Anda di halaman 1dari 6

Kondensasi iodin dengan karbohidrat pada uji iodin, monosakarida dapat menghasilkan warna yang

khas. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk
rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini
menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam
spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut (Fessenden, 1986).
Larutan amilum setelah ditetesi iodium (sebelum dipanaskan) larutan berwarna putih bening.
Namun, setelah dipanaskan warna larutan tetap putih bening tetapi ada endapan berwarna ungu
didasar tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hidrolisis pati pada saat pemanasan.
Adapun endapan yang muncul di dasar tabung ini disebabkan karena proses hidrolisis pati yang tidak
sempurna. Endapan ini merupakan sisa dari butir-butir amilum (Diwan, 2012). Ikatan antara iod dan
amilum berupa ikatan semu karena dapat putus saat dipanaskan dan terbentuk kembali pada saat
didinginkan. Apabila dipanaskan rantai amilum akan memanjang sehingga iod mudah terlepas, sama
halnya ketika didinginkan, rantai pada amilum akan mengerut sehingga iod kembali terikat dengan
amilum. Hal ini karena kemampuan menghidrolisis sehingga amilum berubah menjadi glukosa.
Pengujian amilum dilakukan dalam suasana asam, basa dan netral. Penambahan larutan iod 0,01 M
pada air pada suasana basa tidak terjadi perubahan warna karena iod tidak berikatan dengan
amilum (Sherly, 2012). Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati dalam
suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya
diuji dengan iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna. Jika amilosa
direaksikan dengan iodium maka akan berwarna biru, sedangkan jika amilofektin direaksikan dengan
iodium akan memberikan warna ungu kehitaman (Mustaqim, 2012). Amilum bereaksi dengan
molekul iod karena struktur amilum pada larutan berbentuk heliks yang berbentuk kumparan
sehingga dapat diisi oleh molekul iod di dalamnya. Namun, setelah dilakukan pemanasan, warna
larutan menjadi bening. Hal ini disebabkan karena adanya pemutusan ikatan Iod dengan glukosa tadi
atau terjadi penguraian ion (pelepasan iod dari amilum) karena adanya perubahan suhu yang tinggi.

Setelah didinginkan, larutan kembali berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan antara iod
dan amilum berupa ikatan semu karena dapat putus saat dipanaskan dan terbentuk kembali pada
saat didinginkan (Raandesky, 2011). Uji hidrolisis pati oleh asam, pada menit ke 0 setelah sampel
ditetesi larutan iodin sampel berwarna biru kehitaman. Pada menit ke 4 pemanasan dan ditetesi
larutan iodin, warna sampel tetap biru kehitaman. Pemanasan setelah menit ke 8 dan ditetesi
larutan iodin, sampel berwarna biru keabuan atau memudarnya warna biru kehitaman. Pada menit
ke 12 pemanasan warna sampel memudar menjadi biru keabuan setelah ditetesi iodin. Setelah
melakukan pemanasan 16 menit dan ditetesi iodie, warna sampel menjadi jernih (Anugrah, 2012).
Uji iodin digunakan untuk medeteksi adanya pati (suatu polisakarida), ketika dilakukan percobaan
dengan tiga kondisi yaitu kondisi, netral, asam dan basa, yaitu pada masing-masing tabung
ditambahkan 2 tetes air pada tabung I (netral), 2 tetes HCl pada tabung II (asam) dan 2 tetes NaOH
pada tabung III (basa). Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan, setelah dipanaskan pada
tabung I dengan kondisi netral diperoleh (+2 tetes air) tidak terjadi perubahan warna, dengan basa
(+2 tetes NaOH) tidak mengalami perubahan warna (warna tetap keruh) atau dengan kata lain tidak
terbentuk ikatan koordinasi antara ion iodida pada heliks. Hal ini disebabkan karena dengan basa I
2

akan mengalami reaksi sebagai berikut: 3 I

+ 6 NaOH → 5 NaI + NaIO

+3H

O Sehingga pada larutan tidak terdapat I

yang menyebabkan tidak terjadinya ikatan koordinasi sehingga warna tetap keruh, sedangkan
dengan kondisi asam

.2 Pembahasan

Bahan yang digunakan kelompok satu pada praktikum uji karbohidrat dengan metode iodin adalah
kentang sebanyak 5 gram. Kentang mengandung cukup tinggi karbohidrat. Dalam 100 gram kentang
terdapat sekitar 19 gram karbohidrat. Jenis karbohidrat yang pada umumnya terdapat pada kentang
adalah karbohidrat polisakarida yaitu pati. Pati terdiri atas amilosa dan amilopektin. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Anonim (2011) yang menyatakan bahwa kentang terkenal karena kandungan
karbohidratnya. Bentuk dominan dari karbohidrat ini adalah pati. Sebagian kecil tapi signifikan, pati
ini tahan terhadap pencernaan oleh enzim dalam lambung dan usus kecil, sehingga mencapai usus
besar dasarnya utuh. Nilai kandungan karbohidrat kentang per 100 g adalah 19 g. Tabung reaksi
pertama dimasukkan 5 mL bahan yang berwarna putih kemudian dimasukkan 3 tetes aquadest dan
dihomogenkan. Aquadest yang ditambahkan dalam bahan bersifat netral dan bening sehingga tidak
memengaruhi bahan. Aquadest berfungsi sebagai pelarut segingga tidak dapat menghidrolisis
glukosa. Hal ini sesuai dengan Yudistira (2011) yaitu aquadest atau aquadestilata atau air denim
adalah air yang telah dimurnikan. Penambahan aquades pada larutan karohidrattidak
mengakibatkan adanya perubahan. Penambahan iodin dilakukan setelah penambahan aquades pada
perlakuan sebelumnya. Iodin ditambahkan dalam sampel sebanyak tiga tetes dan dihomogenkan.
Hasil yang diperoleh dari perlakuan ini adalah larutan tetap berwarna putih keruh. Seharusnya
penambahan iodin mengakibatkan perubahan warna pada larutan. Hal ini disebabkan karena
kurangnya ketelitian dalam melihat perubahan warna yang terjadi. Terbentuknya warna biru pada
larutan karbohidrat dikarenakan amilum pada kentang bereaksi dengan iodin. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Awan (2011) bahwa iodin yang ditambahkan mengakibatkan perubahan warna pada
sampel karbohidrat. Amilum pada kentang yang berbentuk spiral memudahkan iodin masuk dengan
mudah. Perlakuan selanjutnya pada tabung reaksi pertama adalah dipanaskan selama 5 menit diatas
penangas dengan suhu 60 oC dan selanjutnya didinginkan selama 10 menit. Hasil yang diperoleh
saat dipanaskan adalah larutan berwarna putih. Hal ini disebabkan karena ikatan amilum
membentuk rantai panjang pada saat dipanaskan. Ketika larutan kentang didinginkan, larutan
kembali ke warna semula. Hal ini disebabkan karena ikatan amilum kembali terbentuk. Hal ini sesuai
dengan Diwan (2012) yang menyatakan bahwa, ikatan antara iod dan amilum dapat putus saat
dipanaskan dan terbentuk kembali pada saat didinginkan. Tabung reaksi kedua dimasukkan 5 mL
sampel kemudian ditambahkan HCl 3% dalam tabung tersebut dan dihomogenkan. Diamati reaksi
yang terjadi. Yang terjadi adalah larutan menjadi warna putih. Hal ini diesbabkan karena HCl bersifat
asam sehingga penambahan asam berupa HCl mengakibatkan turunnya pH sampel. Turunnya pH
sampel ditandai dengan perubahan warna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adiatma (2011)
amilum berbentuk spiral sehingga mudah berikatan dengan iod. Setelah ditambahkan HCl tabung
reaksi kedua ditambahkan iodin sebanyak 5 tetes dan dihomogenkan. Setelah itu, diamati reaksi
yang terjadi. Iodin menjadi indikator yang menunjukkan perubahan warna pada sampel. Warna yang
terbentuk adalah warna biru. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi antar amilum dengan iod. Pati
mengalami suasana asam sehingga amilum akan terhidrolisisdan mudah berikatan dengan iod
membentuk warna biru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Awan (2011) bahwa iodin yang
ditambahkan berfungsi sebagai indikator suatu senyawa polisakarida. Perlakuan selanjutnya pada
tabung reaksi kedua adalah, sampel dipanaskan selama 5 menit diatas penangas dengan suhu 60oC
dan didinginkan selama 10 menit. Ketika larutan dipanaskan warna biru pada larutan berkurang. Hal
ini disebabkan karena ketika sampel dipanaskan maka amilum akan memanjang sehingga iod mudah
lepas. Ketika proses pendinginan larutan kembali ke warna semula. Hal ini disebabkan karena rantai
amilum kembali mengerut. Hal ini sesuai dengan pernyataan sherly (2012) yang menyatakan bahwa
ikatan antara iod dan amilum merupakan ikatan semu. Sehingga mudah berubah tergantung
perlakuan yang diberi. Pada tabung reaksi ketiga sampel dimasukkan sebanyak 5 mL kemudian
dimasukkan NaOH 6 M sebanyak 3 tetes dan dihomogenkan. Setelah itu diamati reaksi yang terjadi.
Larutan berubah menjadi warna kuning. Hal ini dikarenakan senyawa basa larut dalam air sehingga
akan melepaskan panas. Ketika dilarutkan menjadi warna kuning. Hal ini sesuai dengan Anonim
(2012) yang menyatakan bahwa fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa
pada uji iodin. Penambahan NaOH menyebabkan perubahan warna menjadi warna kuning. Iodin
ditambahkan sebanyak 5 tetes kedalam tabung reaksi yang telah ditambahkan NaOH 6.
Penambahan iod tidak menyebabkan perubahan apapun. Hal ini disebabkan karena iod terlebih
dahulu bereaksi dengan NaOH sehingga tidak ada reaksi antara iod dengan amilum. Reaksi antara
NaOH dengan Iod akan membentuk senyawa NaI dan NaOI. Hal ini sesuai dengan pernyataan Awan
(2011) yang menyatakan bahwa pada pengujian larutan amilum dan iod, NaOH menghalangi
terjadinya reaksi antara amilum dengan iod. Iod terlebih dahulu bereaksi dengan NaOH
dibandingkan amilum dengan NaOH. Selanjutnya tabung reaksi ketiga dipanaskan selama 5 menit
pada suhu 60o dan didinginkan selama 60oC dan selanjutnya didinginkan selama 10 menit. Hasil
yang diperoleh saat dipanaskan, tidak mengalami perubahan apapun begitu pula setelah
didinginkan. Hal ini dikarenakan di awal tidak terjadi reaksi antara amilum dengan iod. Sehingga
pada saat pemanasan tidak ada ikatan yang putus maupun terbentuk. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Raandesky (2011) yang menyatakan bahwa perlakuan seperti pemanasan dan
pendinginan pada larutan basa yang sudah ditambahkan iod tidak mengalami perubahan apapun.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012.

Singkong.

http://id.wikipedia.org/wiki/Singkong.

Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar. Anonim. 2012b.

Reaksi Uji Karbohidrat Praktikum.

http://pemula-awaliharimu.blogspot.com/2012/10/reaksi-uji-karbohidrat- praktikum.html.

Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar. Awan, Rry. 2012.

Reaksi Uji Karbohidrat (Praktikum Biokimia).

http://pemula-awaliharimu.blogspot.com/2012/10/reaksi-uji-karbohidrat- praktikum.html. Diakses


pada tanggal 26 November 2014. Makassar Anugrah, Deo. 2012.

Berbagai Uji Karbohidrat.

http://www.scribd.com/doc/95291146/berbagaiujikarbohidrat. Diakses pada tanggal 26 November


2014. Makassar. Diwan, 2011.

Percobaan Iod.

http://www.scribd.com/doc/100878743/Biokimia-1-3 Percobaan Iod. Dia akses pada tanggal 26


November 2014. Makassar Fessenden. 1986.

Kimia Organik Jilid 2

. Jakarta : Erlangga. Koswara, Soetrisno. 2001.

Pisang untuk Diet dan Sehat.

http://www.untukperempuan.com/health-and-beauty/jaga-kesehatan-dengan- pisang.htmlS

Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Mustaqim. 2012.

Uji Identifikasi Karbohidrat.

http://nizamora.blogspot.com/2012/09/uji-iedntifikasi-karbohidratedisi.html. Diakses pada tanggal


26 November 2014. Makassar Plantamor. 2012a.

Ubi Jalar.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=711. Diakses pada tanggal 4 November 2012.
Makassar. Plantamor. 2012b.

Singkong.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=815. Diakses pada tanggal 26 November 2014.


Makassar Plantamor. 2012c.

Jagung.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=1301. Diakses pada tanggal 26 November 2014.


Makassar Plantamor. 2012d.

Pisang.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=2170. Diakses pada tanggal 26 November 2014.


Makassar Plantamor. 2012e.

Kentang.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=1397. Diakses pada tanggal 26 November 2014.


Makassar

Poedjiadi, Anna. 1994.

Dasar-Dasar Biokimia

. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Putri, Beta Alfisyahri. 2012.

Karbohidrat

http://www.scribd.com/doc/88817827/KARBOHIDRAT

. Dia akses pada tanggal 28 Oktober 2012. Makassar. Diakses pada tanggal 26 November 2014.
Makassar

Raandesky. 2011.

Karbohidrat

http://duniaraa13.blogspot.com/2011/04/karbohidrat.htm
l. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Rizal. 2011. Pemanfaatan

Ubi Jalar sebagai Pengganti Gula Tebu dan Gula Jagung.

http://www.poltekkes-malang.ac.id/artikel-152.html.

Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Santoso, Eko Budi. 2011.

Sumber dan Jenis Karbohidrat.

http://ras-eko.blogspot.com/2011/10/sumber-dan-jenis-karbohidrat.html.

Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Sativa, Rida. 2008.

Karbohidrat.

http://sweetir1s.multiply.com/journal/item/5/karbohidrat?&show_interstitial=1&u=%2
Fjournal%2Fitem

. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Sherly. 2012.

Karbohidrat.

http://sherlyleo.blogspot.com/2012/05/karbohidrat.html.

Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Supartiwi, Yulli. 2011.

Uji Karbohidrat.

http://yuleedhys91.blogspot.com/2012/02/uji-karbohidrat.html.

Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar

Anda mungkin juga menyukai