Disusun Oleh :
1. Cindi Puspita Sari P05120220052
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
BENGKULU JURUSAN D-III KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Karakteristik Peserta
Jumlah Peserta : 15 orang
Pendidikan : SMA,
Tujuan Penyuluhan
Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan ibu-ibu dapat mengetahui tentang Diare dan
penatalaksanaannya di rumah.
Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan, diharapkan :
Peserta dapat menjelaskan pengertian diare
Peserta dapat menjelaskan penyebab diare
Peserta dapat menjelaskan jenis diare
Peserta dapat menjelaskan Komplikasi diare
Peserta dapat menjelaskan pengobatan diare di rumah
Materi Penyuluhan
Terlampir
Metode
Ceramah
Tanya jawab
kuis
Media
Leaflet
LCD
Kegiatan penyuluhan
No. Tahap Kegiatan Waktu
1. Pembukaan Mengucap salam 10 menit
Perkenalan
Pendekatan dengan pesarta
Menggali pengetahuan ibu tentang Diare
dan penatalaksanannya
Evaluasi
Pelaksanaan
Tanggal / Jam : 10 September 2022
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : SMA
Jumlah Peserta : 15 orang
Respon terhadap penyuluhan :
o Jumlah peserta yang aktif : 7 orang
MATERI
DIARE DAN PENATALAKSANAANNYA
Pengertian
Diare biasanya ditandai dengan seringnya si kecil buang air dengan tinja yang encer atau
berair. Selain membuat si kecil tidak nyaman, diare dapat menyebabkan dehidrasi, dan ruam
bila si kecil yang masih pakai popok. Bila si buah hati mengalami diare, langkah pertama
yang harus kita lakukan adalah mengetahui penyebab diare, karena gangguan kesehatan ini
dapat disebabkan oleh banyak hal. Penyebab diare bisa diketahui dari gejala-gejala yang
muncul, dengan mengetahui penyebab diare, bunda dapat menentukan pertolongan yang tepat
bagi si kecil.
Diare atau mencret adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar 3 kali atau lebih
dalam satu hari dan tinja atau feses yang keluar berupa cairan encer atau sedikit berampas,
kadang juga bisa disertai darah atau lendir tergantung pada penyebabnya. Menurut IDAI
(Ikatan Dokter Anak Indonesia), anak dinyatakan menderita diare bila buang air besarnya
“lebih encer” dan “lebih sering” dari biasanya. Gejala ikutan lainnya adalah demam dan
muntah. Kadangkala gejala muntah dan demam mendahului gejala mencretnya.
Jenis Diare
Berdasarkan jangka waktu terjadinya, diare dibagi menjadi dua, yaitu diare akut dan kronis.
Diare akut terjadi sampai dengan 7 hari, sedangkan diare kronis terjadi lebih dari 2 minggu.
Di Indonesia, lebih banyak kasus diare akut dibandingkan yang kronis.
Komplikasi Diare
Komplikasi diare adalah dehidrasi yaitu kekurangan cairan. Terdapat 3 keadaan akibat
dehidrasi, yaitu:
1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% Berat Badan). Tandanya anak tetap
aktif, keinginan untuk minum seperti biasa karena rasa haus tidak meningkat, kelopak
mata tidak cekung, buang air kecil (BAK) sering.
2. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% Berat Badan). Tandanya
anak gelisah atau rewel, anak ingin minum terus karena rasa haus meningkat, kelopak
mata cekung, BAK mulai berkurang.
3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% Berat Badan). Tandanya anak
lemas atau tidak sabar, tidak dapat minum, kelopak mata sangat cekung, pada uji cubit
kulit kembali lebih dari 2 detik. Agar lebih mudah gunakan kulit perut.
Untuk menilai kondisi dehidrasi pada anak ada 4 parameter yang bisa digunakan yaitu
aktivitas, rasa haus, kelopak mata, buang air kecil, dan uji turgor atau uji cubit. Lihat kelopak
mata anak, apakah cekung atau tidak. Anak harus kencing dalam waktu 6-8 jam, jika lebih
dari 8 jam tidak kencing maka dehidrasi ringan. Untuk anak yang lebih besar batas
kencingnya 12 jam. Uji cubit paling gampang dilakukan pada kulit perut, kulit harus kembali
dalam 2 detik.
Terusakan pemberian ASI jika anak masih menyusu pada Bunda, diperbanyak
kuantitas dan frekuensi pemberiannya.
Rehidrasi. Berikan cairan lebih dari biasanya. Berikan cairan rehidrasi oral khusus
anak (oralit anak) yang mengandung elektrolit untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Anak
yang diare jangan hanya diberi air saja, sebaiknya diberikan cairan yang mengandung
elektrolit (natrium, kalium) dan kalori. Jangan menggunakan oralit dewasa, karena
osmolaritasnya lebih tinggi. Pada tahun 2004 WHO bersama UNICEF mengumumkan
kesepakatan mengubah penggunaan cairan rehidrasi oral yang lama menjadi cairan rehidrasi
oral yang memiliki osmolaritas rendah (hipoosmolar). Oralit dewasa bisa digunakan asalkan
dincerkan 2x, misal yang harusnya 1 sachet untuk 200 ml, maka dibuat 1 sachet untuk 400
ml. Atau Bunda bisa membuat larutannya sendiri. Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) :
Selain cairan rehidrasi oral hipoosmolar, WHO dan UNICEF juga merekomendasikan
penggunaan zinc sebagai terapi tambahan untuk diare yang diberikan selama 10-14 hari
walaupun diare sudah berhenti. Kedua cara ini dinilai sederhana dan murah. Manfaat zinc
yaitu dapat meningkatkan imunitas, mengurangi lama, tingkat keparahan dan komplikasi
diare serta mencegah berulangnya kejadian diare 2-3 bulan setelah pengobatan. Di indonesia
pemberian zinc bersama cairan rehidrasi oral hipoosmolar juga direkomendasikan oleh IDAI
(Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan sudah mulai diperkenalkan sejak bulan februari 2007.
Zinc tersedia dalam bentuk tablet dan sirup, bentuk tablet adalah tablet dispersible yang
dalam waktu 30 detik atau kurang dari 60 detik telah larut dalam 5 ml air putih atau air susu.
Cara pemberiannya tergantung pada umur anak yaitu untuk anak berusia kurang dari 6 bulan
diberikan zinc sebanyak 10 mg sekali sehari selama 10-14 hari, sedangkan pada anak yang
berusia lebih dari 6 bulan diberikan sebanyak 20 mg sekali sehari selama 10- 14 hari.
Anak jangan dipuasakan. Makanan harus tetap diberikan tapi hindari sayuran karena
serat susah dicerna sehingga bisa meningkatkan frekuensi diarenya. Buah-buahan juga
dihindari kecuali pisang dan apel karena mengandung kaolin, pektin, kalium yang berfungsi
memadatkan tinja serta menyerap racun.
Obat yang boleh diberikan yaitu biakan bakteri hidup seperti lactobacillus. Contohnya
Lacto-B, Lacto Bio, Protezin, dll.
Karena penyebab tersering adalah virus, maka tidak diperlukan antibiotik kecuali
pada kasus yang terbukti ada infeksi bakteri misalnya penyakit kolera yang disebabkan Vibrio
cholerae, penyakit disentri yang disebabkan bakteri atau amuba dengan ciri-ciri fesesnya bau
sekali, ada lendir, darah, anaknya merasa sakit sekali saat mau BAB. Untuk membuktikan
infeksi bakteri dilakukan dengan pemeriksaan feses rutin. Antibiotik yang digunakan harus
berdasarkan resep dokter dan harus dihabiskan untuk mencegah terjadinya resistensi
bakteri terhadap antibiotik tersebut!
Pencegahan Diare
Mencuci tangan. Anak harus diajarkan untuk mencuci tangannya, sedangkan pada
bayi sering dilap tangannya. Bunda pun juga harus sering mencuci tangan, terutama saat
memberi makan pada anak dan setelah memegang sesuatu yang kotor seperti setelah
membersihkan kotoran bayi atau anak.
Tutup makanan dengan tudung saji.
Masak air minum dan makanan hingga matang.
Jaga kebersihan makanan dan minuman, berikan ASI eksklusif minimal 6 bulan
karena ASI mengandung immunoglobulin. Untuk bayi yang "terpaksa" menggunakan susu
formula, maka dotnya harus dicuci bersih dan disterilkan dengan baik.
CATATAN :
Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk meyakinkan
bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan pemberian cairan oralit per oral