Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEBUTUHAN AKTIFITAS

DISUSUN OLEH
NAMA : WIDYA APRILIANI
NIM : PO.71.20.3.19.076
KELAS : 1B

DOSEN PEMBIMBING
WELLA JUARTIKA, S.Kep, M.Kep.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG PRODI


KEPERAWATAN LUBUK LINGGAU
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat yang
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyus un makalah dengan judul “Konsep
Kebutuhan Aktifitas, Menerima Pasien Baru, Memindahkan Pasien Dari Kursi Roda Ke
Tempat Tidur, Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Tempat Tidur Lain,
Memposisikan Pasien Fowler, Semifowler, Lihtotomi, Dorsal Recumbent, Sim,
Tredelenberg dan Supinasi dan Membantu Ambulasi Tanpa Alat Bantu dan Dengan Alat
Bantu” dengan sebaik-baiknya.

Penyusunan makalah ini atas dasar tugas Ketrampilan Keperawatan Dasar. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada narasumber yang telah membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini. Mohon maaf penulis sampaikan apabila terdapat kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, karena kami masih dalam taraf belajar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah wawasan
kepada pembaca. Penulis sadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan di masa yang
akan datang. Terima kasih.

Lubuk Linggau, April 2020

Penulis
.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………........…....................i

DAFTAR ISI………………………...…………………….......................................................ii
BAB I …………………………………….....................................................................…….. iii

PENDAHULUAN..…...............……………...........................................................…….. iii
A. Latar Belakang............................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................iv
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................iv
D. Manfaat Penulisan ......................................................................................................iv

BAB II ………………………………….......................................................................…….. ..1

PEMBAHASAN.................……………….....................................................…......….......1
1. Konsep Kebutuhan Aktifitas........................................................................................1
2. Menerima Pasien Baru.................................................................................................5
3. Memindahkan Pasien Dari Kursi Roda Ke Tempat Tidur.......................................6

4. Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Tempat Tidur Lain.........................7


5. Memposisikan Pasien Fowler, Semifowler, Lihtotomi, Dorsal Recumbent, Sim,
Tredelenberg dan Supinasi...........................................................................................8
6. Membantu Ambulasi Tanpa Alat Bantu dan Dengan Alat Bantu.........................15

PENUTUP............………………………………..............................................................21
A. Kesimpulan..................................................................................................................21
B. Saran ...........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTKA …....…………….........................................................................……..22


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang 
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan aktivitas/pergerakan dan istirahat tidur
merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system
persarafan dan musculoskeletal. Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah
usaha koordinasi dari muskuskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan
yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak
banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam menggerakkan serta
mempertahankan keseimbangan dalam beraktivitas. Imobilitas atau imobilisasi merupakan
keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan (aktivitas).
Hal tersebut membuat penulis tertarik melakukan penelitian yang lebih lanjut tentang
Konsep Kebutuhan Aktifitas, Menerima Pasien Baru, Memindahkan Pasien Dari Kursi Roda
Ke Tempat Tidur, Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Tempat Tidur Lain,
Memposisikan Pasien Fowler, Semifowler, Lihtotomi, Dorsal Recumbent, Sim, Tredelenberg
dan Supinasi dan Membantu Ambulasi Tanpa Alat Bantu dan Dengan Alat Bantu.
B.     Rumusan Masalah 
1. Konsep Kebutuhan Aktifitas
2. Menerima Pasien Baru
3. Memindahkan Pasien Dari Kursi Roda Ke Tempat Tidur
4. Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Tempat Tidur Lain
5. Memposisikan Pasien Fowler, Semifowler, Lihtotomi, Dorsal Recumbent, Sim,
Tredelenberg dan Supinasi.
6. Membantu Ambulasi Tanpa Alat Bantu dan Dengan Alat Bantu 
C.    Tujuan Penulisan 
1. Untuk Mengetahui Konsep Kebutuhan Aktifitas
2. Untuk Mengetahui Cara Menerima Pasien Baru
3. Untuk Mengetahui Cara Memindahkan Pasien Dari Kursi Roda Ke Tempat Tidur
4. Untuk Mengetahui Cara Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Tempat Tidur Lain
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Memposisikan Pasien Fowler, Semifowler, Lihtotomi,
Dorsal Recumbent, Sim, Tredelenberg dan Supinasi.
6. Untuk Mengetahui Cara Membantu Ambulasi Tanpa Alat Bantu dan Dengan Alat Bantu 

D.    Manfaat Penulisan 
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran
yang lebih jelas tentang Konsep Kebutuhan Aktifitas, Menerima Pasien Baru, Memindahkan
Pasien Dari Kursi Roda Ke Tempat Tidur, Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke
Tempat Tidur Lain, Memposisikan Pasien Fowler, Semifowler, Lihtotomi, Dorsal
Recumbent, Sim, Tredelenberg dan Supinasi dan Membantu Ambulasi Tanpa Alat Bantu dan
Dengan Alat Bantu.
 BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kebutuhan Aktifitas.

1. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas :


1. Tulang :
 Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu :
 Fungsi mekanika untuk membentuk rangka dan tempat
melekatnya otot.
 Sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium yang
bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan
 Fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah
 Fungsi pelindung organ-organ dalam

2. Otot dan Tendon :


 Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai dgn keinginan.

3. Ligament :
 Ligamen merupakan bagian yang meghubungkan tulang dengan tulang
4. Sistem Syaraf :
 Setiap syaraf memiliki bagian syaraf somatis (memiliki fungsi sensorik &
motorik) & otonom

5. Sendi :
 Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu.

2. MOBILITAS
1. Pengertian Mobilitas / Mobilisasi :
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya.

2. Jenis Mobilitas :
a. Mobilitas Penuh :
 Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas penuh
sehingga dpt melakukan interaksi sosial.
 Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik & sensorik u/
mengotrol area tubuh
b. Mobilitas Sebagian :
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan
tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini terbagia dlm :
1). Mobilitas sebagian temporer :
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya sementara.
2). Mobilitas sebagian permanen :
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya menetap, hal tersebut diakibatkan oleh kerusakan sistem syaraf
yang sifatnya menetap.

c. Faktor yg mempengaruhi Mobilitas :


a. Gaya Hidup
Berdampak pada perilaku dan kebiasaan sehari-hari
b. Proses penyakit/Cedera
Kondisi sakit sangat berpengaruh pada mobilitas seseorang.
Cth : Orang yang mengalami fraktur femur akan mengalami keterbatasan
pergerakan pada ekstremitasnya

c. Kebudayaan
Kebudayaan sangat berpengaruh pada mobilitas seseorang.
Cth : Orang yang memiliki kebiasaa serig berjalan jauh memiliki kemampuan
mobilitas yang kuat, dan sebaliknya bagi orang yang sakit dan memiliki adat
tertentu dilarag untuk beraktivitas.
d. Tingkat Energi
Melakukan mobilitas dengan baik dibutuhkan energi yang cukup.
e. Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda, hal
ini dikarenakan kemampuan / kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan
perkembangan usia.

3. IMMOBILITAS
1. Pengertian Immobilitas / Immobilisasi :
Merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena
kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas).

2. Jenis Immobilitas :
a. Imobilitas Fisik :
 Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
 Tujuan menegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan
 Cth : pd pasien hemiplegia tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk
mengurangi tekanan.
b. Imobilitas Intelektual :
 Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan aya fikir.
 Cth : pd pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
c. Imobilitas Emosional :
 Keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena
adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
 Cth : seseorang stress berat akibat bedah amputasi.
d. Imobilitas Sosial :
 Keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi
sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial.

3. Perubahan Sistem tubuh akibat Imobilitas


a. Perubahan Metabolisme
 Secara umum imobilitas mengganggu metabolisme secara normal. Hal
tersebut dapat dijumpai pada menurunnya Basal Metabolisme Rate (BMR)
yang menyebabkan berkuragnya energi untuk perbaikan sel-sel tubuh,
sehigga dapat mempengaruhi gangguan oksigenisasi sel.
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit.
 Ketidakseimbangan cairan & elektrolit mengakibatkan persediaan protein
menurun dan konsentrasi protein serum berkurang
 Berkurangnya perpidahan cairan dari intravaskuler ke interstisial dapat
menyebabkan edema.
c. Gangguan Perubahan Zat Gizi
 Terjadinya ggn zat gizi yg disebabkan oleh menurunnya pemasukan
protein dan kalori dapat megakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada
tingkat sel menurun, dimana sel tidak lagi menerima zat makanan dalam
jumlah yg cukup untuk melaksanakan aktivitasnya.
d. Gangguan Fungsi Gastroitestinal.
 Imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna, mengakibatkan
menurunnya jumlah masukan cukup, menimbulkan gejala : kembung,
mual, nyeri lambung dan gangguan eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernafasan
 Akibat imobilitas kadar hemoglobin menurun dan menurunnya aliran
oksige dari alveoli ke jaringan
 Ekpansi paru menurun dapat terjadi akibat tekanan yg meningkat oleh
permukaan paru.
f. Perubahan Kardiovaskuler
 Terjadi hipotensi ortostatik dpt disebabkan oleh menurunnya
kemampuan syaraf otonom.
 Pada posisi yang tetap dan lama refleks neuromuskuler akan menurun dan
menebabkan kontriksi pada pembuluh darah.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1). Gangguan Muskular :
 Menurunnya massa otot menyebabkan turunnya kekuatan otot.
 Berkuragnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot.
2). Gangguan Skeletal :
 Kontraktur sendi → kondisi yang abnormal dgn kriteria adanya
fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi / memendeknya otot
 Osteoporosis → ↑ reabsorbsi tulang, & ↓ jumlah kalsium dalam
darah karena banyak yang keluar melalui urine.
h. Perubahan Sistem Integumen
 Yang terjadi berupa menurunnya elastisitas kulit karena menurunnya
sirkulasi darah.
 Terjadiya iskemia serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka
dekubitus sebagai akibat tekanan yang kuat da penurunan sirkulasi
dijaringan.
i. Perubahan Eliminasi
 Menurunnya jumlah urine yang mungkin disebabakan oleh kurangnya
asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah renal dan urine
berkurang.
j. Perubahan Perilaku
 Akibat imobilitas timbul rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi,
perubahan siklus tidur dan menurunnya koping mekanisme.
B. Menerima Pasien Baru.

Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien baru pada
suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai orientasi
ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan.(Nursalam, 2007)

          Penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
komprehensif melibatkan pasien dan keluarga, dimana sangat mempengaruhi
mutu  kualitas  pelayanan.  penerimaan pasien baru termasuk bagian utama dari proses
keperawatan sebab sebelum melakukan tindakan medis selanjutnya,perawat harus terlebih
dahulu mengetahui identitas pasien yang di peroleh ketika perawat menerima pasien baru
tersebut,baik rujukan dari rumah maupun rujukan dari tempat lain misalnya rumah sakit atau
puskesmas.( Gillies, 1989)
1. Tujuan Penerimaan Pasien Baru
a. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan senyum dan salam
b. Meningkatkan komunikasi antara perawat, keluarga dan pasien
c. Mengetahui kondisi pasien secara umum
d. Melakukan atau melengkapi pengkajian pasien baru
e. Mengurangi kecemasan keluarga dan pasien
f. Membina hubungan saling percaya nerimaan pasien baru bertujuan untuk mengetahui
(Nursalam, 2002)
2. Tahapan Penerimaan Pasien Baru
a    Tahap pra penerimaan pasien baru
1. KARU memberitahu PP bahwa akan ada pasien baru dan menyuruh PP untuk
mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan pasien baru.
2. PP memberitahu dan meminta bantuan PA untuk mempersiapkan tempat tidur pasien
baru
3. PP menyiapkan hal-hal yang diperlukan dalam penerimaan pasien baru, diantaranya
lembar pasien masuk RS, lembar serah terima pasien dari ruangan lain, lembar
pengkajian, lembar informed consent, nursing kit, dan lembar tata-tertib pasien
4. KARU menanyakan kembali pada PP tentang kelengkapan untuk penerimaan pasien
baru.
5. PP menyebutkan hal-hal yang telah dipersiapkan.
b.    Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru
1. KARU, PP dan PA menyambut pasien dan keluarga dengan memberi salam
2. PP menunjukkan pada pasien tempat tidur yang akan ditempati.
3. PP menyuruh PA untuk mengantarkan pasien ke ruangannya dan melakukan TTV
4. PP melakukan serah terima pasien baru dengan petugas yang mengantar pasien
5. PP menerima obat, alat, data pemeriksaan penunjang yang dibawa dan catatan
khusus kemudian mendokumentasikan pada lembar serah terima (Nursalam, 2002)

3. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Timbang Terima


1. Pelaksanaan secara efektif dan efisien
2. Dilakukan oleh kepala ruangan, perawat primer atau perawat pelaksana yang telah
diberi wewenang atau delegasi.
3. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi pasien.
4. Saat berkomunukasi dengan pasien dan keluarga tetaplah tersenyum dan gunakan
komunikasi terapeutik (Perry,Potter 2005).

C. Memindahkan Pasien Dari Kursi Roda Ke Tempat Tidur.

PENGERTIAN Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur untuk


pasien yang terganggu aktivitasnya secara normal dan
membutuhkan bantuan kursi roda.

TUJUAN 1. Mengurangi atau menghindari pergerakan pasien sesuai


dengan keadaan fisik.
2. Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien.
3. Memenuhi kebutuhan konsultasi atau pindah ruangan.
4. Memenuhi standar pelayanan pasien di rumah sakit.
KEBIJAKAN Harus ada informasi yang cukup kepada pasien rencana
tindakan pemindahan agar pasien dapat berperilaku
kooperatif dan membantu.

PROSEDUR 1. Kursi roda didorong dan didekatkan kesisi tempat tidur.


2. Roda belakang kursi roda ditahan dengan
menggunakan kaki.
3. Kedua tangan petugas menopang ketiak pasien pada
sisi yang lemah atau sakit.
4. Petugas memimpin pasien turun dari kursi roda dan
berjalan bersama menuju ketempat tidur pasien.
5. Pasien disandarkan ketempat tidur, kemudian dibantu
oleh petugas untuk naik.
6. Petugas memastikan posisi tidur telah sesuai dengan
kebutuhan pasien ataupun sesuai dengan instruksi
Dokter.
7. Setelah pasien sudah berada diatas tempat tidur
anjurkan untuk memberitahu petugas apabila
memerlukan bantuan kursi roda kembali.
D. Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Tempat Tidur Lain.

PENGERTIAN Memindahkan pasien dari satu tempat tidur ke tempat tidur lain
TUJUAN Memudahkan perawat memindahkan pasien ke tempat lain
KEBIJAKAN Pasien yang mengalami mobilisasi
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1.      Brankar
2.      Handscoon bila perlu
PROSEDUR A.    Tahap pra interaksi
PELAKSANAA 1.      Melakukan verifikasi data
N 2.      Mencuci tangan
3.      Menempatkan brankar disamping tempat tidur
B.     Tahap orientasi
1.      Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2.      Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3.      Menanyakan kesiapan pasien/ keluarga
C.     Tahap kerja
1.      Naikkan posisi tempat tidur sampai lebih tinggi dari berankar
2.      Posisikan pasien ditepi tempat tidur, tutupi dengan selimut untuk
kenyamanan dan privasi
3.      Minta pasien memfleksikan leher jika memunkinkan dan
melekatkan kedua tangan menyilang di atas dada
4.      Melakukan persiapan untuk mengangkat pasien. Perawat pertama
meletakkan kedua tangan di bawah bagian dada dan leher, perawat
kedua dibawah pinggul, dan perawat ketiga dibawah kaki pasien
5.      Condongkan tubuh kedepan, fleksikan pinggul, lutut dan
pergelangan kaki. Perawat pertama memberikan instruksi kemudian
angkat pasien bersama-sama dari tempat tidur dan pindahkan ke
brankar
6.      Buat pasien merasa nyaman dan angkat pagar brankar atau
kencangkan sabuk pengaman melintang diatas tubh pasien
D.    Tahap terminasi
1.      Melakukan evaluasi tindakan
2.      Berpamitan dengan pasien
3.      Merapikan tempat tidur
4.      Mencuci tangan
5.      Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

E. Memindahkan Pasien Fowler, Semifowler, Litotomi, Dorsal Recumbent, Sim,


Tredelenberg dan Supinasi.
A. Pengertian Pengaturan Posisi Pasien
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi yang
baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah satu aspek
keperawatan yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan mengganggu apabila
dilakukan dalam waktu yang lama. (Potter dan perry,2009)
Tujuan merubah posisi :
1.      Mencegah nyeri otot
2.      Mengurangi tekanan
3.      Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah superficial
4.      Mencegah kontraktur otot
5.      Mempertahankan tonus otot dan reflek
6.      Memudahkan suatu tindakan baik medic maupun keperawatan

B.     Jenis Jenis Pemberian Posisi Tubuh Pada Pasien


1.        Posisi Fowler
Pengertian Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk,
dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untu
k mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Posisi Fowler

Tujuan
a.       Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
b.      Meningkatkan rasa nyaman
c.       Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga  meningkatnya ekspansi dada
dan ventilasi paru
d.      Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap

Indikasi
a.       Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
b.      Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alat dan bahan :
a.       Tempat tidur khusus
b.      Selimut
Cara kerja :
a.       Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.      Dudukkan pasien
c.       Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur.
d.      Untuk posisi semi fowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
e.       Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.

2.        Posisi semi fowler


Pengertian Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat

Tujuan
a.         Mobilisasi
b.         Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
c.         Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
Cara / prosedur
a. Mengangkat kepala dari tempat tidur kepermukaan yang tepat ( 45-90 derajat)
b. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas kli
en lumpuh
c. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien,
menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya tekanan di
bawah jarak poplital ( di bawah lutut )

3.        Posisi sim
Definisi :
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau kekiri,
posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus
(supositoria).
Posisi Sim
Tujuan :
a.       Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
b.      Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
c.       Memasukkan obat supositoria
d.      Mencegah dekubitus
Indikasi :
a.       Untuk pasien yang akan di huknah
b.      Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Alat dan bahan :
a.       Tempat tidur khusus
b.      Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring,
kemudian miringkan kekiri dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki
kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat t
idur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki
kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat t
idur.

4.        Posisi trendelenburg
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring di
Tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari pada bagian kaki. Posisi ini dilakuka
n untuk melancarkan peredaran darah keotak.
Posisi trendelenburg
Alat dan bahan :
a.       Tempat tidur khusus
b.      Selimut
Indikasi :
a.       Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
b.      Pasien shock
c.       Pasien hipotensi.
Alat dan bahan :
a.       Tempat tidur khusus
b.      Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring,
kemudian miringkan kekiri dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki
kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat ti
dur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki
kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakanke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat ti
dur.

5.        Posisi dorsal recumbent


Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi
(ditarik atau direnggangkan)
diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta pa
da proses persalinan.
Posisi dorsal recumbent
Tujuan :
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
Indikasi :
a.       Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
b.      Untuk persalinan

Alat dan bahan :
a.       Tempat tidur
b.      Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang,
letakkan bantal diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal diba
wah lipatan lutut
3. Berikan balok penopang pada bagiankaki
tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

6.        Posisi Litotomi
Definisi :
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki
dan menariknya keatas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Indikasi :
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang,
kemudian angkat kedua paha dan tarik kearah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
4. Pasang selimut.

F. Membantu Ambulasi Tanpa Alat Bantu dan Dengan Alat Bantu.


1. Membantu Ambulasi Tanpa Alat Bantu

Ambulasi adalah latihan yang paling berat dimana pasien yang dirawat dirumah sakit
dapat berpartisipasi kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi pasien.

Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi
dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan
dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Roper, 2002)
Ambulasi merupakan latihan yang dilakukan dengan hati-hati tanpa tergesa-gesa untuk
memperbaiki sirkulasi dan mencegah flebotrombosis (Hin Chiff, 1999)

            Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien.
Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari latihan
berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien
menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier (1995 dalam
Asmandi, 2008) ambulasi adalah aktivitas berjalan. Ambulasi dini merupakan tahapan
kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai dari duduk sampai
pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan
kondisi pasien.

B.     TUJUAN AMBULASI

·         Untuk memenuhi kebutuan aktivitas

·         Memenuhi kebutuhan ambulasi

·         Mempertahankan kenyamanan

·         Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas

·         Mempertahankan control diri pasien

·         Memindahkan pasien untuk pemeriksaan

Sedangkan Menurut Asmadi (2008) manfaat Ambulasi adalah :


1.       Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
a. Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi, sirkulasi yang
terlambat yang menyebabkan terjadinya Atropi akut dan perubahan turgor
kulit.
b. Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan beban
kerja jantung, hipotensi ortostatic, phlebotrombosis.
c. Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi volunter
maksimal, penurunan ventilasi / perfusi setempat, mekanisme batuk yang
menurun.
d. Sistem Pencernaan : Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
e. Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine, infeksi
saluran kemih, hiperkalsiuria.
f. Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis, pemendekan
serat otot.
g. Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan syaraf
pada bagian distal, nyeri yang hebat.
2.       Depresi
3.       Perubahan tingkah laku
4.       Perubahan siklus tidur
5.       Perubahan kemampuan pemecahan masalah

C.PERSIAPAN AMBULASI DINI

Persiapan Iatihan fisik yang diperlukan pasien hingga memiliki kemampuan ambulasi,
antara lain :
1.       Latihan otot-otot Quadriceps Femoris dan otot-otot Gluteal :
a. Kerutkan otot-otot quadriaps sambil berusaha menekan daerah popliteal,
seolah-olah ia menekan lututnya ke bawah sampai masuk ke lutut sementara
kakinya naik ke atas.
b. Hitung sampai hitungan  kelima.
c. Ulangi latihan ini 10 – 15 kali.
2.      Latihan untuk menguatkan otot-otot ekstrimitas atas dan lingkar bahu :
a. Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil memegang berat traksi
atau benda yang beratnya berangsur-angsur ditambah dan junlah
pengulangannya. Ini berguna untuk menambah kekuatan otot ekstrimitas
atas.
b. Menekan balon karet. Ini berguna untuk meningkatkan kekuatan
genggaman.
c. Angkat kepala dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan tangan
sejauh mungkin.
d. Duduk di tempat tidur, angkat tubuh dari tempat tidur, tahan selama
beberapa menit (Asmadi), 2008)

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan perawat dalam pasien ambulasi adalah sebagai
berikut:
a. Ketika merencanakan untuk memeindahkan pasien, atur unruk bantuan yang kuat.
Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi.
b. Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan.
c. Jaga punggung , leher , pelvis dan kaki lurus. Cegah tergelincir.
d. Fleksikan lutut buat kaki tetap lebar.
e. Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat).
f. Gunakan lengan atau tangan (bukan punggung).
g. Tarik klien kearah penariknya menggunakan sprei.
h. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak.
i. Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat  bersama dengan dipimpin
dengan seseorang dengan menghitung satu sampai tiga.

2. Membantu Ambulasi Dengan Alat Bantu

ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN AMBULASI

 Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan permanen
untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh dalam keseimbangan
pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable dan lofstrand
 Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang
yang digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi
tongkat berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan tongkat berkaki segi
empat (quad cane).
 Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang
kokoh digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang
kuat dan mampu menopang tubuh.

1. kruk lengan bawah

Alat bantu berjalan termasuk tongkat bantu (biasanya disebut tongkat ), tongkat


ketiak , dan alat bantu jalan . Sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna,
perangkat ini membantu menjaga ambulasi yang tegak dengan menyediakan salah
satu atau semua: peningkatan stabilitas, pengurangan pemuatan anggota badan
bagian bawah dan gerakan menghasilkan.
Stabilitas yang lebih baik
Dengan memberikan titik kontak tambahan, alat bantu jalan menyediakan
dukungan tambahan dan jangkauan yang lebih luas dari pusat posisi gravitasi yang
stabil.

Mengurangi pemuatan ekstremitas bawah

Dengan mengarahkan beban melalui lengan dan alat bantu jalan, gaya tumbukan
yang lebih rendah dan gaya statis ditransmisikan melalui anggota badan yang
terkena.

Gerakan Menghasilkan

Alat bantu berjalan dan lengan dapat menggantikan otot dan persendian tulang
belakang, panggul, dan / atau kaki dalam pembentukan kekuatan dinamis selama
berjalan.

2. Tebu
Tongkat atau tongkat adalah bentuk paling sederhana dari alat bantu jalan. Itu
dipegang di tangan dan mentransmisikan beban ke lantai melalui poros. Beban yang
dapat diterapkan melalui tongkat ditransmisikan melalui tangan dan pergelangan
tangan pengguna dan dibatasi oleh ini.

3. kruk
Kruk juga mentransmisikan beban ke tanah melalui poros, tetapi memiliki dua titik
kontak dengan lengan, di tangan dan di bawah siku atau di bawah ketiak. Hal ini
memungkinkan beban yang jauh lebih besar diberikan melalui tongkat
dibandingkan dengan tongkat.

4. Kombinasi tongkat, kruk, dan lengan kruk


Perangkat yang ada di pasaran saat ini meliputi sejumlah kombinasi tongkat, kruk,
dan kruk lengan. Kruk ini memiliki pita yang melingkari lengan bawah dan
pegangan agar pasien dapat memegang dan mengistirahatkan tangan untuk
menopang berat badan. Kruk lengan bawah biasanya memberi pengguna dukungan
tongkat tetapi dengan dukungan lengan tambahan untuk membantu dalam
mobilitas. Bagian lengan membantu meningkatkan keseimbangan, stabilitas lateral
dan juga mengurangi beban pada pergelangan tangan.

5. Pejalan Kaki
Alat bantu jalan (juga dikenal sebagai kerangka Zimmer) adalah alat bantu berjalan
paling stabil dan terdiri dari kerangka logam berdiri bebas dengan tiga atau lebih
titik kontak yang diletakkan pengguna di depan mereka dan kemudian digenggam
saat bergerak. Titik kontak dapat berupa ferrules karet tetap seperti dengan kruk
dan tongkat, atau roda, atau kombinasi keduanya. Pejalan kaki beroda juga dikenal
sebagai penggulung. Banyak dari walker ini juga dilengkapi dengan kursi inbuilt
sehingga pengguna dapat beristirahat selama penggunaan dan dengan kantong
logam untuk membawa barang-barang pribadi.

6. Walker cane hybrid


Walker cane hybrid diperkenalkan pada tahun 2012 yang dirancang untuk
menjembatani kesenjangan antara tongkat dan walker. Hibrida memiliki dua kaki
yang memberikan dukungan lateral (sisi-ke-sisi) yang tidak dimiliki tongkat. Ini
dapat digunakan dengan dua tangan di depan pengguna, mirip dengan alat bantu
jalan, dan memberikan tingkat dukungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tongkat. Dapat disesuaikan untuk digunakan dengan satu atau dua tangan, di depan
dan di samping, serta asisten pendakian tangga. Hibrida tidak dirancang untuk
menggantikan walker yang biasanya memiliki empat kaki dan memberikan
dukungan 4 arah menggunakan kedua tangan.

7. Pelatih kiprah
Perangkat lain untuk membantu berjalan yang telah memasuki pasar dalam
beberapa tahun terakhir adalah pelatih gaya berjalan . Ini adalah alat bantu
mobilitas yang lebih mendukung daripada alat bantu jalan standar. Biasanya
menawarkan dukungan yang membantu menahan beban dan
keseimbangan. Asesoris atau bagian-bagian produk yang menempel pada kerangka
produk memberikan dukungan tanpa bobot dan penyelarasan postur untuk
memungkinkan praktik berjalan.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas : Tulang, Otot dan Tendon,
Ligament, Sistem Syaraf dan Sendi. Mobilitas / Mobilisasi Merupakan kemampuan
individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien baru
pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai
orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan.(Nursalam, 2007).

Jenis-Jenis Posisi Pemindahan Pasien :

a. Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk,


dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan unt
uk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
b. Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat.
c. Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau kekiri,
posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus
(supositoria)
d. litotomi adalah Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki
dan menariknya keatas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia
pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi kruk adalah alat yang terbuat dari
logam atau kayu dan digunakan permanen untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk
menopang tubuh dalam keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable dan
lofstrand, Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang
yang digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi tongkat
berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan tongkat berkaki segi empat (quad cane).
Dan Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang kokoh
digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang kuat dan mampu
menopang tubuh.

B.     SARAN
Mempelajari tentang kebutuhan aktivitas akan membuat kita menjadi lebih tau
pengertiannya secara mendalam. Kita akan tau bagaimna seharusnya seorang perawat
memberi pelayanan kesehatan dengan baik bagi kesembuhan kliennya. Kita juga akan tahu
bagaimana dampak positif dan negatifnya dari pelayanan yang kita berikan ini terhadap diri
kita, semoga dengan pembuatan makalah ini dapat bermanfaat yang akan menjadi informasi
untuk kehidupan kita sehari-hari.    
                                                                                                                      
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC.

Nursalam, Kurniawati. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi. HIV/AIDS.


Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P & Perry, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,. Proses dan
Praktik. Edisi 4. Jakarata : EGC.

Anda mungkin juga menyukai