Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

“KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN KEBUTUHAN CAIRAN, ELEKTROLIT


DAN KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK B
AISYAH PURNAMA SARI (1911312008)
AYYASA AMARA (1911312029)
BUNGA ANGRAYNI (1911312026)
ELMA SOVIA ZAIDIR (1911311044)
FERAWATI (1911311050)
LUTFIANA FAJRI (1911312002)
MOEDIS CHINTIA RIDANI (1911312011)
RAHMI EKA FAJRI (1911312017)
REGINA FATIKAHHEMAS (1911312020)
REGITA ANJELINA PUTRI M (1911312005)
SUCI AJENG SAFITRI (1911311047)
SUKMA DWI RAHMATULLAH (1911312014)
VITA DELFI YANTI (1911312023)
KELAS : 2A
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “Konsep dan Prinsip Kebutuhan kebutuhan Cairan,
Elektrolit dan Keseimbangan Cairan Elektrolit” dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak bisa untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah ini adalah sekumpulan materi tentang Konsep dan Prinsip Kebutuhan
kebutuhan Cairan, Elektrolit dan Keseimbangan Cairan Elektrolit yang dibuat untuk
memenuhi tugas di mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II

Makalah ini tidak hanya diambil dari satu sumber saja, melainkan dari berbagai
sumber.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada
dosen pembimbing dalam menyusun makalah ini.

Demikian,semoga makalah ini dapat bermanfaat terima kasih.

Padang, 19 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .........................................................................................

1.2 Tujuan Penulisan .....................................................................................

1.3 Manfaat ....................................................................................................

Bab II Kerangka Teori

2.1 Konsep Kebutuhan Cairan Elektrolit .......................................................

2.2 Keseimbangan Cairan Elektrolit ..............................................................

2.3 Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan

Normal Cairan Dan Elektrolit ...................................................................

2.4 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit .....................................

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. ......

3.2 saran ......................................................................................................... ......

Daftar Pustaka ......................................................................................................... ......


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya
termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang
60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit).

Cairan yang beredar di dalam tubuh baik intrasel maupun ekstrasel mengandung
elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit adalah unsur atau senyawa yang jika melebur
kedalam air atau pelarut lain akan pecah dan mampu membawa muatan listrik.

Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa
dalam tubuh berfungsi untuk mempertahankan kesehatan dan semua fungsi sistem
tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu konsep dan prinsip kebutuhan cairan, elektrolit, dan keseimbangan
cairan elektrolit ?

1.3Tujuan

1. Mengetahui konsep dan prinsip kebutuhan cairan, elektrolit, dan


keseimbangan cairan elektrolit.
BAB II
Kerangka Teori

2.1 Konsep Kebutuhan Cairan Elektrolit


Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan.
A. Distribusi Cairan Tubuh
Cairan tubuh didistribusi dalam dua kompertemen yang berbeda yaitu cairan
ekstrasel dan cairan intrasel.Ekstrasel terdiri dari cairan interstisial dan cairan
intravaskuler. Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada antara sebagian sel
tubuh dan sejumlah besar lingkungan cairan tubuh. 15 % berat tubuh merupakan cairan
interstisial.Cairan intravaskuler terdiri dari plasma yang menyusun tubuh sekitar 5%
dari berat manusia.Cairan intrasel adalah cairan di dalam membran sel yang berisi
substansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit
serta metabolisme.Cairan intrasel membentuk 40% dari berat tubuh.
Fungsi Cairan Tubuh :
1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
2. Transport nutrient ke sel.
3. Transport hasil sisa metabolisme.
4. Transport hormone.
5. Pelumas antar organ.
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiiovaskuler.
B. Pengaturan Cairan Tubuh
a. Asupan Cairan
Asupan cairan diatur melalui mekanisme haus yang berpusat di hipotalamus otak.
Stimulus fisiologi utama terhadap pusat rasa haus adalah peningkatan konsentrasi
plasma dan penurunan volume darah.
Apabila cairan yang hilang terlalu banyak maka Osmoreseptor akan mendeteksi
kehilangan tersebut dan mengaktifkan rasa haus. Faktor lain yang mempengaruhi rasa
haus adalah keringnya membran mukosa faring dan mulut, kehilangan kalium, dan
faktor-faktor psikologi. Air dapat juga diperoleh dari asupan makanan seperti sayur,
buah, daging, serta dari oksidasi bahan makanan. Orang yang hilang kesadaran dan
bayi tidak dapat merasakan haus pada dirinya sehingga mereka beresiko mengalami
dehidrasi.
b. Haluaran Cairan
Cairan terutama di keluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal. Pada
orang dewasa ginjal setiap menit menerima sekitar 125ml plasma untuk disaring dan
memproduksi urin sekitar 60ml(40-80ml). jumlah urin dipengaruhi oleh hormone
antidiuretik dan aldosteron.
Kehilangan air tak kasat mata terjadi secara terus menerus dan tak dapat
dirasakan oleh manusia. Kehilangan air secara kasat mata terjadi melalui keringat yang
berlebih dan dapat dirasakan oleh individu. Jumlah pengeluaran keringat ini secara
langsung berhubungan dengan banyaknya olah raga, suhu lingkungan dan aktivitas
metabolik.
Paru-paru juga mengalami kehilangan air yang tidak dapat dirasakan oleh
individu. Kehilangan cairan dapat meningkat sebagai respon terhadap adanya
perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan seperti yang terjadi pada seseorang
yang melakukan olah raga berat atau seseorang yang sedang demam. Selain itu, alat
untuk memberikan oksigen dapat meningkatkan kehilangan air yang tidak dirasakan
dari paru-paru karena oksigen lebih kering dibanding dengan udara lain. Muntah dan
diare akan meningkatkan jumlah pengeluaran cairan dari saluran pencernaan.
c. Hormon
Hormon utama yang dapat mempengaruhi seimbangan cairan dan elektrolit
adalah ADH dan Aldosteron. Keadaan kurang air akan meningkatkan osmolalitas darah
dan keadaan ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH
akan menurunkan produksi air dengan cara meningkatkan reabsorbsi cairan dalam
tubulus ginjal.
Aldesteron adalah mineralokortikoid yang dihasilkan oleh korteks adrenal.
Aldesteron mengatur keseimbangan-keseimbangan natrium dan kalium dengan cara
mensekresikan kalium dalam tubulus ginjal dan mengabsorsi natrium. sehingga air juga
akan direabsorbsi dan dikembalikan kecairan darah.
Selain dari dua hormon di atas juga ada yang dinamakan glukokortikoid yang
membantu dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Kelebihan hormon di dalam
sirkulasi akan menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang dikenal dengn
sindrom cushing.
C. Pengaturan Elektrolit
1. Kation
Kation utama yaitu Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca2+) dan
Magnesium (Mg2+) yang terdapat didalam cairan intrasel dan ekstrasel. Kerja ion-ion
ini mempengaruhi transmisi neurokimia dan transmisi neuromuscular yang
mempengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas jantung, alam perasaan dan
perilaku serta fungsi saluran pencernaan.
Natrium merupakan kation yang paling banyak jumlahnya dalam cairan ektrasel.
Ion natrium terlibat dalam mempertahankan keseimbangan air, mentransmisi impul
saraf dan melakukan kontraksi otot. Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron dan
haluaran urin. Sumber utama natrium adalah garam dapur, daging yang telah diolah,
makanan ringan dan makanan kaleng.
Kalium merupakan kation intrasel utama yang mengatur rangsangan
neomuskular dalam kontraksi otot. Sumber kalium utama pada gandum utuh, daging,
polong-polongan, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium diatur oleh ginjal. Suatu
kondisi yang menurunkan haluaran urin akan menurunkan ekskresi kalium.
Mekanisme pengaturan lain adalah dengan pertukaran ion kalium dengan ion natrium
ditubulus ginjal. Bila natrium dipertahankan, kalsium akan dieksresi.
Kalsium didalam cairan ektrasel diatur melalui kerja kelenjar parateroid dan
teroid. Hormon parateroid mengontrol keseimbangan kalsium tulang, absorbsi kalsium
digastro intestinal dan ekskresi kalsium diginjal.
Magnesium diekskresi melalui mekanisme ginjal. Perubahan kadar magnesium
sering dihubungkan dengan penyakit yang serius dan menghasilkan gejala-gejala yang
mencerminkan adanya perubahan fungsi neuromuscular dan kardiofaskular.
2. Anion
Anion utama adalah klorida (Cl-), Bikarbonat (Hco3-) dan fosfat (PO3-).
Keseimbangan klorida dipertahankan melalui asupan makanan dan ekskresi serta
reabsorbsi renal.
 Pengaturan bikarbonat
Apabila tubuh memerlukan lebih banyak basa, ginjal akan mereabsorbsi
bikarbonat dalam jumlah yang lebih besar dan bikarbonat tersebut akan dikembalikan
ke dalam cairan ektrasel.
 Pengaturan fosfat
Fosfat secara normal diabsorbsi melalui saluran gastrointestinal. Kalsium dan
fosfat berbanding terbalik secara proporsional. Jika salah satunya naik maka yang lain
turun.

2.2 Keseimbangan Cairan Elektrolit


Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam
basa dalam tubuh berfungsi untuk mempertahankan kesehatan dan semua fungsi sistem
tubuh. Keseimbangan dipertahankan melalui asupan asupan dan keluaran dan
elektrolit, penyebaran dalam tubuh, serta diatur melalui sistem perkemihan dan
pernapasan. Tubuh mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam variasi
asupan dan keluaran.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter
penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam
dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut.
A. Pengaturan volume cairan ekstra sel
Cairan didalam tubuh didistribusikan dalam dua komponen yaitu intrasel dan
ekstrasel. Cairan intrasel terdiri atas semua cairan yang berada dalam sel tubuh, sekitar
42% dari jumlah total berat badan. Cairan ekstrasel adalah semua cairan yang berada
diluar sel, dan cairan ekstrasel membentuk hingga 17%dari berat badan total.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah
arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan
ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak
volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan
tekanan darah jangka panjang. Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan
dengan cara sbb.:
a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air
Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka
harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam
tubuh. Hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan
antara tubuh dengan lingkungan luarnya.
b. Memperhatikan keseimbangan garam
Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu
dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.
Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah
garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi,
seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih
dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam
urin untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara:
1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate(GFR).
2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang
berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting.
Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma
dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri .
Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide
(ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air.
Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi akibat
peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus
ginjal meningkatkan eksresi urin sehingga mengembalikan volume darah
kembali normal.

B. Pergerakan Cairan
Masing-masing kompartemen tubuh dipisahkan oleh dinding dinding sel dan membran
kapiler. Cairan dan elektrolit terrus menerus bergerak dari satu kompartemen ke
kompartemen lainnya untuk memfasilitasi proses tubuh seperti oksigenasi jaringan ,
keseimbangan asam basa dan membentuk urin. Air berpindah dari satu sel ke sel
lainnyadengan mudah karena membran sel yang memisahkan yang memisahkan
kompartemen cairan tubuh bersifat permeabel.namun molekul dan ion berpindah
dengan lambat melalui membran sel . semakin besar molekul sel, maka semakin lama
waktu yang dibutuhkan untuk berpindah dari satu sel kesel lainnya melalui membran
sel. Cairan dan zat terlarut bergerak melalui membran berdasarkan empat proses yaitu
osmosis, difusi, filtrasi dan transfor aktif.
Osmosis merupakan proses perpindahan pelarut seperti air melalui membran
semipermeabel, dari area yang memiliki konsentrasi tinggi ke area yang konsentrasi
rendah. Osmsis berfungsi untuk menyeimbangkan konsentrasi molekul pada kedua sisi
membran.
Difusi merupakan perpindahan zat terlarut (gas atau padat) yang berada dalam
larutan melalui membran semipermeabel dari area berkonsentrasi tinggi ke area yang
berkonsentrasi rendah. Perpindahan tersebut menyebabkan distribusi zat terlarut sama
pada semua larutan.. misalnya pada saat menuangkan es krim dalam segelas kopi,
maka krim yang tidak bercampur dengan kopi akan berdifusi ke seluruh kopi dalam
gelas(Chernecky et al, 2006).
Filtrasi merupakan proses dimana cairan dan subtansi yang dapat berdifusi
bergerak bersama-sama melalui membran. Karena tekanan cairan yang bergerak dari
tekanan yang lebih besar ke tekanan yang lebih kecil.
Transpor Aktif tidak seperti difusi, osmosis dan filtrasi. Transpor aktif
memerlukan aktivitas metabolik dan energi untuk memindahkan subtansi melalui
membran sel. Hal ini dapat memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari
pada yang dapat diterima oleh sel. dan memindahkan atau menggerakan molekul dari
area yang berkonsentrasi rendah ke area yang berkonsentrasi tinggi.

C. Pengaturan Osmolaritas Cairan Ekstrasel


Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam
suatu larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau
semakin rendah konsentrasi air dalam larutan tersebut. Air akan berpindah dengan cara
osmosis dari area yang konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi)
ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat
menembus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium merupakan solut
yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan di dalam cairan intrasel, ion
kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel.
Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan
kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua
kompartmen ini.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui:
a. Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan
osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urin yang sesuai dengan
keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di duktus koligen. Glomerulus
menghasilkan cairan yang isosmotic di tubulus proksimal (± 300 mOsm).
Dinding tubulus ansa Henle pars desending sangat permeable terhadap air,
sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa
recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi
hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars asenden tidak permeable terhadap air
dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan
reabsorbsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus
distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus
distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin
(ADH). Sehingga urin yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di
keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya
vasopresin/ ADH.
b. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (anti diuretic hormone/ ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan
merangsang osmoreseptor di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan
ke neuron hypothalamus yang menyintesis vasopressin. Vasopresin akan
dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan
reseptornya di duktus koligen. Ikatan vasopressin dengan resptornya di duktus
koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian
apeks duktus koligen. Pembentukan aquaporin ini memungkinkan terjadinya
reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk di
duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di
dalam tubuh tetap dapat dipertahankan.
Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypothalamus akibat
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus
di hypothalamus sehingga terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan
di dalam tubuh kembali normal. Pengaturan Neuroendokrin dalam
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit
diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat
informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melali
baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotiikus, osmoreseptor di hypothalamus,
dan volumereseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem
endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan
cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ ADH dengan
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan
volume cairan tubuh, maka hormone atripeptin (ANP) akan meningkatkan
ekskresi volume natrium dan air . Perubahan volume dan osmolaritas cairan
dapat terjadi pada beberapa keadaan. Sebagai Contoh Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit diantaranya ialah umur,
suhu lingkungan, diet, stress, dan penyakit.

2.3 Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit


1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,
usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik,
serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh
yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang
diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju
metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal
orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar
dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan
aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi
oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di
lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang rendah akan
lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang
yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan
sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di
lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada
ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas
dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan
penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti
deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar
sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita
diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan
melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal
menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan melakukan
penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban
cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru.
Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan
cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan
banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga
produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal
akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan
reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami
kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya,
saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria
(produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang
dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi
defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium
sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban
cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau
sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia.

2.4 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


1. Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan
keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika
sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang.
Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak
diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga
menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal
tersebut, terdapat empat kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)
2. Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut
juga hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan
pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial
seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu,
seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi
saluran pencernaan.
3. Defisit Cairan
Faktor Resiko :
a. kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung) tanda klinis
: kehilangan berat badan.
b. ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan
depresi konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan darah.
4. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat
kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah
proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan
kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah
dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang vascular. Kondisi
ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko
mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami
penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi
lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan
air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon
diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar. Pemberian
cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran darah.
5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit
dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya
retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan
cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam
serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan.
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
a. Asupan natrium yang berlebihan
b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien
dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung
(gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
d. Kelebihan steroid.
e. Kelebihan Volume Cairan

Factor resiko :
a) Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena Tanda klinis
: penambahan berat badan
b) Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan Tanda
klinis : edema perifer dan nadi kuat
6. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar
dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema).
Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local
atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi
ketika adapeningkatan produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan
interstisial.
Hal ini dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang
menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia,
obstruksisirkulasi vena) yang menyebabkan cairan dalam pembuluh
darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade
limfatik).
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan
setelah dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat
pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi
tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan
natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan
edema non pitting.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan. Konsep-Konsepnya antara lain: 1)Distribusi cairan tubuh, 2)
Pengaturan cairan tubuh, 3) Pengaturan elektrolit.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Pengaturan keseimbangan cairan antara lain yaitu, 1)Pengaturan
volume cairan ekstra sel, 2)Pergerakan Cairan, 3)Pengaturan Osmolaritas Cairan
Ekstrasel.
Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit antara
lain yaitu, usia, aktifitas, iklim, diet, stres, penyakit, tingkatan medis, pengobatan,
pembedahan.
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit juga terdiri dari,
Ketidakseimbangan cairan, Defisit Volume Cairan, Defisit Cairan, Dehidrasi,
Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia), Edema.

3.2 SARAN

Suatu cairan sangat dibutuhkan dalam kondisi tubuh, tetapi cairan itu bukan
didapatkan hanya dari air putih saja, tetapi juga dari berbagai makanan dan minuman
lain yang kita konsumsi yang didalamnya juga terdiri dari air. Walaupun begitu, kita
sebaiknya lebih banyak lagi mengkonsumsi air putih daripada minuman-minuman
yang lain, yang belum tentu baik untuk dikonsumsi seperti kafein, gula, dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Potter & perry. 2006. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik . Jakarta
: EGC.

Potter P.A. & Perry, A.G. 2010. Fundamental Keperawatan (3-vol set). Edisi Bahasa
Indonesia 7. Singapore : Elsevier Pte.Ltd.

Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Keseimbangan


Cairan & Elektrolit. Jakarta: ECG.

Sutanto, Andina Vita dan Yuni Fitriana. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta : Pusaka
Barupress.

Anda mungkin juga menyukai