Disusun Oleh
KELOMPOK 3
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan keluarga dapat mengetahui seputar manajemen post
operasi dengan melatih anggota keluarga sakit melakukan mobilisasi dan melakukan
perawatan luka dengan cara yang tepat setelah pulang ke rumah .
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan para penderita stroke dan keluarga dapat
mengetahui tentang:
1. Pengertian mobilisasi
2. Manfaat mobilisasi
3. Jenis mobilisasi
D. Materi Pengajaran
1. Pengertian mobilisasi
2. Manfaat mobilisasi
3. Jenis mobilisasi
E. Metode
G. Kegiatan Pembelajaran
Terlampir.
H. Materi Evaluasi
a. Pengertian mobilisasi
b. Manfaat mobilisasi
c. Jenis mobilisasi
I. Evaluasi
1. Evaluasi struktural
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
a) Pengertian mobilisasi
b) Manfaat mobilisasi
c) Jenis mobilisasi
L. DAFTAR PUSTAKA
Astrid, Maria; Elly Nurachmah; Budiharjo. 2011. Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM)
Terhadap Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi dan KemampuanFungsional Pasien Stroke di RS
Sint Carolus Jakarta. Jurnal Keperawatan danKebidanan (I):175-1
Brunner, suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran :
EGC.
Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed.8.Jakarta: EGC.
Lampiran Materi
1. Definisi Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, teratur untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehat menuju kemandirian.
Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk menilai gerakan dan
untuk gerakan awal ke dalam suatu program intervensi terapeutik. Gerakan dapat dilihat
sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain dalam ruang gerakannya
melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian
tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah
dan saraf.
Gerakan yang dapat dilakukan sepenuhnya dinamakan range of motion (ROM). Untuk
mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang gerak yang
dimilikinya secara periodik. Faktor-faktor yang dapat menurunkan ROM, yaitu penyakit-
penyakit sistemik, sendi, nerologis ataupun otot; akibat pengaruh cedera atau pembedahan;
inaktivitas atau imobilitas.
Dari sudut terapi, aktivitas ROM diberikan untuk mempertahankan mobilitas persendian dan
jaringan lunak untuk meminimalkan kehilangan kelentukan jaringan dan pembentukan
kontraktur. Teknik ROM tidak termasuk peregangan yang ditujukan untuk memperluas ruang
gerak sendi.
2. Manfaat Mobilisasi
a. Menjaga agar tidak terjadi kerapuhan tulang
b. Meningkatkan kekuatan otot
c. Mencegah trauma dan pengecilan otot pada tulang
d. Mempertahankan tingkat kesehatan
e. Mencegah atau menurunkan nyeri
f. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
Latihan ROM yang dilakukan pasien dengan bantuan perawat di setiap gerakan. Perawat
melakukan gerakan persendianklien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif).
Kekuatan otot 50% Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien
dengan keterbatasan mobilisasi, pasien dengan tirah baring total.
Pada ROM pasif sendi yang digerakan yaitu seluruh persendian tubuh atau hanya
pada ekstremitasyang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara
mandiri.
b. ROM aktif
1. Indikasi ROM :
a. Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas
sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
b. Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian
sepenuhnya, digunakan ROM.
d. ROM digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas di atas dan di bawah daerah yang
tidak dapat bergerak.
2. Sasaran ROM :
a. Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran PROM serupa dengan ROM.
b. Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari control gerak
volunter.
Sasaran spesifik :
d. Meningkatkan sirkulasi.
b. Beri penunjang bagi daerah yang memiliki integritas struktural yang lemah, misalnya
tempat patahan atau segmen yang mengalami kelumpuhan.
c. Gerakkan segmen di seluruh ruang gerak yang bebas rasa nyeri hingga sampai terdapat
resistensi/ tahanan jaringan.
3. Pada PROM :
a. Gaya untuk gerakan adalah berasal dari eksternal (therapist atau mesin).
b. Tidak terdapat resistensi aktif dari penderita. Gerakan dilangsungkan di dalam ROM yang
mana terdapat rentang gerak tanpa adanya nyeri atau gaya yang dipaksakan.
4. Pada AROM :
Langkah :
Gerakan 3 (E k s t e n s i / h i p e r e k s t e n s i B a h u )
Langkah :
(a)Posisi pasien tidur miring ( sims ).
(b)Pegangan terapis pada pergelangan tangan dan pada bagian bahu
(c)Posisi lengan pasien semi fleksi dengan lengan bawah mid position
(d)Berikan topangan pada siku atau lengan bawah pasien dengan
l e n g a n bawah terapis.
(e)Berikan gerakan ekstensi secara penuh.
(f)Hinda ri adanya kompensas i gerak berupa elevasi bahu dengan
pemberi anstabilisasi.
(g)Hindari adanya keluhan nyeri saat gerakan dilakukan.
(h)Pertahankan gerakan terjadi pada mid posisi lengan bawah pasien.
(i)Lakukan pengulangan minimal tujuh kali atau sesuai toleransi. Latihan ini ditujukan untuk
memelihara jarak gerak sendi bahu, khususnya pada arah ekstensi dan memelihara
elastisitas jaringan pada sisi anterior. Hal ini dimungkinkan karena pada latihan
ini terdapat regangan di akhir gerakan pada jaringan-jaringan sisi depan sendi bahu
Langkah :
Selain itu, latihan ini juga akan meng urangi adanya komplikasi berupa kontraktur
jaringan pada sendi bahu.Hindari adanya gerakan kompensasi pada bahu, sehingga jarak gerak
sendi p a d a latihan dapat dicapai dengan lebih baik. Adanya
k o m p e n s a s i g e r a k , merupakan indikator adanya masalah pada jaringan lunak ataupun
jaringan keras di sekitar bahu yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih spesifik
Langkah :
(a)Posisi pasien tidur terlentang dengan bahu membentuk 90 derajat abduksi, dan siku
ekstensi penuh dengan lengan bawah dalam posisi supinasi.
(b)Posisikan pasien dalam keadaan rileks.
(c)Pegangan terapis pada pergelangan tangan dan juga pada sendi siku.
(d)Berikan gerakan ke arah dalam (adduks i) dan ke arah luar (abduksi) pada sendi
bahu.
(e)Berikan instruksi agar pasien tetap rileks.
(f)Hindari adanya nyeri saat gerakan dilakukan.
(g)Lakukan pengulangan sebanyak tujuh kali atau sesuai toleransi.
Langkah :
(a)Persiapkan posisi pasien dengan menghindari adanya hambatan gerak oleh faktor tempat tidur
atau benda lainnya.
(b)Posisi pasien tidur terlentang dengan bahu membentuk 9 0 detajat abduksi, dan
siku 90 derajat fleksi.
(c)Pegangan terapis pada pergelangan tangan dan juga pada sendi
s i k u sebagai stabilisasi gerak.
(d)Berikan gerakan ke arah eksternal dan internal pada sendi bahu.
(e)Berikan instruksi untuk tetap rileks.
(f)Perhatikan jarak gerak sendi yang dibentuk, apakah dalam jarak
y a n g normal atau terbatas.
(g)Lakukan pengulangan sebanyak tujuh kali atau sesuai toleransi. P a d a gerakan ini
hindari adanya nyeri gerak.
Langkah :
Langkah :
Gerakan 1 dan 2
Gerakan 3 dan 4
Gerakan 5 dan 6
Makan makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu, buah.
Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging, ayam, ikan, telor dan
sejenisnya.
Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.
Usahakan cukup istirahat.
Mobilisasi bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa. Makin cepat makin bagus.
Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari.
Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan kondisi tubuh.
Minum obat sesuai anjuran dokter.
Bagi pasien yang jauh dari kota, dapat minta ijin dan petunjuk tatacara merawat luka kepada dokter
untuk merawat sendiri luka operasi. Selain itu ada zat yang dapat mempercepat proses
penyembuhan luka operasi selain protein yaitu Zinc. Zinc mempunyai peranan khusus dalam
metabolisme kulit dan jaringan ikat. Hal ini diketahui secara tidak langsung semenjak zaman
Yunani kuno, ketika calamine lotion yaitu sejenis lotion kulit yang mengandung ZnCO3 pertama
kali digunakan untuk kulit. Didalam dunia kedokteran, khususnya pada pasien pasca operasi,
diberikan zinc (ZnSO4) untuk mempercepat penutupan luka akibat proses operasi.
Kemampuan Zinc dalam mempercepat penutupan luka ini disebabkan karena zinc mempunyai
peranan yang penting dalam sintesa protein dan proses replikasi (perbanyakan) sel-sel tubuh.
Struktur kulit kita terdiri dari jaringan ikat yang tersusun oleh protein. Pada kondisi defisiensi zinc,
maka proses sintesa protein dan replikasi dari sel-sel jaringan ikat bawah kulit akan menjadi
terhambat. Sehingga proses penutupan luka akan terhambat pula.
Makanan yang tinggi kandungan zinc-nya antara lain adalah; daging, kerang-kerangan, biji-bijian,
serealia dan kacang-kacangan. Namun kandungan zinc terbanyak ditemukan pada makanan kacang-
kacangan. Kebutuhan zinc perharinya adalah 15 mg untuk dewasa. Dari jumlah tersebut hanya 20-
30% saja yang diserap oleh tubuh kita.
c. Keluarga mampu membantu pasien untuk melakukan latihan mobilisasi selama proses
recovery pasca spost operasi selama di rumah.
d. Keluarga mampu mengaplikasikan perawatan luka post operasi pada anggota keluarga sakit
serta teknik cuci tangan 6 langkah
M. Lampiran Kegiatan
Uraian Kegiatan
No Kegiatan
Penyuluh Peserta
1 Pembukaan a. Mengucapkan salam. a. Menjawab salam.
5 Menit b. Menyampaikan tujuan penyuluhan b. Mendengarkan
Gerakan 1 dan 2
Gerakan 3 dan 4
Gerakan 5 dan 6
Gerakan 7
Gerakan 8 dan 9
Gerakan 10 dan 11
Jawab : Setiap minimal 3 hari sekali, bersihkan jika keluar darah dan langsung
ganti kasa, jaga luka agar tidak lembab, jangan menyentuh luka, bersihkan dengan
cairan infus NaCl 0,9 % dengan kassa lalu keringkan luka, jangan lupa cuci tangan
sebelum dan setelah merawat luka dengan 6 langkah, m akan – makanan bergizi
seperti nasi, makanan protein tinggi (daging, telur, tempe) sayur, susu,
buah dan makanan yang mengandung zinc seperti kacang - kacangan), minum
sedikitnya 8 – 10 gelas/hari, cukup istirahat, mandi biasa yaitu 2 kali
dalam sehari, minum obat sesuai anjuran dokter
5. Bagaimana cara cuci tangan 6 langkah ??
Jawab :