Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS

DISUSUN OLEH :

KELAS 1A

KELOMPOK 6

1. AIDUL FITRIA (P05120221003)


2. ALFIN ANDARI (P05120221004)
3. IMELDA OKTANIA M (P05120221026)
4. MELSA PUTRI (P05120221030)
5. RAHMA ILLAHI (P05120221038)
6. SULTAN KODRI (P05120221043)

DOSEN PENGAMPU: Ns. HUSNI., S.Kep., M.Pd

PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya dan kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah
keperawatan dasar 2 yaitu Ns Husni., S.kep., M.Pd yang telah memberikan tugas makalah ini
kepada kami. Dalam makalah ini kami membahas mengenai kebutuhan aktivitas.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai sumber
untuk membantu menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua sumber yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Bengkulu, April 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
1.3. Tujuan...........................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
2.1 Pengertian Aktivitas.....................................................................................................................6
2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas..........................................................8
2.3 Kemampuan Mobilitas.................................................................................................................9
2.4 Kemampuan Imobilitas..............................................................................................................10
2.5 Perubahan sistem tubuh akibat imobilitas...............................................................................11
2.6 Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulasi............................................................................13
2.7 Tanda dan Gejala........................................................................................................................15
2.8 Penatalaksanaan .........................................................................................................................16
2.9 Asuhan Keperawatan Pada Kebutuhan Aktivitas...................................................................20
BAB III PENUTUP..................................................................................................................33
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………… 33
3.2 Saran……………………………………………………………………………………...33
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas,
seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem saraf dan musculoskeletal. Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa
seseorang itu dalam keadaan sehat. Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana
kemampuannya dalam melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas sendiri sebagai suatu energi
atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi
kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi),
mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri,
mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah suatu
keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.
Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirah
baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi
nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baring
akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse) (Potter & Perry, 2005).

Mobilisasi adalah kondisi dimana dapat melakukan kegiatan dengan bebas (Kozier,
1989). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada
ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas (Potter & Perry, 2006).

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2009). Immobilisasi merupakan keadaan dimana
seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
(aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur
pada ekstremitas dan sebagainya (Hidayat, 2009)
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaiman asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan aktivitas ?

1.3. Tujuan
1. Menjelaskan konsep teori kebutuhan aktivitas
2. Menjelaskan pengkajian kebutuhan aktivitas
3. Mengetahui diagnosa keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas
4. Mengetahui rencana (intervensi ) asuhan keperawatan kebutuhan aktivitas
5. Mengetahui pelaksanaan (implementasi) asuhan keperawatan kebutuhan aktivitas
6. Mengetahui evaluasi kebutuhan aktivitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teoritis

2.1 Pengertian Aktivitas


Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya
kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Dengan
beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi
dengan baik, dan metablisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas seseorang tidak
terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang kurang
memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada system musculoskeletal seperti atrofi
otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal
lainnya.

Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada
seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting, berpakaian,
mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat
meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan
aktifitas dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan
yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan
intoleransi aktifitas harus diprioritaskan.

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara


bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan
kesehatannya.Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya mengalami
trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.

 Fisiologi pergerakan
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem musculoskeletal
dan sistem persarafan.
Sistem skelet berfungsi :
a. Mendukung dan member bentuk jaringan tubuh
b. Melindungi bagian tubuh tertentu seperti paru, hati, ginjal, otak paru-paru
c. Tempat melekatnya otot tendon
d. Sumber mineral seperti garam dan fosfat
e. Tempat produksi sel darah
 Sistem persarafan berfungsi :
a. Saraf afferent menerima rangsangan dari luar kemudian diteruskan ke
susunan saraf pusat
b. Sel persarafan atau neuron membawa impuls dan bagian tubuh satu ke
lainnya
c. Saraf pusat memproses implus dan kemudian memberikan respon melalui
saraf afferent
d. Saraf afferent menerima respon dan diteruskan ke otot rangka
Penyebab gangguan kebutuhan aktivitas
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
1. Kelainan postur
2. Gangguan perkembangan otot
3. Kerusakan sistem saraf pusat
4. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan otot
Patofisiologi :
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan
tersebut, diantaranya adalah :
1. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan
sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada
otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh
beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot.
Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada
kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit
dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya
adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak. Impuls
tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika
syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dan ke organ
target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan
mobilisasi.

2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas


Adapun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas :
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat
penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat
sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan
fungsi pelindung organ-organ dalam yang memiliki berbagai fungsi, diantaranya:
 Membentuk rangka
 Tempat melekatnya berbagai otot
 Tempat penyimpanan mineral (kalsium dan fosfor)
 Tempat sumsum tulang sebagai pembentuk sel darah
 Pelindung organ-organ dalam
Jenis tulang :
1). Pipih (kepala dan pelvis)
2). Kuboid ( vertebra dan tarsal)
3). Panjang (femur dan tibia)
2. Otot dan tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai
keinginan. Tendon adalah suatu jaringan ikat yang melekat pada tulang, origo adalah
tempat asal tendon dan insersio adalah arah tendon. Terputusnya tendon akan
membuat kontraksi otot tidak akan dapat menggerakkan tulang.
3. Ligamen
Merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut
merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan
mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem syaraf
Terdiri dari sistem syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (perifer)
setiap syaraf memiliki bagian somatis dan otonom. Bagian somatis memiliki fungsi
sensorik dan motorik
5. Sendi
Merupakan tempat bertemunya dua ujung tulang atau lebih. Sendi membuat
segementasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan
berbagai pertumbuhan tulang.

2.3 Kemampuan Mobilitas


Mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur
dengan tujuan memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak
ke posisi miring, duduk, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.

 Jenis mobilitas :
1. Mobilitas penuh
Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat
melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
2. Mobilitas sebagian
Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak
secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan syaraf motorik dan sensorik.

 Faktor yang mempengaruhi mobilitas :


 Gaya hidup, Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas
seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-
hari.
 Proses penyakit, dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat
mempengaruhi fungsi sistem tubuh.
 Kebudayaan, Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan. Contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki
kemampuan mobilitas yang kuat dibandingkan dengan orang yang karena adat
budaya tertentu dibatasi aktifitasnya.
 Tingkat energi, Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar
seseorang dapat melakukan mobilitas yang baik dibutuhkan energi cukup.
 Usia dan status perkembangan, Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada
tingkat usia yang berbeda.
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
TtTingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara
penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain, dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

2.4 Kemampuan Imobilitas


Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas,
dan sebagainya. Jenis imobilitas diantaranya yaitu:
a) Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan
hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralis sehingga
tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan
daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu
penyakit.
c) Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang megalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
Sebagai contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika
seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu
yang paling dicintai.
d) Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan
interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat memengaruhi perannya
dalam kehidupan sosial.
2.5 Perubahan sistem tubuh akibat imobilitas
Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem tubuh, seperti perubahan
pada metabolism tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam
kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan system pernafasan,
perubahan kardiovaskular, perubahan system musculoskeletal, perubahan kulit,
perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perubahan perilaku.
a) Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat menggangu metabolisme secara normal, mengingat
imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh. Hal
tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolism rate (BMR) yang
menyebabkan berkurangnya energy untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat
memengaruhi gangguan oksigenasi sel. Perubahan metabolisme imobilitas dapat
mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Eadaan
ini dapat berisiko meningkatkan gangguan metabolisme. Proses imobilitas juga
dapat menyebabkan penurunan ekskresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal
tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami imobilitas pada hari kelima
dan keenam. Beberapa dampak perubahan metabolisme, diantaranya adalah
pengurangan jumlah metabolisme, atropi kelenjar dan katabolisme protein,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam
mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestinal.
b) Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas
akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum
berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Disamping itu,
berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke interstisial dapat
menyebabkan edema sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Imobilitas juga dapat menyebabkan demineralisasi tulang akibat menurunnya
aktivitas otot, sedangkan meningkatnya demineralisasi tulang dapat mengakibatkan
reabsorbsi kalium.
c) Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan
protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat
sel menurun, dimana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan
oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolism.
d) Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini
disebabkan karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna,
sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan,
seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan
gangguan proses eliminasi.
e) Perubahan Sistem Pernafasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat
imobilitas, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya
lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolism terganggu.Terjadinya
penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari
alveoli ke jaringan, sehingga mengakibatkan anemia. Penurunan ekspansi paru
dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.
f) Perubahan Kardiovaskular
Perubahan system kardiovaskular akibat imobilitas antara lain dapat berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan
thrombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya
kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, reflex neurovascular
akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi, kemudian darah terkumpul pada
vena bagian bawah sehingga aliran darah ke system sirkulasi pusat terhambat.
Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi
horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang terkumpul pada ekstremitas bawah
bergerak dan meningkatkan kerjanya. Terjadinya thrombus juga disebabkan oleh
meningkatnya vena statis yang merupakan hasil penurunan kontraksi muscular
sehingga meningkatkan arus balik vena.
g) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi dalam system musculoskeletal sebagai dampak dari
imobilitas adalah sebagai berikut:
 Gangguan Muskular. Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas
dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya
fungsi kapasitas otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi
berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Sebagai
contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam mingu
ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan tanda lemah dan lesu.
 Gangguan Skeletal. Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan
skeletal, misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan
oesteoporosis. Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan
criteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memendeknya
otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan
yang tidak berfungsi. Oesteoporosis terjadi karena reabsorpsi tulang
semakin besar, sehingga yang menyebabkan jumlah kalsium ke dalam
darah menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urine semakin
besar.
h) Perubahan Sistem Integumen
Perubahnan system integument yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit
karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta
nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan
kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
i) Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin
disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran
darah renal dan urine berkurang.
j) Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur,
dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut
merupakan dampak imobilitas karena selama proses imobilitas seseorang akan
mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain.

2.6 Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulasi


Merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan system saraf untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan tepat. Mekanika tubuh adalah cara
menggunakan tubuh secara efesien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi,
serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas.

 Pergerakan dasar dalam mekanika tubuh


a. Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan tubuh.
Contoh: keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan berbeda. Orang
yang berdiri akan lebih mudah stabil disbandingkan dalam posisi jalan. Dalam
posisi jalan akan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang
lain, dan posisi gravitasi akan selalu berubah pada posisi kaki.
b. Menahan (squating)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. contoh : posisi
orang duduk akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya berbeda dengan
posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk
memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan diperlukan
dasar tumpuan yang tepat.
c. Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Yang
perlu diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh dalam
menarik, sodorkan telapak tangan dana lengan atas dipusat gravitasi pasien,
lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut,
dan pergelangan kaki ditekuk, lalu dilakukan penarikan.
d. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar besar
dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
e. Memutar (pivoting)
Merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang
belakang. Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur gravitasi
agar tidak berpengaruh buruk pada postur tubuh.

 Prinsip Mekanika Tubuh


Prinsip yang digunakan dalam mekanika tubuh sebagai berikut :
1. Grativasi. Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam
melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai
sumbu dalam pergerakkan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan
dalam gravitasi :
- Pusat grativasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan tubuh.
- Garis grativasi (line of gravity), merupakan garis imaginer vertical melalui
pusat grativasi.
- Dasar tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang dalam
posisi istirahat untuk menopang/menahan tubuh.
2. Keseimbangan. Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai
dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan
dasar tumpuan.
3. Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah
berat/bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan memengaruhi
mekanika tubuh.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh


a. Status kesehatan. Terjadi penurunan kondisi yang disebabkan oleh penyakit
berupa berkurangnya aktifitas sehari-hari.
b. Nutrisi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahakan terjadinya penyakit. Contoh tubuh yang kekurangan kalsium
akan mudah fraktur.
c. Emosi. Kondisi psikologi seseorang dapat memudahkan perubahan perilaku
yang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh yang baik.
d. Situasi dan Kebiasaan. Situasi atau kebiasaan yang dilakukan seseoarang
Misalnya sering mengangkat benda-benda yang berat.
e. Gaya Hidup. Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan
kemungkinan besar akan menyebabkan kecerobohan dalam aktifitas. Begitu
juga gaya hidup yang tidak sehat juga akan mempengaruhi mekanika tubuh
seseorang.
f. Pengetahuan. Pengetahuan yang baik dalam penggunaan mekanika tubuh
akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga
mengeluarkan tenaga yang dikeluarkan.

2.7 Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala pada gangguan mobilitas fisik menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI
(2017) :

 Tanda dan gejala mayor


Tanda dan gejala mayor subjektif dari gangguan mobilitas fisik yaitu mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas. Kemudian, untuk tanda dan gejala mayor objektifnya,
yaitu kekuatan otot menurun, dan rentang gerak menurun.
 Tanda dan gejala minor
Tanda dan gejala minor subjektif dari gangguan mobilitas fisik, yaitu nyeri saat
bergerak, enggan melakukan pergerakan, dan merasa cemas saat bergerak. Kemudian,
untuk tanda dan gejala minor objektifnya, yaitu sendi kaku, gerakan tidak
terkoordinasi, gerakan terbatas, dan fisik lemah.
NANDA-I (2018) berpendapat bahwa tanda dan gejala dari gangguan mobilitas fisik,
antara lain gangguan sikap berjalan, penurunan keterampilan motorik halus,
penurunan keterampilan motorik kasar, penurunan rentang gerak, waktu reaksi
memanjang, kesulitan membolak-balik posisi, ketidaknyamanan, melakukan aktivitas
lain sebagai pengganti pergerakan, dispnea setelah beraktivitas, tremor akibat
bergerak, instabilitas postur, gerakan lambat, gerakan spastik, serta gerakan tidak
terkoordinasi.

2.8 Penatalaksanaan
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan
dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan,
mobilitas dan aktivitas tergantung pada system muscoloskeletal, kardiovaskuler,
pulmonal. Sebagai suatu proses episode pencegahan primer diarahkan pada
pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul akibat imobilitas dan
ketidakaktifan.
a. Hambatan terhadap latihan
b. Pengembangan program latihan
c. Keamanan
2) Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat
dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi
berasal dari suatu pengertian tentang berbagai faktor yang menyebabkan atau
turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder
memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi.
3) Penatalaksanaan terapeutik
1. Prognosis
Pengkajian yang penting dalam gangguan aktivitas sebagai berikut :
a) Biodata pasien
Riwayat kesehatan termasuk pola istirahat/tidur, pola aktivitas latihan.
Pola aktivitas atau latihan dapat dinilai dengan tabel berikut :

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan
minum
Mandi
Eliminasi
(BAK&BAB
)
Berpakaian
Mobilisasi di
tempat tidur
Pindah
Ambulasi

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total
4) Terapi
1. Penatalaksanaan umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga, dan
pramuwerdha
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan
pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu
pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan
pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang diperlukan
untuk mencapai target terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan
elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi
penyetara lainnya.
e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentikan bila memungkinkan.
f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung
serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,
aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik, isometrik,
isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
h) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri
dan ambulasi.
i) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau toilet.
2. Penatalaksanaan lain
1) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi.
Posisiposisi tersebut, yaitu :
a) Posisi semi fowler (setengah duduk)
b) Posisi litotomi
c) Posisi dorsal recumbent
d) Posisi supinasi (terlentang)
e) Posisi pronasi (tengkurap)
f) Posisi lateral (miring)
g) Posisi sim
h) Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
2) Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih
kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta
meningkatkan fungsi kardiovaskular.
4) Latihan isotonil dan isometric
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot
dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik
(dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif,
sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan
meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
5) Latihan ROM pasif dan aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihan itu,
yaitu : a) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
b) Fleksi dan ekstensi siku
c) Pronasi dan supinasi lengan bawah
d) Pronasi fleksi bahu
e) Abduksi dan adduksi
f) Rotasi bahu
g) Fleksi dan ekstensi jari-jari
h) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
i) Fleksi dan ekstensi lutut
j) Rotasi pangkal paha
k) Abduksi dan adduksi pangkal paha
6) Latihan nafas dalam dan batuk efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak
terjadinya imobilitas.
7) Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara
berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan
kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-lain.
B. Asuhan Keperawatan Pada Kebutuhan Aktivitas
Dalam melakukan asuhan keperawatan ada 5 tahap dalam dokumentasi keperawatan
yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari sebagian sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian
merupakan tahap dasar utama dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu ANA (American Nursing Asosication) (Nursalam, 2009).
Adapun pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilisasi meliputi :
1). Identifikasi Pasien dan Penanggung Jawab
Mengkaji mengenai identitas pasien dan keluarga untuk kelengkapan berkas
pasien.
2). Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan gangguan aktivitas dan latihan adalah rasa
nyeri lemas, pusing, mengeluh sakit kepala berat, badan terasa lelah, muntah tidak
ada, mal ada, bab belum lancar terdapat warna kehitaman dan merah segar, urine
keruh kemerahan, parese pada ekstermitas kanan ataupun fraktur.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi klien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas atau
imobilitas seperti adanya kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan
imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit system neurologist (kecelakaan
cerbrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intracranial, miasteniagravis,
guilain barre, cedera medulla spinalis, dll), riwayat penyakit system kardiofaskuler
(infark miokard, gagal jantung kongesif), riwayat penyakit system pernapasan
(penyakit paru obstrksi menahun, pneumonia, dll), riwayat pemakaian obat, seperti
sedative, hipnotik, depresan system saraf pusat,laksansia dll.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji penyakit riwayat keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
atau tidak. Penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan,
dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
3). Pengkajian Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi dan Metabolik
Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan tidak stabil. Dan
adanya keterbatasan saat akan melakukan aktivitas.
b. Pola Eliminasi
Pada pasien dengan gangguan aktivitas akan mengalami perubahan yaitu BAB
lebih dari 4 kali sehari dan BAK sedikit atau jarang karena ketidakmampuan
pengeluaran urine secara spontan.
c. Pola Aktivitas-Latihan
Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan tidak stabil. Dan
adanya keterbatasan saat akan melakukan aktivitas.
d. Pola Istirahat-Tidur
Pada pasien dengan gangguan aktivitas biasanya pasien akan mengalami gangguan
insomnia dan sering terbangun saat tidur.
4). Pengkajian Fisik (Head to toe)
a. Tingkat kesadaran
Biasanya pasien dengan gangguan aktivitas tidak bisa merespon
motorik/gerakan/kemampuan pasien untuk bergerak berdasarkan instruksi perawat.
b. Postur bentuk tubuh
Biasanya pasien dengan gangguan aktivitas ditandai dengan postur/bentuk tubhnya
mengalami penyakit Skoliosis (kelainan pada tulang belakang yang di tandai
dengan bentuka punggung melengkung seperti huruf S), Kifosis (kelainan pada
tulang belakang bagian atas yang tampak terlalu bengkok/lengkung kebelakang),
Lordosis (kelainan pada kondisi adalah kelainan pada tulang punggung bagian
bawah).
c. Ekstremitas
Biasanya pasien dengan gangguan aktivitas memiliki keterbatasan ekstremitas
dimana tidak bisa bergerak secara normal/gerakan tidak terkendali.
5). Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajiannya antara lain pada kanan dan kiri untuk menilai ada tidaknya
kelemahan, kekuatan atau spatis.
6). Kemampuan Fungsi Mobilitas
Bertujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri,
bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
7). Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien dengan gangguan aktivitas biasanya didapati hasil pemeriksaan
laboratorium berupa kelainan bentuk fisik, memar, nyeri pembengkakan, pincang,
rasa tidak nyaman, dan kelemahan anggota gerak.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan aktivitas adalah
sebagai berikut :
1) Intoleransi aktivitas
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy fisiologis dan
psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Kelemahan umum
b. Bedres yang lama (imobilisasi)
c. Motivasi yang kurang
d. Pembatasan pergerakan
e. Nyeri
Penyebab :
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Mengeluh nyeri
Objektif :
1. Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif :
1. Tekanan Darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
Kondisi Klinis terkait :
1. Anemia
2. Gagal Jantung Kongestif
3. Penyakit Jantung coroner
4. Penyakit Katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7. Gangguan metabolic
8. Gangguan muskoloskeletal
2) Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan
secara terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak
dapat hilang dengan istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Menurunnya produksi metabolism
b. Pembatasan diet
c. Anemia
d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
Penyebab :
1. Gangguan tidur
2. Gaya hidup monoton
3. Kondisi fisiologis (misalnya, penyakit kronis, penyakit terminal, anemia,
malnutrisi, kehamilan).
4. Program perawatan/pengobatan jangka panjang
5. Pristiwa hidup negatif
6. Setres berlebihan
7. Depresi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Merasa enerrgi tidak pulih walaupun telah tidur
2. Merasa kurang tenaga
3. Mengeluh lelah
Obejektif :
1. Tidak mampu mempertahnkan aktifitas rutin
2. Tanpak lesu
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung jawab
2. Libido menurun
Objektif :
1. Kebutuhan aktivitas meningkat
Kondisi Klinis Terkait :
1. Anemia
2. Kanker
3. Hipotiroidisme atau hipertiroidisme
4. AIDS
5. Depresi
6. Menopause
3) Gangguan mobilitas fisik
Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara
mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Gangguan persepsi kognitif
b. Imobilisasi
c. Gangguan neuro muskuler
d. Kelemahan
e. Pasien dengan traksi
Penyebab :
1. Kerusakan integritas struktur tulang
2. Perubahan metabolisme
3. Ketidakbugaran fisik
4. Penurunan kendali otot
5. Penurunan masa otot
6. Penurunan kekuatan otot
7. Keterlambatan perkembangan
8. Kekakuan sendi
9. Kontraktur
10. Malnutrisi
11. Gangguan musculoskeletal
12. Gangguan neuromuscular
13. Indeks masa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan pergerakan
21. Gangguan sensori persepsi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif :
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
Objektif :
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak teroordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait :
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6. Ostemalasia
7. Keganasan
4) Defisit perawatan diri
Definisi: kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh
aktivitas sehari-hari seperti; makan, berpakaian dan mandi, dan lain-lain.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Gangguan neuromuskuler
b. Menurunnya kekuatan otot
c. Menurunnya control otot dan koordinasi
d. Kerusakan persepsi kognitif
e. Depresi
f. Gangguan fisik
Penyebab :
1. Gangguan musculoskeletal
2. Gangguan neuromuskuler
3. Kelemahan
4. Gangguan psikologis dan/atau psikotik
5. Penurunan motivasi/minat
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Menolak melakukan perawatan diri
Objektif :
1. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri kurang
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : (Tidak tersedia)
Objektif : (Tidak tersedia)
Kondisi klinik terkait
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Depresi
4. Arthritis rheumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
10. Fungsi penilaian terganggu
3. Intervensi (Perencanaan Keperawatan)

NO Diagnosa Keperawatan Luaran dan Kriteria Hasil Keperawatan Intervensi Keperawatan


1. Gangguan Mobilitas Fisik Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (… Dukungan Ambulasi
Definisi : Keterbatasan dalam x…) jam diharapkan. Observasi
gerakan fisik dari satu atau Dengan Kriteria Hasil : 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
lebih ekstremitas secara Pergerakan ekstremitas kekuatan otot Rentang fisik lainnya
mandiri gerak (ROM) 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
Penyebab : 1. Nyeri ambulasi
1. Kerusakan integritas 2. Kecemasan 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
struktur tulang 3. Kaku sendi darah sebelum memulai ambulasi
2. Perubahan 4. Gerakan tidak terkoordinasi gerakan 4. Monitor kondisi umum selama melakukan
metabolisme terbatas ambulasi
3. Ketidakbugaran fisik 5. Kelemahan fisik Terapeutik
4. Penurunan kendali otot 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
5. Penurunan masa otot bantu (mis. tongkat, kruk)
6. Penurunan kekuatan 2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
otot perlu
7. Keterlambatan 3. Libatkan keluarga untuk membantu
perkembangan pasien dalam meningkatkan ambulasi
8. Kekakuan sendi Edukasi
9. Kontraktur 1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
10. Malnutrisi 2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
11. Gangguan 3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
musculoskeletal dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur
12. Gangguan ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur
neuromuscular ke kamar mandi, berjalan sesuai
13. Indeks masa tubuh di toleransi)
atas persentil ke-75
sesuai usia
14. Efek agen
farmakologis
15. Program pembatasan
gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar
informasi tentang
aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan
melakukan pergerakan
21. Gangguan sensori
persepsi
2. Intoleransi Aktivitas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen Energi
Definisi: Ketidakcukupan (….x…) jam diharapkan. Observasi
energi untuk melakukan Dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
aktivitas sehari-hari Penyebab: Frekuensi Nadi mengakibatkan kelelahan
1. Ketidakseimbangan 1. Saturasi oksigen 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
antara suplai dan 2. Kemudahan dalam melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
kebutuhan oksigen sehari-hari 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
2. Tirah baring 3. Kecepatan berjalan selama melakukan aktivitas
3. Kelemahan 4. Jarak berjalan Terapeutik
4. Imobilitas 5. Kekuatan tubuh bagian atas dan Kekuatan 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
5. Gaya hidup monotan tubuh bagian bawah stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
6. Toleransi dalam menaiki tangga 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dana
Keluhan lelah Dispnea saat aktivitas Dispnea tau aktif
setelah aktivitas 3. Berikan aktivitas distraksi yang
1. Perasaan lemah Aritmia saat aktivitas menenangkan
2. Aritmia setelah aktivitas 4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
3. Sianosis. tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Warna kulit 1. Anjurkan tirah baring
2. Tekanan darah 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
3. Frekuensi napas bertahap
4. EKG Iskemia 3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
3. Keletihan Verbalisasi Kepulihan energy Tenaga Edukasi Aktivitas/ Istirahat
Definisi: Penurunan kapasitas Kemampuan melakukan aktivitas rutin Observasi
kerja fisik dan mental yang 1. Motivasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
tidak pulih dengan istirahat Verbalisasi Lelah Lesu menerima informasi
Penyebab : 1. Gangguan Konsentrasi Terapeutik
1. Gangguan tidur 2. Sakit kepala 1. Sediakan materi dan media pengaturan
2. Gaya hidup monoton 3. Sakit tenggorokan aktivitas dan istirahat Jadwalkan
3. Kondisi fisiologis 4. Mengi pemberian pendidikan kesehatan sesuai
(misalnya, penyakit 5. Sianosis kesepakatan
kronis, penyakit 6. Gelisah 2. Berikan kesempatan kepada pasien dan
terminal, anemia, 7. Frekuensi napas keluarga untuk bertanya
malnutrisi, 8. Perasaan bersalah Edukasi
kehamilan). 1. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas
4. Program 1. Selera makan fisik / olahraga secara rutin
perawatan/pengobatan 2. Pola napas libido 2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
jangka panjang 3. Pola istirahat kelompok, aktivitas bermain atau
5. Peristiwa hidup negatif aktivitas lainnya
6. Setres berlebihan 3. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
7. Depresi istirahat
4. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis. kelelahan, sesak napas saat
aktivitas)
5. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai kemampuan
4. Defisit Perawatan Diri Setelah diberikan asuhan keperawatan selam(..x..) Dukungan Perawatan Diri
Definisi : Tidak mampu jam diharapkan Observasi
melakukan atau Dengan Kriteria Hasil : 1. Identifikasi keblasaan aktivitas perawatan
menyelesaikan aktivitas Kemampuan mandi diri sesuai usla
perawatan diri Kemampuan mengenakan pakaian 2. Monitor tingkat kemandirian
Penyebab : Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
1. Gangguan Verbalisasi keinginan melakukan perawatan kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
musculoskeletal diri makan
2. Gangguan Minat melakukan perawatan diri Terapeutik
neuromuskulerK 1. Mempertahankan kebersihan 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
3. Kelemahan 2. Mempertahankan kebersihan mulut (mis. suasana hangat, rileks, privasi)
4. Gangguan psikologis 2. Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum,
dan atau psikotik sikat gigi, dan sabun mandi)
5. penurunan 3. Dampingi dalam melakukan perawatan
motivasi/minat diri sampai mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatn diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan.

5. Evaluasi

a) Evaluasi Formatif
Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien, terhadap respon
langsung pada intervensi keperawatan.
b) Evaluasi Sumatif
Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi dan analisis mengenai status
kesehatan klien terhadap waktu. Dilakukan dengan pendekatan SOAP atau
SOAPIER minimal 4-6 jam setelah tindakan.
SOAP
S : Subjective merupakan pernyataan atau keluhan dari pasien
O : Objective merupakan data yang diobservasi oleh perawat dan juga
didapatkan dari keluarga pasien
A : Analisys merupakan kesimpulan dari objektif dan subjektif
P : Planning merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis
SOAPIER
S : Subjective merupakan pernyataan atau keluhan dari pasien
O : Objective merupakan data yang diobservasi oleh perawat dan juga
didapatkan dari keluarga pasien
A : Analisys merupakan kesimpulan dari objektif dan subjektif
P : Planning merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis
I : Implementation merupakan bagaimana dilakukannya perencanaan
E : Evaluation merupakan respon pasien terhadap tindakan keperawatan
R : Revised merupakan apakah rencana keperawatan akan dirubah
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu
energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas).
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya, Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu
pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri
dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada
posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.

3.2 Saran
Diharapkan untuk mahasiswa dapat memahami materi ini dan dapat
menerapkannya dengan baik kepada pasien, sehingga kebutuhan pasien terpenuhi
dalam kebutuhan aktivitas (mobilitas).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Azis Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. Azis Alimul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC
Tarwoto-Martonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi I.
Jakarta : Salemba Medika
http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-aktivitas-mobilitas.html

Anda mungkin juga menyukai