Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Mekanisme Kerja Enzim Schardinger

KELAS C

KELOMPOK 1

NAMA ANGGOTA :

1. Aulia Tamara (201410410311134)


2. Chicy Anita H (201310410311078)
3. Gita Annisa Fadilah (201410410311107)
4. Rizky Haddi F. (201410410311022)
5. Ulifah Yulianti (201310410311199)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

I. TUJUAN
Mengetahui kerja enzim schardinger pada berbagai kondisi
II. PRINSIP REAKSI BIOKIMIA

Enzim schardinger erdiri dari dua jenis yaitu xanthin oxidase dan
xanthine dehydrogenase. Keduanya dapat mengalami interkonversi satu sama
lain sehingga dapat berubah dari jenis satu ke yang lainnya. Di dalam
xanthine oksidase mengkatalisis oksidasi hypoxanthin menjadi xanthin dan
oksidasi xanthin menjadi asam urat. Xanthin dehydrogenase juga
mengkatalisis dehydrogenase aldehida. Hydrogen yang lepas ditangkap oleh
suatu akseptor. Dalam praktikum ini Methylene Blue bertugas menjadi
akseptor hydrogen.

III. TEORI UMUM


Susu dari asal katanya adalah cairan yang tak tembus cahaya yang
dihasilkan oleh kelenjar susu dan terdiri atas air, protein susu (kasein), lemak,
karbohidrat (laktosa) dan beberapa zat lain. Susu emulsi lemak dalam air
dengan kasein sebagai zat pengemulsi/emulgator (Lehninger, 1995).
Susu merupakan bahan baku dari semua produk yang mengandung
susu. Susu sebagian besar digunakan sebagai suatu produk pangan. Jika
dipandang dari segi gizi, susu merupakan satu-satunya bahan makanan yang
hampir sempurna dan merupakan makanan alamiah yang tidak saja bagi
hewan yang menyusui juga untuk manusia, dimana susu merupakan satu-
satunya sumber makanan pemberi kehidupan segera sesudah lahir
(Lehninger, 1995).
Susu segar adalah susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau
ditambahkan bahan apapun dari pemerahan susu sapi yang sehat. Kriteria
untuk air susu sapi yang baik setidak-tidaknya memenuhi hal-hal berikut ini :
(i) bebas dari bakteri patogen, (ii) bebas dari zat-zat berbahaya ataupun toksin
seperti insektisida, (iii) tidak tersemar oleh debu dan kotoran, (iv) zat gizi
tidak menyimpang dari codex air susu, dan (v) memiliki cita rasa normal
(Resnawati, 2010).
Susu merupakan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi yang dikenal
sebagai bahan yang tidak tahan lama dan mudah rusak (perishable food), hal
ini disebabkan karena susu mempunyai kandungan air yang tinggi, pH yang
mendekati normal dan kandungan nutrientnya yang tinggi. Faktor-faktor ini
merupakan keadaan yang cocok untuk pertumbuhan optimum
mikroorganisme (Ekawasti, 2006).
Berdasarkan definisi susu segar, dapat dinyatakan bahwa susu segar
adalah susu murni, sehat, baik (tidak rusak), rasa manis, bau aromatis, pH
mendekati netral, dan jumlah kuman sedikit (Ekawasti, 2006).
Air susu yang normal atau sehat mempunyai sifat-sifat tertentu yang
dapat dilihat dari (Agraris, 1993):
1. Warna
Warna air susu yang sehat adalah putih kekuning-kekuningan
dan tidak tembus cahaya. Air susu yang berwarna agak merah atau biru,
terlalu encer seperti air adalah susu yang tidak normal. Warna air susu
yang kemerah-merahan memberi dugaan bahwa air susu tersebut berasal
dari sapi yang menderita Mastitis. Warna kebiruan menunjukkan bahwa
air susu telah dicampur air terlampau banyak. Sedang susu yang
berlendir, bergumpal, menandakan bahwa air susu tersebut sudah rusak.
2. Bau dan rasa
Air susu yang masih segar dan murni memiliki bau yang khas.
Bau yang asam menunjukkan bahwa air susu sudah basi, terlalu lama
disimpan. Air susu yang berbau busuk menunjukkan bahwa air susu
sudah rusak sama sekali. Air susu yang masih segar dan murni rasanya
enak, sedikit manis dan agak berlemak. Air susu yang rasanya asin, atau
mungkin agak masam, pahit, menunjukkan bahwa susu itu sudah mulai
rusak. Rasa hambar berarti air susu itu banyak dicampuri air.
3. Berat jenis
Berat jenis pada air susu sangat dipengaruhi oleh:
Susunan air susu itu sendiri
Dalam hal ini yang menentukan ialah kadar bahan keringnya.
Semakin tinggi kadar bahan keringnya maka akan semakin
tinggi pula berat jenisnya dan demikian sebaliknya.
Temperatur
Air susu akan mengembang pada suhu yang semakin tinggi,
per satuan volume air susu pun mengembang pula menjadi
menjadi ringan. Dan sebaliknya, dengan pendinginan, air susu
akan menjadi padat sehingga per kesatuan volume akan
menjadi lebih berat. Oleh karena itu, di Indonesia berat jenis
air susu itu ditetapkan pada temperatur 25o (suhu kamar).
Derajat keasaman
Susu yang normal derajat keasamannya sekitar 4 7,5 oSH.
Susu yang rusak derajat keasamannya akan meningkat.
Ada 3 komponen dalam air susu yang mempengaruhi mutu susu dalam
pengolahan antara lain (Setiawati dan Rahayu, 1992):
Lemak susu
Lemak susu mempunyai nilai gizi yang tinggi karena jumlah kalori
yang dikandungnya, vitamin-vitamin dan asam-asam lemak esensial.
Lemak susu menentukan rasa, bau dan tekstur air susu.
Laktosa
Laktosa merupakan karbohidrat yang digunakan untuk pembuatan
bahan makanan bayi. Penyerapan laktosa dalam dinding usus dapat
merangsang penyerapan kalsium, fosfor dan mineral lain yang
disebabkan karena kenaikan daya serap (permeabilitas) dinding sel.
Protein
Komponen protein susu antara kasein, laktoglobin dan laktaalbumin
yang dihasilkan dari proses sedimentasi. Koagulasi protein susu yang
disebabkan kontaminasi susu dengan bakteri-bakteri merupakan hal
yang tidak dikehendaki karena menyebabkan rusaknya air susu.
Kasein susu digunakan unutk pembuatan lem, industri cat yang larut
dalam air dan industri plastik
Menurut Ekawasti (2006), menyatakan bahwa pemeriksaan kesegaran susu
terdiri atas beberapa uji sebagai berikut :
1. Uji sensorik atau uji organoleptik.
2. Kestabilan protein.
Uji didih
Uji alcohol
3. Uji pH.
Susu adalah bahan makanan yang sempurna karena mengandung
protein, lemak, karbohidrat (laktosa), vitamin dan garam anorganik. Dalam
susu terdapat pospat baik sebagai protein, maupun sebagai ion pospat
anorganik. Kesegaran susu dapat ditandai dengan masih aktifnya enzim-
enzim yang terdapat didalamnya diantaranya aktifnya enzim amylase, lipase,
peroksidase, katalase dan sebagainya (Tim Dosen Biokimia, 2001).
Susu mengandung suatu enzim yang mengkatalisis oksidasi macam-
macam aldehid menjadi asam. Reaksinya berlangsung secara anaerobik dan
dapat ditunjukkan bila ada akseptor hidrogen yang sesuai seperti : metilen
biru. Jalannya reaksi dapat dilihat dari perubahan warna biru (bentuk
oksidasi) menjadi tak berwarna (bentuk reduksi). Reaksi ini biasanya
dilakukan dalam tabung Thunberg (Patong, dkk., 2012).
Uji Methylene blue dapat memberikan gambaran perkiraan jumlah
bakteri yang terdapat dalam susu. Pada uji ini akan ditambahkan sejumlah zat
yang biru ke dalam susu, kemudian diamati waktu yang dibutuhkan oleh
bakteri dalam susu tersebut untuk melakukan aktifitas yang dapat
mengakibatkan perubahan warna zat tersebut. Semakin tinggi jumlah bakteri
dalam susu tersebut, semakin cepat terjadinya perubahan warna zat tersebut.
Uji metilen biru didasarkan pada kemampuan bakteri dalam susu untuk
tumbuh dan menggunakan oksigen terlarut, sehingga menyebabkan
perubahan penurunan kegiatan oksidasi-reduksi dari campuran tersebut.
Maka akibatnya metilen biru yang ditambahkan akan tereduksi menjadi putih
metilen. Selain itu bekerja pula enzim yang disebut Schardinger
enzyme (Girindra, 1990).
Schardinger pada tahun 1902 mengamati bahwa metilen biru
berkurang formaldehida di dalam susu segar. Enzim yang bersangkutan
dalam oksidasi ini dan aldehida lainnya dikenal sebagai "enzim Schardinger"
(Booth, 1935).
Enzim Schardinger merupakan enzim yang termasuk golongan enzim
oksidase ini terdapat antara lain di dalam susu ncubato dikenal pula sebagai
enzim xanthine oksidase karena dapat mengoksidase xanthine. ncubator juga
dapat mengoksidasi aldehid. Di dalam percobaan ini ncubator blue digunakan
sebagai penangkap hydrogen (Anonim, 2012).

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM


A. Alat
Pipet volumetric
Tabung reaksi (3 buah)
Stopwatch
Gelas Ukur 5 ml
B. Ragensia/Bahan
Susu yang sudah dimasak
Methylene Blue formaldehid
Parafin cair
Susu Mentah
V. SKEMA KERJA
1. Siapkan 3 tabung reaksi bersih beri masing-masing tanda P, Q, dan R.

Q R P dan Q dengan 3 ml susu mentah.


P tabung
2. Isi

3. Isi tabung R dengan susu yang sudah dimasak.


P Q
4. Tambahkan 8 tetes methylene blue formaldehid (35 mg MB dilarutkan
R
dalam 195 ml air dan 5 ml formaldehid 40%) kedalam tiga tabung dan
kocoklah sampai warnanya rata.

5. Tambahkan 8 tetes parafin cair kedalam tabung P. jangan dikocok !


P Q R

1
P ketiga tabung pada suhu 37C selama
6. Inkubasi 2 jam. Amatilah

perubahan warna yang terjadi dalam masing-masing tabung.

VI. PELAKSANAAN
1. Siapkan tabung reaksi 3 buah, kemudian berikan tanda masing-masing
P,Q, dan R.
2. Kedalam tabung P dan Q tambahkan masing-masing 3ml susu
mentah, sedangkan kedalam tabung R masukkan 3 ml susu yang
sudah dimasak.
3. Tambahkan 8 tetes methylene blue formaldehid (25 methylene blue
dilarutkan dalam 195 ml air dan 5 ml formaldehid 40%) kedalam
ketiga tabung dan kocoklah sampai warnanya rata.
4. Tambahkan 8 tetes paraffin cair kedalam tabung P. jangan dikocok!.
1
5. Inkubasi ketiga tabung pada 37C selama 2 jam. Amatilah

perubahan warna yang terjadi dalam masing-masing tabung.

VII. HASIL PENGAMATAN


1. Susu pada tabung P,Q, dan R sebelum diberi Methylene Blue

P Q R
2. Susu pada Tabung P, Q, dan R setelah diberi Methylene Blue

P Q R

3. Susu setelah diinkubasi selama 15 menit

P Q R

4. Susu setelah diinkubasi selama 30 menit

P Q R
Seluruh kelompok melakukan hal yang sama pada semua tabung maka data
yang dihasilkan adalah:

VIII. PEMBAHASAN
Tabung P (Susu Sapi 3ml + 6Tetes Methylane Blue Formaldehide +
Parafin cair).
Pada tabung P, parafin cair pada pemberiannya berfungsi
sebagai penghalang membenuk selaput/lapisan diatas permukaan cairan
agar O2 tidak dapat masuk dan mengkontasminasi reaksi yang terjadi
antara methylane blue dan gugus hidrogen karna reaksi oksidasi gugus
aldehida berlangsung secara anaerob (ini berarti reaksi berjalan tanpa
menggunakan bantuan oksigen pada aktifasinya). Pada perlakuannya
susu sapi ditambahkan methylane blue formaldehid diawal lalu dikocok
hingga warna yang diberikan merata maka akan berwarna biru,
setelahnya ditetesi oleh parafin cair yang mana tidak boleh dikocok karna
tujuan parafin cair yang digunakan sebagai agen protektif untuk reaksi
yang berjalan, setelah itu cairan lalu diinkubasi 30 m3nit pada suhu
370C , sebelum dimasukan kedalam inkubator cairan berwarna biru tetapi
setelah diinkubasi cairan berwarna putih susu hal ini terjadi karna ion
Hidrogen yang dihasilkan dari oksidasi Aldehide tersebut dapat secara
baik mengikat/menempati reseptor-reseptor yang sesuai pada methylane
blue sehingga menyebabkan perubahan warna tersebut yang menandakan
berhasilnya reaksi tanpa terkontaminasi O2.
Tabung Q (Susu Sapi 3ml+ 6 Tetes Methylane Blue Formaldehide).
Pada tabung Q, Warna larutan sebelum diinkubasi yaitu biru,
setelah diinkubasi dengan perlakuan yang sama dengan tabung P tetapi
tanpa menggunakan parafin cair, hasil yang di tunjukan yaitu warna putih
di bagian bawah tetapi memiliki bagian atas yang berwarna kebiruan
seperti larutan yang terpisah. Hal ini dapat terjadi karna pada bagian atas
permukaan larutan tidak ada penghalang oksigen untuk masuk jadi yang
awalnya raksi seharusnya berjalan anaerob yaitu tanpa bantuan oksigen
menjadi terkontaminasi oleh oksigen sehingga bagian yang
terkontaminasi tersebut reseptor pada Methylane blue tidak dapat secara
sempurna mengikat ion H+ yang ada sehingga ada bagian yang masih
berwarna kebiruan.
Tabung R (Susu Sapi Telah dimasak 3ml+ 6 Tetes Methylane Blue
Formaldehide).
Pada tabung R, sebelum diinkubasi larutan berwarna Biru dan
setelah diinkubasi dengan perlakuan yang sama tetapi susu sapi telah
dimasak terlebih dahulu tidak menunjukan perubahan warna yang dapat
dilihat, warna yang ditunjukan tetap biru. Hal ini menunjukan methylane
blue tidak menangkap adanya ion H+ sehingga warna larutan tidak
berubah. Hal ini disebabkan karna enzim Schardinger tidak dapat
mengoksidasi gugus aldehid sehingga tidak terbentuk ion H+ disebabkan
karna susu sapi yang telah dipanaskan dengan suhu yang tinggi (diatas
60oC) akan rusak/terdenaturasi sehingga tidak memiliki fungsi sebagai
enzim layaknya. Schardinger merupakan suatu protein dan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas protein adalah suhu.

IX. KESIMPULAN

Enzim Schardinger pada susu dapat mengkatalisis oksidasi formaldehid


dengan berubahnya warna pada larutan yang ditambah Methylene Blue
formaldehid dari biru menjadi putih denagn adanya bantuan paraffin cair
yang menahan masuknya udara dari luar masuk kedalam tabung.
Pemanasan yang tinggi dapat merusak enzim yang terdapat dalam susu
sehingga tidak dapat bekerja secara optimum.
Enzim schardinger bekerja secara anaerob.
DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, A.H., 1995. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga


Resnawati, Hati. 2010. Kualitas Susu Pada Berbagai Pengolahan Dan
Penyimpanan (Jurnal). Bogor : Balai Penelitian Ternak.
Girindra, A. 1990. Biokimia 1. Cetakan ke-2. Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai