MANAJEMEN NYERI
Dosen Pengampu :
Ns. Ashar Prima, M. Kep.
Disusun Oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
BEKASI, 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, atas berkat karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
tugas Keperawatan Paliatif “Makalah Manajemen Nyeri”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Keperawatan Paliatif. Dalam penyusunan
makalah ini tentu penulis, mengalami berbagai hambatan. Namun, berkat petunjuk, bimbingan,
dan dorongan dari semua pihak, maka tugas ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, karena
kekurangan dan keterbatasan yang ada pada diri penulis. Demi sempurnanya penulisan ini,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk penulisan
selanjutnya yang lebih baik.
1. Ns. Ashar Prima, M. Kep, Selaku Dosen Bidang Studi Keperawatan Paliatif.
2. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan pembuatan makalah.
Dengan rasa kerendahan hati Penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Kelompok 1
2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Nyeri?
2. Jelaskan Etiologi Nyeri?
3. Jelaskan Klasifikasi Nyeri?
4. Jelaskan Patofisiologi?
5. Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri?
6. Jelaskan Mekanisme Nyeri?
7. Jelaskan Efek Nyeri?
8. Bagaimana Pengkajian Nyeri?
9. Apa Saja Peran Perawat?
10. Bagaimana Pengukuran Skala Nyeri?
11. Jelaskan Diagnostik Nyeri?
12. Jelaskan Pain Management?
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan untuk
memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang Manajemen Nyeri.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Nyeri
2. Untuk Mengetahui Jelaskan Etiologi Nyeri
3. Untuk Mengetahui Jelaskan Klasifikasi Nyeri
4. Untuk Mengetahui Jelaskan Patofisiologi
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
6. Untuk Mengetahui Jelaskan Mekanisme Nyeri
7. Untuk Mengetahui Jelaskan Efek Nyeri
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengkajian Nyeri
9. Untuk Mengetahui Apa Saja Peran Perawat
10. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengukuran Skala Nyeri
11. Untuk Mengetahui Jelaskan Diagnostik Nyeri
12. Untuk Mengetahui Jelaskan Pain Management
4. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah mahasiswa menjadi
mengerti tentang Manajemen Nyeri, sehingga mahasiswa dapat menambah wawasan
tentang Manajemen Nyeri.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan
nyeri sebagai “an unpleasant sensory and emotional experience which we primarily
associate with tissue damage or describe in terms of such damage, or both”. Definisi
ini menyatakan bahwa nyeri merupakan phenomena kombinasi dari aspek sensory,
emosional, kognitif dan eksistensi dari keadaan pathology fisik tidaklah mutlak
muncul pada pasien yang sedang mengalami nyeri. (The IASP, dalam Parrot,2002)
Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang timbul bila mana
jaringan sedang dirusak yang menyebabkan individu tersebut bereaksi dengan cara
memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2008 dalam Saifullah, 2015).
Nyeri menurut Rospond (2008) merupakan sensasi yang penting bagi tubuh.
Sensasi penglihatan, pendengaran, bau, rasa, sentuhan, dan nyeri merupakan hasil
stimulasi reseptor sensorik, provokasi saraf-saraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi
ketidaknyamanan, distress, atau menderita.
Menurut Handayani (2015) nyeri adalah kejadian yang tidak menyenangkan,
mengubah gaya hidup dan kesejahteraan individu.
Menurut Andarmoyo (2013) nyeri adalah ketidaknyamanan yang dapat
disebabkan oleh efek dari penyakit-penyakit tertentu atau akibat cedera.
Sedangkan menurut Kozier & Erb dalam Nurrahman (2009) mengatakan bahwa
nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat
dibagi dengan orang lain.
2. ETIOLOGI
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, thermos,
elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi), gangguan sirkulasi
darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis
(Handayani, 2015).
3. KLASIFIKASI NYERI
Klasifikasi nyeri berdasarkan beberapa hal adalah sebagai berikut :
1. Nyeri berdasarkan tempatnya Menurut Irman (2007) dalam Handayani (2015)
dibagi menjadi empat yaitu :
a. Pheriperal pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri ini termasuk nyeri
pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri
dikulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila
hanya kulit yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai menyengat, tajam,
meringis, atau seperti terbakar.
b. Deep pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam (nyeri
somatik) atau pada organ tubuh visceral. Nyeri somatis mengacu pada nyeri
yang berasal dari otot, tendon, ligament, tulang, sendi dan arteri. Struktur-
struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi sering tidal
jelas.
c. Reffered pain
Merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/ struktur dalam
tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda bukan dari
daerah asalnya misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan dengan
iskemia jantung atau serangan jantung.
d. Central pain
Merupakan nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer
pada sistem saraf pusat seperti spinal cord, batang otak, thalamus, dan lain-lain.
3. Nyeri berdasarkan ringan beratnya Nyeri ini dibagi ke dalam tiga bagian (Wartonah,
2005 dalam Handayani 2015) sebagai berikut :
a. Nyeri ringan
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas ringan. Nyeri ringan biasanya
pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik.
b. Nyeri sedang
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Nyeri sedang
secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri
dan mendiskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
c. Nyeri berat
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas berat. Nyeri berat secara
obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.
4. PATOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri tersebar pada kulit dan mukosa dimana reseptor nyeri memberikan
respon jika adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimia
seperti histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam yang terlepas
apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen. Stimulasi yang
lain dapat berupa termal, listrik, atau mekanis (Smeltzer & Bare, 2002). Nyeri dapat
dirasakan jika reseptor nyeri tersebut menginduksi serabut saraf perifer aferen yaitu
serabut A-delta dan serabut C. Serabut Adelta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri
dengan cepat, sensasi yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi
intensitas nyeri. Serabut C tidak memiliki myelin, berukuran sangat kecil,
menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan terus-menerus (Potter &
Perry, 2005). Ketika serabut C dan A-delta menyampaikan rangsang dari serabut saraf
perifer maka akan melepaskan mediator biokimia yang aktif terhadap respon nyeri,
seperti : kalium dan prostaglandin yang keluar jika ada jaringan yang rusak. Transmisi
stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut saraf aferen sampai berakhir di bagian
kornu dorsalis medulla spinalis. Didalam kornu dorsalis, neurotransmitter seperti
subtansi P dilepaskan sehingga menyebabkan suatu transmisi sinapsis dari saraf perifer
ke saraf traktus spinolatamus. Selanjutnya informasi di sampaikan dengan cepat ke
pusat thalamus (Potter & Perry, 2005).
6. MEKANISME NYERI
Menurut Asmadi (2008) Ada beberapa teori yang menjelaskan mekanisme nyeri. Teori
tersebut diantaranya :
1. Teori Spesifik
Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh melalui
saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap indra perasa bersifat spesifik, artinya saraf
sensoris dingin hanya dapat diransang oleh sensasi dingin. Menurut teori ini,
timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujjung serabut
saraf bebas oleh perubahan mekanik, ransangan kimia atau temperature yang
berlebihan, persepsi nyeri yang dibawa serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh
spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di thalamus.
2. Teori Intensitas
Nyeri adalah hasil ransangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap ransangan
sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat.
3. Teori Gate Control
Teori ini menjelaskan mekanisme transisi nyeri. Kegiatannya tergantung pada
aktifitas saraf afferen berdiameter besar atau kecil yang dapat memengaruhi sel
saraf di substansia gelatinosa. Aktivitas serat yang berdiameter besar menghambat
transmisi yang artinya pintu di tutup sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil
mempermudah transmisi yang artinya pintu dibuka.
7. EFEK NYERI
Nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek yang membahayakan
diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya. Selain merasakan ketidaknyamanan dan
mengganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat mempengaruhi sistem pulmonary,
kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dan immunologic. Nyeri kronis juga
mempunyai efek yang merugikan, supresi fungsi imun yang berkaitan dengan nyeri
kronis dapat meningkatkan pertumbuhan tumor, juga dapat menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan (Smeltzer, 2001:214).
8. PENGKAJIAN NYERI
Tidak ada cara yang tepat untuk menjelaskan seberapa berat nyeri seseorang. Individu
yang mengalami nyeri adalah sumber informasi terbaik untuk menggambarkan nyeri
yang dialami (Mohamad, 2010). Beberapa hal yang dikaji untuk menggambarkan nyeri
seseorang antara lain adalah riwayat nyeri.
1. P : Provokasi (penyebab terjadinya nyeri) Tenaga kesehatan harus mengkaji faktor
penyebab terjadinya nyeri pada klien, bagian tubuh mana yang terasa nyeri
termasuk menghubungkan antara nyeri dan faktor psikologis. Karena terkadang
nyeri itu bisa muncul tidak karena luka tetapi karena faktor psikologisnya.
2. Q : Quality Kualitas nyeri yaitu ungkapan subyektif yang diungkapkan oleh klien
dan mendeskripsikan nyeri dengan kalimat seperti ditusuk, disayat, ditekan, sakit
nyeri atau superfisial.
3. R : Region Untuk mengkaji lokasi nyerinya, tenaga kesehatan meminta klien untuk
menyebutkan bagian mana saja yang dirasakan tidak nyaman. Untuk mengetahui
lokasi yang spesifik tenaga kesehatan meminta klien untuk menunjukkan nyeri yang
paling hebat.
4. S : Severe Untuk mengetahui dimana tingkat keparahan nyeri, hal ini yang paling
subyektif dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri,
kualitas nyeri ini bisa digambarkan melalui skala nyeri.
5. T : Time Yang harus dilakukan dalam pengkajian waktu adalah awitan, durasi, dan
rangkaian nyeri yang dialami. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri,
berapa lama nyeri itu muncul dan seberapa sering untuk kambuh.
9. PERAN PERAWAT
Peran perawat dalam menangani nyeri yang di alami pasien menurut Doctherman dan
Bulecheck dalam buku Nursing Interventions Classification (2004) adalah :
1. Mencari faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya nyeri yang dialami pasien
2. Mengevaluasi riwayat nyeri pasien dan keluarga dalam menghadapi nyeri
3. Mengevaluasi efektivitas tindakan pengendalian nyeri yang telah di lakukan pada
masa lalu
4. Membantu memberi dukungan pada pasien dan keluarga
5. Menentukan berapa sering melakukan penilaian dan pemantauan kenyamanan pasien
6. Memberi informasi kepada pasien tentang nyeri pasien seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan berlangsung dan prosedur yang akan dilakukan
7. Mengurangi dan menghilangkan faktor-faktor yang memicu atau menyebabkan nyeri
(misalnya ketakutan, kelelahan, kurangnya pengetahuan)
8. Kaji penggunaaan metode farmakologi nyeri pasien
9. Berkolaborasi dengan pasien dan profesionalisme kesehatan lainnya untuk memilih
dan menerapkan farmakologi yang sesuai
10. Mengevaluasi efektifitas langkah-langkah control nyeri yang digunakan melalui
penilaian yang berkelanjutan
11. Menyarankan pasien untuk istirahat dalam mengurangi nyeri
12. Mendorong pasien untuk mendiskusikan rasa nyeri yang dialaminya
13. Memberikan informasi kepada perawat lainnya serta anggota keluarga mengenai
strategi managemen nyeri non farmakologi
14. Menggunakan pendekatan multidisiplin untuk managemen nyeri
15. Pertimbangkan kesediaan pasien untuk berpartisipasi, kemampuan pasien
berpartisipasi untuk memilih strategi nyeri
16. Mengajarkan prinsip-prinsip managemen nyeri
17. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi (misalnya relaksasi, terapi musik,
distraksi,terapi aktifitas, akupresur, terapi es dan panas, masase dll
10. PENGUKURAN SKALA NYERI
1. Numeric Rating Scale (NRS)
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat dan ringannya
rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat
subyektif nyeri. Skala numeric dari 0 (nol) hingga 10 (sepuluh) (Potter & Perry,
2005 dalam Handayani, 2015).
a. Skala 0 : Tanpa nyeri
b. Skala 1-3 : Nyeri ringan
c. Skala 4-6 : Nyeri sedang
d. Skala 7-9 : Nyeri berat
e. Skala 10 : Nyeri sangat berat
b. Efflurage Massage
Effleurage adalah bentuk masase dengan menggunakan telapak tangan
yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan arah sirkular
secara berulang (Reeder dalam Parulian, 2014). Langkah-langkah melakukan
teknik ini adalah kedua telapak tangan melakukan usapan ringan, tegas dan
konstan dengan pola gerakan melingkari abdomen, dimulai dari abdomen
bagian bawah di atas simphisis pubis, arahkan ke samping perut, terus ke fundus
uteri kemudian turun ke umbilicus dan kembali ke perut bagian bawah diatas
simphisis pubis, bentuk pola gerakannya seperti “kupu-kupu”. Masase ini
dilakukan selama 3–5 27 menit dan berikan lotion atau minyak/baby oil
tambahan jika dibutuhkan (Berman, Snyder, Kozier, dan Erb, 2009). Effleurage
merupakan teknik masase yang aman, mudah untuk dilakukan, tidak
memerlukan banyak alat, tidak memerlukan biaya, tidak memiliki efek samping
dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain (Ekowati, 2011).
c. Distraksi
Distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada
nyeri dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan
mekanisme terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Distraksi diduga dapat
menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, yang
mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak
(Smeltzer and Bare, 2002).
d. Terapi Musik
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan
gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental (Eka, 2011). Perawat dapat menggunakan
musik dengan kreatif di berbagai situasi klinik, pasien umumnya lebih
menyukai melakukan suatu kegiatan memainkan alat musik, menyanyikan lagu
atau mendengarkan musik. Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati
individu, merupakan pilihan yang paling baik (Elsevier dalam Karendehi,
2015). Musik menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi,
kesunyian, ruang dan waktu. Musik harus didengarkan minimal 15 menit
supaya dapat memberikan efek terapiutik. Dalam keadaan perawatan akut,
mendengarkan musik dapat memberikan hasil yang sangat efektif dalam upaya
mengurangi nyeri (Potter & Perry, 2005).
i. Aromaterapi
Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan
yang digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan (Primadiati, 2002).
Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung
melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem penciuman.
Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan emosi
seseorang. Beberapa jenis aromaterapi yang digunakan dalam menurunkan
intensitas nyeri adalah aromaterapi lemon dan aromaterpi lavender.
Aromaterapi lemon merupakan jenis aroma terapi yang dapat digunakan untuk
mengatasi nyeri dan cemas. Zat yang terkandung dalam lemon salah satunya
adalah linalool yang berguna untuk menstabilkan sistem saraf sehingga dapat
menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang menghirupnya (Wong dalam
Purwandari, 2014).
Aromaterapi selain lemon untuk pereda nyeri lainnya adalah
aromaterapi lavender. Aromaterapi lavender bermanfaat untuk relaksasi,
kecemasan, mood, dan pada pasca pembedahan menunjukkan terjadinya
penurunan kecemasan, perbaikan mood, dan terjadi peningkatan kekuatan
gelombang alpha dan beta yang menunjukkan peningkatan relaksasi.
Gelombang alpha sangat bermanfaat dalam kondisi relaks mendorong aliran
energi kreativitas dan perasaan segar dan sehat (Bangun, 2013). Kondisi
gelombang alpha ideal untuk perenungan, memecahkan masalah, dan
visualisasi, bertindak sebagai gerbang kreativitas seseorang. Minyak lavender
adalah salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki efek menenangkan.
Menurut penelitian yang dilakukan terhadap tikus, minyak lavender memiliki
efek sedasi yang cukup baik dan dapat menurunkan aktivitas motorik mencapai
78%, sehingga sering digunakan untuk manajemen stres. Beberapa tetes minyak
lavender dapat membantu menanggulangi insomnia, memperbaiki mood
seseorang, dan memberikan efek relaksasi (Bangun, 2013).
j. Kompres Dingin
Metode sederhana yang dapat di gunakan untuk mengurangi nyeri yang
secara alamiah yaitu dengan memberikan kompres dingin pada area nyeri, ini
merupakan alternatif pilihan yang alamiah dan sederhana yang dengan cepat
mengurangi rasa nyeri selain dengan memakai obat-obatan. Terapi dingin
menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf
sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit (Price, Sylvia &
Anderson dalam Rahmawati, 2014). Kompres dingin merupakan suatu prosedur
menempatkan suatu benda dingin pada tubuh bagian luar. Dampak fisiologisnya
adalah vasokontriksi pada pembuluh darah, mengurangi rasa nyeri, dan
menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot (Tamsuri, 2007).
k. Kompres Hangat
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat
yang dapat menimbulkan efek fisiologis (Anugraheni, 2013). Kompres hangat
dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan merelaksasikan otot-otot yang
tegang (Price, Sylvia & Wilson, 2005). Kompres hangat dilakukan dengan
mempergunakan buli-buli panas atau kantong air panas secara konduksi dimana
terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan
menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan
ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang
(Smalzer & Bare, 2002).
l. Tehnik Akuplesur
Akhir-akhir ini terapi non farmakologi banyak menjadi pilihan
masyarakat terutama ibu bersalin untuk mengatasi nyeri persalinan. Terapi non
farmakologi yang juga sering disebut sebagai terapi komplementer, salah
satunya adalah teknik akupresur titik pada tangan, memiliki banyak kelebihan
antara lain mudah diterapkan dan cukup aman (tidak menimbulkan resiko)
dibanding terapi farmakologi. Akupresur disebut juga akupunktur tanpa jarum,
atau pijat akupunktur. Teknik ini menggunakan tenik penekanan, pemijatan, dan
pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi. Teknik akupresur
ini dapat menurunkan nyeri. Sedangkan teknik akupresur titik pada tangan yaitu
dilakukan pada titik yang terletak sepanjang lipatan tangan ketika jari-jari
menyatu pada telapak tangan. Titik ini membantu pelepasan endorphin ke
dalam tubuh sehingga sangat membantu untuk menurunkan nyeri saat kontraksi
(Suroso, 2013).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual
yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran
seseorang, mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang
sulit dikomunikasikan oleh klien (Berman, 2009).
Menurut International Association for the Studi of Pain (IASP), penyebab nyeri
pada anak tidak hanya dari penyakit yang mengancam jiwa seperti kanker, tetapi juga
cidera, operasi, luka bakar, infeksi, dan efek kekerasan. Anak-anak juga mengalami
nyeri dari banyak prosedur dan penyelidikan yang digunakan oleh dokter dan perawat
untuk menyelidiki dan mengobati penyakit (Finley, 2005).
Bila pengelolaan nyeri dan penyebab nyeri akut tidak dilaksanakan dengan baik, nyeri
itu dapat berkembang menjadi nyeri kronik. Beberapa prinsip dalam manajemen nyeri
sebagai berikut :
1. Pasien yang mengeluh nyeri, berarti mereka betul-betul merasa nyeri. Mereka perlu
didengarkan dan dipercaya.
2. Tidak ada pola fisiologis atau perilaku yang bisa digunakan untuk membuktikan
bahwa seseorang sedang berpura-pura nyeri.
3. Operasi yang sama mungkin akan menghasilkan kebutuhan analgesia yang
bervariasi pada berbagai pasien.
4. Derajat nyeri yang sama mungkin diekspresikan dengan cara berbeda oleh pasien.
5. Opioid yang diberikan untuk nyeri akut tidak menyebabkan adiksi obat.
6. Nyeri hebat setelah pembedahan bisa dicegah. Cari sebab-sebab nyeri yang bisa
diatasi, tetapi jangan tunda analgesia dengan alasan takut menyelubungi tanda-
tanda bedah.
7. Dosis tepat dari analgesik opioid adalah ‘cukup dan sering cukup’.
8. Manfaat maksimum dengan efek samping paling sedikit sering diperoleh dengan
kombinasi berbagai obat dengan cara pemberian berbeda (misal opioid dan AINS
dan anestesi lokal) .
Diagnostik nyeri sesuai dengan usaha untuk mencari penyebab terjadinya nyeri
Penyebabnya biasanya lebih mudah dapat ditentukan, sehingga penanggulangannya
biasanya lebih mudah pula. Nyeri akut ini akan mereda dan hilang seiring dengan
laju proses penyembuhan jaringan yang sakit.
Diagnosa penyebab nyeri akut harus ditegakkan lebih dahulu. Bersamaan
dengan usaha mengatasi penyebab nyeri akut, keluhan nyeri penderita juga diatasi.
Pengobatan yang direncanakan untuk menangulangi nyeri harus diarahkan kepada
proses penyakit yang mendasarinya untuk mengendalikan nyeri tersebut.
Pemahaman tentang patofisiologi terjadinya nyeri sangatlah penting sebagai
landasan menanggulangi nyeri yang diderita oleh penderita. Semua obat analgetika
efektif untuk menanggulangi nyeri akut ini.
2. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga
penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga
makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi
kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA