KELAS A
JURUSAN ANESTESIOLOGI
Desember 2020
penulis
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.............................................................................................................
B. Rumusan masalah...................................................................................................................... 1
C.Tujuan pembahasan ................................................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN
A.Pengertian sehat dan sakit .......................................................................................................... 1
B.Prediksi perilaku sehat melalui pendekatan healt beliefs (atrbusi, persepsi, resiko,
Motivasi, dan efikasi diri)............................................................................................................ 1
C.Variasi sehat dan sakit serta factor yang mempengaruhinya....................................................... 3
D.Model teori perilaku sehat ( the leventhal’s selfregulatory model dengan focus pada
Pada persepsi gejala, kognisi sakit dan koping terhadap sakit)................................................... 8
E.Interaksi antara kognisi sakit dan dampak kesehatan melalui pendekatan the central
Of coherence................................................................................................................................ 10
F.Bagaimana aplikasi kognisi sakit dan mengukur kognisi sakit menggunakan
Kuesioner..................................................................................................................................... 11
BAB 3 PENUTUP
A.Kesimpulan................................................................................................................................
B.Saran .........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik,mental dan sosial yang tidak
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan( Who,2014). Sementara menurut UU No 36 tahun
2009, pasal 1 ayat 1 bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Sakit secara definisi ialah proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang
ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
(Nasution, 2010)
Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita artikan meskipun
keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita amati dalam kehidupan
sehari-hari hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang
terhadap konsep sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik dipandang
sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa anak yang gemuk
adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi kondisinya berada dalam
status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi
pemahaman dan pengertian mengenai konsep sehat yang berlaku dalam masyarakat. Setiap
orang harus memiliki mengetahui konsep sehat dan sakit agar dapat mencapai sesuatu hal yang
sesuai dengan apa yang di harapkan.
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam hal ini adalah ingin
memahami lebih dalam Konsep sehat, sakit dan variasi sehat dan sakit beserta factor yang
mempengaruhinya.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu sehat dan sakit ?
2. Bagaimana cara memprediksi sakit?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesehatan?
4. Bagaimana aplikasi kognisi sakit ?
C. Tujuan
1. Memngetahui konsep sehat sakit
2. Mempelajari cara pengaplikasian kognisi sakit
3. Mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan
4. Mengetahui variasi dan memprediksi sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan bahasa kita
sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal di semua
kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita artikan
meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita amati dalam
kehidupan sehari-hari hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian
seseorang terhadap konsep sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik
dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa anak yang
gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi kondisinya berada
dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga
mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai konsep sehat yang berlaku dalam
masyarakat.
B. Prediksi perilaku sehat melalui pendekatan health beliefs ( Atribusi, persepsi, risiko,
motivasi dan efikasi diri)
1. Pengetahuan individu tidak cukup untuk memprediksi perilaku
2. Perlu mempertimbangkan pula bagaimana pandangan seseorang mengenai perilakunya
3. Untuk mengetahui pandangan individu mengenai perilakunya sendiri dapat dilihat dari
empat pendekatan health belief
a. Teori Atribusi
Heider (1985) Teori atribusi merupakan teori yang menyatakan bahwa setiap individu
memiliki dorongan untuk berusaha menjelaskan penyebab suatu perilaku, baik perilaku sendiri
(self attribution) maupun orang lain (other attribution).
Merupakan teori atribusi internal dan eksternal yang secara spesifik diaplikasikan ke dalam
dunia kesehatan. Berkaitan dengan kemauan untuk mengubah perilaku, melakukan saran
dokter dan, cara komunikasi yang harus dilakukan profesional kesehatan pada pasiennya
c. Risk Perception
Health belief yang dipegang oleh seseorang berhubungan dengan persepsi resiko mereka dan
anggapan apakah mereka beresiko terkena masalah kesehatan tertentu atau tidak. Dipelajari
melalui:
1) Unrealistic optimism
adalah persepsi yang tidak akurat mengenai resiko dan kerentanan terhadap penyakit yang
kemudian menyebabkan seseorang terus berperilaku tidak sehat
2) Risk compensation
adalah kepercayaan individu bahwa satu perilaku yang buruk untuk kesehatan dapat
dikompensasi melalui perilaku lain yang baik untuk Kesehatan
3) Self-affirmation
Teori self-affirmation menyatakan bahwa individu termotivasi untuk melindungi integritas diri
mereka (sense of self-integrity) sebagai individu yang adaptif dan bermoral.
d. Motivasi
1) Motivasi Intrinsik
berkaitan dengan melakukan suatu perilaku untuk memenuhi tujuan yang telah ditentukan oleh
diri sendiri. Motivasi intrinsik memenuhi tiga kebutuhan dasar, yakni otonomi, kompetensi, dan
keterhubungan. Motivasi intrinsik biasanya berkaitan dengan rasa keejahteraan diri dan
bertahannya perilaku sehat
2) Motivasi Ekstrinsik
merupakan motivasi yang didorong oleh faktor eksternal cenderung membuat individu merasa
tidak puas secara pribadi dan berkaitan dengan pengabaian perilaku sehat.
e. Self-efficacy
Bandura (1977) self efficacy adalah kepercayaan individu bahwa dirinya memiliki kemampuan
untuk mengatur dan menjalankan perilaku yang diperlukan untuk mencapai sesuatu.
Perilaku sehat secara luas dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mempertahankan atau
meningkatkan kesehatan (Kasl & Cobb, 1966; dalam Vickers dkk., 1988 ). Perilaku sehat juga
sering didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang terlibat dalam pemeliharaan atau
peningkatan kesehatan mereka saat ini dan untuk menghindari penyakit. Termasuk beberapa
perilaku seseorang untuk melindungi, mempromosikan, atau memelihara kesehatannya. Baik atau
tidak perilaku secara objektif efektif sampai akhir (Conner & Norman, 1996; Schwarzer &
Renner, 2000; dalam Renner & Schwarzer, 2003).
Taylor (2009), perilaku sehat adalah perilaku yang dilakukan seseorang untuk mengatur dan
menstabilkan kesehatan mereka. Perilaku sehat yang buruk adalah hal yang penting bukan hanya
terimplikasi kepada penyakit tapi juga dapat dengan mudah menjadi kebiasaan yang buruk. Jadi,
perilaku sehat adalah perilaku-perilaku seseorang dalam menjaga, memelihara dan
mengembangkan kesehatannya.
menghilangkan limbah dan mengatur suhu tubuh. Serat membantu dalam pencernaan dan
eliminasi. Gizi yang baik sangat penting untuk kesehatan yang baik. Bahkan, tanpa makanan
yang memadai, tidak ada yang bisa memiliki kesehatan yang optimal (Kilander, 1957).
b. Olahraga (exercise)
Semua aktivitas-fisik kecuali figeting merupakan penggunaan energi dan pembakaran kalori.
Olahraga adalah kelas khusus aktivitas fisik di mana orang menggunakan tubuh mereka demi
kesehatan atau pengembangan tubuh (dalam Sarafino, 1994). Olahraga merupakan salah satu
perilaku sehat yang paling penting karena olahraga membuat orang bergerak dan mampu
merawat diri mereka sendiri.
Ada banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik memberikan kontribusi
untuk kesehatan fisik dan mental yang baik. Penelitian telah menunjukkan bahwa olahraga
menurunkan resiko penyakit jantung koroner, kanker usus, osteoporosis, dan stroke. Sebuah
penelitian baru menemukan hubungan yang kuat antara kebugaran fisik dan semua penyebab
kematian, terutama penyakit jantung dan kanker (Blair et al, 1989). Olahraga juga dapat
membantu dalam pengelolaan diabetes, obesitas, dan depresi (Koplan, Caspersen, & Powell,
1989). Dengan kata lain, "hal ini baik untuk dilakukan" (dalam Sheridan & Radmacher, 1992).
Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya
merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya (Notoatmodjo, 2003).
Merokok adalah perilaku sehat yang paling terkait erat dengan jangka panjang hasil kesehatan
negatif.
Merokok juga telah dihubungkan dengan jumlah kanker, termasuk kanker tenggorokan, perut,
paru-paru, dan usus serta beberapa langsung berakibat kesehatan negatif seperti mengurangi
kapasitas paru-paru dan bronkitis (Royal College of Physicians, 1983). Meskipun hasil kesehatan
negatif, perokok sering melaporkan efek mood positif dari merokok dan penggunaan merokok
sebagai strategi untuk mengatasi stres. Mereka yang berhenti merokok mengurangi resiko
terhadap kesehatan mereka, khususnya jika mereka berhenti sebelum 35 tahun (Doll et al 1994;
dalam Conner, 2002).
Alkohol adalah cairan tidak berwarna, mudah terbakar dibuat dari fermentasi gula dan pati.
Ini melayani banyak tujuan dan datang dalam berbagai bentuk, dari pelarut untuk anggur
berkualitas. Keracunan disebabkan oleh pengaruh alkohol pada sistem saraf pusat. Tergantung
pada beberapa faktor, konsumsi alkohol dapat menjadi biasa saja atau fatal (dalam Sheridan &
Radmacher, 1992). Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menghasilkan beberapa masalah
kesehatan yang serius. Sirosis hati merupakan penyebab utama kematian di antara pecandu
alkohol. Sirosis adalah akumulasi jaringan parut pada hati, menyebabkan hilangnya fungsi dalam
organ vital (Eckhardt dkk, 1981). Mengkonsumsi alkohol yang berat dapat mempengaruhi
penyempitan otot jantung, sehingga fungsi kurang efisien, dan dapat menyebabkan kerusakan
saraf. Alkohol menyebabkan masalah, disorientasi, dan gangguan visual (Eckhardt et al, 1981).
Konsumsi alkohol yang berat juga bisa menyebabkan kemandulan, dan alkohol dapat memiliki
efek negatif langsung terhadap kehamilan dan perkembangan janin (dalam Dimatteo, 2002).
faktor yang mempengaruhi praktek perilaku sehat, antara lain variabel demografi, faktor
sosial (seperti pengaruh sosial dan values), faktor emosi (seperti self-esteem dan personal goals),
faktor kognitif (seperti pengetahuan dan rasa self-efficacy), perceived symptoms dan faktor yang
berhubungan dengan akses pelayanan medis (cf. H. Leventhal. Leventhal, & Nguyen, 1985).
Selain itu juga para peneliti meneliti faktor-faktor dalam kepribadian individu atau psikologis
umum yang mempengaruhi seseorang untuk terlibat dalam perilaku sehat (diantaranya usia, locus
of control dan kepribadian).
Dan dalam Taylor (2009) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku sehat antara lain :
1. Variabel Demografis
Perilaku sehat dibedakan berdasarkan faktor demografis. Orang yang lebih muda, lebih kaya,
yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, yang mempunyai kadar stres dibawah rata-rata dengan
dukungan sosial yang tinggi biasanya mempraktekkan perilaku atau kebiasaan sehat lebih baik
dibandingkan orang dengan kadar stres yang lebih tinggi dan sumber daya lebih sedikit. Seperti
individu dengan kelas sosial yang rendah (Gottlieb & Green, 1984; dalam Taylor, 2009).
2. Usia
Perilaku sehat bervariasi berdasarkan usia. Biasanya, kebiasaan sehat itu baik di masa kecil,
memburuk pada masa remaja dan dewasa muda, tetapi meningkat kembali pada orang yang lebih
tua (Leventhal, Proschaska, & Hirschman, 1985; dalam Taylor, 2009).
3. Values
Values terkait dengan budaya atau kelompok ekonomi sosial tertentu (Donovan, Jessor, & Costa,
1991; Langlie, 1997; dalam Taylor, 1995). Values sangat mempengaruhi praktek kebiasaan sehat.
Sebagai contoh, olahraga untuk wanita mungkin dianggap diinginkan dalam satu budaya, tapi
tidak diinginkan di budaya lain (Donovan, Jessor, & Costa, 1991; dalam Taylor, 2009).
4. Personal Control
Dalam Taylor (2009) persepsi mengenai kesehatan seseorang berada di bawah kontrol pribadi
juga menentukan kebiasaan sehat. Salah satu yang telah mendapat perhatian adalah locus of
control (Lau, 1988; Rotter, 1966; Strickland, 1978). Sebagai contoh, skala Health Locus of
Control (Wallston, Wallston, & DeVellis, 1978) mengukur sejauh mana orang merasa diri
mereka dapat mengendalikan kesehatan mereka, merasa orang lain yang sangat kuat dapat
mengendalikan kesehatan mereka, atau menganggap keberuntungan sebagai penentu utama
kesehatan mereka.
Orang-orang yang cenderung melihat kesehatan di bawah kontrol pribadi mungkin cenderung
untuk berlatih kebiasaan sehat yang lebih baik daripada mereka yang menganggap kesehatan
mereka sebagai akibat dari faktor keberuntungan (Taylor, 2009).
5. Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial mempengaruhi praktek kebiasaan sehat. Keluarga, teman, dan teman kerja
semua dapat mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan terkadang ke arah
yang bermanfaat, pada waktu yang lain ke arah merugikan (Broman, 1993; turbin at al, 2006).
Sebagai contoh, tekanan teman sebaya sering menyebabkan merokok pada remaja (dalam Taylor,
2009).
6. Personal Goals
Kebiasaan sehat sangat terikat dengan personal goals (Eiser & Lembut, 1998). Jika kebugaran
pribadi atau prestasi atletik merupakan tujuan penting, orang mungkin akan lebih berolahraga
secara teratur daripada jika kebugaran bukan tujuan pribadi (dalam Taylor, 2009).
7. Perceived Symptoms
Beberapa kebiasaan sehat biasanya dikontrol oleh perceived symptoms contohnya perokok
mungkin mengontrol perilaku merokok mereka jika mengalami gangguan di tenggorokan
mereka. Perokok yang bangun dengan batuk-batuk dan tengguorkan yang sakit mungkin akan
berpikir kembali bahwa dia sebenarnya bisa mempunyai masalah kesehatan pada saat itu (Taylor,
2009).
Akses pelayanan kesehatan juga bisa mempengaruhi praktek perilaku sehat dengan
menggunakan program screaning tubercolosis (TBC), mendapatkan Pap-Smear secara regular,
mendapatkan mammogram dan mendapatkan imunisasi pada masa kecil adalah perilaku sehat
yang berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan (Taylor, 2009).
9. Faktor Kognitif
Pada akhirnya, praktek perilaku sehat berkaitan dengan faktor-faktor kognitif, seperti
pengetahuan dan intelegensi (Jeccard, Dodge, & Guilamo-Ramos, 2005). Misalnya, keyakinan
terhadap perilaku sehat tertentu yaitu bermanfaat.
D. Model teori prilaku sehat ( the leventhal's self regulatory model dengan fokus pada
persepsi gejala, kognisi sakit dan koping terhadap sakit )
1. Persepsi Gejala
a. Hal-hal yang dapat memengaruhi individu dalam mempersepsikan gejala sakit yang
mereka alami •Perbedaan individu
1) Fokus internal vs eksternal
2) Demografik
3) Mood, kognisi, dan konteks sosial
b. Perilaku kesehatan Ada Dua Aspek utama;
1) Aspek Fisik
2. Faktor Prilaku ini mempunyai pengaruh besar terhadap status kesehatan individu dan
masyarakat. Prilaku manusia terwujud dalam bentuk: Pengetahuan, sikap dan tindakan
dengan Kata lain prilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang
berasal dalam dirinya respon ini bersifat Pasif (Tanpa Tindakan: Berpikir, Berpendapat,
Bersikap) maupun Aktif (melakukan Tindakan)
Prilaku Kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungannya.
Menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakan yang berhubungan dengan
kesehatan
Prilaku Aktif (overt) sedangkan Prilaku Pasif tidak tampak misalnya, pengetahuan, persepsi dan
motivasi. Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, tidak selalu bersifat obyektif.
Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu & unsur
sosial-budaya.
Petugas kesehatan berusaha menerapkan kriteria medis yang obyektif berdasarkan simptom untuk
mendiagnosis kondisi fisik individu. Perubahan Prilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
dari dalam maupun dari luar individu.
Dalam pembentukan dan perubahan perilaku ialah; Persepsi, Motivasi dan Emosi.
Persepsi Adalah pengamatan yang merupakan kombinasi penglihatan, pendengaran, penciuman
serta pengalaman masa lalu.
Sikap selain bersifat positif dan negatif sikap memiliki kedalaman yang berbeda-beda (sangat
benci, agak benci dsb) sikap itu tidak sama dengan prilaku. Prilaku tidak selalu mencerminkan
sikap seseorang.
Sikap seseorang bisa berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang obyek tsbt,
melalui persuasi srt tkn dr klmpk sos
(a) Afektif
(b) Emotional discharge
(c) Resigned acceptance
E. Interaksi antara kognisi sakit dan dampak kesehatan melalui pendekatan the central of
coherence
Leventhal, dkk mendefinisikan kognisi sakit (illness cognition) sebagai kepercayaan implisit
pasien yang didasarkan pada common sense mereka mengenai sakit yang sedang mereka alami.
Kuesioner ini disusun oleh Weinman dkk (1996) dan diberi nama Illness Perception
Questionnaire (IPQ). Kuesioner ini mengukur dimensi identitas, penyebab, konsekuensi, time
line, dan cure/control
1. Mengukur treatment belief Horne, dkk (1999) menyusun Beliefs about Medicine
Questionnaire The central of coherence 30
2. Konsistensi kepercayaan penyebab sakit dengan kepercayaan mengenai treatment penting
untuk memprediksi outcome
3. Leventhal dkk mendeskripsikan hubungan antara penyebab dan solusi dengan
menggunakan aturan ‘if....then...’
Sebagai Contoh :
The central of cohorence juga disebut teori koherensi pusat menunjukkan bahwa tertentu persepsi
- kognitif gaya, longgar digambarkan sebagai kemampuan terbatas untuk memahami konteks atau
untuk "melihat gambaran besar", mendasari gangguan sentral dalam autisme dan gangguan
spektrum autisme terkait . Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan
gangguan interaksi sosial dan komunikasi, serta perilaku berulang dan minat yang terbatas.
Teori koherensi sentral yang lemah mencoba menjelaskan bagaimana beberapa orang yang
didiagnosis. interaksi kognisi autisme dapat menunjukkan kemampuan luar biasa dalam mata
pelajaran seperti matematika dan teknik .
Dampaknya memiliki masalah dengan keterampilan bahasa dan cenderung hidup di dunia sosial
yang terisolasi. Teori ini adalah salah satu model konseptual yang lebih menonjol yang mencoba
menjelaskan kelainan individu autis pada tugas-tugas yang melibatkan proses kognitif lokal dan
global.
F. Bagaimana aplikasi kognisi sakit dan mengukur kognisi sakit menggunakan kuesioner
Leventhal, dkk mendefinisikan kognisi sakit (illness cognition) sebagai kepercayaan implisit
pasien yang didasarkan pada common sense mereka mengenai sakit yang sedang mereka alami
1. Identitas
2. Penyebab sakit
3. Time line
4. Konsekuensi
5. Curability/controllability
6. Mengukur illness belief
Kuesioner ini disusun oleh Weinman dkk (1996) dan diberi nama Illness Perception
Questionnaire (IPQ). Kuesioner ini mengukur dimensi identitas, penyebab, konsekuensi, time
line, dan cure/control. Mengukur treatment belief Horne, dkk (1999) menyusun Beliefs about
Medicine Questionnaire.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menulis makalah “Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Gangguan Kebutuhan oksigenasi.
Penulis Dapat Mengambil Keputusan Sebagai Berikut :
1. Setelah Menulis makalah bio-psikososial ini Penulis Mengetahui dan mendapat gambaranya.
2. Mengetahui cara aplikasi kognitisi Yang harus Di Berikan Pada saat mengalami the sentral of
coherence.
3. Mengetahui variasi dan prediksi sakit
B. Saran
Setelah penulis membuat makalah ini, penulis menjadi tahu pentingnya asuhan keperawatan pada
pasien dengan kebutuhan oksigenasi. Oleh karena itu penulis mulai memahami tentang konsep sehat dan
sakit, variasi serta faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan serta pengaplikasiaan kognisi yang lebih
tepat.