Anda di halaman 1dari 30

ASKEP PENGELOLAAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KARDIOVASKULER

Mata kuliah : Keperawatan Medikal Bedah

Nama : Muhammad Hafidudin Abror


NIM : 1902098
Kelas : 2 C /D III PERAWAT
Dosen : Supardi S.Kep., Ns., M.Sc

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN


TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Review anatomi fisiologi sistem kardiovaskuler
Anatomi jantung
Jantung merupakan salah satu organ yang sangat vital dalam tubuh manusia,
bagaimana tidak jantung merupakan salah satu media yang memiliki peranan
sangat penting untuk bisa mengalirnya darah yang membawa oksigen dan
sari-sari makanan ke seluruh tubuh. Jantung terletak di rongga mediastinum
yang berada di belakang sternum, diantara paru kanan dan kiri, dan didepan
vertebra torakal.

Gambar 1. Letak jantung

Jantung memiliki ukuran sekepalan genggaman tangan kanan orang dewasa


kurang lebih dengan panjang 5" (12 cm), dan lebar 3,5" (9 cm), berat jantung
350 gram pada orang dewasa.

Adapun jantung terdiri dari:


1. Tiga lapisan (Epikardium, Miokardium, dan Endokardium)
2. Ada 2 pace maker alami utama yang berada di lapisan miokardium (SA
Nodes, AV Nodes)
3. Empat ruang (2 Atrium, dan 2 Ventrikel)
4. Empat katup (Katup Atrioventrikuler - Trikuspidalis dan Mitral, Katup
Semilunar - Pulmonal dan Aorta)
5. Pebuluh darah koroner (Penyuplai darah untuk otot-otot jantung)
Gambar 2. Jantung
Fisiologi jantung
Secara umum jantung merupakan satu-satunya pememompa utama darah ke
seluruh tubuh, sehingga sangat penting untuk mengidentifikasi apakah fungsi
jantung ini masih berjalan atau tidak, ada beberapa metode untuk mengetahui
apakah jantung masih bekerja dengan baik atau tidak

Dengan meraba denyut nadi


Denyut nadi ini dapat dirasakan pada pembuluh darah arteri, adapun
pembuluh darah arteri yang kerap di palpasi untuk mengetahui adanya kerja
nadi atau tidak adalah
1. Arteri radialis (berada di pergelangan tangan sejajar dengan ibu jari)
2. Arteri Brachialis (berada di lipatan siku bagian atas sejajar dengan jaris manis
dan jari tengah)
3. Arteri Karotis (berada di sisi kanan dan kiri tulang tiroid)
4. Arteri Femoralis (berada di pangkal paha kiri dan kanan)
5. Arteri popliteal (berada di lipatan kaki di bagian belakang)
6. Arteri Dorsalis pedis (berada di punggung kaki sejajar dengan telunjuk jari
kaki)

Mengetahui apakah masih terdapat aktifitas listrik jantung atau tidak melalui
pemeriksaan EKG
Berbicara tentang EKG, sangatlah erat kaitannya dengan kelistrikan jantung.
Dalam pembahasan kali ini kita akan membicarakan sedikit tentang kelistrikan
jantung. Kelistrikan jantung dibedakan menjadi beberapa fase.
Gambar 3. Kelistrikan jantung
1. Fase Istirahat (0/4)
2. Fase Depolarisasi cepat (1)
3. Fase Repolarisasi parsial
4. Fase Plateu (2)
5. Fase Repolarisasi cepat (3)
Untuk pembahasan lebih lengkap tentang kelistrikan jantung, buka postingan
blog ini tentang kelistrikan jantung.
Dari kelistrikan jantung inilah akan kita temukan rekaman EKG, dimana
rekaman EKG itu merupakan rekaman listrik permukaan jantung. Ketika
rekaman listrik permukaan jantung pada EKG ini terlihat datar, itu
menandakan ketiadaan aktifitas jantung itu sendiri. Untuk lebih jelasnya
tentang EKG buka postingan tentang EKG dasar pada blog ini.

Gambar 4. Gambar gelombang pada EKG


Pembuluh darah (vaskular)
Secara garis besar pembuluh darah dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Pembuluh darah arteri
2. Pembuluh darah vena
Adapun urutan jalur pembuluh darah dari dan ke jantung adalah sebagai
berikut:
Jantung (ventrikel kiri) --> Aorta --> Arteri --> Arteriola --> Kapiler --> Venula
--> Vena --> Vena Cava superior dan inferior --> Jantung (atrium kanan)

Gambar 5. Alur dan distribusi peredaran darah dalam pembuluh darah


Karakterististik pembuluh darah
 Arteri
 Memiliki tekanan tinggi --> membawa darah ke jaringan
 Dapat teraba denyutan
 Memiliki dinding pembuluh darah yang tebal dengan jaringan elastis
 Membawa darah yang kaya akan oksigen sehingga darah lebih terlihat
merah segar
 Darah keluar memancar (jika terjadi perlukaan)
 Tidak memiliki katup di sepanjang pembuluh (hanya ada pada
permulaan aorta)
 Kapiler
 Memiliki penampang yang paling luas karena tersebar di dalam seluruh
tubuh
 Disebut juga pembuluh darah rambut karena hanya memiliki diameter
0,008 mm
 Tempat terjadinya pertukaran dan transport O2/CO2, zat-zat nutrien,
dan berbagai jenis elektrolit yang dibutuhkan tubuh ke dalam jaringan
(sel)
 Menyerap zat-zat nutrien dari usus
 Vena
 Bersemabungan dengan vena yang lebih besar yang disebut vena
Cava
 Dinding pembuluh tipis dan tidak elastis
 Memiliki katup disepanjang pembuluh darah
 Membawa darah yang kaya akan CO2 sehingga warna darah lebih
terlihat pucat
 Darah keluar tidak memancar hanya menetes (jika terjadi luka)
 Tidak teraba denyutan

Luas penampang pembuluh darah


1. Aorta --> 2,5 cm2
2. Arteri --> 20 cm2
3. Arteriola --> 40 cm2
4. Kapiler --> 2500 cm2
5. Venula --> 250 cm2
6. Vena --> 80 cm2
7. Vena Cava --> 8 cm2
Tekanan darah terhadap pembuluh darah
Gambar 6. Tekanan darah dalam pembuluh darah pada setiap bagian
pembuh darah

Pada saat kita melakukan pengukuran tekanan darah, yang sejatinya kita
ukur adalah adalah tekanan darah terhadap pembuluh darah, sehingga
tekanan darah sangat dipengaruhi oleh:
1. Luasnya penampang pembuluh darah --> sehingga pada kasus-kasus seperti
aterosklerosis ataupun arteriosklerosis sangatlah mempengaruhi tekanan
darah
2. Jumlah darah yang berada didalam pembuluh darah --> seperti pada
keadaan syok hipovolemik, tekanan darah ataupun nadi penderita lebih
cenderung akan menurun
Tekanan darah
Tekanan darah terdiri dari dua jenis tekanan:

1. Tekanan sistolik (batas atas) --> Merupakan tekanan tertinggi arteri yang
dihasilkan ketika kontraksi ventrikel sehingga terjadinya ejeksi awal ventrikel ke
aorta sehingga jumlah darah dalam pembuluh darah arteri meningkat secara
signifikan. Tekan sistolik normal berkisar 140 s/d 100 mmHg

2. Tekanan diastolik (batas bawah) --> Merupakan tekanan terendah arteri yang
terjadi ketika relaksasinya ventrikel, dan jumlah darah dalam pembuluh darah
sudah mulai berkurang sebelum terjadinya ejeksi ventrikel kembali. Tekanan
diastolik normal berkisar 90 s/d 60 mmHg
B. Pengkajian Sistem Kardiovaskuler
1. Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama :
 Nyeri dada
 Sesak nafas
 Edema
a. Riwayat kesehatan secara umum

Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang


mencerminkan refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen.
     Nyeri  lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas,
factor yang memperberat/memperingan, tipe nyeri.
     Integritas neurovaskuler  mengalami panas, mati rasa,
dan perasaan geli.
     Status pernafasan  sukar bernafas, nafas pendek,
orthopnoe, paroxysmal nocturnal dyspnoe dan efek latihan
pada pernafasan.
     Gangguan sirkulasi  peningkatan berat badan,
perdarahan, pasien sudah lelah.
     Riwayat kesehatan sebelumnya  penyekit yang pernah
diderita, obat-obat yang digunakan dan potensial penyakit
keturunan.
     Kebiasaan pasien  diet, latihan, merokok dan minuman.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
• Efek perkembangan fisik denyut jantung.
• Produksi zat dalam darah.
• Tekanan darah

2. Mengkaji tanda dan keluhan umum klien dengan gangguan sistem


kardiovaskuler
 Keluhan yang khas: nyeri dada retrosternal, seperti diremas2,
ditekan, ditusuk, ditindih
 Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya lengan kiri), bahu,
leher, rahang, bahkan punggung dan epigastrium.
 Nyeri sering disertai dengan mual, muntah, sesak pusing.

3. Pengkajian Fisik
1. Teknik Inspeksi
1) Penampilan secara umum
1. Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis
Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada
pasien yang gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu
diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum (Point of Maximum
Impulse). Normalnya berada pada ruang intercostals V pada garis
midklavikular kiri. Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri
berarti ada pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong atau
tertarik kekiri.
2. Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada
“Veussure Cardiac” dinding totaks di bagian jantung menonjolm
menandakan penyekit jantung congenital. Benjolan ini dapat
dipastikan dengan perabaan.
Vena Jugularis Eksterna (dileher kiri dan kanan)
Teknik :
• Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º
• Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa
di kanan pasien
• Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ;
apakah terisi penuh/sebagian, di mana batas atasnya bergerak
naik turun
• Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut
kosong/kolaps
• Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
- Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri)
- Tekanan intra toraks yang meninggi
- Tamponade jantung
- Tumor mediastinum yang menekan vena cava superior.
2) Warna kulit dan selaput lendir
Berupa kebiruan pada kulit dan selaput lendir, seperti pada mulut
atau bibir yang terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dalam sel
darah merah.
3) Vena di leher (jugularis)
Ketika peningkatan tekanan vena cava superior menyebabkan
vena jugularis membesar, membuatnya paling terlihat di sisi kanan
leher seseorang.
4) Precordial
Sadapan prekordial V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 ditempatkan
secara langsung di dada. Karena terletak dekat jantung, 6 sadapan
itu tak memerlukan augmentasi. Terminal sentral Wilson digunakan
untuk elektrode negatif, dan sadapan-sadapan tersebut dianggap
unipolar. Sadapan prekordial memandang aktivitas jantung di
bidang horizontal. Sumbu kelistrikan jantung di bidang horizontal
disebut sebagai sumbu Z.
Sadapan V1, V2, dan V3 disebut sebagai sadapan prekordial
kanan sedangkan V4, V5, dan V6 disebut sebagai sadapan
prekordial kiri.

Kompleks QRS negatif di sadapan V1 dan positif di sadapan V6.


Kompleks QRS harus menunjukkan peralihan bertahap dari negatif
ke positif antara sadapan V2 dan V4. Sadapan ekuifasik itu disebut
sebagai sadapan transisi. Saat terjadi lebih awal daripada sadapan
V3, peralihan ini disebut sebagai peralihan awal. Saat terjadi
setelah sadapan V3, peralihan ini disebut sebagai peralihan akhir.
Harus ada pertambahan bertahap pada amplitudo gelombang R
antara sadapan V1 dan V4. Ini dikenal sebagai progresi gelombang
R. Progresi gelombang R yang kecil bukanlah penemuan yang
spesifik, karena dapat disebabkan oleh sejumlah abnormalitas
konduksi, infark otot jantung, kardiomiopati, dan keadaan patologis
lainnya.
 Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan
sternum.
 Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri
sternum.
 Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
 Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea
(sekalipun detak apeks berpindah).
 Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di
linea axillaris anterior.
 Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan
V5 di linea midaxillaris.
5) Keadaan rambut, kulit dan esktremitas
 Kulit (Ruam kulit)
Tingkat trigliserida yang sangat tinggi dapat memicu ruam di
sekitar sela jari tangan dan jari kaki. Ruam ini juga dikaitkan
dengan banyaknya lemak dalam darah sehingga dapat
meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan stroke
juga.
 Ekstremitas (Kekuatan menggenggam yang buruk)
Kekuatan tangan akan memberi tahu tentang kekuatan
jantung Anda. Penelitian menunjukkan kemampuan
memeras atau menggenggam sesuatu berkaitan dengan
risiko penyakit jantung. Dalam hal ini, semakin kuat
menggenggam sesuatu maka risiko penyakit jantung juga
rendah.
 Rambut (Rambut rontok)

Semua orang tahu bahwa ambut rontok adalah efek


penuaan. Namun, dalam beberapa kasus juga bisa menjadi
gejala serangan jantung. Para ahli mengatakan, seseorang
bisa tiba-tiba kehilangan rambut karena kadar hormon stres
kortisol yang lebih tinggi dalam tubuh mereka.
6) Edema
 Anggota tubuh, misalnya lengan atau tungkai, menjadi
bengkak.
 Kulit area edema menjadi kencang dan mengkilap.
 Jika kulit pada area edema ditekan, maka timbul lubang
seperti lesung pipit selama beberapa detik.
2. Palpasi
1) Arteri Perifer
Penyakit arteri perifer adalah kondisi di mana aliran darah ke
tungkai tersumbat akibat penyempitan pembuluh darah yang
berasal dari jantung (arteri). Dampaknya, tungkai yang kekurangan
pasokan darah akan terasa sakit, terutama saat berjalan.
2) Irama
Aritmia adalah gangguan yang terjadi pada irama jantung.
Penderita aritmia bisa merasakan irama jantungnya terlalu cepat,
terlalu lambat, atau tidak teratur.
Sebenarnya aritmia normal terjadi pada kondisi jantung yang
sehat. Namun bila terjadi terus menerus atau berulang, aritmia bisa
menandakan adanya masalah pada organ jantung.
3) Frekuensi
Denyut jantung yang lambat di bawah 60 BPM juga bisa jadi efek
obat, terutama jenis penurunan tekanan darah tinggi. Sementara
untuk detak jantung maksimal seseorang, tidak ada patokan
bakunya. Angkanya bisa bervariasi tergantung detak jantung
normal setiap individu. Meskipun ada rentang detak jantung normal
yang luas, detak jantung yang tinggi atau rendah bisa jadi tanda
masalah kesehatan. Konsultasikan dengan dokter jika denyut
jantung Anda saat rileks konsisten di atas 100 BPM.
4) Contour
Atrium kiri jika membesar akan tampak gambaran double contour
yang terlihat di batas jantung kanan. Double contour terbentuk dari
gambaran atrium kanan dan atrium kiri yang membesar. Gambaran
mitral heart configuration merupakan perpaduan gambaran
kardiomegali rounded dengan double contour yang merupakan ciri
khas dari mitral stenosis. Dari batas kanan jantung, kita bisa
tentukan vena kava superior, aorta ascendens dan atrium kanan.
5) Volume isi
Pada keadaan istirahat curah jantung rata rata 5 liter per menit. Hal
ini dapat dihitung dari rata rata jumlah denyut jantung permenit
sekitar 70 kali dan stroke volume sekitar 70 ml perdenyutan.
Sehingga rata-rata cardiac output sekitar 4,9 liter permenit atau 5
liter per menit.
6) Precordial
Palpasi merupakan pemeriksaan fisik jantung untuk menilai kinerja
dan kondisi jantung, serta mendeteksi kemungkinan adanya
kelainan pada jantung. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
memeriksa detak jantung di permukaan dinding dada.
3. Perkusi jantung
Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan
pemeriksaan perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas
jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi menuntut
penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan
khusus. Pemeriksa harus mengetahui tentang apa yang disebut
sonor, redup dan timpani.
4. Auskultasi : bunyi jantung
1. Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung,
irama jantung, bunyi jantung, murmur dan gesekan (rub).
2. Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi
jantung merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya katup
dan terdengar di titik spesifik dari dinding dada.
3. Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup
atrioventrikuler (mitral dan trikuspidalis).
4. Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup
semilunar (aorta dan pulmonal).
5. Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler
dihasilkan oleh pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti
S2.
6. Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi
ventrikel pada diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan
diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan ventrikel.
7. Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan
penutupan katup jantung yang tidak sempurna. Yang perlu
diperhatikan pada setiap bising jantung adalah :
• Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.
• Kenyaringan (keras-lemah) bising.
• Lokasi bising (yang maksimal).
• Penyebaran bising.
Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh :
• Kecepatan aliran darah yang melalui katup.
• Derajat kelainan/gangguan katup.
• Tebal tipisnya dinding toraks.
• Ada tidaknya emfisema paru.
Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :
• Tingkat I : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat
sunyi.
• Tingkat II : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.
• Tingkat III : nyaring, segera dapat terdengar/mudah didengar.
• Tingkat IV : amat nyaring tanpa thrill.
• Tingkat V : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)
• Tingkat VI : dapat didengar tanpa stetoskop.
Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan
pembuluh darah besar disebabkan oleh bertambahnya turbulensi
aliran. Pada murmur dapat ditentukan :
o Lokasi : daerah tertentu/menyebar
o Waktu : setiap saat, ketika sistolik/diastolic.
o Intensitas :
Tingkat 1 : sangat redup.
Tingkat 2 : redup
Tingkat 3 : agak keras
Tingkat 4 : keras
Tingkat 5 : sangat keras
Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.
o Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa
rendah, medium dan tinggi.
o Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduh atau
serak.
Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh parietal
dan visceral oleh perikarditis. Bunyi kasar, intensitas, durasi dan
lokasi tergantung posisi klien.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KARDIOVASKULER


A.     Pengkajian
1.      Riwayat Kesehatan/Keperawatan
Keluhan Utama :
      Nyeri dada
      Sesak nafas
      Edema
2.      Riwayat Kesehatan
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang mencerminkan
refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen.
     Nyeri  lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, factor yang
memperberat/memperingan, tipe nyeri.
     Integritas neurovaskuler  mengalami panas, mati rasa, dan perasaan geli.
     Status pernafasan  sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal
nocturnal dyspnoe dan efek latihan pada pernafasan.
     Gangguan sirkulasi  peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah lelah.
     Riwayat kesehatan sebelumnya  penyekit yang pernah diderita, obat-obat yang
digunakan dan potensial penyakit keturunan.
     Kebiasaan pasien  diet, latihan, merokok dan minuman.
3.      Riwayat Perkembangan
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
• Efek perkembangan fisik denyut jantung.
• Produksi zat dalam darah.
• Tekanan darah
4.      Riwayat Sosial
• Cara hidup pasien.
• Latar belakang pendidikan
• Sumber-sumber ekonomi.
• Agama.
• Kebudayaan dan etnik.
5.      Riwayat Psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana asuhan
keperawatan.
• Mengidentifikasi stress/sumber stress.
• Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping.

B.     11 Pola Kesehatan Fungsional (Gordon)


1.      Pola persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan : klien merasakan kondisi
kesehatan dan bagaimana cara menangani
2.      Pola nutrisi/metabolik : gambaran pola makan dan kebutuhan
cairan b/d kebutuhan metabolik  dan suplai nutrisi
3.      Pola eliminasi : gambaran pola fungsi pembuangan (BAB, BAK, melalui kulit)
4.      Pola aktifitas/olah raga : gambaran pola aktifitas, olahraga, santai, rekreasi
5.      Pola tidur-istirahat : gambaran pola  tidur, istirahat, dan relaksasi
6.      Pola kognitif dan perceptual : gambaran pola konsep diri klien dan persepsi 
terhadap dirinya
7.      Pola peran/hubungan : gambaran pola peran dalam berpartisipasi /
berhubungan dengan orang lain
8.      Pola seksualitas/reproduksi   : gambaran pola kenyamanan/tidak nyaman dengan
pola seksualitas dan gambaran pola reproduksi
9.      Pola koping/toleransi stress :  gambaran pola koping klien secara umum 
dan efektifitas  dalam toleransi terhadap stress
10.  Pola nilai/keyakinan : gambaran pola  nilai-nilai, keyakinan-keyakinan
(termasuk aspek spiritual),  dan tujuan yang dapat mengarahkan menentukan 
pilihan/keputusan.

C. Pengkajian Fisik JANTUNG


           Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting terlebih
dahulu melihat pasien secara keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur
tekanan darah, denyut nadi, suhu badan dan frekuensi pernafasan. Keadaan umum
secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah :
•Bentuk tubuh gemuk/kurus
• Anemis
• Sianosis
• Sesak nafas
• Keringat dingin
• Muka sembab
• Oedem kelopak mata
• Asites
• Bengkak tungkai/pergelangan kaki
• Clubbing ujung jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan nadi
adalah :
• Kecepatan/menit
• Kuat/lemah (besar/kecil)
• Teratur atau tidak
• Isi setiap denyut sama kuat atau tidak.

INSPEKSI
1.      Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis
Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk
atau emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum
(Point of Maximum Impulse). Normalnya berada pada ruang intercostals V pada
garis midklavikular kiri. Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada
pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong atau tertarik kekiri.
2.      Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure Cardiac”
dinding totaks di bagian jantung menonjolm menandakan penyekit jantung
congenital. Benjolan ini dapat dipastikan dengan perabaan.
Vena Jugularis Eksterna (dileher kiri dan kanan)
Teknik :     
     Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º
     Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di kanan pasien
     Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah terisi
penuh/sebagian, di mana batas atasnya bergerak naik turun
     Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut kosong/kolaps
     Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
-         Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri)
-         Tekanan intra toraks yang meninggi
-         Tamponade jantung
-         Tumor mediastinum yang menekan vena cava superior.

PALPASI
          Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung.
Point of Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika
darah mengalir melalui katup yang menyempit atau mengalami gangguan.
          Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita amati
pada inspeksi. Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) atau
dengan telapak tangan.
Yang perlu dinilai adalah :
• Lebar impuls iktus kordis
• Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula dirasakan
(dengan telapak tangan) :
• Bising jantung yang keras (thrill)
• Apakah bising sistolik atau diastolic
• Bunyi murmur
• Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)
Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari pembesaran/hipertropi otot jantung
akibat latihan/atlit, hipertensi, hipertiroid atau kelainan katup jantung.
PERKUSI
          Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan
perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri).
Teknik perkusi menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan
keterampilan khusus. Pemeriksa harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor,
redup dan timpani.

AUSKULTASI
1.      Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi
jantung, murmur dan gesekan (rub).
2.      Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan
refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik dari
dinding dada.
3.      Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan
trikuspidalis).
4.      Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan
pulmonal).
5.      Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh
pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
6.      Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada
diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau lemahnya
penggelembungan ventrikel.
7.      Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup jantung
yang tidak sempurna. Yang perlu diperhatikan pada setiap bising jantung adalah :
•   Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.
•   Kenyaringan (keras-lemah) bising.
•   Lokasi bising (yang maksimal).
•   Penyebaran bising.
Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh :
•     Kecepatan aliran darah yang melalui katup.
•     Derajat kelainan/gangguan katup.
•     Tebal tipisnya dinding toraks.
•     Ada tidaknya emfisema paru.
Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :
•     Tingkat I      : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat sunyi.
•     Tingkat II     : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.
•     Tingkat III    : nyaring, segera dapat terdengar/mudah didengar.
•     Tingkat IV    : amat nyaring tanpa thrill.
•     Tingkat V     : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)
•     Tingkat VI    : dapat didengar tanpa stetoskop.
            Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan pembuluh darah besar
disebabkan oleh bertambahnya turbulensi aliran. Pada murmur dapat ditentukan :
o     Lokasi         : daerah tertentu/menyebar
o     Waktu          : setiap saat, ketika sistolik/diastolic.
o     Intensitas      :
Tingkat 1 : sangat redup.
Tingkat 2 : redup
Tingkat 3 : agak keras
Tingkat 4 : keras
Tingkat 5 : sangat keras
Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.
o     Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa rendah, medium dan
tinggi.
o     Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduh atau serak.
            Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh parietal dan visceral oleh
perikarditis. Bunyi kasar, intensitas, durasi dan lokasi tergantung posisi klien.
PEMBULUH DARAH
Inspeksi
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi perifer.
Palpasi
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan tempat
tersebut dengan ketentuan :
+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.
+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.
Auskultasi
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.

D.    Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1.      Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
2.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan
kebutuhan tubuh.
3.      Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status
sosio-ekonomi; ancaman kematian.
4.      (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum.
5.      (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah
koroner.
6.      (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
7.      Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan
atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit
jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.

E.     Intervensi Keperawatan


1.      Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1.        Pantau nyeri (karakteristik, lokasi,1.        Nyeri adalah pengalaman subyektif
intensitas, durasi), catat setiap respon yang tampil dalam variasi respon verbal
verbal/non verbal, perubahan hemo- non verbal yang juga bersifat individual
dinamik sehingga perlu digambarkan secara rinci
untuk menetukan intervensi yang tepat.
2.        Berikan lingkungan yang tenang 2.        Menurunkan rangsang eksternal yang
dan tunjukkan perhatian yang tulus dapat memperburuk keadaan nyeri yang
kepada klien. terjadi.
3.        Bantu melakukan teknik relaksasi3.        Membantu menurunkan persepsi-
(napas dalam/perlahan, distraksi, respon nyeri dengan memanipulasi
visualisasi, bimbingan imajinasi) adaptasi fisiologis tubuh terhadap nyeri.
4.        Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi:
           Antiangina seperti nitogliserin          Nitrat mengontrol nyeri melalui efek
(Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur) vasodilatasi koroner yang meningkatkan
sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
         Agen yang dapat mengontrol nyeri
           Beta-Bloker seperti atenolol melalui efek hambatan rangsang
(Tenormin), pindolol (Visken), simpatis.(Kontra-indikasi: kontraksi
propanolol (Inderal) miokard yang buruk)
         Morfin atau narkotik lain dapat
           Analgetik seperti morfin, dipakai untuk menurunkan nyeri hebat
meperidin (Demerol) pada fase akut atau nyeri berulang yang
tak dapat dihilangkan dengan
nitrogliserin.
         Bekerja melalui efek vasodilatasi
           Penyekat saluran kalsium seperti yang dapat meningkatkan sirkulasi
verapamil (Calan), diltiazem koroner dan kolateral, menurunkan
(Prokardia). preload dan kebu-tuhan oksigen
miokard. Beberapa di antaranya bekerja
sebagai antiaritmia.

2.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan


kebutuhan tubuh.
Intervensi Keperawatan Rasional
1.        Pantau HR, irama, dan 1.      Menentukan respon klien terhadap
perubahan TD sebelum, selama dan aktivitas.
sesudah aktivitas sesuai indikasi.
2.        Tingkatkan istirahat, batasi 2.      Menurunkan kerja
aktivitas miokard/konsumsi oksigen,
menurunkan risiko komplikasi.
3.      Manuver Valsava seperti menahan
3.        Anjurkan klien untuk menghindari napas, menunduk, batuk keras dan
peningkatan tekanan abdominal. mengedan dapat mengakibatkan
bradikardia, penurunan curah jantung
yang kemudian disusul dengan
takikardia dan peningkatan tekanan
darah.
4.      Keterlibatan dalam pembicaraan
panjang dapat melelahkan klien
4.        Batasi pengunjung sesuai dengan tetapi kunjungan orang penting
keadaan klinis klien. dalam suasana tenang bersifat
terapeutik.
5.      Mencegah aktivitas berlebihan;
sesuai dengan kemampuan kerja
5.        Bantu aktivitas sesuai dengan jantung.
keadaan klien dan jelaskan pola 6.      Menggalang kerjasama tim
peningkatan aktivitas bertahap. kesehatan dalam proses
6.        Kolaborasi pelaksanaan program penyembuhan klien.
rehabilitasi pasca serangan IMA.

3.      Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status


sosio-ekonomi; ancaman kematian.
Intervensi Keperawatan Rasional
1.      Pantau respon verbal dan non 1.     Klien mungkin tidak menunjukkan
verbal yang menunjukkan keluhan secara langsung tetapi
kecemasan klien kecemasan dapat dinilai dari perilaku
verbal dan non verbal yang dapat
menunjukkan adanya kegelisahan,
kemarahan, penolakan dan
sebagainya.
2.     Respon klien terhadap situasi IMA
2.      Dorong klien untuk bervariasi, dapat berupa cemas/takut
mengekspresikan perasaan marah, terhadap ancaman kematian, cemas
cemas/takut terhadap situasi krisis terhadap ancaman kehilangan
yang dialaminya. pekerjaan, perubahan peran sosial
dan sebagainya.
3.     Informasi yang tepat tentang situasi
3.      Orientasikan klien dan orang yang dihadapi klien dapat menurunkan
terdekat terhadap prosedur rutin dan kecemasan/rasa asing terhadap
aktivitas yang diharapkan. lingkungan sekitar dan membantu
klien mengantisipasi dan menerima
situasi yang terjadi.
4.     Meningkatkan relaksasi dan
4.      Kolaborasi pemberian agen menurunkan kecemasan.
terapeutik anti cemas/sedativa
sesuai indikasi (Diazepam/Valium,
Flurazepam/Dal-mane,
Lorazepam/Ativan).
4.      (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum.
Intervensi Keperawatan Rasional
1.       Pantau TD, HR dan DN, periksa 1.       Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat
dalam keadaan baring, duduk dan dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi
berdiri (bila memungkinkan) miokard dan rangsang vagal.
Sebaliknya, hipertensi juga banyak
terjadi yang mungkin berhubungan
dengan nyeri, cemas, peningkatan
katekolamin dan atau masalah vaskuler
sebelumnya. Hipotensi ortostatik
berhubungan dengan komplikasi GJK.
Penurunanan curah jantung ditunjukkan
oleh denyut nadi yang lemah dan HR
yang meningkat.
2.       Auskultasi adanya S3, S4 dan 2.       S3 dihubungkan dengan GJK,
adanya murmur. regurgitasi mitral, peningkatan kerja
ventrikel kiri yang disertai infark yang
berat. S4 mungkin berhubungan dengan
iskemia miokardia, kekakuan ventrikel
dan hipertensi. Murmur menunjukkan
gangguan aliran darah normal dalam
jantung seperti pada kelainan katup,
kerusakan septum atau vibrasi otot
papilar.
3.       Auskultasi bunyi napas. 3.       Krekels menunjukkan kongesti paru
yang mungkin terjadi karena penurunan
fungsi miokard.
4.       Berikan makanan dalam porsi kecil
4.       Makan dalam volume yang besar
dan mudah dikunyah. dapat meningkatkan kerja miokard dan
memicu rangsang vagal yang
mengakibatkan terjadinya bradikardia.
5.       Kolaborasi pemberian oksigen 5.       Meningkatkan suplai oksigen untuk
sesuai kebutuhan klien kebutuhan miokard dan menurunkan
iskemia.
6.       Pertahankan patensi IV- 6.       Jalur IV yang paten penting untuk
lines/heparin-lok sesuai indikasi. pemberian obat darurat bila terjadi
disritmia atau nyeri dada berulang.
7.       Bantu pemasangan/pertahankan 7.       Pacu jantung mungkin merupakan
paten-si pacu jantung bila digunakan. tindakan dukungan sementara selama
fase akut atau mungkin diperlukan
secara permanen pada infark
luas/kerusakan sistem konduksi.
5.      (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah
koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1.       Pantau perubahan 1.       Perfusi serebral sangat dipengaruhi
kesadaran/keadaan mental yang tiba- oleh curah jantung di samping kadar
tiba seperti bingung, letargi, gelisah, elektrolit dan variasi asam basa,
syok. hipoksia atau emboli sistemik.
2.       Penurunan curah jantung
2.       Pantau tanda-tanda sianosis, kulit menyebabkan vasokonstriksi sistemik
dingin/lembab dan catat kekuatan nadi yang dibuktikan oleh penurunan perfusi
perifer. perifer (kulit) dan penurunan denyut
nadi.
3.       Pantau fungsi pernapasan 3.       Kegagalan pompa jantung dapat
(frekuensi, kedalaman, kerja otot menimbulkan distres pernapasan. Di
aksesori, bunyi napas) samping itu dispnea tiba-tiba atau
berlanjut menunjukkan komplokasi
tromboemboli paru.
4.       Pantau fungsi gastrointestinal 4.       Penurunan sirkulasi ke mesentrium
(anorksia, penurunan bising usus, dapat menimbulkan disfungsi
mual-muntah, distensi abdomen dan gastrointestinal
konstipasi)
5.       Pantau asupan caiaran dan 5.       Asupan cairan yang tidak adekuat
haluaran urine, catat berat jenis. dapat menurunkan volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi dan
fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi dan
fungsi ginjal.
6.       Kolaborasi pemeriksaan 6.       Penting sebagai indikator
laboratorium (gas darah, BUN, kretinin, perfusi/fungsi organ.
elektrolit)
7.       Kolaborasi pemberian agen
terapeutik yang diperlukan:          Heparin dosis rendah mungkin
       Hepari / Natrium Warfarin (Couma- diberikan mungkin diberikan secara
din) profilaksis pada klien yang berisiko tinggi
seperti fibrilasi atrial, kegemukan,
anerisma ventrikel atau riwayat
tromboplebitis. Coumadin merupakan
antikoagulan jangka panjang.
         Menurunkan/menetralkan asam
       Simetidin (Tagamet), Ranitidin lambung, mencegah ketidaknyamanan
(Zantac), Antasida. akibat iritasi gaster khususnya karena
adanya penurunan sirkulasi mukosa.
         Pada infark luas atau IM baru,
                       -    Trombolitik (t-PA, trombolitik merupakan pilihan utama
Streptokinase) (dalam 6 jam pertama serangan IMA)
untuk memecahkan bekuan dan
memperbaiki perfusi miokard.
6.      (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1.       Auskultasi bunyi napas terhadap 1.       Indikasi terjadinya edema paru
adanya krekels. sekunder akibat dekompensasi jantung.
2.       Pantau adanya DVJ dan edema 2.       Dicurigai adanya GJK atau kelebihan
anasarka volume cairan (overhidrasi)
3.       Hitung keseimbangan cairan dan 3.       Penurunan curah jantung
timbang berat badan setiap hari bila mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,
tidak kontraindikasi. retensi natrium/air dan penurunan
haluaran urine. Keseimbangan cairan
positif yang ditunjang gejala lain
(peningkatan BB yang tiba-tiba)
menunjukkan kelebihan volume
4.       Pertahankan asupan cairan total cairan/gagal jantung.
2000 ml/24 jam dalam batas toleransi4.       Memenuhi kebutuhan cairan tubuh
kardiovaskuler. orang dewasa tetapi tetap disesuaikan
5.       Kolaborasi pemberian diet rendah dengan adanya dekompensasi jantung.
natrium. 5.       Natrium mengakibatkan retensi cairan
6.       Kolaborasi pemberian diuretik sehingga harus dibatasi.
sesuia indikasi (Furosemid/Lasix, 6.       Diuretik mungkin diperlukan untuk
Hidralazin/ Apresoline, Spironlakton/ mengoreksi kelebihan volume cairan.
Hidronolak-ton/Aldactone)
7.       Pantau kadar kalium sesuai
indikasi. 7.       Hipokalemia dapat terjadi pada terapi
diuretik yang juga meningkatkan
pengeluaran kalium.
7.      Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan
atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit
jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1.       Kaji tingkat pengetahuan 1.       Proses pembelajaran sangat
klien/orang terdekat dan dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
kemampuan/kesiapan belajar klien. mental klien.
2.       Berikan informasi dalam berbagai
variasi proses pembelajaran. (Tanya2.       Meningkatkan penyerapan materi
jawab, leaflet instruksi ringkas, pembelajaran.
aktivitas kelompok)
3.       Berikan penekanan penjelasan
tentang faktor risiko, pembatasan 3.       Memberikan informasi terlalu luas
diet/aktivitas, obat dan gejala yang tidak lebih bermanfaat daripada
memerlukan perhatian cepat/darurat. penjelasan ringkas dengan penekanan
pada hal-hal penting yang signifikan bagi
4.       Peringatkan untuk menghindari kesehatan klien.
aktivitas isometrik, manuver Valsava 4.       Aktivitas ini sangat meningkatkan
dan aktivitas yang memerlukan tangan beban kerja miokard dan meningkatkan
diposisikan di atas kepala. kebutuhan oksigen serta dapat
merugikan kontraktilitas yang dapat
5.       Jelaskan program peningkatan memicu serangan ulang.
aktivitas bertahap (Contoh: duduk, 5.       Meningkatkan aktivitas secara
berdiri, jalan, kerja ringan, kerja bertahap meningkatkan kekuatan dan
sedang) mencegah aktivitas yang berlebihan. Di
samping itu juga dapat meningkatkan
sirkulasi kolateral dan memungkinkan
kembalinya pola hidup normal.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito.2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6. Jakarta: EGC


Doenges at al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC
Price & Wilson.1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta:
EGC
Soeparman & Waspadji.1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: BP FKUI
http://fmipa.umri.ac.id/?p=7266
https://jendelaperawat.blogspot.com/2015/06/anatomi-fisiologi-sistem-
kardiovaskular.html
http://www.inaheart.org/education_for_patient/2019/7/10/penyakit_jantung_bawaan
https://www.kafekepo.com/apa-yang-harus-diketahui-tentang-tonjolan-vena-di-area-
leher-distensi-vena-jugularis/
https://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram
https://lifestyle.kompas.com/read/2019/11/24/194153120/8-tanda-awal-serangan-
jantung-yangpenting-diketahui?page=all
https://www.alodokter.com/
https://health.kompas.com/read/2020/04/12/120200368/detak-jantung-normal-
manusia-dan-cara-menghitungnya?page=all
http://dokter-medis.blogspot.com/2014/02/cara-membaca-foto-rontgen-thorak-
chest.html

Anda mungkin juga menyukai