Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR 1

‘KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN’

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK I

1. ABU RUMADA (P2012001)


2. ANGEL HETHARIE (P2012037)
3. ANISA (P201204)
4. BRAYEN MARANTIKA (P2012006)
5. DIANTI RIUPASA (P2012010)
6. FAJAR ASMIN BAHARUDIN (P2012014)
7. ELVITA SOLISSA (P2012011)
8. GEBYANA LESBATA (P2012035)
9. HASBI RUMONIN (P2012019)
10. JUNIANTI BANNE TODING (P2012020)
11. HADIJA RUMWOKAS (P2012030)
12. MARSYA PATTIASINA (P2012022)
13. NOVERINS KILBAR SELEKI (P2012026)
14. NONRI SOLISSA (P2012025)
15. SELLY MUSKITA (P2012028)
16. SYELLA TASANE (P2012031)
17. YOAN TETIKAY (P2012036)
KATA PENGANTAR

Dengan ini kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelsaikan makalah yang berjudul
”kebutuhan aktivitas dan latihan”

Makalah ini kami susun untuk menambah ilmu serta untuk memenuhi salah satu tugas
dalam mata kuliah “KEPERAWATAN DASAR I” . Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca.

Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya. Untuk itu kami sampaikan terima kasih, apabila ada kurang lebihnya
kami mohon maaf.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN KEBUTUHAN AKTIVITAS (MOBILITAS)

A. DEFENISI KEBUTUHAN AKTIVITAS


B. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM AKTIVITAS
C. KEBUTUHAN MOBILITAS DAN IMOBILITAS
D. POSTUR TUBUH
E. KEBUTUHAN MEKANIKA TUBUH DAN AMBULANSI
F. PROSES KEPERAWATAN PADA KEBTUHAN AKTIVITAS

BAB III PENUTUP

A. SARAN
B. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot
tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Dalam
menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang
pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi
dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang
terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh.

Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal,
pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi.
Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus
tetap utuh dan berfungsi baik.

B. Ruang Lingkup Masalah

1. Definisi kebutuhan aktivitas

2. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas

3. Kebutuhan mobilitas dan imobilitas

4. Postur tubuh

5. Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi

6. Proses keperawatan pada kebutuhan aktivitas

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi kebutuhan aktivitas

2. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas

3. Untuk mengetahui kebutuhan mobilitas dan imobilitas

4. Untuk mengetahui Postur tubuh

5. Untuk mengetahui kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi

6. Untuk mengetahui proses keperawatan pada kebutuhan aktivitas


BAB II

PEMBAHASAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS (MOBILITAS)

A. Definisi Kebutuhan Aktivitas

Kebutuhan aktivitas/pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan yang saling
berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.

Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada seseorang termasuk
didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah
dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran
diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah individu
tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung
pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi aktifitas harus diprioritaskan.

Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup.

 Fisiologi pergerakan

Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara system musculoskeletal dan system
persarafan.

Sistem skelet berfungsi:

a. Mendukung dan member bentuk jaringan tubuh

b. Melindungi bagian tubuh tetentu seperti paru, hati, ginjal, otak paru-paru

c. Tempat melektnya otot tendon

d. Sumber mineral seperti garam dan fosfat

e. Tempat produksi sel darah

Sistem persarafan berfungsi:

a. Saraf afferent menerima rangsangan dari luar kemudian diteruskn ke susunan saraf pusat

b. Sel saraf atau neuron membawa impuls dan bagian tubuh satu ke lainnya

c. Saraf pusat memproses impuls dan kemudian memeberikan respon melalui saraf afferent

d. Saraf afferent menerima respon dan diteruskan ke otot rangka


B. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas

1. Tulang

Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk membentuk
rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral
khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat
sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.

Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti
tulang vertebra dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang
panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian ujung
tulang panjang dilapisi oleh kartilago dan secara anatomis tersiri atas epifisis, metafisis, dan diafisis.
Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang yang terpisah dan lebih elastic pada masa
anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.

2. Otot dan Tendon

Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan
keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon,
yaitu suatu jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat pada tempat insersinya di tulang.
Terputusnya tendon akan mengakibatkan kontraksi otot tidak dapat menggerakkan organ di tempat
insersi tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat
berfungsi kembali.

3. Ligamen

Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut
merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.

4. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan sistem saraf tepi
(percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki bagian somatis dan otonom. Bagian
somatis memiliki fungsi seensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti
pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan
saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diintervensi, dan kerusakan pada saraf
radikal akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan.

5. Sendi

Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi dari
kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antarsegmen dan berbagai derajat pertumbuhan
tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung
tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi
cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain seperti
sindesmosis, sinkondrosis, dan simfisis.
C. Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas

1. Mobilitas

 Pengertian Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya.

 Jenis Mobilitas

a) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

b) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas
dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik
dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah
tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian
pada ekstremitas bawah karena kehilangan control motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian
ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan


batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel
pada system musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.

2) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan


batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf
yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena
cedera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan
sensorik.

 Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Gaya Hidup. Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas


seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-
hari.

2. Proses Penyakit/Cedera. Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan


mobilitas karena dapat memengaruhi fungsi system tubuh. Sebagai contoh,
orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan
dalam ekstermitas bagian bawah.

3. Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi


kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiiki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan mobilitas yang kuat; sebaliknya ada dua orang yang
mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang
untuk beraktivitas.

4. Tingkat Energi. Energy adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar


seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energy yang
cukup.

5. Usia dan Status Perkembangan. Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas


pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau
kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

2. Imobiilitas

 Pengertian Imobilitas

Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami
trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.

 Jenis Imobilitas
a) Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan
hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralis sehingga tidak
dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.

b) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya


pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.

c) Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang megalami pembatasan secara emosional


karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh,
keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami
kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.

d) Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi
sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat memengaruhi perannya dalam
kehidupan sosial.

 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas


Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem tubuh, seperti perubahan
pada metabolism tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan
nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan system pernafasan, perubahan
kardiovaskular, perubahan system musculoskeletal, perubahan kulit, perubahaneliminasi (buang
air besar dan kecil), dan perubahan perilaku.

a) Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat menggangu metabolisme secara normal, mengingat
imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh. Hal tersebut
dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolism rate (BMR) yang menyebabkan
berkurangnya energy untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat memengaruhi gangguan
oksigenasi sel. Perubahan metabolism imobilitas dapat mengakibatkan proses anabolisme
menurun dan katabolisme meningkat. Eadaan ini dapat berisiko meningkatkan gangguan
metabolisme. Proses imobilitas juga dapatmenyebabkan penurunan ekskresi urine dan
peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami imobilitas
pada hari kelima dan keenam. Beberapa dampak perubahan metabolisme, diantaranya adalah
pengurangan jumlah metabolisme, atropi kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan
gastrointestinal.

b) Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit

Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan
mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang sehingga
dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Disamping itu, berkurangnya perpindahan cairan
dari intravaskular ke interstisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit. Imobilitas juga dapat menyebabkan demineralisasi tulang akibat
menurunnya aktivitas otot, sedangkan meningkatnya demineralisasi tulang dapat
mengakibatkan reabsorbsi kalium.

c) Gangguan Pengubahan Zat Gizi

Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan
kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel
tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
melaksanakan aktivitas metabolism.

d) Gangguan Fungsi Gastrointestinal

Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini disebabkan karena
imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan
yang cukup dapat menyebabkan keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang
dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.

e) Perubahan Sistem Pernafasan

Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat imobilitas, kadar


haemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat
menyebabkan proses metabolism terganggu. Terjadinya penurunan kadar haemoglobin dapat
menyebabkan penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga mengakibatkan
anemia. Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh
permukaan paru.
f) Perubahan Kardiovaskular

Perubahan system kardiovaskular akibat imobilitas antara lain dapat berupa hipotensi
ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan thrombus. Terjadinya
hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan saraf otonom. Pada posisi
yang tetap dan lama, reflex neurovascular akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi,
kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke system sirkulasi
pusat terhambat. Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi
horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang terkumpul pada ekstremitas bawah bergerak dan
meningkatkan kerjanya. Terjadinya thrombus juga disebabkan oleh meningkatnya vena statis
yang merupakan hasil penurunan kontraksi muscular sehingga meningkatkan arus balik vena.

g) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Perubahan yang terjadi dalam system musculoskeletal sebagai dampak dari imobilitas
adalah sebagai berikut:

1. Gangguan Muskular. Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat


menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi kapasitas
otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat
menyebabkan atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah
dirawat lebih dari enam mingu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan tanda
lemah dan lesu.

2. Gangguan Skeletal. Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skeletal,


misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan oesteoporosis. Kontraktur
merupakan kondisi yang abnormal dengan criteria adanya fleksi dan fiksasi yang
disebabkan atropi dan memendeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan
sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi. Oesteoporosis terjadi karena reabsorpsi
tulang semakin besar, sehingga yang menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah
menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urine semakin besar.

h) Perubahan Sistem Integumen

Perubahnan system integument yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena
menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta nekrosis jaringan
superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi
yang menurun ke jaringan.

i) Perubahan Eliminasi

Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin disebabkan
oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah renal dan urine
berkurang.

j) Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan,
bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur, dan menurunnya koping
mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak imobilitas karena
selama proses imobilitas seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasa,
dan lain-lain.

D. Postur Tubuh

Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang
berhubungan dengan bagian tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh adalah
persendian, tendon, ligamen dan otot. Apabila keempat bagian tersebut digunakan dengan benar
dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal, seperti dalam posisi
duduk, berdiri, dan berbaring yang benar.

Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik, mengurangi jumlah energi
yang digunakan, mempertahankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan, memperluas ekspansi
paru, dan meningkatkan sirkulasi, baik renal maupun gastrointestinal. Untuk mendapatkan postur
tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, diantaranya

1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-garis imaginer vertikal)
melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di pertengahan garis tubuh) dan
dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga atau menopang tubuh

2. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan keseimbangan
akan lebih besar

3. Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih banyak digunakan
untuk mempertahankan keseimbangan

4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan menghemat
energi dan mencegah kelelahan otot

5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot


6. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan ligament
7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot serta mencegah
kelelahan

8. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan


9. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban belakang
10. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan otot, dan
kontraktur.
 Pembentukan postur tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Status Kesehatan. Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak optimal
pada organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan sehingga dapat
memengaruhi pembentukan postur. Hal ini dapat dijumpai pada orang sakit yang banyak
mengalami ketidakseimbangan dalam pergerakan.

2. Nutrisi. Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam membantu
proses pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon, ligamen, dan persendian. Apabila status
nutrisi kurang, kebutuhan energi pada organ tersebut akan berkurang sehingga dapat
memengaruhi proses keseimbangan.

3. Emosi. Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga keseimbangan tubuh. Hal
tersebut dapat memengaruhi proses koordinasi pada otot, ligamen, sendi, dan tulang.

4. Gaya Hidup. Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau bahkan
sebaliknya menjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup tidak sehat, misalnya selalu
menggunakan alat bantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dapat mengalami
ketergantungan sehingga postur tubuh tidak berkembang dengan baik.

5. Perilaku dan Nilai. Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat memengaruhi
pembentukan postur. Sebagai contoh, perilaku dalam membuang sampah di sembarang tempat
dapat memengaruhi proses pembentukan postur tubuh orang lain yang berupaya untuk selalu
bersih dri sampah

E. Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulansi

Merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan system saraf untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara
efesien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, serta aman dalam menggerakkan
dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas.

 Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh


a. Gerakan (ambulating)

Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan tubuh. Contoh:


keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan lebih
mudah stabil disbandingkan dalam posisi jalan. Dalam posisi jalan akan terjadi perpindahan
dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain, dan posisi gravitasi akan selalu berubah pada
posisi kaki.

b. Menahan (squatting)

Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.contoh : posisi orang duduk
akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya berbeda dengan posisi membungkuk.
Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam
menahan. Dalam menahan diperlukan dasar tumpuan yang tepat.
c. Menarik (pulling)

Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Yang perlu
diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh dalam menarik, sodorkan
telapak tangan dana lengan atas dipusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada
permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk, lalu dilakukan
penarikan.

d. Mengangkat (lifting)

Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar besar dari tumit,
paha bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada
daerah tubuh bagian belakang.

e. Memutar (Pivoting)

Merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang.
Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur gravitasi agar tidak berpengaruh
buruk pada postur tubuh.

 Prinsip Mekanika Tubuh


Prinsip yang digunakan dalam mekanika tubuh adalah sebagai berikut:

1. Gravitasi. Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan mekanika
tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakkan tubuh.
Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:

 Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan tubuh.

 Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imaginer vertical melalui pusat
gravitasi.

 Dasar tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi
istirahat untuk menopang/menahan tubuh.

2. Keseimbangan. Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara


mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.

3. Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat/bobot
benda yang akan diangkat karena berat benda akan memengaruhi mekanika tubuh.

 Pengaturan Posisi
Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan asuhan, seperti:

a. Posisi Fowler. Posisi setengah duduk atau duduk, bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
atau dinaikkan. Untuk fowler (45°-90°) dan semifowler (15°-45°). Dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan, memfasilitasi fungsi pernapasan, dan untuk pasien pasca
bedah.

b. Posisi Sim. Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk memberi kenyamanan dan
untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau pemberian huknah atau obat-
obatan lain melalui anus.

c. Posisi Trendelenburg. Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak, dan
pada pasien shock dan pada pasien yang dipasang skintraksi pada kakinya.

d. Posisi Dorsal Recumbent. Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi(ditarik atau
direnggangkan). Dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses
persalinan.

e. Posisi Litotomi. Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses
persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

f. Posisi Genu Pektoral. Posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel
pada bagian atas tempat tidur. Dilakukan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid
dan untuk membantu merubah letak kepala janin pada bayi yang sungsang.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi Mekanika tubuh


a. Status kesehatan. Terjadi penurunan kondisi yang disebabkan oleh penyakit berupa
berkurangnya aktifitas sehari-hari.

b. Nutrisi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahakan


terjadinya penyakit. Contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan mudah fraktur.

c. Emosi. Kondisi psikologi seseorang dapat memudahkan perubahan perilaku yang dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh yang baik.

d. Situasi dan Kebiasaan. Situasi atau kebiasaan yang dilakukan seseoarang Misalnya sering
mengangkat benda-benda yang berat.

e. Gaya Hidup. Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan kemungkinan
besar akan menyebabkan kecerobohan dalam aktifitas. Begitu juga gaya hidup yang tidak
sehat juga akan mempengaruhi mekanika tubuh seseorang.

f. Pengetahuan. Pengetahuan yang baik dalam penggunaan mekanika tubuh akan


mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengeluarkan
tenaga yang dikeluarkan.
 Prinsip Ambulasi Untuk Pasien

Mekanika tubuh itu penting untuk perawat dan pasien. Hal ini mempengaruhi kondisi kesehatan
mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk kesehatan dan mencegah kecacatan.
Gaya berat dan fisik dapat mempengaruhi gerak tubuh. Jika digunakan dengan benar kekuatan
ini dapat meningaktkan efisiensi kerja perawat. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan perawat
dalam pasien ambulasi adalah sebagai berikut:

a. Ketika merencanakan untuk memeindahkan pasien, atur unruk bantuan yang kuat. Gunakan
alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi

b. Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan

c. Jaga punggung , leher , pelvis dan kaki lurus. Cegah tergelincir

d. Fleksikan lutut buat kaki tetap lebar

e. Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat)

f. Gunakan lengan atau tangan (bukan punggung)

g. Tarik klien kearah penariknya menggunakan sprei

h. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak

i. Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan dipimpin dengan
seseorang dengan menghitung satu sampai tiga.

F. Proses Keperawatan pada Kebutuhan Aktivitas

1. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien yang menyebabkan terjadi keluhan /
gangguan dalam mobilitas dan imobiltas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan,
timgkat mobilitas dan imobiltas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama
terjadinya gangguan mobilitas.

b. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas,


misalnya adanya riwayat penyakit system neurologist (kecelakaan cerbrovaskular, trauma
kepala, peningkatan tekanan intracranial, miasteniagravis, guilain barre, cedera medulla spinalis,
dll), riwayat penyakit system kardiofaskuler (infark miokard, gagal jantung kongesif), riwayat
penyakit system pernapasan (penyakit paru obstrksi menahun, pneumonia, dll), riwayat
pemakaian obat, seperti sedative, hipnotik, depresan system saraf pusat,laksansia dll.
c. Kemampuan Fungsi motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kak kanan danm kaki kiri
untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.

d. Kemampuan Moblitas

Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke
posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa bantuan.

Tingkat Aktifitas / Mobilitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Memerlukan bantuan / pengawasan orang


lain
Tingkat 2
Memerlukan bantuan / pengawasan orang
Tingkat 3
lain dan peralatan

Sangat tergantung dan tidak bisa melakukan/


Tingkat 4
berpartisipasi dalam keperawatan

e. Kemampuan Rentang Gerak, pengkajian rentang gerak (range of motion – ROM) dilakukan
pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

Gerak Sendi Derajat Rentang Normal

1. Bahu
Abduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan
menghadap ke posisi yang paling jauh 180

2. Siku
Fleksi : angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu 150

3. Pergelangan Tangan
Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah 80-90

Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi 80-90

Hipereskstensi : tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin 70-90

Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas 0-
20

Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, telapak tagang menghadap ke atas 30-50
4. Tangan dan Jari
Fleksi : buat kepalan tangan 90

Ekstensi : Luruskan jari 90

Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin 30

Abduksi : kembangkan jari tangan 20

Abduksi : rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi 20

f. Perubahan Intoleransi Aktifitas

Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system


pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mucus,
batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleran siaktifitas
terhadap perubahan system kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi
perifer, adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivtas atau
perubahan posisi.

g. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam pengkajian kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :

Skala Persentase Kekuatan Karakteristik


Normal

0 0 Paralistik

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi/ dilihat

Gerakan otot penuh melawan grafitasi dengan topangan

2 25 Gerakan yang normal melawan grafitasi dan melawan


tahanan minimal
3 50
Gerakan penuh yang normal melawan grafitasi dan
melakukan tahanan minimal
4 75
Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan
gravsitasi dan tahanan penuh

5 100
h. Perubahan Psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan
mobilitas, antara lain perubahan prilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme
koping, dan lain- lain.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan mobilitas fisik akibat trauma yulang belakang, frktur, dan lain-lain.

b. Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas.

c. Resiko cedera akibat orthostatic pneumonia.s

d. Intoleransi aktifitas akibat penurunannya tonus dan kekuatan otot.

e. Sindrom perawatan diri akibat menurunnyafleksibilitas otot.

f. Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru.

g. Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi.

h. Gangguan eliminasi akibat imobilitas.

i. Retensi erine akibat gangguan mobilitas fisik.

j. Inkontenesia urine akibat gangguan mobilitas fisik.

k. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu makan (anaroksia)
akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltic usus.

l. Gamgguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan (intake).

m. Gangguan interaksi social akibat imobilitas

n. Gangguan konsep diri akibat imobilitas.

3. Perencanaan Keperawatan

Tujuan:

a. Meningkatkan kekuatan, ketahana otot, dan fleksibilitas sendi.

Meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot pada pasien pemenuhan kebutuhan mobilitas dan
imobilitas dapat dilakukan dengan cara:

1) Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur tubuh yang benar.
Cara ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah jadwal tentang perubahan posisi
selama kurang lebih setengah jam. Pelaksanaannya dilakuakan secara bertahap agar
kemampuan kekuatan otot dan ketahanannya dapat meningkatkan secara berangsur-
angsur.

2) Ambulasai dini merupakan salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot. Hal ini dapat dilakuakan dengan cara melatih posisi duduk di tempat
tidur, turun dari tempat tidur, berdiri di saamping tempat tidur, bergerak ke kursi roda,
dan seterusnya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berangsur-angsur.

3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih kekuatandan ketahanan


serta kemampuan sendi agar mudah bergerak.

4) Latihan isotonic dan imometrik. Latihan ini juga dapat digunakan untuk melatih
kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat beban yang ringa, kemudian
beban yang berat. Latihan isotonic (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan
meningkatkan curah jantung ringan dan nadi.

5) Latihan ROM , baik secara aktif maupun pasif, ROM merupakan tindakan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot.

b. Meningkatkan fungsi kardiovaskular

Meningkatkan fungsi respirasi kardiofaskuler sebagai dampak dari imobilitas dapat dilakukan
antara lain dengan cara ambulasi dini, latihan aktif, dan pelaksanaan aktivitas sehari-hari secara
mandiri. Hal tersebut dilakukan secara bertahap.Di samping itu, dapat pula dilakukan
pengukuran tekanan darah dan nadi setiap kali terjadi perubahan posisi. Untuk
meningkatkatkan sirkulasi vena perifer dapat dilakukan dengan cara mengangkat daerah kaki
secara teratur.

c. Meningkatkan fungus respirasi

Meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak dari imobilitas dapat dilakukan dengan cara
melatih pasien untuk mengambil napas dalam dan batuk efektif, mengubah posisi pasien tiap 1-
2 jam, melakukan postural drainage, perkusi data, dan vibrasi.

d. Meningkatkan fungsi gastrointestinal

Meningkatkan fungsi gastrointestinal dapat dilakukan dengan cara mengatur diet tinggi kalori,
protein, vitamin, dan mineral. Selain itu, untu mencegah dampak, dari imobilitas dapat
dilakukan dengan latihan ambulasi.

e. Meningkatkan fungsi system perkemihan

Meningkatkan system kemih dapat dilakukan dengan latihan atu mengubah posisi serta latihan
mempertahankannya. Pasien dianjurkan untuk minum 2500cc per hari atau lebih, dan menjaga
kebersihan parental. Apabila pasien tidak dapat buang air kecil secara normal, dapat dilakukan
katerisasi. Daisamping itu, untuk mencegah inkontinesia urine, dapat dilakukan dengan cara
minum banyak pada siang hari dan minum sedikit pada malam hari.

f. Memperbaiki gangguan psikolagis

Meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi emosi sebagian dampak dari mobilitas dapat
dilakukan dengan melakukan melakukan komununikasi secara terapetik dengan
berbagaiperasaan, membantu pasien untuk mengekspresikan kecemasannya, meningkatkan
prifasi pasien, memberikan dukungan moril, mempertahankan citra diri, menganjurkan untuk
melakukan social, mengjak untuk berdiskusi tentang masalah yang dihadapi, dan seterusnya.
4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan
pasien serta melakukan latihan ROM pasif dan aktif.

 Pengaturan Posisi Tubuh Sesuai Kebutuhan Pasien


a. Posisi Fowler

Posisi fowler adalah posisi dengan tubuh setangah duduk atau duduk. Pemberian posisi
pasien ditempat tidur memerlukan persipan sebagai berikut : perawat perlu mengkaji
kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan pasien, prawat harus menyiapkan alat dan bahan
(bantal, papan kaki, bantal pasir, restrein, pagar tempat tidur, dll). Bila perawat memerlukan
bantuan harus menyiapkan sejawatnya untuk membantu, perawat juga harus
menginformasikan tindakan kepada pasien memberikan privasi kepada pasien.

Tujuan : Mempertahankan kenyamanan dan Memfasilitasi fungsi pernafasan.

Alat dan bahan : Penopang atau bantal

Prosedur kerja :

1. Cuci tangan

2. Lakukan persiapan seperti disebut diatas

3. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60 derajat

4. Topangkan kepala diatas tempat tiduratau bantal kecil

5. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak dapat
mengontrolnya secara sadar atau tidak dapat menggunakan tangan dan lengan

6. Tempatkan bantal tipis di punggung bawah

7. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk dibawah paha

8. Tempatkan bantal kecil atau gulungan dibawah pergelangan kaki

9. Tempatkan papan kaki didasar telapak kaki pasien

10. Turunkan tempat tidur

11. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi tekanan.

12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

13. Catat prosedur termasuk : posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.
b. Posisi Sim

Pada posisi ini pasien berbaring miring baik ke kanan ataupun ke kiri.

Tujuan

1. Memberikan kenyamanan

2. Melakukan huknah

3. Memberikan obat per anus (supositoria)

4. Melakukan pemeriksaan daerah anus

Alat dan bahan :Bantal

Prosedur kerja

1. Cuci tangan

2. Lakukan persiapan seperti diuraikan diatas

3. Tempatkan kepala datar ditempat tidur

4. Tempatkan pasien dalam posisi telentang

5. Posisikan pasien dalam posisi miring yang sebagian pada abdomen.

6. Tempatkan bantal kecil dibawah kepala

7. Tempatkan bantal dibawah lengan atas yang difleksikan, yang menyokong lengan
setinggi bahu. Sokong lengan lain diatas tempat tidur.

8. Tempatkan bantal dibawah tungkai atas yang difleksikan, yang menyokong tungkai
setinggi panggul

9. Tempatkan bantal pasien parallel dengan permukaan plantar kaki

10. Turunkan tempat tidur

11. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi tekanan

12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

13. Catat prosedur, termasuk : posisi yang ditetapkan, konsisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasienmembantu gerak, dan kenyamanan pasien

c. Posisi telentang

Posisi ini menempatkan pasien ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada
bagian kaki.

Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak


Alat dan bahan

1. Bantal

2. Tempat tidur khusus

3. Balok penopang kaki tempat tidur (opsional)

Prosedur kerja:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Pasien dalam keadaan berbaring telentang

4. Tempatkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien.

5. Tempatkan bantal dibawah lipatan lutut

6. Tempatkan balok penopang dibagian kaki tempat tidur

7. Atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien

8. Cuci tangan

d. Posisi Dorsal Rekumbent

Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi telentang dengan kedua lutut fleksi diatas
tempat tidur.

Tujuan :

1. Perawatan daerah genitalia

2. Pemeriksaan genitalia

3. Posisi pada proses persalinan

Alat dan bahan

1. Bantal

2. Tempat tidur khusus

3. Selimut

Prosedur kerja:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Pasien dalam keadaan berbaring (telentang)


4. Pakaian bawah dibuka

5. Tekuk lutut dan direnggangkan

6. Pasang selimut untuk menutupi area genitalia

7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

e. Posisi litotomi

Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
ditarik keatas abdomen

Tujuan:

1. Pemerikasaan alat genitalia

2. Proses persalinan

3. Pemasangan alat kontrasepsi

Alat dan bahan:

1. Bantal

2. Tempat tidur khusus

3. Selimut/kain penutup

Prosedur kerja

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Pasien dalam keadaan berbaring (telentang)

4. Angkat kedua paha dan tarik keatas abdomen

5. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha

6. Letakkan bagian lutut/kaki pada penyangga kaki ditempat tidur khusus untuk posisi
litotomi

7. Pasang selimut’cuci tangan setelah prosedur dilakukan

f. Posisi genu pectoral (knee chest)

Pada posisi ini, pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur

Tujuan: Pemeriksaan daerahrektum dan sigmoid


Alat dan bahan: Tempat tidur dan Selimut

Prosedur kerja:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada matras tempat tidur

4. Pasang selimut untuk menutui daerah parinela pasien

5. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

 Membantu pasien duduk ditempat tidur

Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas pasien. Perhatikan
tindakan yang harus dilakukan sebelum membantu pasien mengambil posisi duduk.

Tujuan :

1. Memenuhi kebutuhan mobilitas.

2. Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas

3. Mempertahankan kenyamanan

Prosedur kerja :

1. Lakukan persiapan (seperti dijelaskan diatas).

2. Cuci tangan sebelum tindakan dilakukan.

3. Tempatkan pasien pada posisi telentang.

4. Singkirkan bantal dari tempat tidur

5. Perawat menghadap ke tempat tidur.

6. Tempatkan kaki meregang dengan satu kaki lebih mendekat ke tempat tidur disbanding kaki
yang lain.

7. Tempatkan tangan yang lebih dekat kepasien dibawah bahu, yang menyokong kepala dan
tulang belakang

8. Tempatkan tangan yang lain dipermukaan tempat tidur

9. Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan anda dari kaki depan ke
kaki belakang

10. Dorong dengan arah berlawanan tempat tidur dengan menggunakan lengan yang
ditempatkan dipermukaan tempat tidur
11. Turunkan tempat tidur

12. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkatkan kenyamanan dan titik potensi tekanan.

13. Catat prosedur termasuk : posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi, kemampuan
pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.

14. Cuci tangan.

 Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda


Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah dari tempat tidur
ke kursi roda. Beberapa persiapan untuk memindahkan pasien adalah : kaji kekuatan otot pasien,
mobilitas sendi, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan untuk
mengikuti intrusi: siapkan alat yang diperlukan (missal sabuk pemindah , kursi roda [posisi kursi pada
sudut 45 derajat terhadap tempat tidur, dikunci, angkat penyokong kaki, dan kunci kaki tempat
tidur]); jelaskan prosedur pada pasien; tutup pintu ata pasang tirai; dan cuci tangan.

Tujuan :

1. Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindrom disuse

2. Mempertahankan kenyamanan pasien

3. Mempertahankan control diri pasien

4. Memindahkan pasien untuk

Alat dan bahan: Kursi roda

Prosedur kerja

1. Cuci tangan

2. Lakukan persiapan yang telah disebutkan diatas

3. Bantu pasien untuk posisi duduk ditempat tidur. Siapkan kursi roda dalam posisi 45 derajat
terhadap tempat tidur

4. Pasang sabuk pemindah bila perlu

5. Pastikan bahwa pasien menggunakan sepatu/sandal yang stabil dan tidak licin

6. Renggangkan kedua kaki anda

7. Fleksikan panggul dan lutut anda, sejajarkan lutut anda dengan lutut klien

8. Genggam sabuk pemindah dari bawah atau rangkul aksila pasien dan tempatkan tangan
anda diskapula pasien

9. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan ke-3 sambil meluruskan panggul dan tungkai
anda, dengan tetap mempertahankan lutut agak fleksi
10. Pertahankan stabilitas tungkai yang lemah atau paralisis dengan lutut

11. Tumpukkan pada kaki yang jauh dari kursi

12. Instruksikan pasien untuk menggunakan lengan yang memegang kursi untuk menyokong

13. Fleksikan panggula dan lutut anda sambil menurunkan pasien ke kursi

14. Kaji pasien untuk kesejajaran yang tepat untuk posisi duduk

15. Posisikan pasien pada posisi yang dipilih

16. Observasi pasien untuk menentukan respon terhadap pemindahan. Observasi terhadap
kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan

17. Cuci tangan setelah prosedur dillakukan

18. Catat prosedur dalam catatan keperawatan

 Memindahkan pasien oleh dua atau tiga perawat


Pada tindakan ini pemindahan dilakukan oleh dua-tiga orang perawat. Pemindahan ini bisa dari
tempat tidur ke brankar atau dari satu tempat tidur ke tempat tidur lain. Pemindahan ini biasanya
dilakukan pada pasien yang tidak dapat bergerak atau tidak dapat melakukan pemindahan sendiri.

Tujuan : Memindahkan pasien dari ruangan ke ruangan lain untuk tujuan tertentu

Alat dan bahan

1. Brankar atau tempat tidur

2. Bantal (bila perlu)

Prosedur kerja

1. Cuci tangan

2. Lakukan persiapan seperti disebut diatas

3. Dua atau tiga perawat dengan tinggi badan kurang lebih sama berdiri berdampingan
menghadap tempat tidur pasien

4. Setiap orang bertanggujng jawab untuk salah satu dari area tubuh pasien (kepala dan bahu,
panggul, paha, dan pergelangan kaki)

5. Masing-masing pasien membentuk dasar pijakan yang luas yang mendekat ketempat tidur di
depan, lutut agak fleksi

6. Lengan pengangkat ditempatkan dibawah kepala dan bahu, panggul, paha, dan pergelangan
kaki pasien, dengan jari jemari mereka menggenggam sisi tubuh pasien

7. Pengangkat menggulingkan pasien kearah dada mereka


8. Pada hitungan ketiga, pasien diangkat dan digendong ke dada perawat

9. Pada hitungan ketiga yang kedua, perawat melangkah kebelakang dan menumpu salah satu
kaki untuk mengarah ke brankar/tempat tidur lain, dengan bergerak kedepan bila perlu

10. Perawat dengan perlahan menurunkan pasien kebagian tengah brankar/tempat tidur
dengan memfleksikan lutut dan panggul mereka sampai siku mereka pada setinggi tepi
brankar/tempat tidur

11. Perawat mengkai kesejajaran tubuuh pasien, tempatkan pagar tempat tidur pada posisi
terpasang.

12. Posisikan pasien pada posisi yang dipilih

13. Observasi pasien untuk menentukan respon terhadap pemindahan. Observasi terhadap
kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan

14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

15. Catat prosedur dalam catatan keperawatan

 Membantu pasien berjalan


Seperti halnya tindakan lain, membantu pasien berjalan memerlukan persiapan. Perawat mengkaji
toleransi pasien terhadap aktivitas,kekuatan, adanya nyeri, kordinasi, dan keseimbangan pasien
untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan pasien

Tujuan

1. Memulihkan kembali toleransi aktivitas

2. Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan flaksid otot

Alat dan bahan: Alat dan bahan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien. Uraian berikut
membantu pasien berjalan tanpa menggunakan alat

Prosedur kerja

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Minta pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang telapak tangan
perawat

4. Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada bahu pasien.

5. Bantu pasien untuk jalan

6. Observasi respoms pasien saat berdiri dari tempat tidur


7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

8. Catat tindakan dan respon klien

 Latihan ROM Pasif dan Aktif


Pasien yanfg mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau truma memerlukan latihan
sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas. Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan
mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilitas persendian.

a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan tangan.

Cara:

1) Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan

2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan
lengan

3) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangn tangan pasien

4) Tekuk tangan pasieun ke depan sejauh mungkin

5) Catat perubahan yang tejadi.

b. Fleksi dan Ekstensi Siku

Cara:

1) Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan

2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengn telapak mengarah ke
tubuhnya

3) Letakan tangan di atas siku pasien dan pegang lengannya dengan tangan lainnya

4) Tekuk sikut npasien sehingga tangannya mendekat bahu

5) Catat perubahan yang tejadi

c. Protasi dan Suponasi Lengan Bawah

Cara:

1) Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan

2) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan sikut menekuk
3) Letakan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya

4) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak menjauhinya

5) Kembalikan pada posisi semula

6) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya

7) Kembalikan pada posisi semula

8) Catat perubahan yang tejadi

d. Pronasi Fleksi Bahu

Cara:

1) Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan

2) Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya

3) Letakan satu tangan perawat di atas sikut pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lain

4) Angkat lengan pasien pada posisi semula

5) Catat perubahan yang tejadi

e. Abduksi dan Adduksi

Cara:

1) Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan

2) Atur posisi lengan pasien di samping badanya

3) Letakkan satu tangan perawat di atas sikut pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya

4) Gerakkan lengan pasienmenjauh dari tubuhnya kea rah perawat

5) Kembalikan pada posisi semula

6) Catat perubahan yang tejadi

f. Rotasi Bahu

Cara:

1) Jelaskan prosedur yan akan dilakukan.


2) Cuci tangan.

3) Atur posisi lengan pasien menjauhi dari tubuh (ke samping) dengan siku menekuk.

4) Letakan satu lengan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan
pasien dengan tangan yang lain.

5) Lakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke awah.

6) Kembalikan lengan ke posisi awal.

7) Gerakan lengan bawah ke belakang sampai enyentuh tempat tidur, tangan


menghadap ke atas.

8) Kembalikan ke posisi awal.

9) Cuci tangan setelh prosedur dilakukan.

10) Catat perubaan yang terjadi. Misal, rentang gerak, kekakuan dan nyeri.

g. Refleksi dan Ektensi Jari-jari

Cara:

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

2) Cuci tangan.

3) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain memegang
kaki.

4) Bengkokan (tekuk) jari-jari ke bawah.

5) Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.

6) Kembalikan ke posisi awal.

7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

8) Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan adanya kekakuan sendi.

h. Cara Inferi Dan Efersi Kaki

Prosedur kerja :

1) Jelaskan prosedur kerjayang akan dilakukan.

2) Cuci tangan.
3) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan tangan kita (pelaksana) danpegang
pergelangan kaki pasien dengan tangan satunya.

4) Kembalikan ke posisi semula.

5) Putar kaki keluar sehingga pergelangan kaki menjauhi kaki yang lain.

6) Kembalikan ke posisi semula.

7) Cuci tangan setelah prosedur tindakan.

8) Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan

i. Cara fleksi Dan Ekstensi Pergelangan Kaki

Prosedur kerja :

1) Jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan.

2) Cuci tangan.

3) Letakan satu tangan pada telapak kaki pasien dan satu tangan lain di atas
pergelanagn kaki, jaga kaki lurus, dan rileks.

4) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada/ke bagian atas tubuh
pasien.

5) Kembalikan ke posisi awal.

6) Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien. Jari dan telap[ak kaki di arahkan ke
bawah.

7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

8) Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan.

j. Cara Fleksi Dan Ekstensi Lutut

Prosedur kerja:

1) jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan.

2) Cuci tangan.

3) Letakan satu tangan di bawah lulut pasien da pegang tumit pasien dengan tangan
yang lain.

4) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.

5) Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada pasien sejauh mungkin dan semampu pasien.
6) Turunkan dan luruskan dengan tetap mengangkat kaki ke atas.

7) Kembali ke posisi semula.

8) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

9) Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan adanya kekakuan sendi.

k. Cara Rotasi Pangkal Paha

Prosedur kerja:

1) Jelaskan prosedur kerja yang akan di lakukan.

2) Cuci tangan.

3) Letakan satu tangan perawat pada pergelangan kaki pasien dan satu tangan yang lai
di atas lutut pasien.

4) Putar kaki ke arah pasien.

5) Putar kaki ke arah pelaksana.

6) Kembali ke posisi semula.

7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

8) Catat hasil perubahan yang tejadi.

l. Cara Abduksi Dan Adduksi Pangkal Paha

Prosedur kerja :

1) Jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan.

2) Cuci tangan.

3) Letakan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan yang satu tangan pada
tumit.

4) Angkat kaki pasien kurang lebih 8cm dari tempat tidur dan pertahankan posisi tetap
lurus. Gerakan kaki menjauhi badan pasien atu ke samping arah perawat.

5) Gerakan kaki mendekati badan pasien.

6) Kembalikan ke posisi awal.

7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

8) Catat perubahan yang terjadi. Miasal, rentang gerak dan kekakuan sendi.

9)
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas
adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan fungsi sistem tubuh

b. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot

c. Peningkatan fleksibilitas sendi

d. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien
menunjukkan keceriaan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan
bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas
karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas).

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah,
dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya, Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan
fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah
satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk
atau berbaring

B. Saran

Diharapkan untuk mahasiswa dapat memehami materi ini dan dapat menerapkannya dengan
baik kepada pasien, sehingga kebutuhan pasien terpenuhi dalam kebutuhan aktivitas (mobilitas).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Azis Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A. Azis Alimul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.

http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-aktivitas-mobilitas.html

Anda mungkin juga menyukai