Anda di halaman 1dari 27

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS

Disusun oleh :

1. Ganga arifin septiyanto (1902090)


2. Glenna Mettynur Alifah (1902091)
3. Muthmainnah (1902099)
4. Sri Astuti (1902107)

PROGRAM STUDY:
DIII KEPERAWATAN 1 C
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2019/2020

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah serta
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Aktifitas.Penulis ini menyusun Asuhan Keperawatan ini untuk memenuhi
tugas program studi DIII Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini tidak lepas
dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Ibu Ratna A., S.Kep., Ns., M.Kep

Penulis menyadari laporan Asuhan Keperawatan ini masih banyak kekurangan.Untuk


itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.Semoga laporan
Asuhan Keperawatan ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis lainnya.

Klaten, 19 Febuari 2020

Penulis

2
3

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR…………………………………………………………………2

DAFTARISI…………………………………………………………………………..3

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………...4
B. Tujuan ………………………………………………………………………...5

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian…………………………………………………………………......6
B. Analisis Data………………………………………………………………….9
C. Masalah Keperawatan…………………………………………………............9
D. Rencana Intervensi & Implementasi……………………………………........10
E. Evaluasi ……………………………………………………………...............25

BAB III

KESIMPULAN............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................26

3
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan aktivitas (pergerakan) adalah salah satu tanda
kesehatan yaittu adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seperti berdiri,berjalan ,dan bekerja. Salah satu faktor yang
mempengaruhi aktivitas pergerakan adalah karena kondisi di mana
seseorang tidak mampu melalakukan pergerakan secara mandiri oleh
adanya ganguan fungsusi motorik.
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan
hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier,
1995).Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak
atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam
berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh
berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk
atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara
pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasim secara pasif yaitu:
mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara
dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi
aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan
secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain (Priharjo, 1997).
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu
jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan
memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa
sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada
pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat

4
5

mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam


pelaksanaan mobilisasi.
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan sekitar 15 juta
orang mengalalami ganguan mobilisasi salah satunya setroke
merupakan penyebab kematian utama urutan kedua pada kelompok
usia di atas 60 tahun. Negara-Negara miskin dan berkembang seperti
indonesia insiden stroke cendrung meningkat setiap tahunnya
meskipun sulit mendapatkan data yang akurat(Ginanjar 2009)
Untuk mengurangi jumlah pasien strok di indonesia sebaik nya
individu belajar hidup sehat dengan cara kontrol tekanan darah rutin
setiap bulan,berhenti merokok mengecek gula darah,kolestrol secara
rutin dan rajin berolahraga serta menjaga berat badan secra idial.

B. Tujuan
a. Tujuan Khusus
setelah menyelesaikan asuhan keperawatran ini harapan nya
mahasiswa dan pembaca mampu melakukan
1. pengkajian pada klien dengan ganguan pemenuhan kebutuhan
aktivitas

b. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan
aktivitas dan mobilisasi serta mampu memahami apa itu
mobilisasi dan kebutuhan aktivitas
2. Untuk mengetahui posisi tidur yang baik dan manfaatnya.
3. Untuk mengetahui cara memindahkan pasien dari satu posisi
ke posisi lain.
4. mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan ganguan mobilisas

5
6

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan, terdiri atas:

 identitas klien
berisikan tentang data pribadi klien itu sendiri seperti nama alamat
tempat tinggal usia dl.
 keluhan utama
contoh pasien datang ke rumah sakit karna sudah demam
seminggu,tapi demam tak kunjung reda.
 Riwayat Keperawatan Sekarang, meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan
imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat
mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
 Pengkajian Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita, berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat
penyakit sistem neurologis, riwayat penyakit kardiovaskular, riwayat
penyakit sistem muskuloskeletal, riwayat penyakit sistem pernapasan,
riwayat pemakaian obat seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem
saraf pusat, laksania, dan lain-lain.
 Kemampuan Fungsi Motorik, pengkajiannya antara lain pada tangan
kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya
kelemahan, kekuatan, atau spastis.
 Kemampuan Mobilitas, dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan
berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah
sebagai berikut:

6
7

Tingakat Aktivitas/Mobilitas Kategori


Tingkat 0 : Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 : Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 : Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
Tingkat 3 : Memerlukan bantuan, pengawasan & peralatan
Tingkat4 : Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan
 Kemampuan Rentang Gerak, pengkajian rentang gerak (range of
motion – ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan,
panggul, dan kaki.

Gerak Sendi Derajat Rentang Normal


Bahu
Abduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala,
telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh 180°
Siku
Fleksi : angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu
150°
Pergelangan Tangan
Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah 80°-90°
Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi 80°-90°
Hipereskstensi : tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin
70°-90°
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke atas 0°-20°
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, telapak tagang
menghadap ke atas 30°-50°

7
8

Tangan dan Jari


Fleksi : buat kepalan tangan 90°
Ekstensi : Luruskan jari 90°
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin 30°
Abduksi : kembangkan jari tangan 20°
Abduksi : rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi 20°
 Perubahan Intoleransi Aktivitas, berhubungan dengan perubahan pada
sistem pernapasan, antara lain : suara napas, analisis gas darah, gerakan
dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan
nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan
sistem kardiovaskular, seprti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi
perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan
aktivitas atau perubahan posisi.
 Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi, dalam mengkaji kekuatan otot
dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan
otot dapat ditentukan dengan :

Skala Persentase Kekuatan Normal Karakteristik


00 : Paralisis sempurna
1 10 : Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat
2 25 : Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
3 50 : Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 : Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan
tahanan
minimal
5 100 : Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan tahana penuh.
 Perubahan Psikologis, disebabkan karena adanya gangguan mobilitas dan
imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan

8
9

dalam mekanisme tulang, dan lain-lain

B. Analisis Data
1. Problem (masalah)
Merupakan gambaran ke adaan klien dimana tindakan keperawatan
dapat di berikan . Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari
keadan normal yang seharusnya tidak terjadi

2. Etiologi(penyebab)
Keadaan ini menunjukan penyebab yang memberikan arah terhadap terapi
keperawatan penyebabnya meliputi: prilaku llingkkungan ,intraksi antara
prilaku dan lingkungan

3. Symptom(tanda dan gejala)


Adalah ciri tanda atau gejala yang di alami pasien yang merupakan
informasi yang di perlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan

C. Masalah Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang, fraktur, dan lain-
lain.
2. Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas.
3. Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatik pneumonia.
4. Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan otot
5. .Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot.
6. Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru.
7. Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi.
8. Gangguan eliminasi akibat imobilitas.
9. Retensi urine akibat gangguan mobilitas fisik.
10. Inkontinensia urine akibat gangguan mobilitas fisik.

9
10

11. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu


makan (anoreksia) akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltik
usus.
12. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrrolit akibat kurangnya asupan
(intake).
13. Gangguan interaksi sosial akibat imobilitas.
14. Gangguan konsep diri akibat imobilitas.

D. Rencana Intervensi & Implementasi


Intervensi (Tindakan) Keperawatan

 Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh


sesuai kebutuhan pasien serta melakukan ROM pasif dan aktif.
1.Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas dapat
disesuaikan dengan tingkat gangguan, seperti fowler, sim, trendelenburg,
dorsal recumbent, lithotomi, dan genu pectoral.
a) Posisi Fowler, adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Dudukkan pasien
c. Berikan sandaran/bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur,
untuk posisi semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
d. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.
b) Posisi Sim, adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat anus
(suposutoria)
Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan
posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan
ditekuk diarahkan ke dada
c. Tangan kiri di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan
kanan di atas tempat tidur

10
11

d. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup


dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada
e. Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan
kiri di atas tempat tidur
c) Posisi Trendelenburg, pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan
bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk
melancarkan peredaran darah ke otak.
Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal di antara
kepala dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal di bawah
lipatan lutut.
c. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat
tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien
d) Posisi Dorsal Recumbent, pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan
kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini
dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia serta pada proses
persalinan.
Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka
c. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat
tidur, dan renggangkan kedua kaki
d. Pasang selimut

e) Posisi Lithotomi
pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua
pahanya dan tarik ke arah perut
c. .Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
d. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomi
e. Pasang selimut

11
12

f) Posisi Genu Pectoral, pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur. Posisi ini
dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. . Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk
dan dada menempel pada kasur tempat tidur
c. Pasang selimut pada pasien

2) Latihan ROM Pasif dan Aktif


Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau
trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya
imobilitas.Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan
kekuatan otot serta memelihara dan mobilitas persendian.
a.) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
dengan lengan
3. Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien
4. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
5. Catat perubahan yang terjadi

b.) Fleksi dan Ekstensi Siku


Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak
mengarah ke tubuhnya
3. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan
lainnya
4. Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu
5. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
6. Catat perubahan yang terjadi

c.) Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah


Cara :

12
13

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk
3. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
4. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya
5.Kembalikan ke posisi semula
6.Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke
arahnya
7. Kembalikan ke posisi semula
8. Catat perubahan yang terjadi

d.) Pronasi Fleksi Bahu


Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya
3. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya
4. Angkat lengan pasien pada posisi semula
5. Catat perubahan yang terjadi

e.) Abduksi dan Adduksi


Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi lengan pasien di samping badannya
3. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya
4.Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Catat perubahan yang terjadi

f.) Rotasi Bahu


Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk
3. Letakkan satu lengan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang
tangan pasien dengan tangan yang lain
4. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap ke bawah
5. Kembalikan lengan ke posisi semula

13
14

6. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,


telapak tangan menghadap ke atas
7. Kembalikan ke posisi semula
8. Catat perubahan yang terjadi

g.) Fleksi dan Ekstensi Jari-Jari


Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang kaki
3. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
4. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Catat perubahan yang terjadi

h.) Infersi dan Efersi Kaki


Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang
pergelangan kaki dengan tangan satunya
3. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya
4. Kembalikan ke posisi semula
5. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menhjauhi kaki yang lain
6. Kembalikan ke posisi semula
7. Catat perubahan yang terjadi

i.) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki


Cara :
1Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2 Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang
lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan tetap rileks
3. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien
4. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Catat perubahan yang terjadi

j.) Fleksi dan Ekstensi Lutut


Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

14
15

2. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan
tangan yang lain
3.Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha
4. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin
5.Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas
6. Kembalikan ke posisi semula
7. Catat perubahan yang terjadi

k.) Rotasi Pangkal Paha


Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang
lain di atas lutut
3.Putar kaki menjauhi perawat
4. Putar kaki ke arah perawat
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Catat perubahan yang terjadi

l.) Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha


Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada
tumit
3.Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat
tidur, gerakkan kaki mendekati badan pasien
4. Kembalikan ke posisi semula
5. Catat perubahan yang terjadi

15
16

Tujuan :
a. Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi
Dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam
postur tubuh yang benar. Cara ini dapat dilakukan dengan
membuat sebuah jadwal tentang perubahan posisi selama kurang
lebih setengah jam. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap
agar kemampuan kekuatan otot dan ketahanan dapat meningkat
secara berangsur-angsur.
2. Ambulasi dini merupakan salah satu tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun
dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur, bergerak ke
kursi roda, dan seterusnya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara
berangsur-angsur.
3. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih
kekuatan dan ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah
bergerak.
4. Latihan isotonik dan isometrik. Latihan ini juga dapat digunakan
untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara
mengangkat beban yang ringan, kemudian beban yang berat.
Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan
rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik
(static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah
jantung ringan dan nadi.

16
17

3. Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatik pneumona


Mengurangi resiko jatuh
 Melakukan pengkajian ulang secara brrkala mengenai resiko
pasien jatuh
 termasuk resiko potensial yang brhubungan dengan jadwal
pemberian obat
 Mengambil tindakan untuk mengurangi semua resiko yang telah
didentifikasikan

4. Intoleransi aktivitas akibat menurunya tonus dan kekuatan otot


 Mempertahanakan fungsi posisi dengan tidak hadirnya \
pembatasan kontraktur mempertahanakan ataupun
meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh
 Mempertahankan istirahat tirah bring \duduk jika diperlukan,
jadwaln aktivitas untuk memberikan perioe istirahat yang
terus menerus dan tidur malam hari yang tidak tergangu
Rasional : istirahat sistematik dianjurkan selama eeksaserbasi
akutdan seluruhfase penyakityang pentinguntuk mencegah
kelelahan dalam mempertahankan kekuatan
 Bantu dengan rentang gerak aktif\pasif
Rasional:Mempertahankan \meningkatkan fungsi
sendikekuatan otot dan stamina umum
 Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduktinggi
berdiri dan erjalan
 Berikan lingkungan yang amamn ,misalnya menaikan kursi
mengunakan pegangan tangga pada toilet pengunaan kursi
roda
Rasional : Menghindari cidera akibat kecelakan jatuuh

17
18

 Kolaborasi dengan fisioterapi


Rasional :berguna dalam memformulasikan programlatihan
aktivitas yang berdasarkna pada ebutuhan induividualdan
dalam mengidentifikasikan alat

5. Sindrom perawatan diri akibat menurunya fleksibilitas otot


untuk mengembalikan fleksibilitas otot maka tindakan yang di lakukan
adalah Dengan cara terapi strain conter straint (SCS) merupakan salah satu
usaha dalam mengembalikan panjang fleksibilitas otot dan fascianya dengan
menempatkan bagian tubu, h agar terjadi pemanjangan sebuah otot
SCS akan melatih otot untuk mencapai feleksibilitas yang normal , dengan
cara otot akan di latih untuk memanjang yang kakan mempengaruhi sarcomer
dan fascia.

6) Tidak efektifnya pola nafas akibat menurunya ekpansi paru


Tujuan:pola nafas kembali efektif
 Kaji frekuensi kedalam pernafasan termasuk penggunssn otot
bantu pernafasan \pelebaran nasal R\kecepatan biasanya
mencapai kedalam pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal
nafas expansi dada terbatas yang berhubungan dengan etelaksis
atau nyeri dada
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya bunyi seperti crekels,mengi
R\rongki dan mengi menyertai obstruksi jalan
nafas\kegagaglanpernafasan
 Tinggikan kepala dan bantumenggubah posisi R\Duduk tinggi
memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
 Obserpasi pola batukdan karakter sekret R\kongesti
alveulermengakibatkan batuk atau sering iritasi

18
19

 Dorong \bantu bpasien dalam nafas dan latihan batuk R\ dapat


meningkatatkan banyak nya spotum dimana ganguan ventilasi dan
tambahan ketidak nyamanan upaya bernafas
 kolaborasi: berikan oksigen tambaahan , berikan humidifikasi
tambahan misalnya nebulizer R\ Memaksimalkan bernafasdan
menurunkan kerja nafas memberikan kelembapan pada membran
mukosa dan membantu mengencerkan secret

7) Ganguan pertukaran gas akibat akibat menurunya gerakan respirasi


Meningkatkan fungsi respirasi
Intervensi nic
 Kaji bunyi paru ,frekuensi nafas kedalamdan usaha serta produksi
sputum
 Pantau saturasi o2 dengan oksimeter nadi
 pantau kadar elektrolit
 pantau status mental
 Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien somnoken
 Obserpasi terhadap siapnosis terutama membran mukosa mulut
 identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan nafas aktual potensial
 Auskultrasi bunyi nafas,tandai area penurunan atau hilangnya
ventilasi dan adanya bunyi tambahan
 pantau status pernafasan dan oksigenasi

Pendidikan untuk pasien dan keluarga

19
20

 Jelaskan pengunaan alat bantu yang diperluklan (oksigen


,pengisap,spirometer
 Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi
 Jelaskan pada pasien dab keluarga alasan suatu tindakan dilakukan
misal:terapi oksigen
 Ajarkan teknik perawatandi rumah (pengobatan,aktivitas alat bantu
tanda dan gejalayang perludilaporkan
 Ajarkan batuk efektif

.
8) Ganguan eliminasi akibat imobilisasi
 diet tinggi serat, protein, vitamin, dan mineral. Selain itu, untuk
mencegah dampak dari imobilitas dapat dilakukan dengan ambulasi.
 dan klioen di anjurkan memakan banyak sayuran dan buah buahan
serta banyak minum air putih
 serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur pola makan di rumah
sakit

9) Retensi urine akibat ganguan mobilitas fisik


Meningkatkan fungsi sistem perkemihan
Meningkatkan sistem kemih dapat dilakukan
 dengan latihan atau mengubah posisi serta latihan
mempertahankannya.Pasien dianjurkan untuk minum 2500 cc
per hari atau lebih, dan menjaga kebersihan perineal.Apabila
pasien tidak dapat buang air kecil secara normal, dapat dilakukan
kateterisasi. Di samping itu, untuk mencegah inkontinensia
urine, dapat dilakukan dengan cara minum banyak pada siang
hari dan minum sedikit pada malam hari.

20
21

 Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam 1 kali


 obserpasi aliran urine
 Awasi dan catat waktu dan jumlah berkemih

10) Inkontinesia urine akibat ganguan mobilitas fisik


 Berikan perawatan perienal air sabun setiap shift,jika
pasieninkontinensia , cucu daerah perineal sesegera mungkin
Rasional:Untuk mencegah kontaminasi uretra
 Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2
kali sehari(merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada
waktu akan tidur) dan setelahbuang air besar ) Rasional:
Kateter , memberikan jalan pada bakteriu untuk memasuki
kandung kemih dan naik kesaluran perkemihan
 Ikuti kewaspadaan umum(cuci tanggn spemakain sarung
tanggan sebelum dan sesudah kontak langsung)bila kontak
dengan cairan tubuh atau darah yang terjadi(memberikan
perawatan perineal, pengosongan kandung drainase urine,
penampungan spesimen urine) pertahankan teknik aseptik bila
melakkan kateterisasi , bila mengambil contoh urine dari
kateter indwelling Rasional: untuk mencegah kontaminasi
silang
 Kecuali di kontra indikasikan ubah posisi pasien setiap 2 jam
dan anjurkan masukan sekurang kurang nya 240 ml \hari
bantu melakukan ambulasi sesuai dengan kebutuhan Rasional
:untuk mencegah terjadi statis urine

21
22

 Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine


a. Tingkatkan masukan sari buah berry
b. Berikan obat obatan untuk meningkatkan asm urinr
c. Rasional: Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman , i
dan memelihara keasamanurine,karenajumlah sar ibuah berry
di perlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman
urine, Peningkatan masukan cairan sari buah dapat
berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih

11. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan akibatnya menurunya


nafsu makan (anoreksia) akibat sekresi lambung menurun ,
penurunan peristaltik usus
 kolaborasi dengan dokter dan perawat ruangan
yang sedang bertugas
 mengkaji status nutrisi
 menganjurkan pasien untuk sering makan
 memberikan makanan kesukaan pasien
 Menganjurkan pada keluarga pasien untuk
makan penuh protein, dan makan buah buah
han
 Mengkaji berat badan
 Kolaborasi dengan ahli gii

22
23

12. Ganguan keseimbangan csiran dan elektrolit akibat kurangnya


asupan (intake)
 `Pertahankan catatatan intake dan output yang akurat
 monitor status hidrasi( kelembapan membran mukosa
nadi adekuat tekanan drah ortostatik jika diperlukan
 kolaborasikan pemberian cairan IV
 Monitor status nutrisi
 dorong masukan oral
 Berikan pengantian nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
 tawarakan snaks jus buah, buah segar
 Monitor tanda tanfda vital
 Monitor respons pasien terhadap penambahan cairan

13. Ganguan intraksi sosial akibat imobilisasi


 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang
lain Rasional: mengetahui pengetahuan klien dalam
membina hubungan dengan orang lain
 Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang
lain Rasional: kemampuan berhubungan dengan orang lain
menandakan penurunan prilaku menarik diri
 beri apresiasi terhadap keberhasilan pasien yang telah di
capai
 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat hubungan dengan
orang lain
 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama
klien dalam mengisi waktu Rasional: membantu klien
menyusun jadwal kegiatan sehari hari

23
24

 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan Rasional


:menstimulus klien untuk melakukan kegiatan
 Beri apresiasi atas kegiatan klien dalam kegiatanruangan
Rasional: meningkatkan haraga diri klien

14. Ganguan konsep diri akibat mobilisasi


 Membantu klien untuk menerima perasaan dan fikiranya dengan
cara perawat memperlihatkan perhatian dan penerimaan
terhadap perasaan dan fikiran klien maka klien juga melakukanya
 Menolong klien untuk menjelaskan konsep dirinya dan
hubunganya dengan orang lain melalui keterbukaan dan
pengertian tentang persepsi diri sendi adalah prasarat untuk
berubah
 Memberi respon empati bukan simpati dan tekankan bahwa
kekuatan untuk berubah ada pada klien karana simpati
menguatkan pandangan negatif klien, perawat harus mengatakan
bahwa kehidupan klien harus berada dibawah kontrolnya
 Secara bertahap tingkat peran serta klien dalam mengambil
keputusan tentang asuhanya
 dan tunjukan bahwa klien orang yang brtanggung jawab
 Dorong klien untuk mengekspresikan emosi, keyakinan prilaku
dan fikiran secara verbal dan non verbal

24
25

1. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk
mengatasi gangguan mobilitas adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan fungsi sistem tubuh
2. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
3 Peningkatan fleksibilitas sendi
4. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan
ekspresi pasien menunjukkan keceriaan.
5.Membantu meningkatkan mobilitas klien
6. Meningkatkan kinerja jantung
7.Membantu klien dalam Meningkatkan mobilitas agar klien dapat
memenuhi kebutuhan ekstermitanya sendiri
8.Membantu efektivitas pola nafas klien agar kembali normal
9.Membantu menstabilkan pertukaran gas agar respirasi tidak
tergangu
10. Membantu klien dalam mengatasi masalah pola eliminasi yang
dialami klien
11. Membantu klien dalam pemenuhan pengeluaran output(urine)
12.Membantu klien dalam mengatasi resiko infeksi di ureter
13. Membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
14.Membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit
15.membantu klien dalam mengembalikan hubungan sosial secara
efektif
16.Membantu klien dalam meningkatan konsep diri

25
26

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,


mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat,
dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995).Sebaliknya
keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan
fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk
dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi
tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring
(Susan J. Garrison, 2004).
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara
pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasim secara pasif yaitu:
mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara
dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi
aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan
secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain (Priharjo, 1997).
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu
jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan
memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa
sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada
pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat

26
27

mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam


pelaksanaan mobilisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika
Wilkinson, Judith. M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dasar Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC.
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika

27

Anda mungkin juga menyukai