Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWADAN DASAR II

“LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN NYERI


KRONIS”

Mata Kuliah: Keperawatan Dasar II

Dosen Pengajar: Rudi Hariyono., S. Kep. Ns., M. Kep

Disusun Oleh: KELOMPOK 2 - KELAS 1B S1 Keperawatan

1. RENATA EKA MEYSA PUTRI (202001064)


2. NUR FADHILA ABDINA (202001065)
3. WILDAN MACHMUD (202001066)
4. ALDI SYAHPUTRA (202001067)
5. HAFI DWI BHAKTI (202001068)
6. FAIZAL ALIF RAHMADANI (202001069)
7. NUR HIKMAH (202001070)
8. HAFIDHOH ALZUHRA (202001071)
9. SUSI RAHMAWATI (202001072)
10. AVITA ASMANDA SUKMA (202001073)
11. RINDAH WULANDARI (202001074)
12. RICHA ALIFA KUSUMA WARDINA (202001076)
13. ACHMAD FAUZAN NIZAR (202001077)
14. NUR AFIDATUL KHASANAH (202001078)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NYERI KRONIS” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu tentang asuhan
keperawatan pada pasien nyeri kronis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima karena tugas ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan lebih mengenai asuhan keperawatan pada pasien nyeri kronis ini. Kritik dan saran
dari pembaca juga berperan penting dalam isi makalah ini agar dapat di susun lebih baik lagi.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Mojokerto, 4 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1


1.1.2.................................................................................................................................Ru
musan Masalah ....................................................................................................... 2
.3 Tujuan Umum.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3

2.1 Pengertian Nyeri Kronis................................................................................................ 3


2.2 Penyebab Nyeri Kronis.................................................................................................. 3
2.3 Klasifikasi Nyeri Kronis................................................................................................ 5
2.4 Tanda dan Gejala Nyeri Kronis..................................................................................... 5
2.5 Kondisi Klinis Nyeri Kronis.......................................................................................... 6
2.6 Pengukuran Intesitas Nyeri..................................................................................... 6
2.7 Patofisiologi Nyeri Kronis...................................................................................... 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN…………..…………………………………. 11

3.1 Pengkajian………….……………………………………………………………. 11
3.2 Diagnosa………………..………………..………………………………………. 13
.3 Intervensi…………....……………………………………………………………. 13

BAB IV PENUTUP…………..………………………………………………………. 17

.1 Kesimpulan………...……………………………………………………………. 17
.2 Saran……..………...……………………………………………………………. 18

DAFTAR PUSTAKA……...………………………………………………………… 19
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual
yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran
seseorang, mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang
sulit dikomunikasikan oleh klien (Berman, 2009).
Menurut International Association for the Studi of Pain (IASP), penyebab
nyeri pada anak tidak hanya dari penyakit yang mengancam jiwa seperti kanker, tetapi
juga cidera, operasi, luka bakar, infeksi, dan efek kekerasan. Anak-anak juga
mengalami nyeri dari banyak prosedur dan penyelidikan yang digunakan oleh dokter
dan perawat untuk menyelidiki dan mengobati penyakit (Finley, 2005).
Respon perilaku anak toddler terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih
bayi yaitu mimik wajah, perubahan nada suara dan aktivitas, serta menangis,
menunjukan sikap menjauh dari stimulus nyeri dan aneka vokalisasi. Namun macam
perilakunya bertambah, termasuk menggosok nyeri dan prilaku agresif (menggigit,
memukul, dan menendang). Sejumlah toddler sanggup mengutarakan bila sakit, namun
tidak dapat menggambarkan intensitas nyeri tersebut (Betz, 2009).
Peran pemberi perawatan primer pada penanganan nyeri yaitu untuk
mengidentifikasi, mengobati penyebab nyeri dan memberikan obat-obatan untuk
menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga professional
kesehatan lain tetapi juga memberikan intervensi pereda nyeri, mengevaluasi
efektivitas intervensi dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif
(Smetlzer dan Bare, 2002). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Wawan, 2010).
Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat penting
untuk management nyeri yang efektif dan berkualitas dalam perawatan pasien (Patricia
2010). Pada pengkajian nyeri anak berbeda dengan pengkajian nyeri pada orang
dewasa, pada pengkajian nyeri anak perawat harus mengkaji dari respon verbal dan
non verbal. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah QUESTT: Question the
child (Bertanya pada anak mengenai rasa nyeri yang dialamI), Use pain rating scale

1
(menggunakan skala peringkat rasa nyeri yang sesuai dengan umur dan kemampuan
anak, misal dengan menggunakan skala wajah), Evaluate behavior and physiologic
changes (mengevaluasi perubahan tingkah laku dan fisiologis seperti: menangis keras
atau menjerit, memukul dengan tangan atau kaki), Secure parent`s involvement
(melibatkan orang tua untuk mengamati reaksi anak dalam menghadapi nyeri), Take
cause of pain into account (menentukan dan mencatat penyebab rasa nyeri), Take
action and evaluate results (mengambil tindakan dan mengevaluasi hasilnya,
mengambil tindakan yaitu dengan menggunakan obat/tanpa obat, sedangkan untuk
mengevaluasi dapat dilakukan secara verbal dan non verbal) (Wong, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Nyeri Kronis?
2. Apa penyebab terjadinya Nyeri Kronis ?
3. Apa saja klasifikasi Nyeri Kronis?
4. Apa tanda dan gejala Nyeri Kronis?
5. Apa saja kondisi klinis terkait Nyeri Kronis?
6. Bagaimana pengukuran intesitas Nyeri?
7. Bagaimana Nyeri Kronis?
8. Bagaimana asuhan keperawatan Nyeri Kronis?

1.3 Tujuan Umum


Adapun tujuan yang termuat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang Nyeri Kronis.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Nyeri Kronis.
3. Untuk mengetahui klasifikasi Nyeri Kronis.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala Nyeri Kronis.
5. Untuk mengetahui kondisi terkait Nyeri Kronis.
6. Untuk mengetahui cara pengukuran intesitas Nyeri.
7. Untuk mengentahui patofisiologi Nyeri Kronis.
8. Untuk mengentahui askep Nyeri Kronis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

.1 Pengertian Nyeri Kronis


Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,dengan omset mendadak atau lambat
dan berintegritas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung lebih dari 3 bulan
(SDKI,Agustus 2017,174).
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Nyeri
kronik berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan, karena biasanya
nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya. Jadi nyeri ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan (Guyton &
Hall, 2008). Nyeri kronik mengakibatkan supresi pada fungsi sistem imun yang dapat
meningkatkan pertumbuhan tumor, depresi, dan ketidakmampuan.

.2 Faktor Penyebab Terjadinya Nyeri Kronis


Menurut (Tim Pojka SDKI DPP PPNI, 2017) penyebab Nyeri Kronis, yaitu:
1. Kondisi muskulokeletal kronis.
2. Kerusakan sistem saraf.
3. Penekanan sistem saraf.
4. Infiltrasi tumor.
5. Ketidakseimbangan neurotransmiter,neuromodulator,dan reseptor.
6. Gangguan imunitas (mis. Neuropati terkait HIV,virus varicella-zoster).
7. Gangguan fungsi metabolik.
8. Riwayat posisi kerja statis.
9. Peningkatan indeks massa tubuh.
10. Kondisi pasca trauma.
11. Tekanan emosional.
12. Riwayat penganiayaan (mis. fisik, psikologis,seksual).
13. Riwayat penyalahgunaan obat / zat.

3
Menurut (Smeltzer & Bare, 2002) penyebab Nyeri Kronis, yaitu:
1. Usia
Usia adalah variable penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan
orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok
umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi
terhadap nyeri.
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai
respon terhadap nyeri. Dan masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan
faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri.
3. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan
mereka. Hal ini meliputi bagaiman bereaksi terhadap nyeri.
4. Ansietas
Meskipun pada umunya diyakini bahwa ansietas akan meningkatan nyeri, mungkin
tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Namun, ansietas yang relevan atau
berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.
Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan
secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri.
5. Pengalaman Masa Lalu Dengan Nyeri
Efek yang tidak di inginkan yang di akibatkan dari pengalaman sebelumnya
menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada terhadap pengalaman masa lalu
pasien dengan nyeri.
6. Efek Plasebo
Efek placebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan
lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar-benar bekerja.
Individu yang diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan
nyeri dibanding dengan pasien yang diberitahu bahwa medikasi yang di dapatnya
tidak mempunyai efek apapun.
7. Keluarga dan Support Sosial
Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga
untuk mensupport, membantu, atau melindungi.

4
8. Pola Koping
Sumber koping lebih dari sekitar metode teknik. Seorang klian mungkin tergantung
pada support emosional dari anak-anak, keluarga, atau teman. Meskipun nyeri
masih ada tetapi dapat meminimalkan kesendirian.

.3 Klasifikasi Nyeri Kronis


Berdasarkan sumbernya, nyeri kronis dapat dibedakan menjadi nyeri nosiseptif dan
neuropatik (Potter& Perry, 2005).
1. Nyeri Nosiseptif
Nosiseptif berasal dari kata “noxsicous/harmful nature” dan dalam hal ini ujung
saraf nosiseptif, menerima informasi tentang stimulus yang mampu merusak
jaringan. Nyeri nosiseptif bersifat tajam dan berdenyut.
2. Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik mengarah pada disfungsi di luar sel saraf. Nyeri neuropatik
terasa seperti terbakar kesemutan dan hipersensitif terhadap sentuhan atau dingin.
Nyeri spesifik terdiri atas beberapa macam, antara lain nyeri somatik, nyeri yang
umunya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superficial) pada otot
dan tulang. Macam lainnya adalah nyeri menjalar (referred pain) yaitu nyeri yang
dirasakan di bagian tubuh yang jauh letaknya dari jaringan yang menyebabkan
rasa nyeri, biasanya dari cidera organ visceral. Sedangkan nyeri visceral adalah
nyeri yang berasal dari bermacam-macam organ viscera dalam abdomen dan dada.

.4 Tanda dan Gejala Nyeri Kronis


Menurut (SDKI, Agustus 2017, 174) tanda dan gejala, meliputi:

1. Tanda dan Gejala Mayor:


a) Subjektif:
 Mengeluh nyeri
 Merasa depresi (tertekan)

5
b) Objektif:
 Tampak meringis
 Gelisah
 Tidak mampu menuntaskan aktifitas

2. Gejala dan Tanda Minor:


1. Subjektif:
 Merasa takut mengalami cedera berulang

2. Objektif:
 Bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri)
 Waspada
 Pola tidur berubah
 Anoreksia
 Fokus menyempit
 Berfokus pada diri sendiri

.5 Kondisi Klinis Terkait Nyeri Kronis


Menurut (SDKI, Agustus 2017, 174-175) kondisi klinis yang terkait, yaitu:

1. Kondisi kronis (mis.arthritis reumatoid)


2. Infeksi
3. Cedera medula spinalis
4. Kondisi pasca trauma
5. Tumor

.6 Pengukuran Intesitas Nyeri


Pengukuran Intensitas Nyeri Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang
seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat
subjektif dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda
oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

6
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh
terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah sebagai berikut :
a) Skala intensitas nyeri deskriptif sederhana

Tidak ada Nyeri


Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri hebat Nyeri sangat hebat Nyeri paling
hebat

b) Skala identitas nyeri numerik 0-10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

c) Skala analog visual

Nyeri paling
Tidak Nyeri hebat

Tidak Nyeri Nyeri paling


hebat

7
d) Skala nyeri menurut Bourbanis
Keterangan:

SKOR SKALA NYERI

0 Tidak Nyeri

Nyeri ringan: Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan


baik dan memiliki gejala yang tidak dapat terdeteksi. Seperti gatal,
1-3
tersetrum atau nyut-nyut, melilit atau terpukul, dan perih.

Nyeri Sedang: Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat


menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
4-6 mengikuti perintah dengan baik. Memiliki karateristik adanya
peningkatan frekuensi pernafasan , tekanan darah, kekuatan otot,
dan dilatasi pupil. Seperti keram, tertekan atau tergesek, dan seperti
terbakar atau ditusuk-tusuk.

Nyeri berat: Secara obyektif klien terkadang tidak dapat


mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak
7-9 dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
Memiliki karateristik muka klien pucat, kekakuan otot, kelelahan
dan keletihan. Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien
dengan aktivitas yang biasa dilakukan.

10 Nyeri sangat berat: Pasien sudah tidak mampu lagi


berkomunikasi, memukul. Sangat nyeri dan tidak dapat di
kontrol oleh klien.

Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau


intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai
yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat
dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.

8
Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang
lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan
sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan
jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diurut dari “tidak terasa nyeri”
sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan
meminta klien 21 untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga
menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri
terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah
kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numerik (Numerical rating
scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,
klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.
Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm
(Potter & Perry, 2005).

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS
adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh
untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan
nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian
dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005). Skala nyeri harus
dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak
waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala,
maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskriptif bermanfaat bukan saja dalam
upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi 22 perubahan kondisi
klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih
memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter,
2005).

9
.7 Patofisiologi Nyeri
Trauma jaringan infeksi, cidera
Tekanan mekanisme,
Pelepasan mediator nyeri deformitas, suhu
(histamine, bradikinin, ekstrim
prostaglandin, serotin, ion
kalium, dll)

Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)

Dihantarkan serabut tipe A,


dan serabut tipe C

Medulla spinalis

Sistem aktivasi
retikular Sistem aktivasi Area grisea
retikular peraikueduktus

Hipotalamus dan Talamus


Talamus
sistem limbik

Otak
( Korteks somatosensoarik)

Persepsi nyeri

Nyeri Akut / Nyeri Kronik

10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN NYERI KRONIS

.1 Pengkajian
1. IDENTITAS PASIEN:
Berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, pekerjaan,
status perkawinan, dan lain-lain.

2. RIWAYAT KESEHATAN:
a) Keluhan utama:
 Bagaimana karateristik nyeri nya?
 Waktunya terjadi nyeri?

b) Riwayat penyakit sekarang:


 Lokasi nyeri nya apakah (menjalar, menyebar, berpindah – pindah atau
menetap)?
 Bagaimana sifat nyeri nya apakah (mendadak,perlahan- lahan, hilang timbul
atau terus menerus?

3. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON:


a) Pengkajian Nyeri
Pengakajian dapat dilakukan dengan cara PQRST:

1. PROVOKATIF/PALIATIF ATAU PEMICU:


 Apakah ada peristiwa menjadi faktor penyebab nyeri?
 Apakah nyeri berkurang ketika beristirahat?
 Apakah nyeri bertambah ketika beraktivitas?
 Apakah faktor-faktor yang dapat meredakan nyeri (misalnya: gerakan,
kurang bergerak, pengarahan tenaga, istirahat, obat – obatan bebas, dan

11
sebagainya) dan apa yang dipercaya pasien dapat membantu mengatasi
nyeri.

2. QUALITY ATAU KUALITAS:


 Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan oleh pasien?
 Apakah nyeri bersifat tumpul, seperti terbakar, berdenyut, tajam atau
menusuk?

3. REGION ATAU LOKASI:


 Dimana lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh pasien?
 Apakah rasa sakit bisa reda?
 Apakah rasa sakit menjalar atau menyebar?
 Dimana rasa sakit terjadi?

4. SCALE (SKALA):
 Seberapa jauh nyeri yang dirasakan pasien, pengkajian nyeri dengan
menggunakan skala nyeri deskriptif.

5. TIME ATAU WAKTU:


 Berapa lama nyeri berlangsung (apakah bersifat akut atau kronik)?
 Terjadi kapan?
 Apakah ada waktu waktu tertentu yang menambah rasa nyeri?

12
3.2 Diognasa Keperawatan
Nyeri Kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri, merasa tertekan, tampak meringis, gelisah, dan tidak mampu
menuntaskan aktivitas.

3.3 Intervensi Keperawatan


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun.
RENCANA KEPERAWATAN
Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
 Kemampuan menuntaskan aktivitas 1. Manajemen Nyeri
meningkat a) Observasi:
 Keluhan nyeri menurun  Identifikasi lokasi,
 Meringis menurun karakteristik, durasi, frekuensi,
 Sikap protektif menurun kualitas, intensitas nyeri.
 Gelisah menurun  Identifikasi skala nyeri.
 Kesulitan tidur menurun  Identifikasi respons nyeri
 Menarik diri menurun verbal
 Berfokus pada diri sendiri menurun  Identifikasi faktor yang
 Diaphoresis menurun memperberat dan memperingan
 Perasaan depresi atau tertekan nyeri
menurun  Identifikasi pengetahuan dan
 Perasaan takut mengalami cidera keyakinan tentang nyeri
tulang menurun  Identifikasi pengaruh budaya
 Anoreksia menurun terhadap respons nyeri
 Perineum terasa tertekan menurun  Identifikasi pengaruh nyeri
 Uterus teraba membulat menurun pada kualitas hidup
 Ketegangan otot menurun  Monitor keberhasilan terapi
 Pupil di latasi menurun komplementer yang sudah
 Muntah menurun diberikan
 Mual menurun  Monitor efek samping
 Frekuensi nadi membaik penggunaan analgetik
 Pola nafas membaik b) Terapeutik:

13
 Fokus membaik  Berikan teknik non
 Fungsi berkemih membaik farmakologis untuk mengurangi
 Perilaku membaik rasa nyeri (mis. TENS,
 Nafsu makan membaik hypnosis, akupresur, terapi
 Pola tidur membaik musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat atau dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

c) Edukasi:
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Anjurkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri

d) Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
analgetikk, jika perlu
14
2. Perawatan Kenyamanan
a) Observasi:
 Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan (mis. Mual,
nyeri, gatal, sesak)
 Identifikasi pemahaman tentang
kondisi, situasi, dan
perasaannya
 Identifikasi masalah emosional
dan spiritual

b) Terapeutik:
 Berikan posisi yang nyaman
 Berikan kompres dingin atau
hangat
 Ciptakan lingkungan yang
nyaman
 Berikan pemijatan
 Berikan terapi akupresur
 Berikan terapi hipnosis
 Dukung keluarga dan pengasuh
terlibat dalam terapi atau
pengobatan
 Diskusikan mengenai situasi
dan pilihan terapi atau
pengobatan yang diinginkan

c) Edukasi:
 Jelaskan mengenai kondisi dan
pilihan terapi atau pengobatan
 Ajarkan terapi relaksasi
 Ajarkan latihan pernafasan
 Ajarkan teknik distraksi dan
15
imajinasi terbimbing

d) Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
analgesik, antipruritus,
antihistamin, jika perlu

3. Terapi Relaksasi
4. Aromaterapi
5. Edukasi Manajemen Stress
6. Eukasi Manajemen Nyeri
7. Edukasi Proses Penyakit
8. Edukasi Teknik Nafas
9. Kompres Dingin
10. Kompres Hangat
11. Latihan Pernafasan
12. Yoga

BAB IV

16
PENUTUP

.1 Kesimpulan
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional,dengan omset mendadak atau lambat dan
berintegritas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Berdasarkan dari asuhan keperawatan Nyeri Kronis dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengkajian.
Pengkajian berisi identitas pasien (Nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, pekerjaan, status perkawinan.), Status Kesehatan.
 Riwayat Kesehatan (Keluhan utama, Riwayat penyakit sekarang).
 Pengkajian Pola Fungsi Gordon (Pengkajian nyeri), Pengakajian dapat
dilakukan dengan cara PQRST:
1) P: Provokatif atau Paliatif (Pemicu)
2) Q: Quality (Kualitas)
3) R: Region (Lokasi)
4) S: Scale (Skala)
5) T: Time (Waktu)

2. Diagnosa Keperawatan
Nyeri Kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri, merasa tertekan, tampak meringis, gelisah, dan tidak
mampu menuntaskan aktivitas.

3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan pada Nyeri Kronis:
 Manajemen Nyeri (Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri)
 Perawatan Kenyamanan (Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan
(mis. Mual, nyeri, gatal, sesak)
 Terapi Relaksasi
 Aromaterapi, dan lain-lain.
.2 Saran

17
Jadi berhati-hati lah ketika kita melakukan sesuatu dalam segala hal agar tidak
terjadi sesuatu yang dapat menyebabkan nyeri pada tubuh kita. Namun, ketika kita
merasakan nyeri pada bagian tubuh kita sebaiknya kita lakukan pemeriksaan ke
puskesmas atau Rumah Sakit, agar rasa nyeri yang terjadi pada tubuh kita tidak
merambat kebagian tubuh lainnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2016), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
TIM POKJA SDKI DPP cetakan III, 2017
Gordon M. (2007). Manual of Nursing Diagnoses, 10th ed. St. Louis: Mosby.
Gordon M. (2007). Nursing Diagnosis: Process and Application. St. Louis:
Gordon, M. (1994). Nursing diagnosis: process and Application (3ed). St. Louis Mosby

Surasmi, Asrining. 2008. Perawatan Nyeri Kronis. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai