Anda di halaman 1dari 24

1

MEMAHAMI JENIS PENELITIAN EKSPERIMEN


Dosen Pengampu : Dr. Diana Mutiah, M.Si & Moh. Irvan, M.Si
Disusun Oleh :

1. Muhammad Haikal Wisesa 11220700000024


2. Arifni Azizah 11220700000114
3. Syamil Dzikra Avicenna 11220700000123
4. Tri Alinda Putri 11220700000124
5. Inzhagi Sheva 11220700000138

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi dan Rasul kita, Nabi Muhammad ‫ﷺ‬,
pada segenap keluarga, para sahabatnya serta umatnya sepanjang zaman.
Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT, kami bersyukur telah menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Memahami Jenis Penelitian Eksperimen”
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu
Dra. Diana Mutiah, M.Pd dan Bapak Mohammad Irvan, M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian 2.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, dan penulisannya. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi kami agar menjadi lebih baik lagi di masa yang
akan datang.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Tangerang Selatan, 18 Maret 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
Dari pemaparan latar belakang di atas, dapat diketahui beberapa rumusan
masalah sebagai berikut : .................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dilakukannya penulisan
makalah ini yaitu untuk : ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Alasan Kita Melakukan Eksperimen? ...................................................... 3
B. Langkah-Langkah dalam Melakukan Eksperimen ................................... 4
C. Lokasi Kegiatan Eksperimen.................................................................... 5
D. Cara Melakukan Eksperimen: Desain Kelompok Independen ................. 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 19
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian eksperimental adalah alat yang tak ternilai yang memungkinkan
manusia membuat beberapa penemuan paling penting dalam sejarah. Melalui
eksperimen, peneliti menguji ide dan teori, menjelajahi yang tidak diketahui
untuk menemukan jawaban dan wawasan. Hasil percobaan ini kemudian dapat
digunakan untuk menginformasikan keputusan atau membuat produk atau
layanan baru. Selama berabad-abad, penelitian eksperimental telah digunakan
untuk membuat kemajuan dalam sains, teknologi, kedokteran, dan lain-lain.
Eksperimen membantu kita tidak hanya memahami dunia di sekitar kita,
tetapi juga membentuknya. Dengan menguji hipotesis dan mengumpulkan data,
para ilmuwan dapat membuktikan atau menyangkal teori yang pada gilirannya
dapat mengarah pada penemuan dan inovasi baru. Jenis penelitian ini sering
digunakan bersamaan dengan bentuk lain seperti survei atau studi observasional
yang memberikan informasi pelengkap. Tanpa eksperimen, banyak pencapaian
ilmiah kita saat ini tidak akan mungkin terjadi. Ambil contoh penemuan
penisilin - hanya melalui serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Alexander
Fleming yang menghasilkan terobosan penemuan kekuatan antibiotik
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, dapat diketahui beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Mengapa kita melakukan Eksperimen?
2. Apa saja langkah melakukan eksperimen?
3. Dimana lokasi dalam melakukan eksperimen?
4. Bagaimana cara melakukan eksperimen?

1
2

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dilakukannya
penulisan makalah ini yaitu untuk :
1. Mengetahui cara melakukan eksperimen
2. Mengetahui langkah-langkah melakukan eksperimen
3. Mengetahui lokasi untuk melakukan eksperimen
4. Mengetahui cara melakukan eksperimen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alasan Kita Melakukan Eksperimen?
Eksperimen sendiri merupakan sebuah landasan bagi penelitian ilmiah.
Tujuan dari dilakukannya eksperimen adalah untuk mengetahui bahwa variabel
independen (IV) dapat mempengaruhi dan mengubah variabel dependen (DV).
Dalam eksperimen psikologi sendiri, biasanya dalam variabel dependennya
mengukur tentang perilaku manusia. Tidak semua permasalahan juga dapat menjadi
atau dijadikan eksperimen, namun beberapa permasalahan ada yang sangat
membutuhkan suatu eksperimen, dan itu merupakan jalan terbaik-nya. (Annabel
Ness Evans, 2018)
Untuk menjadi eksperimen sesungguhnya, variabel independen yang diteliti
haruslah berada dalam kontrol dari sang peneliti. Dalam arti lain, peneliti harus
memiliki kontrol atas partisipan dengan tingkat variabel independen yang ia akan
teliti. Sebagai contoh; jika kita memiliki goal untuk meneliti perbandingan antara
metode psikoterapi dan terapi medis untuk pengidap anorexia, kita bisa meneliti
bagaimana kondisi dan perkembangan kesehatan orang-orang yang telah
mengalami kedua terapi tersebut di masa lalu. Namun, hal tersebut bukanlah suatu
pendekatan Eksperimen. Hal itu disebabkan karena peneliti tidak menempatkan
para pasien ke tipe-tipe terapi, melainkan kita memilih partisipan yang dengan
sendirinya menentukan dirinya untuk memilih tipe terapi penyembuhan.
Untuk dapat memulai eksperimen sesungguhnya, peneliti harus memiliki
kekuasaan untuk menetapkan para partisipan ke grup-grup tertentu. Dalam konteks
sebelumnya, peneliti harus bisa menentukan siapa yang masuk dalam grup
psikoterapi dan terapi medis. Ini sangatlah penting bagi peneliti karena para peneliti
dapat memastikan bahwa tidak ada perbedaan sistematis dari kedua grup ini ketika
eksperimen ini dimulai. Sebagai hasilnya, para peneliti dapat menyimpulkan jika
mereka menemukan perbedaan diantara kedua grup di akhir penelitian, perbedaan
itu dipengaruhi oleh terapi yang mereka jalankan.

3
4

B. Langkah-Langkah dalam Melakukan Eksperimen


1. Membuat Hipotesis.
Hipotesis merupakan pernyataan mengenai perkiraan hubungan
antara variabel yang diteliti.
2. Menentukan Dependen dan Independen Variabel yang Sesuai
Menentukan mana pengukuran dependen yang sesuai untuk
mengukur suatu perilaku merupakan masalah tentang pengalaman dan
kebiasaan dengan penelitian yang telah ada. Ketika kita sudah memiliki
hipotesis yang dapat diuji mengenai kemungkinan hubungan antara DV
dan IV kita, selanjutnya adalah menentukan variabel apa lagi yang dapat
terlibat dan mencari cara untuk mengontrol mereka.
3. Membatasi Penjelasan Alternatif untuk Variasi
Dalam sebuah penelitian, banyak hal yang dapat mempengaruhi
perilaku kapan saja. Kita menginginkan untuk bisa mengontrol
sebanyak mungkin variabel baru yang mungkin akan muncul.
4. Memanipulasi independen variabel dan mengukur dependen variabel
Lakukan percobaan. Dengan itu kita memiliki data.
5. Analisis Variasi dari dependen variabel
Di dalam percobaan yang ideal, segala variasi variabel dependen
antara kelompok yang menerima variabel independen (kelompok
perlakuan) dan kelompok yang tidak menerima variabel (kelompok
kontrol) harus disebabkan oleh variabel independen. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk mengurangi variasi antar kelompok yang
bukan merupakan hasil dari manipulasi IV (error). Kita harus
menentukan teknik statistika yang sesuai untuk menganalisis variasi
dalam DV.
6. Menggambarkan Kesimpulan mengenai Hubungan antara IV dan DV
Kita menggunakan prosedur statistika inferensial untuk membuat
statement mengenai populasi berdasarkan temuan sampel kita.
Melakukan sebuah eksperimen membuat kita dapat membuat
pernyataan santai namun berbobot mengenai hubungan antara IV dan
5

DV. Kita dapat dengan percaya diri mengatakan bahwa IV yang


dimanipulasi menyebabkan suatu perubahan perilaku yang telah diukur
dengan hati-hati untuk mengendalikan variabel lain yang dapat
memberikan penjelasan alternatif mengenai perubahan DV,
meninggalkan kita dengan IV penelitian kita sebagai satu-satunya
variabel penyebab yang paling memungkinkan.
C. Lokasi Kegiatan Eksperimen
Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium (eksperimen
terkontrol/controlled experiment) atau di alam (eksperimen lapangan/field
experiment) oleh peneliti, namun eksperimen lapangan lebih sulit untuk
mengontrol semua variabel sekunder yang nantinya dapat mempengaruhi
hasil penelitian, sehingga banyak peneliti yang lebih suka untuk melakukan
eksperimen di laboratorium.
1. Eksperimen terkontrol (controlled experiment) di Laboratorium
Eksperimen yang dilakukan di laboratorium memiliki tiga keunggulan.
Pertama kemampuan lebih untuk mengontrol variabel independen (IV)
dalam kondisi laboratorium, guna meningkatkan validitas internal. Kedua,
memiliki kontrol unggul atas sumber variasi sekunder atau asing di
laboratorium, misalnya mengontrol kebisingan dan suhu. Ketiga, kita dapat
lebih tepat mengukur variabel dependen (DV) dalam kondisi laboratorium.
Sebagai cara terbaik untuk menentukan suatu sebab-akibat suatu fenomena,
beberapa keunggulan tersebut meningkatkan validitas internal.
Namun eksperimen terkontrol juga memiliki kelemahannya. Seperti;
Beberapa fenomena tidak dapat dipelajari di laboratorium, masalah etika
pada penelitian, dan kerugian praktisnya yang menyangkut masalah biaya
mahal dan memakan waktu yang banyak. Kemudian masalah yang paling
serius adalah yakni hasil dari penelitian mungkin tidak dapat diterapkan di
dunia nyata. Hal ini yang menyebabkan beberapa peneliti lebih memilih
eksperimen lapangan.
2. Eksperimen lapangan (field experiment)
6

Eksperimen lapangan dilakukan dalam pengaturan alami di mana


eksperimen langsung memanipulasi variabel independen. Walaupun kita
dapat langsung melihat dan menganalisa fenomena di lokasi tersebut, kita
tetap perlu berhati-hati dengan variabel bebas (IV) kita di inferensi, karena
kontrol dari metode eksperimen lapangan lebih sedikit terhadap hal-hal
asing, sekunder, dan variasi.
Dalam situasi laboratorium, seringkali lebih mudah untuk mengontrol
variabel semacam ini dengan menggunakan prosedur single-blind dan
double-blind. Hasil yang mungkin kita temukan dalam pengaturan
laboratorium terkontrol mungkin tidak digeneralisasikan ke dunia eksternal
(yaitu alam). Namun saat kita membawa fenomena ke laboratorium, kita
mungkin mengganggu cara kerjanya secara alami. Temuan yang tidak
berlaku dalam latar alami tidak valid secara eksternal dan mungkin kurang
menarik.
Oleh karena itu, memilih metode terbaik untuk melakukan eksperimen
membutuhkan pemikiran yang matang. Beberapa hal yang perlu dipikirkan
antara lain pertimbangan pragmatis, antara lain biaya, kontrol atas variabel,
dan pertimbangan validitas.
D. Cara Melakukan Eksperimen: Desain Kelompok Independen
Perbedaan dalam DV, secara kausal terkait dengan manipulasi kita
(yaitu, tingkat IV). Dengan desain kelompok independen atau antar-peserta,
setiap skor independen dari setiap skor lainnya, oleh karena itu dinamakan
desain kelompok independen. Karena peserta yang berbeda ditempatkan
pada tingkat variabel independen yang berbeda, skor mereka diasumsikan
independen satu sama lain. Desain kelompok independen yang paling
sederhana adalah di mana peneliti tertarik pada satu variabel independen
dengan dua atau lebih level desain kelompok acak lengkap.
1. Rancangan Kelompok Acak Lengkap: Satu IV
7

Dalam desain acak lengkap, peserta penelitian ditugaskan secara acak


ke tingkat yang berbeda dari satu variabel independen. Seperti yang Anda
lihat, ada empat level variabel independen A, dan n peserta akan ditugaskan
secara acak ke setiap grup. Rancangan kelompok acak lengkap yang paling
sederhana adalah rancangan dua kelompok di mana peserta dipilih secara
acak dan ditugaskan secara independen ke salah satu kelompok eksperimen
atau kelompok kontrol (yaitu, dua tingkat dari satu variabel bebas). Desain
seperti itu memungkinkan kita untuk menjawab satu pertanyaan: Apakah
manipulasi variabel independen memengaruhi variabel tak bebas?
Contoh dari desain ini: Ada penelitian yang dilakukan oleh Chaudry,
Schroter, Smith, and Morris (Chaudry S, 2002) yang tertarik dengan
bagaimana pembaca penelitian medis berkala menilai studi penelitian, jika
mereka percaya bahwa para peneliti yang melakukan penelitian memiliki
konflik kepentingan.
Mereka punya hipotesis bahwa pembaca yang percaya terhadap konflik
kepentingan dalam penelitian medis itu akan skeptis, seperti menganggap
tidak menarik, tidak penting, tidak relevan dan juga tidak dapat dipercaya
daripada pembaca yang tidak memiliki keyakinan tersebut.
Untuk pesertanya mereka memilih secara acak 300 pembaca dari
British Medical Journal, semua pembaca dikirimi laporan singkat tentang
dampak rasa sakit pada kehidupan penderita herpes zoster/cacar ular.
Setelah itu Setengah pembaca diberikan informasi bahwa penulis makalah
ini dinyatakan sebagai karyawan dan memegang saham di sebuah
8

perusahaan farmasi fiktif, sedangkan bagi para pembaca lainnya, para


penulis dinyatakan sebagai karyawan pusat perawatan biasa.
Variabel independennya adalah informasi tentang penulis, apakah
mereka memiliki kepentingan bersaing (memegang saham perusahaan) atau
tidak ada kepentingan bersaing, sedangkan variabel dependennya adalah
kepercayaan pembaca.
Hasilnya menunjukkan bahwa pembaca di kelompok pertama menilai
makalah penelitian secara signifikan kurang menarik, relevan, valid, dan
dapat dipercaya dan kurang penting dibandingkan para pembaca di
kelompok kedua.

2. Rancangan Kelompok Acak Lengkap : Satu IV dengan level kedua


Desain ini bisa diartikan sebagai suatu desain yang memiliki IV dengan
lebih dari 2 tingkatan berbeda dalam suatu eksperimen. Contoh dari desain
ini: Ada penelitian yang dilakukan oleh Jones dan Lungaro (Jones, 2000)
yaitu bagaimana cara yang efektif untuk membuat murid yang mengganggu
tetap tenang, Hipotesisnya adalah Guru akan menggunakan strategi yang
paling mudah diterima oleh seorang siswa yang mengganggu.
Pesertanya adalah 111 guru sekolah negeri, Guru-guru itu secara acak
ditugaskan ke salah satu dari tiga kondisi yang terbagi menjadi 3 kelompok
yang terdiri dari 34, 38, dan 39 dalam setiap kelompok. Semua guru
membaca sketsa tentang seorang anak, Jesse, yang mengganggu selama
kelas dengan pergi dari tempat duduknya. Mereka membaca bahwa
psikolog sekolah mengamati perilaku itu dan mencatatnya, Jesse pergi dari
tempat duduknya sekitar 10 menit sekali.
Kelompok pertama, para guru memerintahkan teman sekelasnya untuk
mengabaikan Jesse ketika dia pergi dari kursinya, Selain itu, mereka diberi
tahu bahwa jesse akan menerima satu poin untuk setiap interval 10 menit,
kalau dia tetap di tempat duduknya. Di akhir kelas, Jesse dapat memiliki
waktu luang 1 menit dengan teman sekelasnya setiap poin yang dia peroleh
selama di kelas.
9

Kelompok kedua, para guru akan mengabaikan Jesse ketika dia pergi
dari kursinya. Poin diberikan sama seperti pada kelompok 1, tetapi poin
tersebut dapat ditukar dengan waktu luang dengan guru, bukan teman
sekelas, pada akhir periode kelas.
Kelompok ketiga, Jesse bisa memperoleh poin dengan tetap duduk di
kursinya dan poin tersebut dapat ditukar dengan barang-barang yang
diinginkan dalam tas tangan.
Variabel independennya adalah jenis strategi penguatan (terbagi tiga,
yaitu perhatian rekan, perhatian guru dan penguat yang nyata) sedangkan
variabel dependenya adalah penerimaan strategi dan kemungkinan
penggunaannya.
Hasil akhirnya, Jones dan Lungaro melaporkan bahwa skor penerimaan
untuk kelompok 1 secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok 2 dan
kelompok 3.
3. Rancangan Kelompok Acak Lengkap : IV lebih dari satu
Perilaku dari manusia itu bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh
berbagai macam dari variable. Eksperimen dirancang khusus untuk menilai
efek lebih dari satu variable independent.
Rancangan design faktorial acak memungkinkan kita mengukur
pengaruh lebih dari satu variabel independen pada variabel dependen. Ini
adalah cara yang berguna untuk memahami bagaimana kombinasi yang
berbeda dari variabel-variabel tersebut memengaruhi hasilnya. Analisis
statistik Rancangan Acak Faktorial juga dapat menunjukkan pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, serta
interaksi antara variabel-variabel tersebut.
a. Percobaan Sederhana
Sebelum kita melihat beberapa percobaan nyata, mari kita lihat apakah
ada perbedaan nyata dalam betapa mudahnya membaca teks di bawah
berbagai jenis cahaya. Beberapa orang, seperti kita, menemukan bahwa
membaca di bawah lampu dengan bola lampu pijar lebih enak dilihat
daripada membaca di bawah lampu neon. Tetapi apakah teks lebih mudah
10

dibaca di bawah lampu pijar? Kita dapat melakukan percobaan untuk


melihat apakah ini benar.
Kami mungkin secara acak menugaskan pembaca untuk membaca teks
dalam kondisi cahaya yang berbeda, dan melihat bagaimana hal itu
memengaruhi kecepatan membaca mereka. Untuk percobaan ini, kami
memiliki tiga kondisi cahaya yang berbeda: ringan, neon, dan pijar. Kita
akan melihat bagaimana kinerja pembaca yang berbeda dalam setiap
kondisi ini.
Dalam percobaan kami, kami melihat bagaimana perbedaan font
memengaruhi keterbacaan. Kami menemukan bahwa teks lebih mudah
dibaca dalam font Times di bawah lampu pijar, tetapi kurang dapat dibaca
dalam font Geneva di bawah lampu neon. Perbedaan dalam seberapa
mudah teks dibaca tampaknya signifikan secara statistik di bawah lampu
pijar, tetapi tidak di bawah lampu neon. Kami dapat menganalisis data ini
dengan ANOVA dua arah untuk melihat apakah perbedaannya nyata.
Untuk menjawab pertanyaan kedua kami, kami melihat bagaimana font
yang berbeda memengaruhi keterbacaan teks dalam kondisi cahaya yang
berbeda. Pada Gambar 7.4, kami menunjukkan skor keterbacaan rata-rata
untuk setiap level font dalam kedua kondisi cahaya. Dengan kata lain, kami
menemukan skor rata-rata untuk semua pembaca yang membaca font
Times, semua yang membaca font Courier, dan semua yang membaca font
Geneva, terlepas dari kondisi cahaya apa pun.
11

Grafik kami menunjukkan bahwa font Times lebih mudah dibaca


daripada font Courier. ANOVA dua arah kami akan memberi tahu kami
jika grup berbeda secara signifikan.
Saat melihat efek utama dari desain faktorial acak, kami tidak dapat
melihat perbedaan apa pun antara level infus yang berbeda, hanya efek
interaksinya. Ini berarti bahwa tingkat IV yang berbeda terkait satu sama
lain dengan cara yang berbeda tergantung pada IV lainnya. Apa yang terjadi
jika kita mengubah level setiap IV?
Grafik menunjukkan bahwa keterbacaan teks dipengaruhi secara
berbeda dalam kondisi cahaya yang berbeda. Keterbacaan teks di Times
dan Geneva font sedikit dipengaruhi oleh kondisi cahaya, tetapi tidak
demikian halnya dengan font Courier. Font kurir tampaknya jauh lebih sulit
dibaca di bawah lampu neon daripada di bawah lampu pijar.
Bagian terakhir adalah pertanyaan ketiga: "Apakah variabel dependen
dipengaruhi oleh kombinasi level masing-masing IV?" Sekarang mari kita
gambarkan skor keterbacaan rata-rata untuk setiap level dari setiap IV
untuk melihat apakah ada efek interaksi (lihat Gambar 7.5).
12

Dapat terlihat bahwa dua efek utama kondisi cahaya pada keterbacaan
tidaklah linier. Hal ini menunjukkan bahwa mungkin ada interaksi antara
kedua variabel tersebut. Namun, analisis statistik akan memberi tahu kami
jika interaksinya signifikan. Selain itu, keterbacaan teks dalam font yang
berbeda tidak terpengaruh sama oleh kondisi cahaya. Font Courier lebih
sulit dibaca di bawah lampu neon daripada di bawah lampu pijar. Hal ini
menunjukkan bahwa interaksi antara kondisi cahaya dan jenis huruf
berpengaruh terhadap variabel dependen (keterbacaan). Ini adalah
keuntungan dari desain faktorial dibandingkan desain grup independen
sederhana.
b. Percobaan Nyata
Untuk menjelaskan lebih lanjut, dibutuhkan eksprimen yang lebih sulit.
Berikut ini adalah Percobaan nyata yang sebenarnya.
1) Masalah Penelitian.
Benzodiazepin adalah depresan sistem saraf pusat yang cenderung
mengurangi perilaku agresif pada hewan, tetapi beberapa peneliti
menemukan sebaliknya efek, peningkatan agresivitas, ketika dosis
rendah yang berkelanjutan digunakan ( (Fox, 1972)sebagaimana
13

dikutip dalam (Renzi, 1982). Renzi memutuskan untuk menguji


Sigle versus dosis berulang obat depresan pada perilaku agresif tikus
yang telah diinduksi, oleh kejutan tegangan rendah, untuk bertarung
satu sama lain. Renzi juga tertarik pada apakah ukuran dosis akan
membuat perbedaan dalam perilaku agresif dan apakah ukuran dosis
akan berinteraksi dengan variabel jumlah dosis.
2) Hipotesis
Renzi (1982) tidak secara khusus menyatakan hipotesisnya, jadi
kami hanya akan menentukan tiga pertanyaan yang ingin dijawab
oleh penelitiannya.
a) Apakah perilaku agresif dipengaruhi oleh jumlah dosis obat?
(Efek utama dari angka)
b) Apakah perilaku agresif dipengaruhi oleh dosis (jumlah obat
yang diberikan)? (Efek utama dari dosis)
c) Apakah perilaku agresif dipengaruhi oleh kombinasi dosis dan
jumlah yang berbeda dosis? (Efek interaksi)
3) Pemilihan Subjek (Tikus, Bukan Orang) dan Penugasan Kondisi.
Renzi (1982) melaporkan bahwa mencit dimasukkan ke dalam enam
kondisi, dengan 16 mencit di setiap kondisi. Dia tidak merinci
bagaimana mereka ditugaskan, tetapi tampaknya mereka ditugaskan
secara acak.
4) IV dan DV. Salah satu variabel bebas dalam percobaan ini adalah
dosis atau jumlah obat yang diberikan. IV memiliki tiga level: 0,
tanpa obat (saline); 2,5 mg/kg berat badan depresan; dan 5 mg/kg
depresan. Variabel independen kedua adalah jumlah dosis, dan
variabel ini memiliki dua tingkatan: dosis tunggal (S) dan dosis
berulang (R) (satu dosis sehari selama 10 hari). Variabel dependen
adalah perilaku agresif, dan Renzi (1982) mengukur jumlah gigitan
selama periode waktu tertentu.
5) Desain. Renzi (1982) menilai semua kombinasi dari semua level dari
setiap variabel. Rancangan khusus ini, seperti rancangan hipotesis
14

kami, adalah rancangan faktorial acak 3 x 2. Ada tiga tingkat


variabel independen pertama (dosis) dan dua tingkat variabel
independen kedua (jumlah dosis). Tiga kelompok mencit menerima
dosis tunggal, dengan salah satu dari tiga kelompok menerima
saline, satu menerima 2,5 mg/kg obat, dan satu menerima 5 mg/kg
obat. Tiga kelompok tikus lainnya menerima dosis berulang, dengan
satu dari tiga menerima saline, kelompok lain menerima dosis lebih
rendah, dan kelompok ketiga menerima dosis lebih tinggi. Tabel 7.6
mengilustrasikan enam kondisi dalam percobaan ini.
Tikus dalam kelompok SO menerima satu dosis saline tanpa
depresan, dan tikus dalam Kelompok R5 menerima dosis berulang
(satu per hari selama 10 hari) 5 mg/kg obat.
6) Analisis Statistik. Rancangan ini memiliki dua variabel independen,
dan tikus yang berbeda ditugaskan untuk masing-masing dari enam
kondisi. Analisis statistik yang sesuai adalah ANOVA dua arah.
yang merupakan analisis yang digunakan Renzi (1982). Hasil.
Beberapa statistik deskriptif dari eksperimen ini ada 168/412.
Kami memperkirakan statistik ini dari grafik yang disertakan
dalam laporan. ANOVA dua arah memberikan jawaban atas tiga
pertanyaan yang menarik bagi peneliti:
a) Apakah jumlah dosis memengaruhi perilaku? Apakah tingkat
dosis mempengaruhi perilaku agresif untuk? Dan, apakah dosis
dan jumlah dosis berinteraksi? Untuk menjawab pertanyaan
inferensial pertama, kami memeriksa hasil ANOVA untuk efek
utama pertama. ANOVA mengungkapkan bahwa ada pengaruh
utama yang signifikan dari jumlah dosis, F(1, 42)=29.78, p
<.001. Gambar 7.6 mengilustrasikan efek utama ini. Seperti
yang Anda lihat, pasti ada perilaku yang lebih agresif ketika
tikus diberi obat dengan dosis berulang.
15

b) Pertanyaan kedua adalah, "Apakah perilaku agresif berbeda


tergantung pada tingkat dosis diberikan?" Analisis statistik
mengungkapkan bahwa tingkat dosis memang membuat
perbedaan yang signifikan dalam agresivitas tikus, F(2,
42)=13,52. p <.001. Mari kita periksa Gambar 7.7, yang grafik
efek utama dosis. Kita dapat melihat bahwa tikus yang menerima
dosis obat tertinggi adalah yang paling agresif. Ternyata, tikus
yang menerima saline tidak menggigit sama sekali. F yang
signifikan dari ANOVA memberi tahu kita bahwa setidaknya
ada dua rata-rata yang berbeda, jadi kita tahu bahwa kelompok
5 mg. lebih agresif daripada kelompok 0, tetapi Renzi (1982)
tidak memasukkan perbandingan post hoc antara kelompok 2,5
mg dan 5 mg, jadi kami tidak tahu apakah kedua kelompok
tersebut berbeda secara signifikan.
16

Untuk benar-benar memahami bagaimana kedua variabel


beroperasi, kita harus memeriksa interaksi yang diilustrasikan
pada Gambar 7.8.

Renzi (1982) melaporkan bahwa interaksi tersebut


signifikan. F2. 42) = 11,43, p < 0,01, dan seperti yang Anda lihat,
garisnya tidak sejajar. Dosis tunggal, baik saline atau obat
depresan. memiliki sedikit efek pada perilaku tikus terlepas dari
jumlah obat yang diberikan, tetapi ketika dosis depresan
berulang diberikan, perilaku agresif meningkat dengan tingkat
dosis.
17

c) Kesimpulan. Renzi (1982) berspekulasi bahwa efek obat


depresan pada perilaku agresif mungkin merupakan hasil dari
akumulasi obat atau metabolit aktifnya yang hanya akan terjadi
dengan pemberian berulang. Anda dapat melihat bahwa
interpretasi dari efek utama harus dibuat berdasarkan interaksi
apapun. Rancangan faktorial memungkinkan kita untuk
menyelidiki hubungan antar variabel yang lebih rumit dan
seringkali lebih menarik ini.
Rancangan faktorial menurut Renzi (1982) adalah alat
umum yang digunakan dalam penelitian ilmu sosial, dan
kompleksitasnya meningkat dengan jumlah level dari masing-
masing variabel dan dengan jumlah variabel independen.
Dengan hanya dua variabel, desain menghasilkan dua efek
utama dan satu efek interaksi. Dengan tiga variabel bebas, desain
menghasilkan tiga efek utama, tiga efek interaksi dua arah, dan
satu efek interaksi tiga arah. Seperti yang dapat Anda
bayangkan, semakin banyak variabel, semakin kompleks
interaksinya, dan semakin sulit untuk menafsirkan temuannya.
Namun mengingat kompleksitas perilaku manusia, desain yang
melibatkan banyak variabel menjadi norma dalam penelitian
ilmu sosial saat ini.
Selain kompleksitas yang meningkat, jumlah peserta juga
meningkat drastis dengan penambahan setiap variabel baru.
Renzi (1982) memiliki 16 tikus dosis tunggal dan 16 tikus dosis
berulang di masing-masing dari tiga kondisi tingkat dosis: total
96 tikus. Bagaimana jika dia menambahkan variabel independen
ketiga; mungkin dia juga ingin melihat apakah tingkat
keterkejutan yang digunakan untuk memicu perilaku agresif
membuat perbedaan.
Desain antar-peserta di mana peserta secara acak dan
ditugaskan ke kondisi adalah desain eksperimental yang sangat
18

baik, terutama jika ada kekhawatiran bahwa satu kondisi


pengobatan dapat mencemari yang lain. Namun, hanya karena
peserta telah ditetapkan secara acak pada kondisi tidak
menjamin kesetaraan awal kelompok. Namun demikian,
penugasan acak peserta ke kondisi adalah teknik yang paling
umum digunakan peneliti untuk menangani perbedaan awal
antara peserta.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Eksperimen adalah pilihan pertama dari sebagian besar peneliti perilaku
karena memungkinkan kita menyimpulkan hubungan kausal antara variabel
independen yang dimanipulasi dan beberapa ukuran perilaku, variabel
dependen. Kami melakukan eksperimen untuk mengevaluasi teori, memuaskan
keingintahuan kami, dan mendemonstrasikan fenomena perilaku dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya.

Saat kami melakukan eksperimen, kami mulai dengan hipotesis. Kami


memilih variabel independen dan dependen yang tepat untuk menguji hipotesis
kami. Kami melakukan segala upaya untuk mengontrol sumber variasi
alternatif, dan kemudian kami melakukan eksperimen kami. Setelah
menganalisis data, kita kemudian berada dalam posisi untuk menarik
kesimpulan tentang hubungan antara variabel independen yang kita manipulasi
dan perubahan perilaku yang diamati.

Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium dan disebut eksperimen


terkontrol. Ketika kita melakukan eksperimen dalam latar alami, ini disebut
eksperimen lapangan. Eksperimen terkontrol cenderung memiliki validitas
internal yang lebih besar daripada eksperimen lapangan, tetapi eksperimen
lapangan mungkin memiliki validitas eksternal yang lebih besar.

Desain kelompok independen yang paling sederhana adalah rancangan acak


lengkap dengan satu variabel bebas dengan dua tingkat. Ketika peserta telah
ditugaskan secara independen untuk semua kombinasi lebih dari satu variabel
independen, kami memiliki desain faktorial acak. Desain faktorial
memungkinkan penilaian simultan lebih dari satu infus dan interaksi antara
infus. Efek dari setiap IV pada DV disebut efek utama, dan efek kombinasi level
IV pada DV disebut efek interaksi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Annabel Ness Evans, B. J. (2018). Methods in psychological research. Amerika:


Sage Publications.
Chaudry S, S. S. (2002). Does declaration of competing interests affect readers'
perceptions? A randomised trial. British Medical Journal, 1391-1392.
Fox, K. A. (1972). Increased aggression among grouped male mice fed nitrazepam
and flurazepam. . Pharmacological Research Communications,, 157-162.
Jones, K. M. (2000). Teacher acceptability of functional assessment-derived
treatments. Journal of Educational and Psychological Consultation,, 323-
332.
Renzi, P. (1982). Increased shock-induced attack after repeated chlordiazepoxide
administration in mice. . Aggressive Behavior, 172-175.

20

Anda mungkin juga menyukai