Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT LEUKIMIA PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

1. Istiana Rahayu (043295030017)

2. Devi Setiawati (043295030006)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BANI SALEH

BEKASI
KATA PENGANTAR
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Leukemia Myeloid Aku


1. Pengertian Leukemia Myeloid Akut
Leukemia adalah suatu tipe dari kanker yang berasal dari kata Yunani leukos-
putih, haima-darah. Leukemia adalah kanker yang mulai dari sel-sel darah. Penyakit
ini terjadi ketika sel darah memiliki sifat kanker yaitu membelah tidak terkontrol dan
menggangu pembelahan sel darah normal. Leukemia (kanker darah) adalah jenis
penyakit kanker yang menyerang sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum
tulang (bone marrow) (Padila, 2013). Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang
abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal,
jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombisitopeni dan diakhiri
dengan kematian (Nurarif & Kusuma, 2015).
Leukemia Myeloid Akut merupakan leukemia yang mengenai sel stem
hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel myeloid. Leukemia Myeloid
Akut merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi (Nurarif &
Kusuma, 2015). Leukemia myeloid akut (LMA) adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri
myeloid. Bila tidak diatasi, penyakit ini akan mengakibatkan kematian secara cepat
dalam kurun waktu beberapa minggu sampai bulan sesudah diagnosis (Sudoyo,
Setiyohadi, Alwi, K, & Setiati, 2010).
2. Etiologi Leukemia Myeloid Akut
Penyebab dari penyakit leukemia tidak diketahui secara pasti. Faktor yang
diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia (Padila, 2013) yaitu :
a. Radiasi
Berdasarkan laporan riset menunjukkan bahwa :
1) Para pegawai radiologi berisiko untuk terkena leukemia.
2) Pasien yang menerima radioterapi berisiko terkena leukemia.
3) Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom
Hiroshima dan Nagasak di Jepang.
b. Faktor Leukemogenik Terdapat beberapa zat kimia yang dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia :
1) Racun lingkungan seperti benzena : paparan pada tingkat-tingkat
yang tinggi
dari benzene pada tempat kerja dapat menyebabkan leukemia.
2) Bahan kimia industri seperti insektisida dan Formaldehyde.
3) Obat untuk kemoterapi : pasien-pasien kanker yang dirawat dengan
obat-obat
melawan kanker tertentu adakalanya dikemudian hari
mengembangkan
leukemia. Contohnya, obat-obat yang dikenal sebagai agen
alkylating
dihubungkan dengan pengembangan leukemia bertahun-tahun
kemudian.
c. Herediter
Penderita sindrom down, suatu penyakit yang disebabkan oleh
kromosom
abnormal mungkin meningkatkan risiko leukemia, yang memiliki
insidensi
leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
d. Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia menjadi retrovirus, virus leukemia
feline,
HTLV-1 pada dewasa.
3. Patofisiologi Leukemia Myeloid Akut
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Leukemia dapat meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Sel darah
putih
terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel
leukemia memblok produksi sel darah putih yang normal, merusak kemampuan
tubuh
terhadap infeksi. Sel leukemia juga dapat merusak produksi sel darah lain pada
sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari sitem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan yang terjadi sering kali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kromosom
(translokasi
kromosom) menganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
yang membelah tidak dapat terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel
ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam
organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak
(Padila, 2013).
4. Manifestasi klinis
Gejala-gejala pada leukemia akut yang nampak dan memburuk secara cepat
antara lain muntah, bingung, kehilangan kontrol otot, dan epilepsi. Leukemia juga
dapat mempengaruhi saluran pencernaan, ginjal, dan paru-paru. Gejala-gejalanya
antara lain yaitu kulit pucat (karena anemia), infeksi yang berulang-ulang seperti
sakit tenggorokan, pendarahan normal yang keluar dari gusi dan kulit, periode
yang berat pada wanita, kehilangan nafsu makan dan berat badan, gejala-gejala
seperti flu antara lain kecapekan dan tidak enak badan, luka di tulang sendi,
perdarahan hidung dan lebih mudah mendapat memar dari biasanya tanpa sebab
yang jelas (Desmawati,2013).
Tanda dan gejala yang biasa terjadi pada LMA adalah adanya rasa lelah,
perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang
Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA
dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami
gangguan kesadaran, sesak nafas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga
menimbulkan gangguan metanbolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia
(Sudoyoet al., 2010)
5.PemeriksaanPenunjang
a. Darah tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi sebenarnya berdasarkan pada
kelainan sumsum tulang, yaitu berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-
kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapatnya sel blas.
Terdapat sel blas pada darah tepi yang merupakan gejala leukemia.
b.Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran yang monoton
yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan sistem lain
menjadi terdesak (aplasia sekunder). Hiperselular, hampir semua sel sumsum
tulang diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan
adanya leukemia gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel
yang matang, tanpa sel antara). Sistem hemopoesis normal mengalami depresi.
Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang (dalam
hitungan 500 sel pada asupan sumsum tulang).
c.Biopsy limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel-sel yang berasal dari
jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, ranulosit, pulp cell.
d.Kimia darah
Kolesterol mungkin merendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobulinemia.
e. Cairan serebrospinal

Bila terjadi peninggian jumlah sel (sel patologis) dan protein, maka hal ini
menunjukkan suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat
dari perjalanan penyakit baik pada keadaan remisi maupun pada keadaan kambuh.
Untuk mencegahnya dilakukan fungsi lumbal dan pemberian metotreksat (MTX)
intratekal secara rutin pada setiap penderita baru atau pada mereka yang
menunjukkan gejala tekanan intracranial yang meninggi.

f. Sitogenetik
70-90% dari kasus LMK menunjukkan kelainan kromosom, yaitu pada
kromosom 21 (kromosom Phiadelphia atau Phl) 50-70% dari penderita LLA dan
LMA mempunyai kelainan berupa :
1) Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid
(2n+a).
2) Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang
diploid.
g. Pemeriksaan immunophenotyping
Pemeriksaan ini sangat penting untuk menentukan klasifikasi imunologik
leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk pemeriksaan surface marker
guna membedakan jenis leukemia (Desmawati,2013)
3. e. Kemoterapi
Merupakan cara yang lebih baik untuk pengobatan kanker.
Bahan kimia yang
dipakai diharapkan dapat menghancurkan sel-sel yang oleh
pembedahan atau
penyinaran tidak dapat dicapai.
Penatalaksanaan pada penderita Leukemia Myeloid Akut yaitu
dengan
kemoterapi, yang terdiri dari 2 fase antara lain :
1. Fase induksi; fase induksi adalah regimen kemoterapi yang
sangat intensif,
bertujuan untuk mengendalikan sel-sel leukemia secara
maksimal sehingga
akan tercapainya remisi yang lengkap.
2. Fase konsolidasi; fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak
lanjut dari fase
induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa
siklus
kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis serta dosis
yang sama atau
lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan
modern, angka remisi 5-0-70%, tetapi angka rata-rata hidup
masih 2 tahun dan
yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
4. 7. Pengertian Nausea Pada Leukemia Myeloid Akut
Nausea merupakan perasaan tidak nyaman pada bagian
tenggorok atau
lambung yang dapat mengakibatkan muntah (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017).
Mual adalah perasaan tidak nyaman pada perut yang sering
berakhir dengan muntah.
Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut.
8. Penyebab Nausea Pada Leukemia Myeloid Akut
Mual dan muntah disebabkan oleh aktifnya pusat muntah pada
otak. Muntah
merupakan cara tubuh untuk mengeluarkan zat yang
merugikan. Muntah dapat terjadi
karena makan atau menelan zat iritatif atau zat beracun atau
makanan yang sudah
rusak. Beberapa orang menjadi mual dan muntah disebkan
karena mengendarai
perahu, mobil atau pesawat terbang. Banyak obat-obatan,
termasuk obat anti kanker
dan pereda nyeri golongan opiat seperti morfin, dapat
menyebabkan mual dan
muntah, termasuk proses kemoterapi dapat menyebabkan
timbulnya rasa mual.
Penyumbatan mekanis pada usus akan menyebabkan muntah
karena makanan dan
cairan berbalik arah dari sumbatan tersebut. Iritasi atau
peradangan lambung, usus
atau kandung empedu, juga dapat menyebabkan muntah
(Prisani & Rahayuningsih,
2014).
9. Gejala Nausea Pada Leukemia Myeloid Akut
Gejala umum yang terjadi pada mual yang berlebihan sering
terjadi sesaat
sebelum terjadinya muntah. Meskipun penderita umumnya
merasa tidak enak badan
selagi muntah, tetapi setelah terjadinya muntah akan timbul
rasa nyaman (Prisani &
Rahayuningsih, 2014).
5. Pengkajian

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda


pertama yang menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan
yang samar seperti perasaan letih, nyeri pada ekstermitas,
berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit kepala,
dan perasaan tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama
leukimia, (Wong‟s pediatric nursing 2009).

Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi

(leukemia) meliputi :

1. Biodata
a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan
pendidikan.

b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama,


tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.

2. Riwayat kesehatan sekarang

a) Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.

b) Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan


perdarahan.
3. Riwayat kesehatan sebelumnya

a) Riwayat kehamilan/persalinan.

b) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

c) Riwayat pemberian imunisasi.

d) Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.

e) Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah


dialami.
Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Meliputi : Baik, jelek, sedang.
b) Tanda-tanda vital
- TD : Tekanan Darah
- N : Nadi
- P : Pernapasan
- S : Suhu
c) Antropometri
- TB : Tinggi Badan
- BB : Berat Badan
d) Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas,
bunyi tambahan ronchi dan wheezing.
e) Sistem cardiovaskular
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi
jantung, tekanan darah dan capylary reffiling time.
f) Sitem Pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak,
palpasi abdomen apakah mengalami distensi dan auskultasi
peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.
g) Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
h) Sistem Integumen
Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak.
Kulit : Warna, temperatur, turgor dan kelembaban.
Kuku : Warna, permukaan kuku, dan kebersihannya.
i) Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.
j) Sitem Pengindraan
Mata : Lapang pandang dan visus.
Hidung : Kemampuan penciuman.
Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.
k) Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem
reproduksi.
l) Sistem Neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan
Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi Karnial :
- Nervus I (Olfaktorius) :
Suruh Klien menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung,
mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk
dan kapas alkohol).
- Nervus II (Optikus) :
Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus,
penglihatan perifer.
- Nervus III (Okulomotorius) :
Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh anak mengikuti
cahaya.
- Nervus IV (Troklearis) :
Suruh Klien menggerakkan mata kearah bawah dan kearah dalam.
- Nervus V (trigemenus) :
Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika Klien merapatkan
giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan,
tentukan apakah anak dapat merasakan sentuhan diatas pipi (bayi
muda menoleh bila area dekat pipi disentuh), dekati dari samping,
sentuh bagian mata yang berwarna dengan lembut dengan
sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip dan refleks kornea.
- Nervus VI (Abdusen) :
Kaji kemampuan Klien untuk menggerakkan mata secara lateral.
- Nervus VIII (Fasialis) :
Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasiLarutan manis (gula),
Asam (jus lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah anterior. Kaji
fungsi motorik dengan meminta anak yang lebih besar untuk
tersenyum, menggembungkan pipi, atau memperlihatkan gigi,
(amati bayi ketika senyum dan menangis).
- Nervus VIII (akustikus) :
Uji pendengaran Klien.
- Nervus IX (glosofharingeus) :
Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasi rasa larutan pada lidah
posterior.
- Nervus X (vagus) :
Kaji Klien terhadap suara parau dan kemampuan menelan,
sentuhkan spatel lidah ke posterior faring untuk menentukan
apakah refleks muntah ada (saraf cranial IX dan X mempengaruhi
respon ini), jangan menstimulasi refleks muntah jika terdapat
kecurigaan epiglotitis, periksa apakah ovula pada posisi tengah.
- Nervus XI (aksesorius) :
Suruh Klien memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan,
minta anak untuk mengangkat bahu ketika bahunya ditekan
kebawah.
- Nervus XII (hipoglosus) :
Minta Klien untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah terhadap
deviasi garis tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral ketika
anak menangis dan tertawa).dengarkan kemampuan anak untuk
mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah di sisi lidah
anak dan minta anak untuk menjauhkannya, kaji kekuatannya.
6) Fungsi motorik :
Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.
7) Funsi sensorik :
Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
8) Funsi cerebrum :
Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Hitung darah lengkap :
Menunjukkan normostik, anemia normostik.
Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
Retikulosit : Jumlah biasanya rendah.
Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/ mm).
SDP : Mungkin lebih dari 50.000/ cm dengan
peningkatan SDP imatur (“menyimpang ke kiri”), mungkin ada sel
blast leukemia.
b) PT/ PTT : Memanjang.
c) LDH : Mungkin meningkat.
d) Asam urat serum/ urine : Mungkin meningkat.
e) Muramidase serum (lisozim) :
Penikngkatan pada leukemia monositik Akut dan mielomositik.
f) Copper serum : Meningkat.
g) Zink serum : Menurun.
h) Biopsi sumsum tulang :
SDM abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih darin sel blast,
dengan prekusor eritroid, sel imatur, dan megakariositis menurun.
i) Foto dada dan biospy nodus limfe :
Dapat mengidentifikasi derajat keterlibatan.
• Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul
Menurut buku NANDA (2015) dan buku Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia atau SDKI (2016 & 2017), diagnosa
keperawatan yang akan muncul adalah :
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan Agen Injury Biologi.
2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Kurangnya Suplai
O2 Ke Jaringan Otak.
3. Intolenransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan.
4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan.
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder
Inadekuat (penurunan Hb).
6. Resiko Kurang Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan
Berlebihan (muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan
cairan (mual, anoreksia).
7. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
Anoreksia.
8. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Alopesia.
9. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi.
Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Outcome/Evaluasi intervensi


1 Diagnosa : Tujuan : 1.Lakukan pengkajian
Setelah dilakukan nyeri secara
Nyeri Kronik intervensi 3x 24 jam, komprehensif
berhubungan dengan diharapkan Nyeri termasuk lokasi,
Agen Injury Biologi. Kronik berkurang dan karakteristik, durasi,
DS : teratasi. frekuensi, kualitas dan
1.Laporan secara Kriteria Hasil : faktor presipitasi.
verbal 1.Mampu mengontrol 2.Observasi reaksi
DO : nyeri (tahu penyebab nonverbal dari
1.Posisi untuk nyeri, mampu ketidaknyamanan.
menahan nyeri. menggunakan tehnik 3.Bantu pasien dan
2.Tingkah laku berhati- nonfarmakologi untuk keluarga untuk mencari
hati. mengurangi nyeri, dan menemukan
3.Gangguan tidur mencari bantuan). dukungan.
(mata sayu, tampak 2.Melaporkan bahwa 4.Kontrol lingkungan
capek, sulit atau nyeri berkurang yang dapat
gerakan kacau, dengan menggunakan mempengaruhi nyeri
menyeringai. manajemen nyeri. seperti suhu ruangan,
4.Terfokus pada diri 3.Mampu mengenali pencahayaan dan
sendiri. nyeri (skala, intensitas, kebisingan.
5.Fokus menyempit frekuensi dan tanda
(penurunan persepsi nyeri). 5.Kurangi faktor
waktu, kerusakan 4.Menyatakan rasa presipitasi nyeri.
proses berpikir, nyaman setelah nyeri 6.Kaji tipe dan sumber
penurunan interaksi berkurang. nyeri untuk
dengan orang dan 5.Tanda vital dalam menentukan
lingkungan). rentang normal. intervensi.
6.Tingkah laku 6.Tidak mengalami 7.Ajarkan tentang
distraksi, contoh : gangguan tidur. teknik non farmakologi:
jalan-jalan, menemui napas dala, relaksasi,
orang lain dan/atau distraksi, kompres
aktivitas, aktivitas hangat/ dingin.
berulang-ulang). 8.Berikan analgetik
7.Respon autonom untuk mengurangi
(seperti diaphoresis, nyeri
perubahan tekanan 9.Tingkatkan istirahat.
darah, perubahan 10.Berikan informasi
nafas, nadi dan dilatasi tentang nyeri seperti
pupil). penyebab nyeri, berapa
8.Perubahan lama nyeri akan
autonomic dalam tonus berkurang dan
otot (mungkin dalam antisipasi
rentang dari lemah ke ketidaknyamanan dari
kaku). prosedur.
9.Tingkah laku 11. Monitor vital sign
ekspresif (contoh : sebelum dan sesudah
gelisah, merintih, pemberian analgesik
menangis, waspada, pertama kali.
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah).
10.Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum.

Implementasi
Implementasi adalah inisiatif daro rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing oders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu
persiapan, perencanaan, dan dokumentasi (Nursalam, 2009).
Kegiatan implementasi pada klien dengan leukimia adalah
membantunya mencapai kebutuhan dasar seperti :
1) Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif untuk
mengidentifikasi masalah baru atau memantau status dan masalah
yang ada pada klien.
2) Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh
pengetahuan baru mengenai kesehatan dan penyakit mereka
sendiri atau penatalaksanaan penyimpangan.
3) Membantu klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
kesehatannya.
4) Berkonsultasi dan rujuk dengan tim kesehatan profesional
lainnya agar memperoleh arahan yang tepat dan benar.
5) Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan,
mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan pada klien.
6) Membantu klien dalam melaksanakan aktivitasnya sehari hari.
Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan, (Rohmah & Walid, 2012). Evaluasi berisi
Subjektif(S), Objektif(O), Analisis(A), dan Planning (P).

Anda mungkin juga menyukai