PERILAKU KEKERASAN”
Dosen Pengajar:
Disusun oleh:
Kelompok 2B
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Sebelumnya
terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dan ikut bekerjasama
dalam proses penulisan makalah ini. Serta tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada Ns. Nehru Nugroho, M.Kep Dosen Pembimbing dan juga Dosen
Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Jiwa yang sudah berperan penting dalam
memberikan ilmu kepada kami sehingga makalah yang berjudul “SPTK Perilaku
Kekerasan” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu, untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Keperawatan Jiwa Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang sikap dan pembentukan sikap bagi para pembaca dan
juga penulis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. Hal ini disebabkan
keterbatasan kami, maka karena itu kami mengarapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga apa yang telah
kami sampaikan dalam makalah ini bisa mengandung banyak manfaat khususnya
bagi kami yang masih tahap belajar dan umum bagi semua pembaca.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU No. 18 Tahun 2014 Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk komunitasnya.
Sehat jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang,
dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia (Badan PPSDM, 2013).
Orang dengan masalah kejiwaan adalah orang yang mempunyai masalah fisik,
mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan atau kualitas hidup sehingga
memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. (Ruti,dkk 2010).
Di temukan masalah asuhan keperawatan dari intervensi yang diberikan
berupa strategi pelaksanaan pada pasien perilaku kekerasan, dimana pasien masih
kurang patuh dalam mengikuti dan atau melaksanakan minum obat. Biasanya pasien
menaruh obat dibawah lidah dan dimuntahkan kembali, masalah ini ditemukan pada
beberapa orang pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Pelaksana Tindakan Keperawatan yang Dilakukan Pada
Pasien Perilaku Kekerasan ?
2. Bagaimana Strategi Pelaksana Pada Keluarga Pasien Perilaku Kekerasan ?
C. Tujuan
Setelah dilakukan presentasi makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami tentang Strategi Pelaksana Tindakan Keperawatan Perilaku Kekerasan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pertemuan : ke 2 (dua)
1. Proses keperawatan
a. Kondisi klien :
klien Tenang, kooperatif ada kontak mata saat berbicara.
b. Diagnosa keperawatan :
Risiko perilaku kekerasan
c. Tujuan :
1) melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik kedua
7
2) mengevaluasi latihan nafas dalam
3) melatih cara fisik ke 2 : pukul kasur dan bantal.
4) menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
d. Tindakan keperawatan :
Strategi Pelaksanaan 2 :
1) membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara fisik ke dua (evaluasi latihan nafas dalam)
2) latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua
(pukul kasur dan bantal)
3) menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua.
Pertemuan : ke 3 (tiga)
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien :
klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara, sesekali nada
bicara agak tinggi.
b. Diagnosa keperawatan:
Risiko perilaku kekerasan
c. Tujuan :
1) melatih cara mencegah / mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
2) mengevaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
3) melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
4) menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal
d. Tindakan Keperawatan
Strategi pelaksanaan 3
1) membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
secara sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik
mengendalikan perilaku kekerasan )
2) latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal, menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik.
3) susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9
2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan 3
a. fase orientasi
“ Assalamualaikum ibu R, masih ingat nama saya ? bagus ibu...ya saya
fanya”, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu
lagi ?
“ Bagaimana bu, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal ?
“ Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
“ Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya. “ Bagus,,
“ Bagaimana kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah
marah?
“ Dimana enaknya kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau
ditempat yang sama ?”
“ Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang ? Bagaiman kalau 10
menit ?”
b. fase kerja
“ Sekarang kita latihan cara bicara ibu baik untuk mencegahmarah.
Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul
kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang
yang membuat kita marah. ada tiga caranya bu :
1) meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu mengatakan
penyebab marahnya karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan,
coba ibu minta sediakan makan dengan baik : “bu, tolong
sediakan makan dan bereskan rumah” nanti biasakan dicoba disini
untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. coba ibu
praktekkan . Bagus bu.”
2) menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak
ingin melakukannya, katakan : “maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan”. Coba ibu praktekkan.
Bagus bu.”
3) mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain
yang membuat kesal ibu dapat mengatakan : “saya jadi ingin
marah karena perkataan mu itu”. Coba praktekkan. Bagus.”
10
c. fase terminasi
“ Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“ Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.
“ Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.
“ Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat
jadwalnya?”
“ Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bukan !”
“ Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“ Besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah
ibu yaitu dengan cara ibadah, ibu setuju ? Mau dimana bu? Disini lagi?
Baik sampai nanti ya ibu...
Assalamuaalaikum
Pertemuan : ke 4 (empat)
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien :
klien tenang, kooperatif, bicara jelas
b. Diagnosa keperawatan :
Risiko perilaku kekerasan
c. Tujuan :
pasien dapat mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasanya
secara spritual
d. Tindakan Keperawatan :
Strategi Pelaksanaan 4
1) bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spritual
2) diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan
secara fisik/verbal
3) latihan beribadah dan berdoa
4) buat jadwal latihan ibadah/berdoa
11
2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan 4
a. fase oerientasi :
“ Assalamualaikum ibu R, masih ingat nama saya ? Betul ibu
“ Bagaiman bu, latihan apa yang sudah dilakukan?
“ Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
“ Bagus sekali, bagaiman rasa marahnya?
“ Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan ibadah?
“ Dimana enaknya kita berbincang-bincang?
“ Bagaiman jika ditempat biasa ?
“ Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit ?”
b. fase kerja :
“ Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan!
Bagus, yang mana yang mau di coba?”
“ Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung duduk dan langsung
tarik nafas dalam. jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. jika
tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“ Ibu bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“ Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu?
“ Bagus, mau coba yang mana?
“ Coba sebutkan caranya? (untuk yang muslim)
c. fase terminasi :
“ Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari ?” Bagus
“ mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. mau
berapa kali ibu sholat. Baik kita masukkan sholat .....Dan..... (sesuai
kesebuatan pasien)
“ Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu
sedang marah”
“ Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat
tadi”
12
“2 jam lagi kita ketemu ya bu,nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat!”
“ Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?” assalamualaikum
Pertemuan : ke 5 (lima)
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien :
klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi
b. Diagnosa Keperawatan :
Risiko Perilaku kekerasan
c. Tujuan :
pasien dapat mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasannya
dengan Terapi
d. Tindakan Keperawatan :
Strategi Pelaksanaan 5
1) evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah
marah yang sudah dilatih.
2) membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat
3) latih bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 3
benar (benar pasien, benar nama obat, benar cara minum obat,
benar waktu dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna
minum obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal
minum obat secara teratur.
15
“Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di
ruang`tamu?”
b. fase kerja :
“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang
Ibu lakukan? Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak
dan hal-hal yang perlu diperhatikan.”
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan
dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia
merasa direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa
penyebabnya Bu?”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan
gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia
akan melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah
tangga atau memukul atau bicara kasar? Kalau apa perubahan terjadi?
Lalu apa yang biasa dia lakukan?””
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila
tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara
mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat
yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”. Kalau bapak bisa
melakukanya jangan lupa di puji ya bu”
c. fase terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya
bu”
“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang
telah kita bicarakan tadi langsung kepada bapak?”
“Tempatnya disini saja lagi ya bu?”
16
Pertemuan : ke 2 (dua)
1. Proses Keperawatan
a. Tujuan :
Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol Kemarahan
b. Tindakan Keperawatan
1) Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
2) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
3) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
4) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan
bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
2. Strategi pelaksanaan keluarga 2
a. fase orientasi :
“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang
kita ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah
bapak.”
“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau
Ibu tanyakan?”
“Berapa lama ibu mau kita latihan?
“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan
bapak supaya bisa berlatih bersama”
b. fase kerja
”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak
lakukan. Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian
Bapak! Bagus!”
”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol
kemarahan Bapak.”
”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”
”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan
maka yang harus dilakukan bapak adalah.......?”
”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar
lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus..,
17
tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani
dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”.
“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”
“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul
perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam
bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke
kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan
bantal. Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak
semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Cara yang
ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya
pak, coba praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:
a) Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang
rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya:
‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok! Coba bapak
praktekkan. Bagus pak”.
b) Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak
tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak”
c) Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain
yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin
marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus
dilakukan?”
“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda
juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu
untuk meredakan kemarahan”.
“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak
jadi tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
18
“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa
minum obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh
mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak
dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk
meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa
sepengetahuan dokter”
c. fase terminasi
“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah
kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal
latihan yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan
pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!”
“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2
hari lagi Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak
selama di rumah nanti.”
“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”
Pertemuan : ke 2 (dua)
1. Proses Keperawatan
a. Tujuan :
Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga
b. Tindakan Keperawatan :
Buat perencanaan pulang bersama keluarga
2. Strategi pelaksanaan keluarga 3
a. fase orientasi
“Selamat pagi pak, bu, karena ibu dan keluarga sudah menetahui cara-
cara yang sebelumnya telah kita bicarakanya. Sekarang Bagaimana
kalau kita berbincang-bincang tentang perawatan lanjutan untuk
keluarga Bapak/Ibu. Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual kegiatan dan
perawatan lanjutan di rumah, disini saja?”
19
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30
menit?”
b. fase kerja
“Pak, bu, jadual yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadual
aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal
Bapak!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bapak
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain, maka bapak konsul kan ke dokter atau di bawa kerumah
sakit ini untuk dilakukan pemeriksaan ulang pada bapak.”
c. fase terminasi
“ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa
saja yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala,
kontrol; ke rumah sakit). Saya rasa mungkin cukup sampai disini dan
untuk persiapan pulang pasien lainya akan segera saya siapkan.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun
orang lain, disertat dengan aMUk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol
(kusumawati dan hartono, 2010)
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatau bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak
memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan
tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Deden, 2013).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat, dkk, 2011).
B. Saran
Menyadari bahwa penulis jauh dari sempurna, kedepan nya penulis akan lebih
fokus dan details dalam membuat makalah dengan sumber sumber yang lebih banyak
dan dapat dipertanggung jawabkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://id.www.himaskep.blogspot.com
22