Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Uji Konsentrasi dan Uji Pengendapan Protein
a. Penentuan Konsentrasi Protein Cara Biuret

No. KONSENTRASI TRANSMITAN ABSORBANSI


1 0% - 0,84
2 25% - 0,67
3 50% - 0,42
4 75% - 0,44
5 X1 (Putih Telur) 1.23 1,.92
6 X2 (kuning telur) 2,5 1,61
7 X3 (pepton) 0,5 2,30

b. Uji Pengendapan Protein

Uji Pengendapan 0% 25% 50% 75%


a. Reagen Alkohol
T H T H T H T H
Pekat
170 150 245
Asam triklorasetat 171’ 10 12 10 149
’ ’ ’
200 150 150
Asam fosfotugstat 208’ 7 14 10 150’
’ ’ ’
150 160
Asam fosfomolibda 152’ 15 11 150 10 150’
’ ’
160 160 198
Alkohol 96 % 175’ 30 13 25 150’
’ ’ ’
b.Garam Atau Ion
T H T H T H T H
Logam Berat
150
Tembaga sulfat 43’ 140’ 2 150 3 1 50’

Fecl 150 150’ 10 150 8 150 6 70’
’ ’ ’
c. Garam
T H T H T H T H
Amonium Sulfat
150
(NH4)2 SO4 181 181’ 20’ 86’ 17’ 12’ 164’

2. Reaksi Perubahan Warna Pada Protein


Reaksi Perubahan Warna
No. Pengujian
Tempe Tauge Telur Pepton
Hijau
Ungu Ungu Biru
1. Uji Biuret Gelap
(+) (+) (-)
(-)
Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat
2. Uji Molisch
(+) (+) (+) (+)
Uji Kuning Kuning Putih Kuning
3.
Xanthoprotein (+) (+) (-) (+)
Ungu
Biru Tua Biru Tua Biru Tua
4. Uji Ninhidrin Pekat
(+) (+) (+)
(-)
Bening Coklat
Kuning Bening
5. Uji Sulfur (-) Tua
(-) (-)
(+)
Hijau
Kuning Kuning- Merah Merah
6. Uji Sakaguchi
(-) Kuningan (+) (+)
(-)

3. Grafik Hubungan antara Konsentrasi dan Absorbansi


2.5
2.3

2
ABSORBANSI 1.92

1.61
1.5

1
0.84
0.67
0.5
0.42 0.44

0
0% 25% 50% 75% x1 x2 x3

KONSENTRASI

B. Analisis data
1. Mengubah Transmitan menjadi Absorbansi
a. A(X1%) = −log % T
= Log % - T
= 2 – Log 1,23
= 2 – (0,08)
= 1,92
b. A(X2%) = −log % T
= Log % - T
= 2 – Log 2,5
= 2 – (0,39)
= 1,61
c. A(X3%) = −log % T
= Log % - Log T
= 2 – Log 0,5
= 2 – (-0,30)
= 2,30
d. Data yang digunakan adalah data konsentrasi 2 dan 3
Misalkan X1 = 25 y1 = 0.67
X2 = 50 y2 = 0.42
Jadi, untuk persamaan pertama dan persamaan kedua :
y1 = ax1 + b y2 = ax2 + b
0.67 = 25a + b0.42= 50a + b
Eliminasi Persamaan Pertama dan Kedua :
0.67 = 50a + b
0.42 = 25a + b
0.25 = 25a
0.25
a =
25
a = 0.01
Untuk nilai b:
Nilai a didistribusikan masuk ke persamaan kedua, jadi:
0.42 = 50a + b
0.42 = 50 (0.01) + b
0.42 = 0.5 + b
0.42 - 0.5 =b
b = 0.08
Untuk nilai konsentrasi X1 dan X2, nilai a dan b di distribusikan masuk
kedalam persamaan y = ax + b
Untuk konsentrasi X1
y = ax + b
1,92 = 0,01 (X1) + 0,08
1,92–0,08 = 0,01 X1
1,84 = 0,01 X1
1,84
X1 =
0,01
X1 = 184 ppm
Untuk konsentrasi X2
y = ax + b
2,5 = 0,01 X2 + 0,08
2,5 - 0,08 = 0,01X2
2,42 = 0,01 X2
2,42
X2 =
0,01
X2 = 242 ppm
Untuk konsentrasi X3
y = ax + b
2,30 = 0,01 X3+ 0,08
2,30 - 0,08 = 0,01X3
2,22 = 0,01 X3
2,22
X3 =
0,01
X3 = 222 ppm

C. Pembahasan
1. Uji Konsentrasi dan Uji Pengendapan Protein
a. Uji Konsentrasi Cara Biuret
Prinsip dari spektrofotometri adalah suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
ajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor
fototube. Metode ini dapat digunakan untuk sampel yang berupa arutan
berwarna atau tidak berwarna, karena pada umumnya suatu alat
spektrofotometri yang dilengkapi sumber cahaya untuk mengukur
spektrum dan panjang gelombang pada arutan tertentu. Jumah sinar
yang diserap atau diteruskan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi
eksponensial dari konsentrasi arutan dan pada panjang larutan yang
dilalui sinar.
Prinsip kerja penentuan kadar protein dengan metode biuret adalah
menganalisa adanya ikatan peptida dengan cara menambahkan reagen
biuret ke dalam sampel yang kemudian diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer, reaksinya adalah sebagai berikut:
pada konsentrasi 0% diperoleh absorbansi 0,84, konsentrasi 25%
diperoleh absorbansi 0,67, konsentasi 50% dipeoleh absorbansi 0,42%,
konsentrasi 75% diperoleh absorbansi 0,44, sedangkan untuk X1 (putih
telur) nilai transmitan 1,23 dan absorbansinya 1,92, X2 (kuning telur)
nilai transmitan 2,5 dan absorbansinya 1,61, dan X3 (pepton) nilai
transmitan 0,5 dan absorbansinya 2,30.
Berdasarkan hasil diatas, maka dapat diketahui bahwa semakin
tinggi konsentrasi mana nilai absorbansi semakin tinggi pula. Hal
tersebut sesuai dengan Teori Beer bahwa absorbansi cahaya
berbenading lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan. Reaksi
biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk
gugus peptide dan protein. Reaksi positif ditandai
dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk
senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul
ikatan peptide. Banyaknya asam amino yang terikat
pada ikatan peptide mempengaruhi warna reaksi ini.
Senyawa dengan dipeptida memberikan warna merah.
Beberapa protein yang mempunyai gugus –CS-NH-, CH-
NH- dalam molekulnya juga member tes warna positif
dari reaksi biuret ini membentuk suatu senyawa
kompleks.
b. Pengendapan dengan Reagen Alkohol Pekat
Hasil pengamatan, ditunjukkan jumlah tetes reagen yang
digunakan pada setiap sampel berbeda-beda hingga menimbulkan
endapan, hal ini disebabkan berdasar pada teori bahwa penyebab
pengendapan terjadi karena kemampuan setiap larutan untuk mencapai
titik isoelektrik dan pH reagen yang digunakan berbeda-beda, sehingga
jumlah tetes yang berbeda-beda sampai terjadi pengendapan. dan pada
percobaan ini tidak ada satu pun reagen yang menunjukkan hilangnya
endapan hal ini disebabkan karena bahan yang digunakan sudah
kadaluarsa atau sudah tidak layak pakai.
Seharusnya salah satu reagen yang digunakan terjadi pengenceran
kembali atau hilangnya endapan pada saat pH larutan berada diatas titik
isoelektrik dimana saat itu larutan berada dalam keadaan basah. Proses
ini dinamakan proses penyusunan kembali struktur protein (Girindra,
1986).
c. Uji Pengendapan dengan Amonium Sulfat
Hasil pengamatan dari ketiga sampel yang digunakan yaitu glisin,
pepton, dan protein kemudian ditambahkan dengan reagen yang telah
disediakan oleh laboran. Glisin dan protein setelah ditambahkan dengan
reagen terbentuk endapan. Ini disebabkan  karena pH larutan berada
pada titik isoelektrik sehingga kelarutan protein akan berkurang, dan
endapan terjadi karena kemampuan  setiap larutan untuk mencapai titik
isoelektrik (Thenawijaya, 1990).

2. Reaksi Perubahan Warna pada Protein


a. Uji Biuret
Uji biuret ini dapat digunakan untuk mengetahui ada  atau tidaknya
ikatan peptide dalam suatu senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai
untuk menunjukan adanya senyawa protein. Langkah pengujian yang
dapat dilakukan adalah larutan sampel yang diduga mengandung
protein ditetesi dengan larutan NaOH kemudian diberi beberapa tetes
larutan CuSO4 encer. Apabila larutan berubah menjadi arna unggu
maka larutan tersebut mengandung protein.
Pada percobaan ini menggunakan 4 buah tabung reaksi yang berisi
dengan protein (ekstrak tempe, putih telur, taoge) dan pepton yang
kemudian ditambahkan dengan NaOH 10 % dan 2-3 CuSO4. Hasil yang
didapat bahwa ekstrak tempe berubah warna menjadi ungu yang berarti
reaksi (+), sedangkan untuk ekstrak taoge, putih telur, dan pepton
reaksinya (-). Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau
lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Namun
pada protein dan asam amino mengalami perubahan warna menjadi biru
yang mengindikasikan negatif. Hal ini mungkin terjadi karena alat yang
digunakan kurang bersih dan tercampur bahan lain.
b. Uji Molisch
Uji molisch merupakan uji kimia yang digunakan untuk
menunjukkan adanya karbohidrat. Semua jenis karbohidrat mulai dari
monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida menunjukkan
reaksi positif dengan uji ini. Senyawa-senyawa seperti asam nukleat dan
glikoprotein juga positif dengan uji molisch karena mengandung
karbohidrat.
Hasil pengamatan dari keempat sampel yaitu ekstrak tempe, taoge,
telur, dan pepton menunjukkan reaksi negatif yang ditandai dengan
perubahan warna menjadi coklat atau coklat tua. Percobaan ini untuk
menguji karbohidrat sehingga menghasilkan hasil negatif terhadap uji
molisch yang menandakan tidak adanya karbohidrat pada sampel
tersebut.
c. Uji Xantoprotein
Uji Xantoprotein menggunakan 4 buah tabung reaksi yang berisi
dengan protein, asam amino, albumin, extrak temped an putih telur
yang kemudian ditambahkan dengan HNO3 Pekat yang kemudian di
panaskan selama kurang lebih 1 menit dan ditambahkan dengan 2-3
larutan CuSO4 secara perlahan menghasilkan perubahan warna pada
protein dan albumin orange tua, menurut Hala (2011) reaksi warna ini
untuk asam amino yang mengandung cincin fenil atau inti benzene,
contoh triosin, fenilalanin, dan triptofan. Reaksi positif di tandai dengan
timbulnya warna kuning, putih telur dan extak tempe bewarna kuning,
danasam amino bewarna kuning tua yang menandakan bahwa reaksi ini
positif mengandung cincin fenil atau inti benzene.
d. Uji Ninhidrin
Uji Ninhidrin menggunakan 4 buah tabung reaksi yang berisi
dengan protein, asam amino, albumin, extrak tempe dan putih telur yang
kemudian ditambahkan dengan 6-10 tetes Ninhidrin dan kemudian di
panaskan dan menghasilkan warna biru dan biru tua untuk asam amino
dan putih telur, extrak tempe yang menandakan bahwa reaksi positif
menghasilkan aldehid yang rendah karna menurut Hawab (2004) Semua
asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan
bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna
biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa
berwarna kuning dan warna biru, untuk albumin dan protein yang
menandakan negative, mungkin hal ini terjadi karna alat-alat yang kami
gunakan kurang bersih sehingga mempengaruhi reaksi.
e. Uji Sulfur
Percobaan ini menggunakan 4 buah tabung reaksi yang berisi
dengan protein, pepton, ekstrak tempe dan putih telur yang kemudian
ditambahkan dengan NaOH 40% dan di panaskan selama kurang lebih 1
menit setelah itu di tambahkan dengan Pb asetat dan terjadi perubahan
warna yaitu putih telur bewarna kuning keemasan, ekstrak tempe
bewarna kuning, dan albumin bewarna hitam yang menandakan reaksi
positif membentuk PbS. Karna pada reaksi ini sampel yang di gunakan
akan berikatan dengan Pb yang mana kemudian membentuk PbS.
Sedangkan asam amino dan protein tidak mengalami perubahan warna
yang menandakan bahwa reaksi negative, hal ini terjadi mungkin karna
alat-alat yang kami gunakan kurang bersih sehingga mempengaruhi
reaksi.
f. Uji Sakaguchi
Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya asam amino
arginin. Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada larutan protein
yaitu ekstrak tempe, ekstrak tauge, putih telur, dan pepton mengalami
perubahan warna yaitu berubah menjadi warna merah yang berarti
terjadi reaksi positif, hal ini menandakan bahwa pada larutan protein
tersebut terdapat asam amino arginin.
Hal ini sesuai dengan teori Poedjiadi (1994), bahwa pada reaksi ini
pereaksi yang digunakan ialah naftol. Pada dasarnya reaksi ini memberi
hasil positif apabila ada gugus guanidine. Jadi, protein yang
mengandung altiminin dapat menghasilkan warna merah. Reaksi positif
ditandai dengan timbulnya warna merah setelah bereaksi dengan kalium
hipoklorit yang telah dialkaliskan dahulu dengan NaOH dan alfa-naftol.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1. Uji Konsentrasi dan Uji Pengendapan Protein
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pengamatan yang telah dilakukan pada penentuan konsentrasi
protein yaitu semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi pula nilai
absorbansinya artinya berbanding lurus, akan tetapi pada praktikum yang
kami lakukan itu tidak sesuai dengan teori karena pada saat kami
praktikum nilai konsentrasi tidak menentukan tinggi rendahnya nilai
absorbansi.
2. Reaksi Perubahan Warna pada Protein
Reaksi asam amino, peptide dan protein sudah terbukti dalam beberapa uji
yaitu pada :
a. Uji Biuret berwarna ungu yang menandakan bahwa reaksi ini positif
mengandung ikatan peptide panjang,
b. Uji Molisch reaksi positifnya menunjukkan warna coklat,
menandakan bahwa larutan tersebut mengandung sakarida atau
monosakarida.
c. Uji Xantoprotein bewarna kuning, yang menandakan bahwa reaksi ini
positif mengandung cincin fenil atau inti benzene,
d. Uji Ninhidrin menghasilkan warna biru dan biru tua yang
menandakan bahwa reaksi positif menghasilkan aldehid yang rendah,
e. Uji Sulfur bewarna hitam yang menandakan reaksi positif
membentuk PbS.
f. Pada uji Sakaguchi, menghasilkan warna merah yang menandakan
larutan ini mengandung asam amino altimiin, akan tetapi pada tauge
warna larutannya itu hijau kuning-kuningan yang berarti reaksinya
negatif yang menandakan kurangnya asam amino altimin pada
sampel.

B.   Saran
Praktikan yang melakukan pengamatan seharusnya lebih teliti dan cermat
sehingga pengamatan yang dilakukan dapat memberi hasil yang memuaskan, serta
dibutuhkan kesabaran dan keuletan dalam melaksanakan praktikum ini agar
pencapaian tujuan dapat terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.


Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.
Hawab, HM. 2004. Pengantar Biokimia. Jakarta : Bayu Media Publishing.
Hala, Yusmina. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Jurusan Biologi,
UNM.
Poedjiadi, 1994, Dasar-dasar Biokimia, Jakarta, UI.
Thenawijaya, Maggy. 1990. Dasar-Dasar Biokimia, Yogyakarta : Andi
Yogyakarta
Witarto, Budi Arif. 2001. (The Role of Protein Engineering in Bioindustry and Its
Prospect in Indonesia). Sinergy Forum - PPI Tokyo Institute of
Technology

Anda mungkin juga menyukai