Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KONSEP DASAR KEPERAWATAN II

“KONSEP BERPIKIR KRITIS”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

ALISA RAHMI (1911311011)

CINDY AVIOLA (1911313004)

FIRTASYA ANDANI (1911313040)

MIFTHAHUR RAHMI (1911313034)

MOEDIS CHINTIA RIDANI (1911312011)

RAHMI EKA FAJRI (1911312017)

REGITA ANJELINA PUTRI M (1911312005)

VITA DELFI YANTI (1911312023)

KELAS : 2A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Konsep Berpikir Kritis” dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak bisa untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas di mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan II.

Makalah ini tidak hanya diambil dari satu sumber saja, melainkan dari berbagai
sumber.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis
mohon maaf.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada dosen
pembimbing dalam menyusun makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat terima kasih.

Padang, 29 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ .......i

Daftar Isi ................................................................................................................. ......ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang......................................................................................... ......

1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................... ......

1.3 Manfaat .................................................................................................... ......

Bab II Kerangka Teori

2.1 Pengertian Berpikir Kritis...............................................................................

2.2 Konsep Berpikir Kritis dalam Keperawatan............................................ ......

2.2.1 Manfaat dan Fungsi Berpikir Kritis...................................................

2.2.2 Elemen Berpikir Kritis.......................................................................

2.2.3 Keterampilan dalam Berpikir Kritis...................................................

2.2.4 Model Berpikir Kritis dalam Keperawatan........................................

2.2.5 Karakteristik Berpikir Kritis ............................................................

2.3 Tinjauan Proses Keperawatan.........................................................................

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. ......

3.2 saran ......................................................................................................... ......

Daftar Pustaka ......................................................................................................... ......


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menjalankan tugasnya, perawat tentu akan dihadapkan pada suatu kondisi
dimana perawat tersebut akan memutuskan tentang kondisi kesehatan klien atau pasien yang
ia tangani. Kondisi kesehatan pasien yaituterdiri dari pasien yang sehat dengan pasien yang
sakit. Pemikiran kritis akan sangat dibutuhkan karena menentukan skala kondisi kesehatan
pasien tentu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Mengambil keputusan secara
tergesa ataupun tidak tepat akan mempengaruhi kualitas serta kuantitas pelayanan kesehatan
pasien. Apabila sang perawat tidak berhati-hati, terdapat kemungkinan pasien akan
menerima perawatan yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Untuk membantu
perawat dalam mendata dan memutuskan kondisi kesehatan pasien, perawat dibantu dengan
sebuah catatan yang disebut diagnosa. Diagnosa berisi tentang kondisi pasien secara spesifik.
Diagnosa dapat dijadikan sebuah acuan bagi pelayanan yang akan diberikan kepada pasien
agar lebih cepat dan tepat.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Berpikir Kritis dalam Keperawatan
2. Mengetahui konsep, tinjauan, dan proses Berpikir Kritis.

1.3 Manfaat
1. Memahami pentingnya Berpikir Kritis
2. Mengaplikasikan proses berpikir kritis dalam kehidupan
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian Berpikir Kritis


Tuan Jacobs adalah seorang pasien berumur 58 tahun yang memiliki prosta tektomi
radikal untuk kanker prostat kemarin. Perawatnya, Tonya, menemukan sang pasien terbaring
terbaring di tempat tidur dengan lengan terentang ke samping tapi tegang. Ketika Tonya
memeriksa luka operasi dan alat drainase pasien, ia mencatat bahwa pasien meringkus ketika
ia dengan lembut menempatkan tangannya untuk mengatasi sayatan bedah itu. Dia bertanya
pada tuan Jacobs kapan terakhir kali dia berpihak padanya, dan dia menjawab, "tidak sejak
tadi malam." Tonya bertanya, tuan Jacobs jika dia mendapat sakit parah, dan dia
mengangguk, berkata, "sakit terlalu banyak untuk dipindahkan." Tonya mempertimbangkan
untuk. Dia mengamati dan belajar dari pasien ini untuk membuat saya takut kalau pasien ini
sedang kesakitan sehingga tidak dapat berjalan lebih jauh. Ia memutuskan untuk mengurangi
rasa sakit tuan Jacobs agar bisa membuatnya lebih sering turun dari tempat tidur untuk
mencari kesembuhan.
Dalam kasus ini, perawat mengamati situasi klinis, mengajukan pertanyaan,
mempertimbangkan apa yang diketahuinya tentang rasa sakit setelah operasi dan risiko
karena imobilitas, serta mengambil tindakan. Perawat menerapkan pemikiran kritis, suatu
proses yang berkesinambungan yang ditandai dengan pemikiran terbuka, penyelidikan terus-
menerus, dan ketekunan dipadukan dengan kesediaan untuk melihat setiap situasi pasien
yang unik dan menentukan asumsi mana yang benar dan relevan (Heffner dan Rudy, 2008).
Berpikir kritis perlu diakui bahwa suatu masalah (misalnya, masalah pasien) ada, yang
menganalisis informasi tentang masalah itu (e. G, data klinis mengenai seorang pasien),
mengevaluasi informasi (meninjau asumsi dan bukti) serta membuat kesimpulan (Settersten
dan Lauver, 2004). Seorang pemikir kritis mempertimbangkan apa yang penting dalam
setiap situasi klinis, membayangkan dan menyelidiki alternatif, prinsip-prinsip etika
considers, dan membuat keputusan terinformasi tentang perawatan pasien.
Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang sebuah situasi yang selalu bertanya
"mengapa?"," apa yang saya lewatkan?", "apa yang benar-benar saya ketahui tentang situasi
pasien ini?", dan" apa saja pilihan saya?" (Heffner dan Rudy, 2008; Paul dan Heaslip, 1995).
Tonya tahu bahwa rasa sakit itu akan menjadi masalah karena pasiennya menjalani operasi
yg panjang. Tinjauannya terhadap pengamatannya dan laporan nyeri pasien meneguhkan
pengetahuannya bahwa nyeri merupakan masalah. Pilihannya antara lain memberikan tuan
Jacobs analgesik dan menunggu sampai efeknya bekerja sehingga dia bisa reposisi dan
membuatnya lebih nyaman. Setelah dia memiliki rasa sakit kurang akut, Tonya menawarkan
untuk mengajar tuan Jacobs beberapa latihan relaksasi.
Keterampilan Aplikasi Proses Keperawatan
interpretasi Tertiblah dalam pengumpulan data. carilah pola untuk mengkategorikan
data misalnya dengan melihat diagnosis keperawatan. perjelas data yang
tidak pasti.
Analisis Berpikir terbuka sewaktu membaca informasi tentang pasien. jangan
membuat asumsi yang sembrono. apakah data tersebut mengungkapkan
apa yang anda yakini benar, atau apakah ada pilihan lain?
Penilaian Lihatlah makna dan signifikasi dari temuan temuan. apakah ada
hubungan antara temuan-temuan tersebut? apakah data tentang pasien
membantu anda melihat bahwa ada masalah?
Evaluasi Lihat semua situasi secara objektif. menggunakan kriteria (misalnya,
hasil yang diharapkan, karakteristik nyeri, tujuan belajar) untuk
menentukan hasil dari tindakan keperawatan. pikirkan perilaku anda
sendiri
Penjelasan Dukunglah temuan dan kesimpulanmu. gunakan pengetahuan dan
pengalaman untuk memilih strategi yang digunakan dalam perawatan
pasien.
Peraturan diri Perhatikan pengalaman-pengalaman anda. identifikasikan cara-cara anda
dapat meningkatkan kinerja anda sendiri. apa yang akan membuatmu
percaya bahwa kau telah berhasil?
Anda mulai belajar berpikir kritis sejak dini dalam praktik anda. Misalnya, seraya anda
belajar tentang pelaksanaan pemandian dan langkah-langkah higiene lainnya, sediakan
waktu untuk membaca buku pelajaran anda dan buku keperawatan tentang konsep
kenyamanan. Apa kriteria untuk penghiburan? Bagaimana para pasien dari kebudayaan lain
mengenal penghiburan? Faktor apa saja yang turut memberikan penghiburan? Penggunaan
pengetahuan berdasarkan bukti, atau pengetahuan berdasarkan penelitian atau keahlian
klinis, membuat anda menjadi pemikir penuh informasi. Kalau anda sudah kritis dan
memahami konsep kenyamanan, anda akan lebih siap mengantisipasi kebutuhan pasien,
segera cari tahu penyebabnya dan memberinya perawatan yang tepat. Cara berpikir yang
kritis diperlukan Keterampilan kognitif dan kebiasaan mengajukan pertanyaan, tetap
terinformasi dengan baik, jujur dalam menghadapi prasangka pribadi, dan selalu bersedia
untuk mempertimbangkan kembali dan berpikir jernih tentang masalah (Facione, 1990).
Ketika keterampilan berpikir kritis inti diterapkan pada keperawatan, hal itu menunjukkan
kerumitan dari pengambilan keputusan klinis pada tabel diatas. Dapat menerapkan semua
keterampilan ini perlu latihan. Anda juga perlu memiliki dasar pengetahuan yang baik dan
dengan serius mempertimbangkan apa yang anda pelajari sewaktu merawat pasien.

Perawat yang menerapkan cara berpikir kritis dalam pekerjaan mereka dapat melihat
gambaran besar dari semua sudut pandang yang mungkin. Mereka berfokus dengan jelas
pada pilihan-pilihan untuk mengatasi masalah dan membuat keputusan alih-alih dengan
cepat dan dengan sembarangan membentuk solusi cepat (kataoka ka yahiro dan Saylor,
1994). Para perawat yang bekerja dalam situasi krisis seperti departemen gawat darurat
sering kali bertindak cepat sewaktu problem pasien berkembang. Namun, bahkan para
perawat ini mendisiplin dalam membuat keputusan untuk menghindari keputusan yang
terlalu dini dan tidak pantas. Belajar berpikir secara kritis membantu anda merawat pasien
sebagai penyokong, atau pendukung mereka, dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan
informasi yang lebih baik mengenai perawatan mereka. Facione dan Facione (1996)
mengidentifikasi konsep untuk berpikir criti Strentik (tabel 15-2). Pemikiran kritis lebih dari
sekedar pemecahan masalah. Itu adalah upaya yang berkesinambungan untuk meningkatkan
cara menerapkan diri ketika dihadapkan pada masalah dalam perawatan pasien.

Berpikir dan belajar

Belajar adalah proses seumur hidup. Pertumbuhan intelektual dan emosional anda
melibatkan pembelajaran pengetahuan baru dan memperbaiki kemampuan anda untuk
berpikir, memecahkan masalah, dan membuat penilaian. Untuk belajar, kita harus bersikap
lentuk dan selalu terbuka terhadap informasi baru. Ilmu keperawatan berkembang pesat, dan
akan selalu ada informa baru bagi anda untuk diterapkan dalam praktek. Jika kalian memiliki
pengalaman lebih dalam dan menerapkan ilmu yang kalian pelajari, kalian akan menjadi
lebih baik Dalam membuat asumsi, menyajikan gagasan, dan membuat valid kesimpulan.

Konsep Perilaku berpikir kritis


Mencari kebenaran Cari arti sebenarnya dari sebuah situasi. Bertindaklah dengan berani,
jujur, dan objektif sewaktu mengajukan pertanyaan.
Membuka pikiran Bersikaplah toleran terhadap berbagai pandangan. Pekalah terhadap
prasangka anda sendiri, hormatilah hak orang lain untuk memiliki
pendapat yang berbeda.
Analisis Analisis situasi yang bisa menimbulkan problem, antisipasilah
kemungkinan hasil atau konsekuensinya, alasan yang masuk akal,
gunakan pengetahuan yang berdasarkan bukti.
Sistematis Jadilah tertib dan fokus, bekerja keras dalam penyelidikan apapun.
Percaya diri Percayalah pada proses bernalar saudara sendiri.
Keingintahuan Berusahalah untuk memperoleh pengetahuan dan mempelajari
penjelasan bahkan ketika penerapan pengetahuan tersebut tidak
langsung jelas. Nilai pembelajaran demi pembelajaran.
Kedewasaan Menerima berbagai solusi. Renungkanlah penilaian anda sendiri,
memiliki kedewasaan kognitif.

Ketika anda merawat pasien, pikirkan selalu dan ajukan pertanyaan-pertanyaan


berikut: bagaimana status pasien sekarang? Bagaimana mungkin itu berubah dan mengapa?
Yang tanggapan fisiologis dan emosional saya menentang pate? Apa yang saya tahu untuk
memperbaiki kondisi pasien? Bagaimana terapi yang spesifik akan mempengaruhi pasien?
Apa yang harus menjadi tindakan pertama saya? Jangan biarkan cara berpikir anda menjadi
rutin atau standar. Sebaliknya, belajarlah untuk melihat secara nyata dalam situasi klinis apa
pun, memeriksa tanggapan unik pasien terhadap perubahan kesehatan, dan sadari tindakan
apa saja yang perlu diberikan demi manfaat pasien. Melalui pengalaman anda dapat
mengenali pola perilaku, lihat percakapan dengan tanda-tanda dan gejala, serta antisipasi
reaksi terhadap terapi. Memikirkan tentang pengalaman-pengalaman ini memungkinkan
anda untuk lebih baik mengantisipasi setiap kebutuhan pasien baru dan mengenali masalah
ketika itu berkembang.

2.2 Konsep Berpikir Kritis dalam Keperawatan


2.2.1 Manfaat dan Fungsi Berpikir Kritis
Berpikir kritis sangat diperlukan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien selain dituntut
untuk memiliki keterampilan sesuai dengan kompetensinya juga harus mampu berpikir
kritis, sehingga pekerjaan menjadi lebih praktis dan efektif dan bekerja sesuai dengan
standarnya, beberapa manfaat dan fungsi berpikir kritis dalam keperawatan seperti berikut:
1. Penerapan profesionalisme
Seorang pemikir yang baik tentu juga seorang perawat yang baik. Diperlukan oleh
perawat, karena perawat setiap hari mengambil keputusan, perawat menggunakan
keterampilan berpikir, menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya
serta menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan.
2. Penting dalam membuat keputusan
Menurut Mz.Kenzie, critical thinking ditujukan pada situasi, rencana, aturan yang
terstandar dalam menggunakan pengetahuan untuk mengembangkannya. Hasil yang
diharapkan berupa keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih
tindakan. Pelaksanaan keperawatan atau pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
keterampilan dalam menguji hipotesa, untuk tindakan nyata, menentukan tingkat
keberhasilan, evaluasi keperawatan dan mengkaji efektifitas tindakan. Oleh karena itu,
perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.
3. Argumentasi dalam keperawatan
Perawat dalam aktivitas sehari-harinya senantiasa dihadapkan pada situasi harus
berargumentasi untuk menentukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu,
memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan yang dilakukan
oleh pasien, keluarga bahkan oleh masyarakat.
4. Penerapan dalam Proses Keperawatan
Perawat harus mampu berpikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan,
mengumpulkan data dan validasi. Perawat hendaknya selalu berpikir kritis dalam melakukan
observasi, dalam pengumpulan data, dan mengelola data atau informasi dan isu yang
muncul. Pada penerapan proses asuhan keperawatan tahapan perumusan diagnosa
keperawatan adalah tahap pengambilan keputusan yang paling kritis, karena pada saat
menentukan masalah diperlukan argumen secara rasional, sehingga masalah yang diangkat
atau ditetapkan lebih tajam dan rasional. Seseorang yang berpikir dengan cara kreatif akan
melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama,
sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru, seseorang profesional
harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang selalu efektif dan ilmiah dan
memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejahteraan diri maupun orang lain.
Manfaat berpikir kritis bagi perawat dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan
keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu- isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan
tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan faliidasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan
yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan akktifitas nilai-nilai
keputusan.
13. Mengefaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

2.2.2 Elemen Berpikir Kritis


Elemen berpikir kritis tersebut antara lain :

1. Menentukan tujuan

Menentukan atau merumuskan tujuan dalam proses keperawatan merupakan tahapan


yang paling utama dan paling penting. Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk
mengatasi masalah yang dihadapi atau dikeluhkan oleh pasien. Oleh karena itu, perawat
dituntut untuk mampu berpikir kritis, dengan berpikir kritis tujuan yang dirumuskan atau
ditentukan oleh perawat bisa tercapai atau tidak dengan menetapkan kreteria hasil sesuai
dengan standar asuhan keperawatan.

2. Menyusun pertanyaan atau membuat kerangka masalah

Menyusun pertanyaan atau merumuskan masalah keperawatan (diagnosa


keperawatan) merupakan keputusan kliniks mengenai masalah pasien yang harus
diidentifikasi dan divalidasi berdasarkan data, informasi dan kondisi nyata yang dihadapi
oleh pasien. Pada tahapan ini perawat dituntut untuk berpikir kritis, karena untuk
mengangkat atau menyusun masalah keperawatan (diagnosa keperawatan yang tepat
dibutuhkan beberapa pengetahuan dan kekerampilan yang harus dimiliki oleh perawat,
seperti kemampuan memahami beberapa masalah, faktor yang menyebabkan masalah,
batasan dan karakteristiknya, batasan atau ukuran normal dari masalah tersebut, sehingga
dapat diambil keputusan yang tepat untuk memecahkan masalah yang diangkat secara
rasional dan objektif.

3. Menunjukkan bukti

Kemampuan perawatan untuk menunjukkan bukti atau data dengan cara memvalidasi
data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang telah dikumpulkan
dengan melakukan perbandingan data subjektif dan objektif yang didapatkan dari berbagai
sumber dengan berdasarkan standar nilai normal. Untuk itu diperlukan kemampuan atau
keterampilan berpikir kritis oleh perawat

2.2.3 Keterampilan dalam Berpikir Kritis


Perawat harus memiliki suatu keterampilan sehingga ia mampu berpikir kritis,
keterampilan berpikir kritis yang harus dimiliki oleh perawat yaitu keterampilan berpikir
secara induktif dan deduktif.
1. Berpikir secara Induktif
Penalaran atau berpikir induktif adalah cara berpikir generalisasi terbentuk dari
serangkaian bukti atau fakta dan data hasil pengamatan yang selanjutnya dibuat interprestasi
kasus atau dibuat suatu kesimpulan.
2. Berpikir secara Deduktif
Penalaran atau berpikir deduktif adalah cara berpikir sebaliknya, yaitu cara berpikir
dari sesuatu yang bersifat umum ke khusus. Dalam berpikir kritis perawat, harus mampu
membedakan pernyataan, bukti, kesimpulan baik secara umum maupun khusus, penilaian
dan opini. Perawat perlu memastikann akurasi informasi dengan memeriksa data-data atau
dokumen lain.

Untuk dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam berpikir kritis dapat
ditempuh dengan berbagai cara atau metode, seperti; mengikuti pelatihan atau pendidikan
formal, beberapa cara berikut ini dapat membantu meningkatkan berpikir kritis.
a. Komunikasi
Komunikasi dalam pengertian proses penyampaian ide, pikiran, dan keahlian suatu
pihak kepada pihak lain, mempercepat proses pemahaman terhadap nilai-nilai baru. Selama
proses komunikasi berlangsung akan terjadi pertukaran informasi, masing-masing orang
akan mencurahkan isi pikirannya kepada orang lain. Komunikasi yang efektif akan
menghasilkan pengertian yang menyeluruh tentang pikiran dan perasaan seseorang.
Seorang perawat, semakin sering berkomunikasi dengan kliennya maka semakin
terlatih dan semakin baik kemampuan berpikirnya. Kemampuan berpikir intersubjektif yang
baik ini menyebabkan seseorang dapat mengerti informasi-informasi dari orang lain dengan
baik. Bentuk-bentuk komunikasi yang baik dilakukan dalam meningkatkan kemampuan
dan berpikir kritis banyak macamnya, diantaranya adalah diskusi, tanya jawab, melakukan
permainan-permainan yang melibatkan proses komunikasi, dan memberikan umpan balik
kepada pendapat orang lain. Hal terpenting dalam komunikasi adalah harus ada hubungan
yang sejajar antara peserta komunikasi.
b. Refleksi diri
Refleksi diri adalah suatu usaha untuk melihat kondisi diri kita, apa yang sudah kita
lakukan, dan apa-apa saja yang ada dalam diri kita. Ada dua cara refleksi diri, yakni
introspeksi dan retrospeksi. Introspeksi adalah suatu kegiatan di mana kita berusaha melihat
ke dalam diri kita apa saja yang ada di sana sekarang. Hal-hal yang kita lihat adalah
keseluruhan diri kita seperti pola pikir, nilai-nilai, perasaan dan sebagainya. Retrospeksi
adalah suatu kegiatan di mana kita berusaha melihat ke dalam diri kita apa saja yang sudah
dilakukan. Hal-hal yang kita lihat adalah keseluruhan dari apa yang sudah kita lakukan di
masa lalu, bisa dalam periode tertentu atau periode seluruh hidup. Retrospeksi ini sebaiknya
dilakukan berkaitan dengan introspeksi.
c. Penghayatan Proses
Penghayatan proses adalah kegiatan menelusuri proses terjadinya sesuatu, mencari
tahu mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi. Dengan melakukan kegiatan ini kita bisa lebih
mampu memahami mengapa sesuatu terjadi.

2.2.4 Model Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Penerapan pemikiran kritis dalam pendidikan keperawatan, dapat digunakan tiga
model, yaitu: feeling, vision model, dan examine model.
1. Feeling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir
kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam
melakukan aktifitas keperawatan dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam
pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian kepada
pernyataan serta pikiran klien.
2. Vision Model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan
menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan dan ide
tentang permasalahan perawatan kesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan untuk
mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon
ekspresi.
3. Examine Model
Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat menguji ide
dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat
untuk analisis, mencari, meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan
menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide. Model berpikir kritis dalam keperawatan
menurut para ahli,
a. Costa and colleagues (1985)
Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “the six Rs” yaitu:
1) Remembering (mengingat)
2) Repeating (mengulang)
3) Reasoning (memberi alasan)
4) Reorganizing (reorganisasi)
5) Relating (berhubungan)
6) Reflecting (merenungkan)

b. Lima model berpikir kritis


1) Total recall
2) Habits (kebiasaan)
3) Inquiry (penyelidikan/menanyakan keterangan)
4) New ideas and creativity
5) Knowing how you think (mengetahui apa yang kamu pikirkan)
2.2.5 Karakteristik Berpikir Kritis
Karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan adalah:
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan
konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang
kejadian, objek atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian, konseptualisasi merupakan
pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan
dalam otak.
2. Rasional dan Beralasan
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar
kuat dari fakta fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seseorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau presepsi
dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk
mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu
menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang berpikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran
dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat
dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan
menjadi benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis dingunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan,
mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.
8. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis,
sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat,
resespek tehadap kejelasan dan ketelitian, mencaripandangan-pandangan lain yang berbeda,
dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang diangapnya baik.
9. Kriteria (criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke
arah mana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun
sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pembelajaran, namun akan mempunyai
kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarlisasi maka haruslah
berdasarkan relevansi, keakuratan fakta-fakta, berdasarkan sumber yang kredibel, teliti,
tidak berasal dari logika yang keliru, logika yang konsisten dan pertimbangan yang matang.
10. Sudut pandang
Yaitu cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi
makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandanag sebuah fenomena dari
berbagai sudut pandang yang berbeda.

2.3 Tinjauan Proses Keperawatan


Perawat dalam melaksanakan proses keperawatan selalu dituntut untuk bertindak dan
memiliki keterampilan berpikir kritis sehingga dapat memberikan kualitas asuhan
keperawatan yang bermutu. Berikut ini tahap-tahap berpikir kritis dalam proses keperawatan
yaitu:
1. Berpikir Kritis dalam Tahap Pengkajian dan Diagnosis
adalah proses pemahaman tentang informasi apa yang dikumpulkan, metode
pengumpulan data yang akan dilakukan, berpikir tentang kesesuaian informasi, dan
membuat suatu kesimpulan tentang respon klien terhadap kondisi sehat sakitnya. Informasi
yang didapatkan sesuai dan dibutuhkan serta bagaimana intepretasinya, selain itu adanya
masalah yang berasal informasi data dimana sudah teridentifikasi terutama data yang penting
atau informasi Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulan dari hasil
pengkajian dan mengandung dua kategori mendasar, yaitu kekuatan dan perhatian terhadap
masalah kesehatan klien. Perhatian terhadap masalah meliputi kemampuan perawat untuk
mengatasi masalah secara mandiri, dan perlunya keterlibatan profesi lain dan bekerjasama
secara interdisiplin, serta perlu/tidaknya perawatan klien yang harus dirujuk ke tenaga
kesehatan lain. Dengan demikian berpikir kritis pada tahap pengkajian meliputi kegiatan
mengumpulkan data dan validasi. Perumusan diagnosis keperawatan merupakan tahap
pengambilan keputusan yang paling kritis, karena harus menentukan masalah dan
argumentasi secara rasional. Oleh karena itu, perlu dilatih sehingga lebih tajam dalam
mengidentifikasi masalah.
Keterampilan Berpikir Kritis dalam Tahap Pengkajian
yaitu membuat observasi yang terpercaya, membedakan data yang relevan dengan
tidak relevan, serta penting dan tidak penting, validasi data, organisasi data, kategori data
berdasarkan kerangka, Menganalisis asumsi.
Keterampilan Berpikir Kritis dalam Tahap Diagnosis
yaitu temukan pola rambu-rambu, mengidentifikasi kesenjangan data dan membuat
analisis, membuat hubungan interdisiplin, menegakkan masalah, menguji asumsi- asumsi,
bandingkan pola dengan norma, identifikasi faktor yang berkontribusi.
2. Berpikir Kritis dalam Tahap Perencanaan
adalah dalam perencanaan berarti menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan
hasil yang diharapkan. Selain iru juga memerlukan keterampilan guna mensintesisi ilmu
yang dimiliki untuk memilih tindakat yang tepat. Perencanaan asuhan keperawatan biasanya
ditulis berisikan di mana dan bagaimana menolong klien brdasarkan
responnya terhadap kondisi penyakit. Bekerjasamalah dengan klien untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya dan memutuskan masalah paling prioritas, begitu
juga mengembangkan tujuan perawatan dan bekerja.
Keterampilan Berpikir Kritis dalam Tahap Perencanaan
yaitu merumuskan perencanaan yang valid, transfer pengetahuan ke situasi nyata.
Menegakkan kriteria evaluasi, menegakkan hipotesis, membuat hubungan interdisiplin,
memprioritaskan masalah klien, berkolaborasi dengan disiplin lain.
3. Berpikir Kritis dalam Tahap Implementasi
yaitu tindakan dalam keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesis,
karena tindakan keperawatan adalah tindakan nyata yang menentukan tingkat keberhasilan
untuk mencapai tujuan. Bekerja melalui aktivitas khusus, yaitu asuhan keperawatan untuk
membantu mencapai tujuan dalam perencanaan keperawatan dengan selalu menggunakan
pikiran tentang apa yang harus dilakukan, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana
intervensi keperawatan itu dilakukan.
Keterampilan Berpikir Kritis dalam Tahap Implementasi
yaitu menerapkan pengetahuan ke bentuk tindakan perawatan, menggunakan
intervensi untuk menguji hipotesis.
4. Berpikir Kritis dalam Tahap Evaluasi
adalah dalam tahap evaluasi adalah mengkaji efektivitas tindakan di mana perawat
harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien, dan
memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang. Berpikir dan kumpulkan
informasi tentang respon klien setelah beberapa tindakan keperawatan dilakukan.
Bekerjasama dngan klien dalam rangka evaluasi tindakan keperawatan itu sangat penting.
Berpikir kritis dalam tahap menggunakan model konsep total recall.
Keterampilan Berpikir Kritis dalam Tahap Evaluasi
yaitu memutuskan apakah hipotesisnya benar dan membuat kriteria berdasarkan
evaluasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi,
prisip, argumen, kesimpulan, isu, pertanyaan, keyakinan, dan aktivitas. Berpikir kritis dalam
keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggungjawabkan
profesionalisme dan kualitas pelayan asuhan keperawatan. Dalam menjalankan tugasnya,
perawat tentu akan dihadapkan pada suatu kondisi dimana perawat tersebut akan
memutuskan tentang kondisi kesehatan klien atau pasien yang ia tangani. Kondisi kesehatan
pasien yaituterdiri dari pasien yang sehat dengan pasien yang sakit. Pemikiran kritisakan
sangat dibutuhkan karena menentukan skala kondisi kesehatan pasien tentu bukanlah hal
yang mudah untuk dilakukan. Mengambil keputusan secara tergesa ataupun tidak tepat akan
mempengaruhi kualitas serta kuantitas pelayanan kesehatan pasien. Apabila sang perawat
tidak berhati-hati. Terdapat kemungkinan pasien akan menerima perawatan yang tidak
sesuai dengan apa yang dibutuhkan.Untuk membantu perawat dalam mendata dan
memutuskan kondisi kesehatan pasien, perawat dibantu dengan sebuah catatan yang disebut
diagnosa. Diagnosa berisi tentang kondisi pasien secara spesifik. Diagnosa dapat dijadikan
sebuah acuan bagi pelayanan yang akan diberikan kepada pasien agar lebih cepat dan tepat.

3.2 Saran
Demikian atas ulasan dari makalah ini, apabila ada kekeliruan atau tidak jelasnya
dalam makalah ini dapat memberitahukan penulis, dan apabila ada kekurangan dari materi
ini diharapkan pembaca dapat membantu dalam memperbaiki makalah ini. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Pusdik.

Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.
Kozier. 2008. Fundamentals of Nursing:Concepts, Process, and Practice. New Jersey:
Prentice Hall Health.

Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4. Jakarta : EGC.
Potter, P.A & Perry, A.G. 2013. Fundamentals of nursing 8 th Ed. St.Louis, Missouri:
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai