Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

“DIARE”

DISUSUN OLEH

NAMA : M. Irfan
NIM : 2019040024
PRODI : DIV ANESTESIOLOGI { A }

DIV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

INSTITUSI TEKNOLOGI SAINS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIARE

LATAR BELAKANG

Di negara berkembang termasuk Indonesia, diare masih merupakan penyebab kematian tertinggi pada
bayi dan anak berusia 1-4 tahun. Dari Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 diperoleh bahwa
kematian bayi yang terbanyak disebabkan karena diare (42%), sedangkan penyebab kematian anak
berusia 1-4 tahun juga diare (25,2%).
Di negara-negara yang beriklim 4 musim, diare yang disebabkan oleh virus sering terjadi pada musim
dingin. Di Indonesia, diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun, dengan puncak
kejadian pada pertengahan musim kemarau (Juli-Agustus).

Menurut angka kematian bayi di Indonesia salah satunya disebabkan oleh diare, angka kejadian tersebut
pada kelompok usia balita 5 tahun, yang paling sering pada usia kurang dari 2 tahun dan masa puncaknya
adalah pada usia kurang dari 1 tahun.

Meningkatnya kasus diare tersebut juga disebabkan oleh bagaimana masyarakat dalam menjaga keadaan
lingkungannya, penyakit diare merupakan hal yang biasa dan dianggap sepele oleh sebagian masyarakat.
Selain itu juga pengetahuan masyarakat tentang diare masih belum baik. Sehingga masyarakat perlu tahu
bagaimana cara mengatasi diare.

 TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 60 menit, peserta didik mampu mengetahui tentang diare
pada balita.
 TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta didik mampu :
1. Menyebutkan kembali pengertian diare menggunakan kata-kata sendiri.
2. Menyebutkan kembali penyebab penyakit diare
3. Menyebutkan kembali gejala penyakit diare
4. Menyebutkan kembali penatalaksanaan penyakit diare
5. Menyebutkan kembali pencegahan penyakit diare

 Sasaran : Para pengunjung posyandu penaraga


 Hari/tanggal : Senin/ 30 November 2020
 Jam : 09:00 – 10:00 WITA
 Waktu : 60 Menit
 Tempat : Posyandu Penaraga
 MATERI
1. Pengertian diare
2. Penyebab penyakit diare
3. Gejala penyakit diare
4. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit diare
5. Cara pencegahan penyakit diare

 METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

 MEDIA
1. Materi SAP
2. Flipchart
3. Leaflet
 Kegiatan / proses pendidikan kesehatan

N Uraian Kegiatan
Kegiatan Metode
o Pendidik Peserta
1 Pembukaan a. Mengucapkan salam. a. Menjawab salam Ceramah
5 menit
b. Menyampaikan b. Mendengarkan
perkenalan, kontrak waktu,
tujuan dan pokok bahasan
penyuluhan.

2 Uraian materi a. Menyampaikan materi a. Menyimak penjelasan Ceramah dan Tanya


kepada peserta tentang
50 menit jawab
pengertian diare, penyebab
penyakit diare, gejala
penyakit diare,
penatalaksanaan penyakit
diare, pencegahan penyakit
diare

b. Memberikan kesempatan b. Peserta


pada peserta untuk bertanya mendengarkan
tentang hal yang belum
dipahaminya

c. Menjawab pertanyaan c. Peserta mengajukan


peserta. pertanyaan

d. Menganjurkan/memotivasi
peserta untuk menjelaskan
kembali tentang materi yang
telah dijelaskan.

3 Penutup a. Mengajukan pertanyaan a. Menjawab pertanyaan Ceramah dan Tanya


5 menit b. Kesimpulan b. Menyimak jawab

c. Mengucapkan salam c. Menjawab salam


 RENCANA EVALUASI :
1. Para peserta mampu menjelaskan pengertian diare dengan benar.
2. Para peserta mampu menyebutkan penyebab penyakit diare dengan benar
3. Para peserta dapat menyebutkan dan mengenali gejala penyakit diare
4. Para peserta dapat menjelaskan penatalaksanaan penyakit diare
5. Para peserta dapat menjelaskan bagaimana cara pencegahan penyakit diare

Bima, 30 November 2020

Pelaksana

(M. Irfan)
 Lampiran Materi
Pengertian Diare :
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan/tanpa darah dan lendir dalam tinja.
Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam dua puluh jam
pertama, dengan temperatur rectal di atas 38°C, kolik, dan muntah-muntah. Diare diartikan sebagai buang
air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali.Sedangkan untuk bayi
berumur lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali. Rata-rata
pengeluaran tinja normal pada bayi sebesar 5-10g/kg/24 jam.

Penyebab Penyakit Diare :


1. Peradangan usus yang disebabkan oleh :
 Bakteri, seperti :Escheria coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, B, C, Shigella flexneri,
Vibrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolytius, Clostridium perferingens, Campilobacter,
Staphilococcus, Streptococcus, Coccidiosis.

 Parasit, seperti : Protozoa (Entamoeba histolyca, Giardia lambia, Trichomonashominis isospora),


cacing (Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Trichuris tricura,
Vermiccularis, Taenia saginata, Taenia solium), jamur (Candida).

 Virus, seperti :Rotavirus, Farvovirus, Adenovirus, Norwalk. Salah satu penyebab timbulnya diare
adalah infeksi virus. Infeksi virus dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu : Infeksi parenteral dan
infeksi enteral.

2. Makanan yang disebabkan oleh :


 Sindroma malaborsi : malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
 Keracunan makanan dan minuman yang disebabkan bakteri (Clostridium bottulinus,
Staphilococcus) atau bahan kimia.
 Alergi, misalnya tidak tahan pada makanan tertentu seperti susu kaleng atau susu sapi.
 Kekurangan energi protein.

3. Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan diare terutama pada
anak yang lebih besar.

Gejala Penyakit Diare :


Diare dengan dehidrasi ringan, dengan gejala sebagai berikut:

 Frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari


 Keadaan umum baik dan sadar
 Mata normal dan air mata ada
 Mulut dan lidah basah
 Tidak merasa haus dan bisa minum
Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari berat badan, dengan gejala
sebagai berikut :

 Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan sering
 Kadang-kadang muntah, terasa haus
 Kencing sedikit, nafsu makan kurang
 Aktivitas menurun
 Mata cekung, mulut dan lidah kering
 Gelisah dan mengantuk
 Nadi lebih cepat dari normal, ubun-ubun cekung

Diare dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, dengan gejala
sebagai berikut :

 Frekuensi buang air besar terus-menerus


 Muntah lebih sering, terasa haus sekali
 Tidak kencing, tidak ada nafsu makan
 Sangat lemah sampai tidak sadar
 Mata sangat cekung, mulut sangat kering
 Nafas sangat cepat dan dalam
 Nadi sangat cepat, lemah atau tidak teraba
 Ubun-ubun sangat cekung

Penatalaksanaan Penyakit Diare :


Prinsip perawatan diare adalah :

 Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat )


 Diatetik (pemberian makanan)
 Obat – obatan

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima
Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi
WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta
mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga
menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

 Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit
osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang.Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah,
yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare
untuk mengganti cairan yang hilang.Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana
kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.Pemberian oralit didasarkan pada derajat
dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
 Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ – ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ – 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

 Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan
pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

 Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.

Pencegahan Penyakit Diare :

1. Pencegahan Tingkat Pertama

 Pemberian ASI
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi karena selain komposisinya tepat, murah, dan
juga terjaga kebersihannya. ASI tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan
diserap secara optimal oleh bayi. Oleh karena itu sampai usia 6 bulan bayi dianjurkan hanya untuk minum
ASI saja tanpa tambahan makanan lain kecuali kalau sudah lebih dari 6 bulan dengan tambahan bubur.
ASI mempunyai khasiat pencegahan secara imunologik dan turut memberikan perlindungan terhadap
diare pada bayi yang mendapat makanan tercemar. Bayi yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya
lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula.
Flora usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pemberian ASI selama diare
dapat mengurangi akibat negatif terhadap pertumbuhan dan keadaan gizi bayi serta mengurangi
keparahan diare.

 Pemberian Makanan Pendamping ASI


Penyapihan adalah proses seorang anak secara bertahap mulai dibiasakan dengan susunan
makanan orang dewasa. Susu, terutama ASI tetap merupakan bagian penting dalam susunan makanannya
khususnya sampai usia 2 tahun. ASI eksklusif diberikan sampai bayi berumur 6 tahun setelah itu cara
bertahap dikenalkan makanan tambahan yang lunak. Pada umur 1 tahun semua jenis makanan yang
mudah disiapkan dapat diberikan sebanyak 4-6 kali sehari. Makanan dimasak dan direbus dengan baik,
disimpan di tempat dingin dan dihangatkan sebelum diberikan.

 Menggunakan Air Bersih yang Cukup


Air bersih merupakan barang yang mahal saat sekarang karena dibeberapa daerah banyak yang
mengalami krisis air bersih. Namun penyediaan air bersih yang memadai penting untuk secara efektif
membersihkan tempat dan peralatan memasak serta makanan, demikian pula untuk mencuci tangan. Hal
ini memungkinkan untuk mengurangi tertelannya bakteri patogen pada balita. Kita juga harus
membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat salah satunya dengan mencuci tangan dan sabun ketika mau
makan atau setelah memegang benda yang kotor. Demikian juga peralatan sumber air untuk bayi, tempat
yang digunakan dan lainnya harus bersih untuk mencegah terjadinya diare.
 Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar dan sebelum memegang
makanan dan makan merupakan salah satu cara mencegah terjadinya diare. Keluarga dan setiap individu
harus paham fungsi dan manfaat mencuci tangan dengan sabun. Cuci tangan dengan bersih dilakukan
setelah membersihkan anak yang buang air besar, membuang tinja anak, dan buang air besar. Cuci tangan
juga perlu dilakukan sebelum menyiapkan makanan, makan, dan memberikan makanan kepada anak.
Anak juga secara bertahap diajarkan kebiasaan mencuci tangan.

 Menggunakan Kamar Mandi


Penggunaan jamban yang baik adalah apabila tidak ada tinja yang tertinggal (menempel) di
sekitar jamban, serta teratur dalam membersihkan dan menyikat jamban. Sedangkan karakteristik jamban
yang baik sebagai berikut: dapat digunakan oleh semua anggota keluarga, berjarak sekurang-kurangnya
20 meter dari sumber air dan pemukiman, tandon penampung tinja sekurang-kurangnya sedalam 1 meter,
serta tidak memungkinkan lalat/serangga hinggap di tampungan tinja (dengan sistem leher angsa).

 Membuang Tinja Bayi yang Benar


Tinja harus dibungkus dengan kertas atau daun kemudian dibuang dengan cepat ke dalam jamban
atau lubang di tanah. Apabila tinja terpaksa dibuang di udara terbuka, maka dibuang di tempat yang
terkena sinar matahari, karena sinar matahari dapat membunuh bakteri dan kuman-kuman dalam tinja
tersebut. Setelah buang air besar balita segera dibersihkan kemudian tangan keluarga yang membuang
tinja dan tangan balita dicuci dengan sabun sampai bersih.

 Pemberian Imunisasi Campak


Pemberian imunisasi campak berkorelasi terhadap kejadian diare. Hal ini dilakukan pada balita
yang sedang menderita campak dan selama dua atau tiga bulan setelah penyakit campak menunjukkan
kasus diare dengan angka lebih tinggi dan lebih parah daripada balita yang sama tanpa campak. Oleh
karena itu balita diusahakan untuk mendapatkan imunisasi campak segera setelah berumur sembilan
bulan.

2. Pencegahan Tingkat Kedua


 Berikan penderita lebih banyak mendapatkan cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
 Berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari untuk mencegah kurang gizi
 Segera bawa anak kepada petugas kesehata bila tidak membaik dalam 3 hari atau muntah
berulang-ulang, buang air besar cair lebih sering, makan minum sedikit dan tinja berdarah
 

3. Pencegahan Tingkat Ketiga


 Pengobatan dan perawatan diare dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi
 Berikan makanan sebelum serangan diare untuk memberikan gizi pada anak agar tetap
kuat dan tumbuh serta mencegah kurangnya berat badan
 Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan penderita

Daftar Pustaka

Talley NJ, Martin CJ. Clinical gastroenterology : A Practical-based Approach. Sydney; Maclennan dan
Petty Pty Limited, 1996.

Anda mungkin juga menyukai