Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL


“TERAPI KOMPLEMENTER DAN MANAJEMEN NYERI”

DOSEN PEMBIMBING
Chilyatiz Zahroh, S.Kep.Ns.,M.Kep.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2/ 5B

1. Dwiyanti Nur Fadilah 1130019034


2. Lucky Ramadhani 1130019037
3. Oky Istiowati 1130019038
4. Firda Datil Amalia 1130019083
5. Alfiyah Nurhidayati 1130019107

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya saya mampu untuk menyelesaikan
makalah dengan judul Terapi Komplementer dan Manajemen Nyeri.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena
kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah
yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Surabaya, 05 Oktober 2021

(Kelompok 7)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................4
1.2 Rumusan masalah....................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................6
1.4 Manfaat....................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Nyeri ...................................................................................7
2.2 Terapi Komplementer.............................................................................11
2.3 Hubungan manajemen Nyeri dan Terapi Komplementer.......................17
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................21
3.2 Saran........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri didefinisikan sebagai nyeri yang berhubungan dengan lesi atau
penyakit pada sistem saraf somatosensori, yang dapat terjadi akibat pembedahan
dan berbagai kondisi, termasuk diabetes, infeksi herpes zoster, stroke, multiple
sclerosis, dan lesi medula spinalis (Attal et al., 2018). Nyeri neuropatik
merupakan masalah umum dalam praktik klinis. Persisnya seberapa umum nyeri
neuropatik dapat sulit untuk diukur karena terdapat masalah dengan bagaimana
mendefinisikan dan menilai nyeri neuropatik, tetapi prevalensi pada populasi
umum diperkirakan antara 7% dan 10% (Van Hecke et al., 2014). Lebih dari
40% dari orang dewasa menggunakan pendekatan pelengkap dalam mengobati
nyeri. Pengeluaran out-of-pocket keseluruhan untuk pendekatan kesehatan
pelengkap adalah sekitar $ 30 miliar per tahun.
Selain terapi secara farmakologi nyeri dapat diatasi dengan penatalaksanaan
terapi farmakologis dan non- farmakologis. Beberapa terapi farmakologi yang
digunakan sebagai manajemen nyeri seperti analgesik sistemik, senyawa
analgesik narkotik, agen pembangkit efek analgesik. Efek samping dari terapi
tersebut mual, muntah, pusing. Beberapa dari terapi non farmakologis yang
sering diterapkan antara lain teknik pernafasan, akupuntur, transcutaneus electric
nerve stimulations (TENS), audionalgesia, kompres dengan suhu panas dingin,
pijat dan aromaterapi (Gondo dkk, 2011).
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional
ke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal
sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks
dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga
ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh
bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam
kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).

4
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat
selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah.
Terapi komplementer terutama akan dirasakan lebih murah bila klien dengan
penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan dana. Pengalaman klien yang
awalnya meng gunakan terapi modern menunjukkan bahwa biaya membeli obat
berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan setelah menggunakan terapi
komplementer (Nezabudkin, 2007).
Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian banyak negara,
hal ini karena filosofi holistic pada terapi komplementer yang bermakna adanya
harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat dan berkembangnya penelitian terhadap
terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi dalam
memberikan terapi komplementer. Perawat dapat berperan sebagai konsultan
untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu
memberikan terapi secara langsung. Pemberian terapi komplementer dalam
asuhan keperawatan perlu dikembangkan lebih lanjut dalam penelitian
berdasarkan (evidance based practice) sehingga dapat dijadikan terapi tambahan
dalam asuhan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dari manajemen nyeri?
2. Bagaimana etiologi pada manajemen nyeri?
3. Bagaimana patofisiologi pada manajemen nyeri?
4. Bagaimana cara penanganan pada manajemen nyeri?
5. Bagaimana pengertian dari terapi komplementer?
6. Apa saja jenis-jenis terapi komplementer?
7. Bagaimana kontra indikasi pada terapi komplementer?
8. Bagaimana cara melakukan terapi komplementer?
9. Bagaimana hubungan manajemen nyeri dengan terapi komplementer?

5
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Pembaca mampu memahami tentang konsep dari Manajemen Nyeri dan
Terapi Komplementer.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen nyeri
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi pada manajemen nyeri
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi pada manajemen nyeri
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan pada manajemen nyeri
5. Untuk mengetahui bagaimana pengertian dari terapi komplementer
6. Untuk mengatahui apa saja jenis-jenis terapi komplementer
7. Untuk mengetahui kontra indikasi pada terapi komplementer
8. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan terapi komplementer
9. Untuk mengetahui hubungan manajemen nyeri dengan terapi
komplementer

1.4 manfaat

Manfaat Teoritis Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat


memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Manajemen Nyeri dan Terapi
Komplementer.
Manfaat Praktis Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai suatu pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu
tersebut dapat dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Nyeri


Manajemen nyeri adalah mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat dan konstan. Manajemen nyeri bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang
sampai mengganggu aktivitas penderita. Manajemen nyeri akan diberikan ketika
seorang merasakan sakit yang signifikan atau berkepanjangan. Tujuan adanya
manajemen nyeri antara lain: mengurangi rasa nyeri yang dirasakan,
meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sakit dan meningkatkan kualitas hidup.
(Pawitri, Anandika. 2020)
Ada beberapa kategori yang bisa diringankan dengan manajemen nyeri
seperti: (Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017)
1. Nyeri akut
Merupakan nyeri yang terjadi tiba-tiba dan hanya berlangsung sebentar dan
sesekali. Biasanya, nyeri akut terjadi karena patah tulang, kecelakaan, terjatuh,
luka bakar, persalinan, dan operasi.
2. Nyeri kronis
Jenis nyeri yang terjadi selama lebih dari 6 bulan dan dirasakan hampir setiap
hari. Biasanya, nyeri kronis diawali dengan nyeri akut namun tidak hilang
meskipun cedera atau penyakit telah sembuh. Biasanya, nyeri kronis terjadi
karena nyeri tulang belakang, kanker, diabetes, sakit kepala, atau masalah pada
sirkulasi darah.
3. Nyeri yang terjadi tiba-tiba (breakthrough pain)
Breakthrough pain yaitu jenis nyeri dengan rasa ditusuk-tusuk yang terjadi
dengan cepat. Nyeri ini terjadi pada seseorang yang sudah mengonsumsi obat
untuk mengatasi nyeri kronis akibat kanker atau arthritis. Breakthrough pain
bisa terjadi saat seseorang melakukan aktivitas sosial, batuk, atau stres. Lokasi
terjadinya nyeri kerap terjadi di titik yang sama.

7
4. Nyeri tulang
Ciri-cirinya adalah rasa nyeri dan ngilu di satu tulang atau lebih dan muncul
saat berolahraga atau beristirahat. Pemicunya bisa karena kanker, patah tulang,
hingga osteoporosis.
5. Nyeri saraf
Merupakan jenis nyeri yang terjadi karena ada peradangan saraf. Sensasinya
seperti ditusuk-tusuk dan terbakar. Bahkan beberapa penderitanya yang
menjelaskan sensasinya seperti tersetrum dan jadi kian parah di malam hari.
6. Nyeri seperti ditusuk, kram, atau terbakar (phantom pain)
Phantom pain terasa seperti datang dari bagian tubuh yang tidak lagi ada di
tempatnya. Biasanya, orang yang menjalani amputasi kerap merasakannya.
Phantom pain bisa mereda seiring dengan berjalannya waktu.
7. Nyeri jaringan lunak
Nyeri ini terjadi karena ada peradangan jaringan, otot, atau ligamen. Biasanya
berhubungan dengan cedera saat olahraga, nyeri tulang belakang, hingga
masalah saraf sciatica.
8. Nyeri alih pada bagian tubuh tertentu
Nyeri alih terasa seperti datang dari titik tertentu namun sebenarnya merupakan
dampak dari cedera atau peradangan di organ lain atau lokasi lain. Misalnya
masalah di pankreas akan menyebabkan rasa nyeri di perut bagian atas hingga
punggung.

2.1.1 Pengertian Nyeri


Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,
bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal
skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015).
Nyeri adalah pengalaman subjektif yang umum terjadi pada anakanak, baik
karena ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada anak-anak sulit
untuk diidentifikasi secara akurat. Hal ini tentu berakibat pemberian manajemen
nyeri tidak efektif sehingga menimbulkan dampak negatif berupa peningkatan

8
intensitas, frekuensi, durasi nyeri atau derajat terkait kerusakan pada tubuh anak-
anak (Truba & Hoyle, 2014).
Nyeri juga dapat menstimulasi gejala aspek fisiologis berupa tanda-tanda
vital, seperti tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu (El-
Gawad & Elsayed, 2015; Karakaya & Gözen, 2015).

2.1.2 Etiologi
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik,
thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi),
gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir
adalah trauma psikologis (Handayani, 2015).

2.1.3 Patofisiologi
Definisi nyeri berdasarkan International Association for the Study of
Pain (IASP, 1979) adalah pengalaman sensoris dan emosi yang tidak
menyenangkan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial
terjadi kerusakan jaringan. Sebagai mana diketahui bahwa nyeri tidaklah selalu
berhubungan dengan derajat kerusakan jaringan yang dijumpai. Namun nyeri
yang dipengaruhi oleh genetik, latar belakang kultural, umur dan jenis kelamin.
Kegagalan dalam menilai faktor kompleks nyeri dan hanya bergantung pada
pemeriksaan fisik sepenuhnya serta tes laboratorium mengarahkan kita pada
kesalahpahaman dan terapi yang tidak adekuat terhadap nyeri, terutama pada
pasien-pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak dan pasien
dengan gangguan komunikasi. Setiap pasien yang mengalami trauma berat
(tekanan, suhu, kimia) atau pasca pembedahan harus dilakukan penanganan
nyeri yang sempurna, karena dampak dari nyeri itu sendiri akan menimbulkan
respon stres metabolik (MSR) yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh dan
memperberat kondisi pasiennya.
Hal ini akan merugikan pasien akibat timbulnya perubahan fisiologi dan
psikologi pasien itu sendiri, seperti - Perubahan kognitif (sentral) : kecemasan,
ketakutan, gangguan tidur dan putus asa - Perubahan neurohumoral :
hiperalgesia perifer, peningkatan kepekaan luka - Plastisitas neural

9
(kornudorsalis) : transmisi nosiseptif yang difasilitasi sehingga meningkatkan
kepekaan nyeri. - Aktivasi simpatoadrenal : pelepasan renin, angiotensin,
hipertensi, takikard - Perubahan neuroendokrin : peningkatan kortisol,
hiperglikemi, katabolisme Nyeri pembedahan sedikitnya mengalami dua
perubahan, pertama akibat pembedahan itu sendiri yang menyebabkan
rangsangan ujung saraf bebas dan yang kedua setelah proses pembedahan terjadi
respon inflamasi pada daerah sekitar operasi, dimana terjadi pelepasan zat-zat
kimia (prostaglandin, histamin, serotonin, bradikinin, substansi P dan lekotrein)
oleh jaringan yang rusak dan selsel inflamasi. Zat-zat kimia yang dilepaskan
inilah yang berperan pada proses transduksi dari nyeri.

2.1.4 Penanganan
Apabila kita atau keluarga mengalami nyeri segera lah menghubungi
dokter atau perawat untuk mendapatkan penanganan nyeri. Penatalaksanaan
nyeri di bagi menjadi 2 yaitu dengan menggunakan obat dan tanpa menggunakan
obat. Penanganan nyeri tanpa obat dapat dilakukan secara mandiri atau dengan
bimbingan dokter atau perawat diantaranya :
a. Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Bertujuan untuk meningkatkan fungsi paru-paru, memelihara pertukaran gas,
meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik dan emosional,
menurunkan kecemasan dan mengurangi nyeri.
Tehnik ini sangat sederhana tetapi bila dilakukan dengan baik dapat
mengurangi rasa nyeri.
Caranya yaitu tarik nafas dalam dari hidung kemudian mengeluarkannya
secara berlahan melalui mulut. Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan.
b. Distraksi ( pengalihan selain nyeri )
Adalah memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain nyeri. Metode nyeri
dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain sehingga klien
akan lupa terhadap nyeri yang dialami. Contohnya diantaranya : menonton
TV, membaca buku, ngobrol dengan keluarga dan lain – lain.

10
c. Aromaterapi
Terapi dengan menggunakan wewangian alamiah yang mengandung unsur-
unsur herbs dengan pendekatan sistem keseimbangan alam. Terapi dengan
wewangian membuat efek rileks, menghilangkan stress dan membuat pikiran
menjadi tenang. Wewangian tertentu diyakini dapat mempengaruhi sistem
syaraf terutama otak untuk bekerja memproduksi penetral  yang
menyebabkan nyeri
d. Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah terapi dengan menggunakan hypnosis Diterapi terlebih
dahulu membuat anda masuk dalam kondisi relaksasi.
e. Teknik Imajinasi Terbimbing
Adalah membayangkan sesuatu yang menarik dan menyenangkan seperti
pengalaman hidup yang indah, membayangkan berwisata dan lain – lain.
f. Teknik Rangsangan dan Pijatan
Tehnik rangsangan berupa kompres air hangat pada daerah sekitar nyeri dapat
melebarkan pembuluh darah yang mengalir ke area nyeri. Sehingga rasa nyeri
dapat berkurang.

2.2 Terapi Komplementer


2.2.1 Pengertian
a. Terapi komplementer adalah terapi yang digunakan sebagai tambahan atau
bersama-sama dengan pengobatan konvensional yang direkomendasikan oleh
layanan perawatan kesehatan seseorang. Seperti namanya, terapi
komplementer melengkapi perawatan integ konvensional. Terdiri atas
berbagai macam terapi seperti sentuhan penu terapeutik yang mengandung
metode diagnostik dan terapeutik yang memerlukan pelatihan khusus. (Sri
dkk, 2020)
b. Terapi komplementer adalah suatu disiplin ilmu yang digunakan bersamaan
dengan pengobatan konvensional. ( Eqlima,2020)
c. Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum
tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional.(Zulfa dkk, ,2020)

11
d. Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai
Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.(Zulfa
dkk, 2020)
e. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan
modern.( Zulfa dkk, 2020)
f. Terapi komplementer merupakan pengobatan holistik dengan terapi
tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern. Terapi
komplementer juga dikenal sebagal terapi modalitas atau aktivitas dengan
pendekatan ortodoks pelayanan kesehatan. Terapi komplemfenter disebut
juga terapi alternatif sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya
pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai
dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan
kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada.(Rajin,2020)

2.2.2 Macam-Macam Terapi Komplementer


A. Terapi komplementer ada yang invasif dan noninvast. Contoh terapi
komplementer invast adalah akupurtur dan cupping (bekam basah) yang
menggunakan jarum dalam pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif
sepers terapi energy (reki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis
(herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi
colon dan terapi sentuhan modalitas, akupresur, pjat bayi, refleksi, reiki,
rofing, dan terapi lainnya. National Center for Complementary Alternative
Medicine (NCCAM)membuat klasikasi dari berbagai terapi dan system
pelayanan dalam lima kategori
1. Terapi Tubuh-Pikiran (Mind-body Therapy) Mind-moby Therapy adalah
memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi
kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh
misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling,
biofeedback, humor, tal chi, dan terapi sendiri.
2.Terapi Biomedis

12
Adalah Aternatif sistem pelayanan yahu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis, berbeda dari Barat
misalnya pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan as Amerka,
cundarismo, homeopathy, naturopathy
3.Terapi biologis
yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal,
makanan). Kategori keempat adalah terapi manipulatif dan sistem tubuh.
Terapi ini didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya
pengobatan kiropraksi, macam-macam pijat, rolfing terapi cahaya dan
warra, serta hidroterapi. Terakhir, terapi energi yaitu terapi yang fokusnya
berasal dan energi dalam tubuh (biofields) atau mendatangkan energi dari
luar tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki,
external qi gong. magnet Klasifikasi kategori kelima ini biasanya dijadikan
satu kategori berupa kombinasi antarabiofield dan bioelektromagnetik.
(Rajin,2020)
B. Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan komplementer bersifat umum
dan menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran dan konsentrasi,
sentuhan ringan, pergerakan, dan lain-lain) untuk membanti individu merasa
lebih baik dan beradaptasi dengan kondisi akut dan akut. Berikut jenis-jenis
terapi yang dapat diakses keperawatan, yaitu :
a. Terapi Relaksasi
Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum kognitif,
fisiologis, dan stimulasi perilaku. Relaksasi juga melibatkan penurunan
stimulasi. Proses relaksasi memperpanjuang serat otot, mengurangi
pengiriman impuls neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi aktivitas
otak juga sistem tubuh lainnya. Relaksasi membantu individu membangun
keterampilan kognitif untuk mengurangi cara yang negatif dalam
merespon situasi dalam lingkungan mereka. Keterampilan kognitif adalah
seperti sebagai berikut :
1. Fokus (kemampuan untuk mengidentifikasi, membedakan,
mempertahankan perhatian pada, dan mengembalikan perhatian pada
rangsangan ringan untuk periode yang lama).

13
2. Pasif (kemampuan untuk menghentikan aktivitas analisis dan tujuan
yang tidak berguna).
3. Kesediaan (kemampuan untuk menoleransi dan menerima pengalaman
yang tidak pasti, tidak dikenal, atau berlawanan).
Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu
memonitor dirinya secara terusmenerus terhadap indikator ketegangan,
serta untuk membiarkan dan melepaskan dengan sadar ketegangan yang
terdapat di berbagai bagian tubuh.
b. Meditasi dan Pernapasan
Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan rangsangan
dengan perhatian langsung pada suatu rangsangan yang berulang atau
tetap. Ini merupakan terminasi umum untuk jangkauan luas dari praktik
yang melibatkan relaksasi tubuh dan ketegangan pikiran. Menurut Benson,
komponen relaksasi sangat sederhana, yaitu :
1. ruangan yang tenang,
2. posisi yang nyaman,
3. sikap mau menerima, dan
4. fokus perhatian.
Praktik meditasi tidak membutuhkan seorang pengajar, banyak
individu mempelajari prosesnya dari buku atau kaset, dan mudah untuk
diajarkan . Sebagian besar teknik meditasi melibatkan pernapasan,
biasanya pernapasan perut yang dalam, relaks, dan perlahan. ( Zulfa dkk,
2018)
C. Macam-Macam Terapi Komplementer Menurut National Center for
Complementary and Alternative Medicine of National Institutes of Health
(NIH).
pengobatan komplementer dan alternatif (CAM) dapat meliputi:
Aromaterapi, Akupuntur, Naturopati, Terapi Nutrisi, Teknik Alexander,
Osteopathic, Manipulative Therapy (OMT), Ayurved, Qi gong (Qigong
internal dan eksternal), Biofeedback, Kiropraktik, Terapi diet, Refleksologi,
Terapi Herbal, Reiki, Penyembuhan Spiritual, Keperawatan Holistik, Tại Chi,

14
Homeopati, Terapi Pijat, Hipnosis, Traditional Chinese, Medicine (TCM),
dan Pengobatan, Yoga. (Eqlima, 2020)
Sedangkan untuk penetapan tindakan komplementer yang dapat dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Di Negara
Indonesia terdapat 3 jenis teknik pengobatan komplementer medis yang telah
diintegrasikan ke dalam pelayanan medis konvensional, yaitu:
1. Akupuntur medik yaitu metode pengobatan alternatif yang telah dilandasi
dengan ilmu biomedik serta bersinergis dengan pengobatan
konvensional. Disebut pengobatan alternatif karena akupuntur adalah
pengobatan tradisional dari Cina yang digunakan di Indonesia.
Akupuntur bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan
tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri).
2. Terapi hiperbarik, yaitu metode terapi dimana pasien berada di dalam
sebuah ruangan dan diberikan tekanan oksigen murni. Terapi ini sering
digunakan pada pasien dengan kasus gangrene untuk mencegah
amputasi.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam,
baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian
maupun berupa fitofarmaka. (Zainal,2019)
D. Jenis-jenis terapi Komplementer sesuai PERMENKES No:
1109/Menkes/Per/IX/2007, antara lain: Intervensi tubuh dan pikiran (mind
and body interventions) meliputi :
1. Hipnoterapi, Mediasi, Penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif meliputi: Akupuntur,
E. Akupresur, Naturopati, Homeopati, aromaterapi, ayurveda
1. Cara penyembuhan manual meliputi: chiropractice, healing touch, tuina,
shiatsu,mosteopati, pijat urut
2. Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi: jamu, herbal,
gurah(KEMENKES)

2.2.3 Kontra dan Indikasi dilakukan terapi

15
Risiko efek samping dari terapi komplementer Meski memberikan manfaat
untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu, pengobatan alternatif dan herbal ini
tetap memiliki efek samping. Contoh orang yang menjalani akupuntur bisa
mengalami efek samping berupa perdarahan atau memar pada kulit.
Sementara pada terapi homeopati, penggunaan obat bisa saja menimbulkan
intetaksi dengan obat lain yang juga diminum pasien. Risiko efek samping
tersebut bisa terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, lebih tinggi terjadi pada orang
dengan alat pacu jantung, sedang hamil, memiliki kelainan darah, atau masalah
kesehatan lainnya. Oleh karena itu, perlu mempertimbangkan manfaat sekaligus
keamanan terapi komplementer sebelum mencobanya. (KEMENKES)

2.2.4 Cara Melakukan Terapi Komplementer


1. Pengobatan alternatif tradisional
a) Menggunakan penyisipan jarum tipis ke kulit pada titik-titik tertentu di
tubuh.
b) Dalam pengobatan ini, herbal, rempah, dan ekstrak minyak digunakan
secara esktensif.
c) Pengobatan berbasis diet dan herbal
Proses pemulihan tubuh dari suatu penyakit bisa dengan memenuhi
kebutuhan nutrisi. Pendekatan inilah yang menjadi fokus utama pada terapi
komplementer ini. Pasien perlu menambahkan jenis makanan tertentu yang
kaya vitamin, mineral, serat, atau minyak sehat. Selain lewat makanan,
kebutuhan nutrisi juga bisa pasien penuhi dengan suplemen. Sementara
penggunaan obat herbal, kemungkinan pasien tempuh karena obat tersebut
diyakini memiliki senyawa aktif antiradang, antioksidan, atau antimikroba
yang bisa membantu penyembuhan penyakit, contohnya jamu.
d) Pengobatan berbasis pengendalian pikiran
1) Hipnosis: praktik psikologis yang melibatkan sugesti dan induksi untuk
membantu merelaksasikan pikiran.
2) Biofeedback: serangkain teknik untuk mengendalikan respons tubuh
yang tidak terkendali dengan bantuan alat pembaca suhu tubuh,
pendeteksi aktivitas gelombang otak, dan pembaca ketegangan otot.

16
3) Meditasi: latihan untuk memfokuskan pikiran sehingga otak jadi lebih
jernih dan pikiran jadi lebih tenang.
e) Pengobatan dengan energi eksternal dan indera tubuh
Penggunaan energi eksternal (energi dari luar tubuh) dapat secara
langsung memengaruhi kesehatan. Begitu pula dengan perawatan yang
melibatkan ketajaman indera, mulai dari penglihatan, pendengaran, dan
penciuman juga dapat memberikan pengaruh positif pada kesehatan.
1) Reiki: pengobatan alternatif jepang dengan terapi relaksasi sekaligus
mengalirkan energi healing (energi penyembuhan).
2) Qigong: Terapi asal Tiongkok yang berupa aktivitas fisik yang
mengintegrasikan gerakan tubuh, dengan pikiran, dan pengaturan napas.
3) Terapi elektromagnetik: terapi menggunakan medan magnet frekuensi
rendah untuk mengatasi nyeri.
4) Terapi indera: perawatan yang meliputi terapi visualisasi, terapi musik,
atau terapi seni yang biasanya berguna untuk membantu meringankan
stres atau kecemasan. (KEMENKES)

2.3 Hubungan Manajenen Nyeri dengan Terapi Komplementer


Nyeri menjadi keluhan utama yang paling sering dirasakan oleh penderita dan
menjadi alasan paling umum untuk mencari dan mendapatkan bantuan medis.
Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian banyak negara, hal
ini karena filosofi holistic pada terapi komplementer yang bermakna adanya
harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat dan berkembangnya penelitian terhadap
terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi dalam
memberikan terapi komplementer. Perawat dapat berperan sebagai konsultan
untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu memberikan
terapi secara langsung. Pemberian terapi komplementer dalam asuhan
keperawatan perlu dikembangkan lebih lanjut dalam penelitian berdasarkan
(evidance based practice) sehingga dapat dijadikan terapi tambahan dalam asuhan
keperawatan.

17
terapi komplementer yang termasuk dalam kategori Sensory therapies Movement
adalah sebagai berikut:
1. Aromaterapi
Aromaterapi terdiri dari penggunaan minyak atsiri yang wangi untuk
berbagai penyembuhan dan manfaat kesehatan. Aromaterapi sangat efektif
ketika digunakan sebagai terapi tambahan untuk manajemen nyeri. Jopke K,
et., al, 2017 & Halcon 2014). Setelah minyak esensial diserap ke dalam sistem
sirkulasi dan saraf, diperkirakan bahwa semua sistem tubuh dapat dipengaruhi
oleh aromaterapi (Halcon 2014). Pemberian aromaterapi penting untuk
dipertimbangkan ketika mengembangkan rencana perawatan khusus untuk
nyeri.
Aromaterapi lavender bermanfaat untuk relaksasi, kecemasan, mood, dan
pasca pembedahan menunjukkan terjadinya penurunan kecemasan, perbaikan
mood, dan terjadi peningkatan kekuatan gelombang alpha dan beta yang
menunjukkan peningkatan relaksasi. Gelombang alpha sangat bermanfaat
dalam kondisi relaks mendorong aliran energi kreativitas, memberikan
perasaan segar dan sehat.
2. TerapiMusik
Terapi musik adalah terapi sensorik komplementer yang telah digunakan
oleh berbagai budaya selama ribuan tahun. Terapi musik melibatkan
mendengarkan musik, menulis musik, atau memainkan musik. Bentuk terapi
musik yang paling umum melibatkan mendengarkan musik secara aktif. Pasien
dapat memakai headphone atau mendengarkan melalui speaker. Mereka dapat
memilih musik mereka atau mendengarkan daftar lagu yang ditentukan yang
dikembangkan oleh seorang terapis musik. Dari musik klasik ke suara alam,
dan country ke rock and roll, musik dapat memiliki efek fisik yang berbeda,
termasuk penurunan kecemasan dan stres, meningkatkan suasana hati,
penurunan detak jantung dan tekanan darah, peningkatan sirkulasi, dan
penurunan persepsi nyeri.
Terapi musik dapat dimulai dalam pengaturan perawatan pasien. Berbagai
penelitian menunjukkan perbedaan signifikan dalam tingkat nyeri pasien di
rumah sakit, unit perawatan intensif, area perawatan paliatif, dan pengaturan

18
pasca operasi. Terapi musik dapat dilaksanakan oleh terapis musik yang
terlatih, tetapi juga dapat diprakarsai secara independen oleh perawat, pasien,
anggota keluarga, atau anggota tim perawatan kesehatan lainnya.
Musik dapat memberikan efek mengurangi nyeri kronis, mempengaruhi
sistem syaraf otonom yaitu bagian sistem syaraf yang bertanggung jawab
mengatur tekanan darah, denyut jantung, dan fungsi otak yang mengontrol
perasaan dan emosi. Munculnya stimulus yang menyenangkan dari luar tubuh
seperti terapi musik dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus
nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang.
Pemberian terapi komplementer sensory therapies movement untuk
penurunan nyeri dengan aromaterapi dan terapi musik yang berpengaruh dalam
penurunan intensitas nyeri pada pasien ditandai dengan penurunan nilai rata-
rata intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi dan terapi
musik. Hasil ini memberikan gambaran terkait aromaterapi dan terapi musik
dalam meurunkan nyeri. Penelitian lebih lanjut dapat mengeksplorasi jenis
terapi komplementer lainnya serta keefektifan dari terapi komplementer
tersebut dalam penurunan nyeri.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nyeri adalah pengalaman subjektif yang umum terjadi pada anakanak, baik
karena ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada anak-anak sulit
untuk diidentifikasi secara akurat. Hal ini tentu berakibat pemberian manajemen
nyeri tidak efektif sehingga menimbulkan dampak negatif berupa peningkatan
intensitas, frekuensi, durasi nyeri atau derajat terkait kerusakan pada tubuh anak-
anak (Truba & Hoyle, 2014).
Nyeri menjadi keluhan utama yang paling sering dirasakan oleh penderita dan
menjadi alasan paling umum untuk mencari dan mendapatkan bantuan medis.
Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian banyak negara, hal
ini karena filosofi holistic pada terapi komplementer yang bermakna adanya
harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer

3.2 Saran
Maka penting dilakukan penelusuran literatur untuk mengidentifikasi terapi
komplementer sensory therapies movement dalam mengurangi nyeri, sebagai
langkah awal untuk mengetahui permasalahan dan menentukan intervensi yang
tepat dalam mengatasi nyeri yang akan berdampak pada peningkatan kualitas
asuhan keperawatan dalam menangani pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Elfira, Eqlima. 2020. DIAGNOSIS NYERI SENDI. YOGYAKARTA: CV BUDI


UTAMA
El-Gawad S M E, Elsayed L A. Effect of interactive distraction versus. Journal of
Nursing education and Practice, 2015
Handayani, S. 2015. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri
Pawitri, Anandika. 2020. Manajemen Nyeri Prosedur Saat Rasa Sakit Tak
Tertahankan. Diakses dari web https://www.sehatq.com/artikel/manajemen-
nyeri-prosedur-saat-rasa-sakit-tak-tertahankan pada 2 April 2021
Puji A. 2021. Mengenal Terapi Komplenter, Pengobatan Tambahan untuk Bantu
Menyembuhkan Penyakit. Diakses dari https://hellosehat.com/herbal-alternatif/terapi-
komplementer/
Putri, Mawar Eka.2020.Terapi Komplementer Sensory Therapies Movement
Untuk Mengurangi Nyeri: Literature Review.Jurnal Ilmiah Keperawatan
Stikes Hang Tuah Surabaya,15(1),17-26.
Ramdaniati, sri dkk. 2020. Dasar-Dasar Keperawatan(Edisi 9). Singapura.
Rajin, Mukhamad. 2020. Keperawatan Komplementer Terapi Akupunktur. Kediri:
Chakra Brahmanda Lentera
Rufaida,Zulfa.dkk. 2018. Terapi Komplementer. Mojokerto: STIKes Majapahit
Mojokerto
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tetty, S. 2015. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC
Truba, N., & Hoyle, J.D. (2014). Pediatric pain. Journal of Pain Management
.

21

Anda mungkin juga menyukai