna merah.
Beberapa protein yang mempunyai gugus –CS-NH-, CH-
NH- dalam molekulnya juga member tes warna positif
dari reaksi biuret ini membentuk suatu senyawa
kompleks.
b. Pengendapan dengan Reagen Alkohol Pekat
Hasil pengamatan, ditunjukkan jumlah tetes reagen yang
digunakan pada setiap sampel berbeda-beda hingga menimbulkan
endapan, hal ini disebabkan berdasar pada teori bahwa penyebab
pengendapan terjadi karena kemampuan setiap larutan untuk mencapai
titik isoelektrik dan pH reagen yang digunakan berbeda-beda, sehingga
jumlah tetes yang berbeda-beda sampai terjadi pengendapan. dan pada
percobaan ini tidak ada satu pun reagen yang menunjukkan hilangnya
endapan hal ini disebabkan karena bahan yang digunakan sudah
kadaluarsa atau sudah tidak layak pakai.
Seharusnya salah satu reagen yang digunakan terjadi pengenceran
kembali atau hilangnya endapan pada saat pH larutan berada diatas titik
isoelektrik dimana saat itu larutan berada dalam keadaan basah. Proses
ini dinamakan proses penyusunan kembali struktur protein (Girindra,
1986).
c. Uji Pengendapan dengan Amonium Sulfat
Hasil pengamatan dari ketiga sampel yang digunakan yaitu glisin,
pepton, dan protein kemudian ditambahkan dengan reagen yang telah
disediakan oleh laboran. Glisin dan protein setelah ditambahkan dengan
reagen terbentuk endapan. Ini disebabkan karena pH larutan berada
pada titik isoelektrik sehingga kelarutan protein akan berkurang, dan
endapan terjadi karena kemampuan setiap larutan untuk mencapai titik
isoelektrik (Thenawijaya, 1990).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Uji Konsentrasi dan Uji Pengendapan Protein
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pengamatan yang telah dilakukan pada penentuan konsentrasi
protein yaitu semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi pula nilai
absorbansinya artinya berbanding lurus, akan tetapi pada praktikum yang
kami lakukan itu tidak sesuai dengan teori karena pada saat kami
praktikum nilai konsentrasi tidak menentukan tinggi rendahnya nilai
absorbansi.
2. Reaksi Perubahan Warna pada Protein
Reaksi asam amino, peptide dan protein sudah terbukti dalam beberapa uji
yaitu pada :
a. Uji Biuret berwarna ungu yang menandakan bahwa reaksi ini positif
mengandung ikatan peptide panjang,
b. Uji Molisch reaksi positifnya menunjukkan warna coklat,
menandakan bahwa larutan tersebut mengandung sakarida atau
monosakarida.
c. Uji Xantoprotein bewarna kuning, yang menandakan bahwa reaksi ini
positif mengandung cincin fenil atau inti benzene,
d. Uji Ninhidrin menghasilkan warna biru dan biru tua yang
menandakan bahwa reaksi positif menghasilkan aldehid yang rendah,
e. Uji Sulfur bewarna hitam yang menandakan reaksi positif
membentuk PbS.
f. Pada uji Sakaguchi, menghasilkan warna merah yang menandakan
larutan ini mengandung asam amino altimiin, akan tetapi pada tauge
warna larutannya itu hijau kuning-kuningan yang berarti reaksinya
negatif yang menandakan kurangnya asam amino altimin pada
sampel.
B. Saran
Praktikan yang melakukan pengamatan seharusnya lebih teliti dan cermat
sehingga pengamatan yang dilakukan dapat memberi hasil yang memuaskan, serta
dibutuhkan kesabaran dan keuletan dalam melaksanakan praktikum ini agar
pencapaian tujuan dapat terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA