DISUSUN OLEH :
KELAS 1A
KELOMPOK 6
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya dan kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah
keperawatan dasar 2 yaitu Ns Husni., S.kep., M.Pd yang telah memberikan tugas makalah ini
kepada kami. Dalam makalah ini kami membahas mengenai kebutuhan aktivitas.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai sumber
untuk membantu menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua sumber yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
1.3. Tujuan...........................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
2.1 Pengertian Aktivitas.....................................................................................................................6
2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas..........................................................8
2.3 Kemampuan Mobilitas.................................................................................................................9
2.4 Kemampuan Imobilitas..............................................................................................................10
2.5 Perubahan sistem tubuh akibat imobilitas...............................................................................11
2.6 Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulasi............................................................................13
2.7 Tanda dan Gejala........................................................................................................................15
2.8 Penatalaksanaan .........................................................................................................................16
2.9 Asuhan Keperawatan Pada Kebutuhan Aktivitas...................................................................20
BAB III PENUTUP..................................................................................................................33
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………… 33
3.2 Saran……………………………………………………………………………………...33
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi
kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi),
mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri,
mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah suatu
keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.
Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirah
baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi
nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baring
akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse) (Potter & Perry, 2005).
Mobilisasi adalah kondisi dimana dapat melakukan kegiatan dengan bebas (Kozier,
1989). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada
ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas (Potter & Perry, 2006).
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2009). Immobilisasi merupakan keadaan dimana
seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
(aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur
pada ekstremitas dan sebagainya (Hidayat, 2009)
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaiman asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan aktivitas ?
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan konsep teori kebutuhan aktivitas
2. Menjelaskan pengkajian kebutuhan aktivitas
3. Mengetahui diagnosa keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas
4. Mengetahui rencana (intervensi ) asuhan keperawatan kebutuhan aktivitas
5. Mengetahui pelaksanaan (implementasi) asuhan keperawatan kebutuhan aktivitas
6. Mengetahui evaluasi kebutuhan aktivitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teoritis
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada
seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting, berpakaian,
mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat
meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan
aktifitas dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan
yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan
intoleransi aktifitas harus diprioritaskan.
Fisiologi pergerakan
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem musculoskeletal
dan sistem persarafan.
Sistem skelet berfungsi :
a. Mendukung dan member bentuk jaringan tubuh
b. Melindungi bagian tubuh tertentu seperti paru, hati, ginjal, otak paru-paru
c. Tempat melekatnya otot tendon
d. Sumber mineral seperti garam dan fosfat
e. Tempat produksi sel darah
Sistem persarafan berfungsi :
a. Saraf afferent menerima rangsangan dari luar kemudian diteruskan ke
susunan saraf pusat
b. Sel persarafan atau neuron membawa impuls dan bagian tubuh satu ke
lainnya
c. Saraf pusat memproses implus dan kemudian memberikan respon melalui
saraf afferent
d. Saraf afferent menerima respon dan diteruskan ke otot rangka
Penyebab gangguan kebutuhan aktivitas
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
1. Kelainan postur
2. Gangguan perkembangan otot
3. Kerusakan sistem saraf pusat
4. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan otot
Patofisiologi :
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan
tersebut, diantaranya adalah :
1. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan
sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada
otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh
beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot.
Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada
kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit
dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya
adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak. Impuls
tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika
syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dan ke organ
target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan
mobilisasi.
Jenis mobilitas :
1. Mobilitas penuh
Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat
melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
2. Mobilitas sebagian
Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak
secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan syaraf motorik dan sensorik.
2.8 Penatalaksanaan
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan
dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan,
mobilitas dan aktivitas tergantung pada system muscoloskeletal, kardiovaskuler,
pulmonal. Sebagai suatu proses episode pencegahan primer diarahkan pada
pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul akibat imobilitas dan
ketidakaktifan.
a. Hambatan terhadap latihan
b. Pengembangan program latihan
c. Keamanan
2) Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat
dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi
berasal dari suatu pengertian tentang berbagai faktor yang menyebabkan atau
turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder
memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi.
3) Penatalaksanaan terapeutik
1. Prognosis
Pengkajian yang penting dalam gangguan aktivitas sebagai berikut :
a) Biodata pasien
Riwayat kesehatan termasuk pola istirahat/tidur, pola aktivitas latihan.
Pola aktivitas atau latihan dapat dinilai dengan tabel berikut :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan
minum
Mandi
Eliminasi
(BAK&BAB
)
Berpakaian
Mobilisasi di
tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total
4) Terapi
1. Penatalaksanaan umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga, dan
pramuwerdha
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan
pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu
pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan
pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang diperlukan
untuk mencapai target terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan
elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi
penyetara lainnya.
e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentikan bila memungkinkan.
f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung
serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,
aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik, isometrik,
isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
h) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri
dan ambulasi.
i) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau toilet.
2. Penatalaksanaan lain
1) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi.
Posisiposisi tersebut, yaitu :
a) Posisi semi fowler (setengah duduk)
b) Posisi litotomi
c) Posisi dorsal recumbent
d) Posisi supinasi (terlentang)
e) Posisi pronasi (tengkurap)
f) Posisi lateral (miring)
g) Posisi sim
h) Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
2) Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih
kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta
meningkatkan fungsi kardiovaskular.
4) Latihan isotonil dan isometric
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot
dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik
(dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif,
sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan
meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
5) Latihan ROM pasif dan aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihan itu,
yaitu : a) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
b) Fleksi dan ekstensi siku
c) Pronasi dan supinasi lengan bawah
d) Pronasi fleksi bahu
e) Abduksi dan adduksi
f) Rotasi bahu
g) Fleksi dan ekstensi jari-jari
h) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
i) Fleksi dan ekstensi lutut
j) Rotasi pangkal paha
k) Abduksi dan adduksi pangkal paha
6) Latihan nafas dalam dan batuk efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak
terjadinya imobilitas.
7) Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara
berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan
kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-lain.
B. Asuhan Keperawatan Pada Kebutuhan Aktivitas
Dalam melakukan asuhan keperawatan ada 5 tahap dalam dokumentasi keperawatan
yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari sebagian sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian
merupakan tahap dasar utama dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu ANA (American Nursing Asosication) (Nursalam, 2009).
Adapun pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilisasi meliputi :
1). Identifikasi Pasien dan Penanggung Jawab
Mengkaji mengenai identitas pasien dan keluarga untuk kelengkapan berkas
pasien.
2). Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan gangguan aktivitas dan latihan adalah rasa
nyeri lemas, pusing, mengeluh sakit kepala berat, badan terasa lelah, muntah tidak
ada, mal ada, bab belum lancar terdapat warna kehitaman dan merah segar, urine
keruh kemerahan, parese pada ekstermitas kanan ataupun fraktur.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi klien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas atau
imobilitas seperti adanya kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan
imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit system neurologist (kecelakaan
cerbrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intracranial, miasteniagravis,
guilain barre, cedera medulla spinalis, dll), riwayat penyakit system kardiofaskuler
(infark miokard, gagal jantung kongesif), riwayat penyakit system pernapasan
(penyakit paru obstrksi menahun, pneumonia, dll), riwayat pemakaian obat, seperti
sedative, hipnotik, depresan system saraf pusat,laksansia dll.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji penyakit riwayat keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
atau tidak. Penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan,
dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
3). Pengkajian Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi dan Metabolik
Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan tidak stabil. Dan
adanya keterbatasan saat akan melakukan aktivitas.
b. Pola Eliminasi
Pada pasien dengan gangguan aktivitas akan mengalami perubahan yaitu BAB
lebih dari 4 kali sehari dan BAK sedikit atau jarang karena ketidakmampuan
pengeluaran urine secara spontan.
c. Pola Aktivitas-Latihan
Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan tidak stabil. Dan
adanya keterbatasan saat akan melakukan aktivitas.
d. Pola Istirahat-Tidur
Pada pasien dengan gangguan aktivitas biasanya pasien akan mengalami gangguan
insomnia dan sering terbangun saat tidur.
4). Pengkajian Fisik (Head to toe)
a. Tingkat kesadaran
Biasanya pasien dengan gangguan aktivitas tidak bisa merespon
motorik/gerakan/kemampuan pasien untuk bergerak berdasarkan instruksi perawat.
b. Postur bentuk tubuh
Biasanya pasien dengan gangguan aktivitas ditandai dengan postur/bentuk tubhnya
mengalami penyakit Skoliosis (kelainan pada tulang belakang yang di tandai
dengan bentuka punggung melengkung seperti huruf S), Kifosis (kelainan pada
tulang belakang bagian atas yang tampak terlalu bengkok/lengkung kebelakang),
Lordosis (kelainan pada kondisi adalah kelainan pada tulang punggung bagian
bawah).
c. Ekstremitas
Biasanya pasien dengan gangguan aktivitas memiliki keterbatasan ekstremitas
dimana tidak bisa bergerak secara normal/gerakan tidak terkendali.
5). Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajiannya antara lain pada kanan dan kiri untuk menilai ada tidaknya
kelemahan, kekuatan atau spatis.
6). Kemampuan Fungsi Mobilitas
Bertujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri,
bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
7). Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien dengan gangguan aktivitas biasanya didapati hasil pemeriksaan
laboratorium berupa kelainan bentuk fisik, memar, nyeri pembengkakan, pincang,
rasa tidak nyaman, dan kelemahan anggota gerak.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan aktivitas adalah
sebagai berikut :
1) Intoleransi aktivitas
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy fisiologis dan
psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Kelemahan umum
b. Bedres yang lama (imobilisasi)
c. Motivasi yang kurang
d. Pembatasan pergerakan
e. Nyeri
Penyebab :
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Mengeluh nyeri
Objektif :
1. Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif :
1. Tekanan Darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
Kondisi Klinis terkait :
1. Anemia
2. Gagal Jantung Kongestif
3. Penyakit Jantung coroner
4. Penyakit Katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7. Gangguan metabolic
8. Gangguan muskoloskeletal
2) Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan
secara terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak
dapat hilang dengan istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Menurunnya produksi metabolism
b. Pembatasan diet
c. Anemia
d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
Penyebab :
1. Gangguan tidur
2. Gaya hidup monoton
3. Kondisi fisiologis (misalnya, penyakit kronis, penyakit terminal, anemia,
malnutrisi, kehamilan).
4. Program perawatan/pengobatan jangka panjang
5. Pristiwa hidup negatif
6. Setres berlebihan
7. Depresi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Merasa enerrgi tidak pulih walaupun telah tidur
2. Merasa kurang tenaga
3. Mengeluh lelah
Obejektif :
1. Tidak mampu mempertahnkan aktifitas rutin
2. Tanpak lesu
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung jawab
2. Libido menurun
Objektif :
1. Kebutuhan aktivitas meningkat
Kondisi Klinis Terkait :
1. Anemia
2. Kanker
3. Hipotiroidisme atau hipertiroidisme
4. AIDS
5. Depresi
6. Menopause
3) Gangguan mobilitas fisik
Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara
mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Gangguan persepsi kognitif
b. Imobilisasi
c. Gangguan neuro muskuler
d. Kelemahan
e. Pasien dengan traksi
Penyebab :
1. Kerusakan integritas struktur tulang
2. Perubahan metabolisme
3. Ketidakbugaran fisik
4. Penurunan kendali otot
5. Penurunan masa otot
6. Penurunan kekuatan otot
7. Keterlambatan perkembangan
8. Kekakuan sendi
9. Kontraktur
10. Malnutrisi
11. Gangguan musculoskeletal
12. Gangguan neuromuscular
13. Indeks masa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan pergerakan
21. Gangguan sensori persepsi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif :
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
Objektif :
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak teroordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait :
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6. Ostemalasia
7. Keganasan
4) Defisit perawatan diri
Definisi: kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh
aktivitas sehari-hari seperti; makan, berpakaian dan mandi, dan lain-lain.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Gangguan neuromuskuler
b. Menurunnya kekuatan otot
c. Menurunnya control otot dan koordinasi
d. Kerusakan persepsi kognitif
e. Depresi
f. Gangguan fisik
Penyebab :
1. Gangguan musculoskeletal
2. Gangguan neuromuskuler
3. Kelemahan
4. Gangguan psikologis dan/atau psikotik
5. Penurunan motivasi/minat
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Menolak melakukan perawatan diri
Objektif :
1. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri kurang
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : (Tidak tersedia)
Objektif : (Tidak tersedia)
Kondisi klinik terkait
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Depresi
4. Arthritis rheumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
10. Fungsi penilaian terganggu
3. Intervensi (Perencanaan Keperawatan)
5. Evaluasi
a) Evaluasi Formatif
Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien, terhadap respon
langsung pada intervensi keperawatan.
b) Evaluasi Sumatif
Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi dan analisis mengenai status
kesehatan klien terhadap waktu. Dilakukan dengan pendekatan SOAP atau
SOAPIER minimal 4-6 jam setelah tindakan.
SOAP
S : Subjective merupakan pernyataan atau keluhan dari pasien
O : Objective merupakan data yang diobservasi oleh perawat dan juga
didapatkan dari keluarga pasien
A : Analisys merupakan kesimpulan dari objektif dan subjektif
P : Planning merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis
SOAPIER
S : Subjective merupakan pernyataan atau keluhan dari pasien
O : Objective merupakan data yang diobservasi oleh perawat dan juga
didapatkan dari keluarga pasien
A : Analisys merupakan kesimpulan dari objektif dan subjektif
P : Planning merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis
I : Implementation merupakan bagaimana dilakukannya perencanaan
E : Evaluation merupakan respon pasien terhadap tindakan keperawatan
R : Revised merupakan apakah rencana keperawatan akan dirubah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu
energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas).
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya, Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu
pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri
dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada
posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.
3.2 Saran
Diharapkan untuk mahasiswa dapat memahami materi ini dan dapat
menerapkannya dengan baik kepada pasien, sehingga kebutuhan pasien terpenuhi
dalam kebutuhan aktivitas (mobilitas).
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Azis Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. Azis Alimul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC
Tarwoto-Martonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi I.
Jakarta : Salemba Medika
http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-aktivitas-mobilitas.html