Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR II

MOBILISASI

KELOMPOK IV

ANDIKA SYAHPUTRA

ANISA NOVRIANTI

CICI UMROH ATUL KHASANAH

DESKA JASMIATI

ELISIA ELFINA

ENDANG SUSANTI

FATMA SURYANI

FEBRIANI CLAUDIA DAMAYANTI

HABIBBURRAHMAN

LARA OKTA NINGSIH

METARIA NENGSIH

RESTU ARAHMAN MELBA.D

RIMA MAULIDA HIDAYATI

ROSMANI

UNIRAH

UNIVERSITAS RIAU

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2013
SKENARIO

Nina adalah seorang pelaksana yang bertugas diruang rawat bedah ortopedi. Saat ini
tingkat hunian ruangan sangat banyak sehingga setiap shift Nina bertanggung jawab
untuk merawat 8 orang klien.salah seorang klien Tn.Hari (37tahun) telah dirawat
diruang tersebut selama 7 hari dengan diagnose medis fraktur femur sepertiga distal
sinistra postoperasi pemasangan fiksasi internal hari kelima.saat ini, klien mengeluh
nyeri seingga klien takut untuk menggerakan anggota tubuhnya karena nyeri.Saat
dilakukan pengkajian integument punggung,sacrum,dan tumitnya tanpak merah karena
lama tertekan.Dokter bedahnya juga telah menginstruksikannya untuk latihan berjalan
tetapi klien tidak mau karena merasa nyeri.klien juga mengeluhkan pusing saat berdiri
dan wajah tampak pucat saat dicoba berubah posisi dari duduk menjadi berdiri. Nina
mencoba membantu klien tersebut berjalan,namun karena beban klien terlalu berat,
anda mengalami kesulitan dalam melakukannya,sebagai perawat apa yang harus
dlakukan nina dalam mengatasi masalah tersebut?
STEP 1

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Bedah Ortopedi : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang cedera


akut, dan trauma serta gangguan lain muskoloskeletal.
2. Distal Sinistra : Bagian sebelah kiri paling jauh, dari sumber nyeri.
3. Fiksasi Internal : Pemasangan suatu alat untuk menyatukan tulang yang
patah selama kurun waktu tertentu sebelum terlepas.
4. Integument : Kulit (jaringan penutup) yang mempertahankan homoestatis
dalam tubuh.
5. Fraktur Femur : Patah tulang atau terputusnya kontuinitas batang paha
karna trauma langsung (cidera).
6. Sacrum : Tulang ekor yang berbentuk segitiga antara lumbal dan
Koksigius.
7. Post operasi : Sesudah operasi.
STEP 2

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa yang menyebabkan kemerahan pada bagian integument punggung,sacrum


dan tumit Tn.Hari?
2. Apa pengaruh/efek dari pemasangan fiksasi internal terhadap pergerakan
anggota tubuh Tn.Hari?
3. Apa tujuan dokter menginstruksikan Tn.Hari untuk latihan berjalan?
4. Mengapa klien pusing saat berdiri dan wajahnya pucat?
5. Apa yang menyebabkan nyeri pada bagian fraktur femur pasien?
6. Kenapa perlu dilakukan pengkajian integument punggung,sacrum dan tumit?
7. Apa peran perawat saat pasien mengeluh pusing?
8. Apa yang harus dilakukan perawat tentang kesulitan membantu pasien saat
berjalan?
9. Bagaimana tindakan perawat ketika mendengar keluhan pasien yang tidak bisa
menggerakan anggota tubuh saat nyeri?
10. Bagaimana cara perawat mengatasi masalah ketika mengalami kesulitan untuk
membantu klien berjalan karena badan si pasien terlalu berat?
STEP 3

ANALISIS MASALAH

1. Penyebab integument punggung,sacrum dan tumit tampak merah dikarenakan


pada bagian tersebut sering tertekan sehingga sirkulasi darah menjadi tidak
lancar juga bisa disebabkan oleh adanya penumpukan darah pada area yang
tertekan.
2. Mobilisasi pasien akan terganggu menjadi imobilisasi, pada femur setelah post
operasi akan merasakan nyeri dan stuktur tulangnya tidak sempurna lagi.
3. Tujuan pasien mencoba berjalan supaya melatih muskoloskeletal agar tidak
kaku dan membiasakan pasien untuk mencari kenyamanannya dalam berjalan
setelah post operasi.
4. Pada saat ketika pasien disuruh untuk berdiri dalam kondisi berbaring pasien
5. merasa tidak stabil karena peredaran darah pasien belum stabil sehingga perlu
tahapan untuk berdiri tanpa pusing.
6. Penyebab terjadinya nyeri dibagian patah tulang :
a. Ujung-ujung saraf disekitar tulang mengandung nosiseptor yg akan
bereaksi akibat tulang yang patah
b. Pendarahan akibat tulang yang patah,sehingga darah menumpuk
dibagian patahan jaringan menjadi bengkak sehingga menimmbulkan
nyeri.
c. Mengencangnya otot pada sekitar tulang yang patah
7. Pengkajian perlu terhadap pasien karena apakah pasien itu mengalami luka /
lecet pada bagia punggung sacrum dan tumitnya dan mencegah terjadinya
dekubitus pada pasien karna terlalu lama berbaring.
8. Perawat menyuruh duduk pasien agar pemikiran bisa tenang dan sirkulasi darah
lancar,dengan melakukan pijatan pada bagian puncak kepala pasien,jika pusing
masih berlanjut maka anjurkan pasien untuk mengkonsumsi obat.
9. Terlebih dahulu perawat melakukan pengkajian terhadap pasien yaitu bagian
mana saja yang bagian mana saja yang menghambat pasien untuk berjalan
kemudiaan dengan menggunakan bantuan alat seperti tongkat.
10. Kita sebagai perawat harus mampu mengambil tindakan atau pemikiran kritis
dalam mengatasi nyeri pasien yaitu dengan cara:
a. Pemberian posisi
Tempatkan pasien pada posisi yang senyaman mungkin menurut
pasien,gunakan bantal untuk mengalasi area mana yang terasa nyeri.
b. Stimulasi kutaneus (aplikasi panas,dingin)
c. Relaksasi nafas dalam
Yaitu dengan mencoba menarik nafas dari hidung lalu dikeluarkan dari
mulut seperti bersiul dan posisi tangan satu berada diatas dadal lalu
satunya lagi diatas abdomen,. bisa dilakukan dengan
berbaring,duduk,atau berdiri.
d. Guided imageri
Yaitu dengan memanipulasi pemikiran dimana pasien disuruh untuk
membayangkan,merasakan suatu yang nyaman baginya.
11. Kaji berat pasien,posisi tubuh,tinggi objek yang gunanya adalah agar perawat
bisa menentukan apakah ia bisa melakukan sendiri atau dengan bantuan baik
dari pihak rumah sakit ataupun keluarga.
STEP 4

HIPOTESIS

DEFINISI

JENIS MOBILISASI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAGIAN TUBUH YANG BERPERAN

MOBILISASI
TUJUAN

PASIEN

PERAN PERAWAT

DIRI SENDIRI

GANGGUAN
STEP 5

LEARNING ISSUES
1. Defenisi mobilisasi
2. Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi mobilisasi?
3. Sebutkan bagian-bagian tubuh yang berperan dalam mobilisasi!
4. Sebutkan perbedaan antara mobilisasi dan imobilisasi!
5. Sebutkan jenis-jenis mobilisasi!
6. Apa tujuan dari mobilisasi?
7. Apa peran perawat dalam mengatasi masalah pasien dan kesulitan pada
dirinya sendiri saat menangani pasien?
8. Sebutkan gangguan mobilisasi!
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan
karunianNya kami dapat mengerjakan tugas kelompok makalah” Mobilisasi”dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolonganNya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik, meskipun kami juga menyadari segala kekurangan yang ada di dalam makalah ini.
Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami peroleh.
Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah di mengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan semuanya yang telah
memberikan sumbang sarannya untuk penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang positif
dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan pada tugas makalah-makalah
berikutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Pekanbaru,10 Nopember 2013

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas,


mudah mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting
untuk kemandirian,teratur, (Barbara Kozier, 1995).

Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu


jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan
kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan
posisi ini harus diterangkan kepada pasien atau kepada keluarga pasien dan keluarga
akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasidalam
pelaksanaan mobilisasi.

B.Rumusan Masalah

1. Apa saja struktur musculoskeletal yang mempengaruhi mobilisasi?


2. Bagaimana mekanisme tubuh dalam fisiologi pergerakan?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi?
4. Apa saja gangguan pada imobilsasi?
5. Apa saja peran perawat dalam kasus mobilisasi yang dapat diberikan terhadap
masalah yang datang dari pasien maupun masalah dari perawat itu sendiri?
6. Bagaimana diagnosis keperawatan pada kasus mobilisasi?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mobilisasi

Mobilisasi adalah kemampuan sesorang untuk bergerak dengan bebas , mudah,


dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah keadaan
ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik.

Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan
mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien
dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara
total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam
menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya
penyembuhan pasien.

1. Tujuan dari mobilisasi adalah :


a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia.
b. Mencegah terjadinya trauma
c. Mempertahankan tingkat kesehatan.
d. Mempertahankan interaksi social dan peran sehari-hari.
e. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
f. Memperlancar peredaran darah.
g. Mempertahankan tonus otot.
h. Aktifitas hidup sehari-hari dan rekreasi.
1. Jenis-jenis Mobilisasi
a. Mobilisasi penuh, merupakan kemampuan seseorang unuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan dapat
menjalankan peran sehari-hari.mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf
motoriik volunteer dan sensori untk dapat mengontrol sluruh area tubuh
seseorang.
b. Mobilisasi sebagian,merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1). Mobilisasi sebagai temporer,merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya hanya sementara.hal
tersebut dapat disebabkan karena trauma refersibel pada sitem
muskoloskeletal,contohnya adalah dislokasi sendi dan tulang.
2). Mobilisasi sebagai permanen,merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal
tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf reversible,
contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke,paraplegia karena
cedera tulang belakang,poliomielitas karena terganggunya sitem
saraf motorik dan sensorik.

B.Struktur Muskuloskeletal yang mempengaruhi mobilisasi

Koordinasi sistem tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistem


skeletal,otot skelet dan sistem saraf.ketiga sistem ini berhubungan erat dengan
terjadinya mobilisasi dan dapat dianggap sebagai satu unit fungsional.

1. Skeletal(tulang)
Skelet tempat melekatnya otot dan ligament yang berfungsi membentuk
tubuh.Skeletal adalah rangka pendukung yang terrdiri dari empat tipe tulang ;
Tulang panjang membentuk tinggi tubuh (ex.femur,fibula,tibia),
Tulang pendek ada dalam bentuk berkelompok dan ketika dikombinasikan
dengan ligament dan kartilago akan menghasilkan gerakan (ex.karpal,patela).
Tulang pipih mendukung struktur bentuk (ex.tulang ditengkorak dan tulang
rusuk ditoraks).Tulang ireguler membentuk kolumna vertebra dan beberapa
tulang tengkorak (ex.mandibula).
2. Sendi
Sendi adalah hubungan diantara tulang.Ada empat klasifikasi sendi ;
a. Sendi Sinostotik : Sendi ini mengacu pada ikatan tulang dengan
tulang.tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini . Contoh klasik tipe
sendi ini adalah sacrum,pada sendi vertebra.
b. Sendi Kartilaginus : Memiliki sedikit pergerakan tetapi elastic dan
menggunakan sedikit kartilago untuk menyatukan permukaannya.
c. Sendi Fibrosa ; Sendi tempat kedua permukaan tulang disatukan
dengan ligamen.Ligamennya fleksibel dan dapat diregangkkan dan
dapat bergerak dengan jumlah terbatas.Misalnya sepasang tulang dari
kaki bawah yaitu tibia dan fibula.
d. Sendi Sinovial : Yaitu sendi sebenarnya sendi yang dapat digerakan
secara bebas karena permukaan tulang yang berdekatan dilapisi
dengan kartilago dan hubungan dengan ligament sejajar.Tipe lain sendi
synovial adalah sendi ball-and-socket seperti pinggul
3. Ligamen
Adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih,mengilat,fleksibel mengikat
sendi menjadi satu,dan menghubungkan tulang dengan kartilago.Misalnya
ligament antervertebra,ligament flavum dan ligament nonelastis.
4. Tendon
Adalah jaringan ikat fibrosa bewarna putih,mengilat yang menghubungkan otot
dengan tulang.Tendon bersifat kuat,fleksibel dan tidak elastic.
5. Kartilago
Adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai vaskuler,yang terletak
terutama pada sendi dan toraks,trakea,laring,hidung dan telinga.
6. Otot yang Penting dalam Pergerakan

Otot yang penting dalam pergerakan melekat di region skelet tempat


pergerakan itu ditimbulkan oleh pengungkitan. Pengungkitan terjadi ketika
tulang tertentu seperti humelus, ulna dan radius serta sendi yang
berhunbungan seperti sendi siku bekerja sama sebagai pengungkit.
Selanjutnya kekuatan yang bekerja pada ujung tulang mengangkat berat pada
itik yang lain untuk memutar tulang pada arah yang berlawanan dengan gaya
yang diberikan. Oto yang melekat dengan tulang pengungkit memberikan
kekuatan yang penting untuk menggerakan objek.

Gerakan mengungkit adalah karakteristik dari pergerakan ekstimitas atas.


Otot lengan sejajar satudengan yang lainnya dan memanjang kan tulang
secara maksimal. Otot sejajar ini memberikan kekuatan dan bekerja dengan
tulang dan sendi untuk memampukan lengan mengangkat objek.

7. Otot Yang Penting Dalam Membentuk Poatur/ Kesejajaran Tubuh

Otot terutama berfungsi memepertahankan postur, bebentuk pendek dan


menyerupai kulit karena membungkus tendon dengan arah miring berkumpul
secara tidak langsung pada tendon. Otot ekstremitas bawah, tubuh, leher dan
punggug yang terutama berfungsi membentuk postur tubuh (posisi tubuh
dalam kaitanya dengan ruang sekitar) kelompok otot itu bekerja sama untuk
menstabilkan dan menopang berat badan saat berdiri atau duduk dan
memungkinkan individu tersebut umtuk mempertahankan postur duduk atau
berdiri.

8. Pengaturan postur dan gerakan otot

Postur dan penggerakan dapan mencerminkan kepribadian dan suasana


hati seseorang. Postur dan pergerakan juga tergantung pada ukuran skelet
dan perkembangan otot skelet. Koordinasi dan pengaturan kelompok otot
yang berbeda tergantung pada tonus otot dan aktifitas dari otot antagonistik,
sinergistik dan antigravitas.
a. Tonus Otot : tonus otot atau tonus adalah suatu keadaan normal dari
tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dicapai dengan kontrkasi
dan relaksasi secra bergantian tanpa gerakan aktif, serat dan
kelompok otot tertentu. Tonus otot memungkinkan bagian tubuh
mempertahankan posisi fungsional tanpa kelemahan otot. Tonus otot
juga mendukung kembalinya aliran darah vena ke jantung seperti yang
terjadi pada otot kaki. Tonus otot dipertahankan melalui penggunaan
otot yang terus menerus. Aktifitas sehari-hari membutuhkan kerja otot
dan membantu mempertahankan tonus otot akibatnya dari imobilisasi
atau tirah baring menyebabkan aktivitas dan tonus otot berkurang.
b. Kelompok otot. Kelompok otot antogonistik, sinergistik, dan
antigravitas dikoordinasi oleh sistem saraf, dan bekerja sama untuk
mempertahankan postur dan memulai pergerakan.
c. Otot sinergistik berkontraksi bersama untuk menyempurnakan
gerakan yang sama. Ketika lengan fleksi, kekuatan otot kontraksi dari
otot bisep brakhialis ditingkatkan oleh otot sinergik, yaitu brakhialis.
Selanjutnya aktifitas otot sinergistik terdapat dua penggerakan aktif
yaitu bisep brakhialis dan brakhialis berkontraksi sementara otot
antogonistik yaitu otot trisep brakialis berelaksasi.
d. Otot antagonistik bekerja sama untuk menggerakan sendi. Selama
pergerakan, otot penggerak aktif berkontraksi dan otot antagonisnya
relaksasi. Misalnya ketika lengan fleksi maka otot bisep brakhialis aktif
berkontraksi dan otot antagonisnya, trisep brakhialis relaksasi. Selama
lengan diekstensikan maka otot trisep brakhialis aktif berkontraksi
sehingga lawannya yaitu otot bisep brakhialis relaksasi.
e. Otot antigravitas sangat berpengaruh pada stabilisasi sendi. Otot
secara terus menerus melawan efek gravitasi tubuh dan
mempertahankan postur tegak atau duduk. Pada orang dewasaotot
anti grafitasi adalah otot ekstensor kaki, gluetus maksimus, quadrisep
femoris, otot soleus dan otot punggung.
C. Mekanisme Tubuh Dalam Fisiologi Pergerakan

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks.Untuk terjadi gerak refleks, maka dibutuhkan
struktur sebagai berikut : organ sensorik (yang menerima impuls), serabut saraf
sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum tulang belakang (serabut-serabut
saraf penghubung menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima dan
mengalihkan impuls), dan organ motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak
refleks merupakan bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih
cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik
kembali tangan dari benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak
refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar ; misalnya, bukan saja tidak menarik
tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan panas.
(Evelyn Pearce, 2009 : 292)

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba
diluar kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari
rangsangan yang berbahaya merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks
ekstensor (polisinaps) rangsangan dari reseptor perifer yang mulai dari refleksi pada
anggota badan dan juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerakan refleks
merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat
dari gerak sadar misalnya menutup mata pada saat terkena debu

Untuk terjadinya gerakan refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut, organ
sensorik yang menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang
menghantarkan impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan
selanjutnya serabut sel-sel akan melanjutkan impuls danmenghantarkan impuls-
impils menuju substansi pada kornu posterior medula spinalis. Sel saraf motorik
menerka impuls dan menghantarkan impuls-impuls melalui serabut motorik.
Kegiatan sistem saraf pusat ditampilkan dalam bentuk kegiatan refleks.Dengan
kegiatan refleks dimungkinkan terjadi hubungan kerja yang baik dan tepat antara
berbagai organ yang terdapat dalam tubuh manusia dan hubungan dengan
sekelilingnya.Refleks adalah respon yang tidak berubah terhadap perangsangan
yang terjadi diluar kehendak.Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap
perubahan lingkungan baik didalam maupun diluar organisme yang melibatkan
sistem saraf pusat dalam maupun memberikan jembatan (respons) terdapat
rangsangan. Refleks dapat berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan,
misalnya kontraksi atau relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah.
Dengan adanya kegiatan refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat
terhadap berbagai perubahan diluar maupun didalam tubuh disertai adaptasi
terhadap perubahan tersebut.Dengan demikian seberapa besar peran sistem saraf
pusat dapat mengukur kehidupan organisme.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi imobilisasi

1.Gaya Hidup

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin


tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan
kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi
dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya
berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.

2.Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi


mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan
untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani
operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban.
Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit
tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit
kardiovaskuler.
3. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas


misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda
mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala
keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan
seorang wanita madura dan sebagainya.

4.Tingkat energy

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi
sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi
dengan seorang pelari.

5.Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan


dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya
akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang
sering sakit.

D. Gangguan dalam Mobilisasi

1. Tirah Baring
Tirah baring merupakan suatu intervensi dimana klien dibatasi untuk tetap
berada ditempat tidur untuk tujuan terapeutik.Klien dalam kondisi bervariasi
dimasukan kedalam katagori tirah baring,lamanya tirah baring tergantung
penyakit atau cidera dan status kesehatan klien sebelumnya.Pada individu
normal dengan kondisi tirah baring akan mengalami kurangnya kekuatan
otot dari tingkat dasarnya pada rata-rata 3% sehari.
2. Imobilisasi
Imobilisasi merupakan gangguan imobilisasi fisik . (NANDA)
Sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 1995).penggunaan alat
bantu eksternal ( mis: gips atau traksi rangka) pembatasan gerakan
volunter atau kehilangan fungsi motorik.

Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan


imobilitas antara lain :

a. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan


fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang
tersebut.

b. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya


pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya,
misalnya pada kasus kerusakan otak

c. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses


pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai

d. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi


sosial yang sering terjadi akibat penyakit.(Mubarak, 2008).

Apabila ada perubahan mobilisasi,maka setiap sistem tubuh beresiko terjadi


gangguan/perubahan.
E. Peran Perawat dalam Kasus Mobilisasi

1. Terhadap Pasien
(COBA PITUT CARI2 TUT, IMA BELUM DAPAT YG INI. DI BUKU YG IMA BW
PULANG NI GA ADA.)
2. Terhadap diri perawat
(INI JUGA BELUM DAPAT TUT. COBA CARI TUT, ATAU MINTA ANGGOTA
LAIN TOLONG CARIIN TTG INI)
F. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa yang bisa diambil ketika menangani klien dalam kasus


mobilisasi bisa dilihat dari table dibawah ini :

Penilaian Permasalahan
Sistem musculoskeletal
 Ukuran lingkar kaki dan tangan  Penurunan lingkar kaki dan
 Raba dan observasi sendi tubuh tangan yang disebabkan oleh
 Melakukan pengukuran goniometric penurunan massa otot
ROM sendi  Kekakuan dan nyeri pada
sendi
 Penurunan sendi
ROM,kontraktur sendi
Sistem kardiovaskuler
 Auskultasi jantung  Penaikan denyut jantung
 Memerikasa tekanan darah  Hipotensi ortostatik
 Meraba dan mengobservasi  Edema perifer,
sacrum dan kaki pembengkakan vena
 Meraba bagian perifer  Nadi melemah
 Mengukur lingkar otot betis  Edema
 Mengobservasi daerah betis  Thrombophlebitis
terhadap kemerahan,nyeri dan
pembengkakan
Sistem respirasi
 Mengobservasi naik-turun dada  Pergerakan dada tidak
 Auskultasi dada simetris,dyspnea
 Suara napas
berkurang,berbunyi dan
penurunan tingkat
pernapasan
Sistem metabolism
 Mengukur tinggi dan berat  Berat berkurang yang
 Meraba kulit disebabkan oleh mengecilnya
otot(atropi) dan kekurangan
substansi lemak
 Umumnya mengalami edema
disebabkan oleh penuruan
protein darah
Sistem Perkemihan
 Mengukur pemasukan dan  Dehidrasi
pengeluaran cairan  Urin keruh, gelap dan berat
 Memeriksa urin jenis tinggi
 Meraba kandung kemih  Kandung kemih
menonjol(membuncit)
disebabkan oleh retensi urin
Sistem Pencernaan
 Mengobservasi feses  Feses keras,kering dan kecil
 Auskultasi bunyi usus  Penurunan bunyi usus
disebabkan oleh penurunan
motilitas usu
Sistem integument
 Meraba kulit  Keusakan pada permukaan
kulit
Assessing Problems of Immobility(Barbara Kozier,Foundamental of Nusing)
NANDA mencakup label diagnostik keperawatan berikut untuk aktivitas dan masalah
kepelatihan :

1. Intoleransi aktivitas: energy fisiologis atau psikologis tidak cukup untuk bertahan
atau melengkapi kegiatan hidup sehari hari. 4 level yang dapat digunakan
setelah label diagnostic:
a. Level 1: berjalan dengan kecepatan baik diatas tanah dengan leluasa;
menaiki tangga bandara tetapi dengan panjang napas lebih pendek dari
keadaan normal
b. Level 2;berjalan satu blok(kira-kira 500 kaki).naik tangga dengan perlahan
tanpa berhenti
c. Level 3:berjalan tidak lebih dari 50 kaki,tidak mampu menaiki tangga
terus-terusan tanpa berhenti
d. Level 4: masalh kesulitan bernafas dan merasa pegal serta lelah ketika
istirahat

Tanda – tanda yang dapat dikaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976).

1. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur


2. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi
orthostatic.
3. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal
4. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
5. Kecepatan dan posisi tubuh disini akan mengalami kecepatan aktivitas
dan ketidakstabilan posisi tubuh.
6. Status emosi labil

2. Resiko intoleransi aktivitas:resiko untuk mengalami ketidakcukupan energy


fisiologi dan psikologi untuk bertahan atau melengkapi kegiatan sehari2.
3. Gangguan mobilitas fisik:keterbasan melakukan pergerakan pada badan atau
ekstremitas.
Spesifik: gangguan mobilitas tidur, gangguan mobilitas berjalan,gangguan
mgeleuarkan kemampuan(gerak)
4. Risk for disuse syndrome : resiko kerusakan sistem tubuh sebagai hasil dari
inaktifnya musculoskeletal dan tak dapat dihindari
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai