Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG

AJAL DAN PALIATIF

“Terapi Komplementer”

DOSEN PEMBIMBING

Edison Siringoringo, S.Kep, Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH

Kelompok 5

1. Reski Nurul Afifah (A.18.10.052)


2. Khaerul Mukrimin (A.18.10.038)
3. Nurul Ihza Luksi (A.18.10.049)
4. Trisnawati (A.18.10.062)
5. Wiwi Oktaviani (A.18.10.064)
6. Yuyu Husnul Khatimah (A.18.10.068)

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2020/2021
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas

rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul

“Terapi Komplementer” tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah

ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis

penulisan maupun materi,mengingat akan kemampuan yang kami miliki.

Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi

penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan

terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

makalah ini, khususnya kepada:

1.Pak Edison Siringoringo, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing

kami.

2.Orangtua dan teman-teman anggota kelompok.

3.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, Sekian penulis

sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, Amin.

Bulukumba, Maret 2020

Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR .........................................................................................i

DAFTAR ISI…....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................3

C. Tujuan Penulisan..................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Palliative Care .................................................................4

B. Tujuan Keperawatan Paliatif .............................................................4

C. Peran Fungsi Perawat pada Asuhan Keperawatan Paliatif ...............5

D. Konsep Terapi Komplementer ..........................................................5

E. Kegunaan dari Terapi Komplementer ...............................................6

F. Klasifikasi Terapi Komplementer .....................................................7

G. Hubungan Terapi Komplementer pada Keperawatan Paliatif ..........16

ii
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................19

B. Saran...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi di keperawatan adalah konsep diri sebagai

penyembuhan harus dipahami dan dialami oleh setiap perawat untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam arahan atau konseling

pasien dalam penggunaan berbagai terapi. Terapi Komplementer ini sudah

dikenal secara luas serta telah digunakan sejak dulu dalam dunia

kesehatan. Namun, dalam beberapa survei yang telah dilakukan mengenai

penggunaan terapi komplementer, cakupan terapi komplementer sendiri

masih agak terbatas.

Thomas Friedman (2005) mengatakan saat ini, dunia kesehatan,

termasuk salah satunya praktisi keperawatan masih bingung tentang apa

itu terapi komplementer. Memperluas pengetahuan tentang perspektif obat

pelengkap seperti terapi komplementer, dilakukan oleh sebagian orang-

orang dalam beberapa budaya di dunia yaitu sangat penting untuk

perawatan kesehatan yang kompeten. Dengan demikian sangat penting

bagi perawat profesional kesehatan untuk melakukan penilaian holistik

pasien mereka untuk menentukan arah yang luas dari penyembuhan

praktek-praktek yang akan mereka jalankan.

Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi

sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi

1
bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara

lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta

orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang

mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain

menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer

di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997.

Kemudian meurut Snyder & Lindquis (2002) yaitu klien yang

menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu

alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya

harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer.

Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan

dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan

sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping

dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi

komplementer.

Kemudian perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam

perawatan pasien yang terminal yang dapat dilakukan secara sederhana,

seringkali prioritas utama adalah kualitas hidup dan bukan kesembuhan

dari penyakit pasien. Tujuan perawatan paliatif adalah meningkatkan

kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai prose normal, tidak

mempercepat atau menunda keamatian, menghilangkan nyeri dan keluhan

lain yang mengganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual,

mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya dan

2
mengusahakan membantu mengatasi duka cita pada keluarga. Reaksi

emosional pada klien paliatif tersebut ada lima yaitu denail, anger,

bergaining, depression dan acceptance (Kubler-Ross,2003).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk

membahas tetang terapi komplementer pada pasien paliatif yaitu dengan

cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada

pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain

diluar pengobatan medis yang Konvensional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang

kami dapat yaitu:

1. Apa pengertian dari terapi komplementer dan klasifikasinya?

2. Bagaimana hubungan terapi komplementer pada keperawatan

paliatif?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian terapi komplementer dan

klasifikasinya.

2. Untuk mengetahui hubungan terapi komplementer pada

keperawatan paliatif.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Palliative Care

Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti

meringankan, dan “Palliare” (bahasa latin yang berarti “menyelubungi”),

merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan

gejala klien, bukan berarti kesembuhan. Perawatan paliatif care adalah

pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan

keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang

dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu meringankan

penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan

nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011).

Kemudian menurut Kemenkes RI No. 812 (2007) paliatif care

(perawatan paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup

pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait

dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui penceghan-pencegahan

sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah lain, fisik, psikososial,

spirirtual.

B. Tujuan Keperawatan Paliatif

Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi

penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas

hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada

4
akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah

siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang

dideritanya.

C. Peran Fungsi Perawat Pada Asuhan Keperawatan Paliatif

Pelaksana perawat yaitu pemberi asuhan keperawatam, penddikan

kesehatan, koordinator, advokasi, kolaborator, fasilitator, modifikasi

lingkungan, kemudian pengelola yaitu manajer kasus, konsultan,

koordinasi. Pada penddik yaitu di pendidikan / dipelayan, perawat juga

berperan sebagai peneliti.

D. Konsep Terapi Komplementer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah

usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan

penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi,

bersifat menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan

tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional

yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia.

Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.Menurut WHO (World

Health Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-

konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan,

sehingga  untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan

komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan

tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman

5
dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu

negara. Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam -

macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk

yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional

(Widyatuti, 2012).

E. Kegunaan dari Terapi Komplementer

Para pengidap HIV (Human Immunodeficiency

Virus), dengan pemenuhan nutrisi dan ketenangan spiritual bisa

memperpanjang harapan hidup mereka. Terapi alternatif komplementer,

seperti; akupunktur, akupressur, meditasi, dan mengomsumsi tanaman

obat dapat menambah daya tahan tubuh dan pertumbuhan sel-sel imun.

Pernyataan ini pernah dikemukakan oleh Putu Oka Sukanta, akupunturis

sekaligus pembicara dalam talk show yang diadakan Indonesia HIV

Prevention and Care Project (IHPCP) di Indonesia Sehat Expo 2007,

Jakarta Convention Center, Rabu (24/10). Menurut Putu Oka Sukanta,

ketenangan spiritual dan nutrisi peningkat daya tahan membuat virus lebih

jinak dan memperlambat perkembangannya dalam tubuh manusia,

sehingga memberi kesempatan CD4 yaitu sel pembentuk daya tahan

tubuh  untuk berkembang dan memperbanyak diri.

6
F. Klasifikasi Terapi Komplementer

1. Sistem medis alternatif

a. Akupuntur

Akupuntur merupakan salah satu komponen dari obat

tradisional Cina. Hal ini didasarkan pada keyakinan di qi (kekuatan

hidup), yang merupakan energi yang mengalir melalui tubuh

sepanjang jalur yang dikenal sebagai meridian. Setiap

ketidakseimbangan dalam qi diduga mengakibatkan kesulitan atau

penyakit. Ada 12 meridian utama diyakini sebagai titik akupuntur

yang sesuai dengan setiap bagian tubuh dan organ. Untuk

menyeimbangkan aliran qi, jarum sekali pakai yang sangat halus

dimasukkan ke dalam acupoints di bawah kulit. Dasar biologis dari

qi belum ditemukan, namun diperkirakan bahwa akupuntur

menstimulus endorfin dan neurotransmiter lain di otak.

Akupunktur telah terbukti efektif untuk nyeri dan kemoterapi

terkait mual dan muntah.

Risiko akupunktur berhubungan dengan ketidaknyamanan

ringan. Hanya jarum sekali pakai yang digunakan. Hal ini penting

untuk mengetahui seorang praktisi akupuntur yang berkualitas.

Ahli akupunktur harus memiliki pengalaman sebelumnya dengan

pasien kanker. Di New York State ahli akupunktur harus memiliki

lisensi dan harus memiliki 40 sampai 50 jam pelatihan.

7
Kontraindikasi akupuntur pada lymphedema (risiko

infeksi), alat pacu jantung (tidak ada electroacupuncture; bisa

mengganggu irama jantung), dan kehamilan (perlu menghindari

titik-titik tertentu yang bisa merangsang rahim). Dana-Farber

Cancer Institute di Boston, kontraindikasi akupunktur adalah ANC

<500 / µL, trombosit <25.000 / µl, demam neutropenia, situs

metastasis, situs iradiasi (berkelanjutan untuk 4 minggu setelah),

INR> 3,5-4,0, dan transplantasi sel induk (2 minggu sebelum 3

bulan setelah itu). Akupuntur tidak akan mengganggu obat nyeri.

b. Akupresur

Akupresur adalah teknik pengobatan Cina tradisional yang

didasarkan pada ide-ide yang sama seperti akupunktur. Akupresur

melibatkan penempatan tekanan fisik dengan tangan pada titik-titik

akupuntur yang berbeda pada permukaan tubuh. Ada tiga titik

akpresur yang perawat dapat gunakan atau ajarkan pada pasien

kanker untk menstimulasi diri. Titik pada usus besar dapat diakses

oleh pasien/keluarga/perawat. Lokasi bagian berdaging dari kedua

tangan antara ibu jari dan jari telunjuk dan kemudian tekan dengan

ibu jari tangan berlawanan sampai pasien merasakan tekanan. Titik

perut terletak di sisi lateral lutut antara patella dan puncak tibia.

Titik mual dan muntah terletak dua inci proksimal ke puncak

melintang dari pergelangan tangan antara dua tendon. Tekan

dengan ibu jari secara melingkar selama 1 sampai 2 menit.

8
2. Mind-body medicine

a. Meditasi

Meditasi adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri

secara sengaja. Ada dua kategori meditasi: konsentrasi dan

kesadaran. Metode konsentrasi menumbuhkan kemanunggalan

perhatian dan mulai dengan mantra (suara diulang, kata, atau frase)

seperti dalam meditasi transendental. Praktek pengurangan stres

berbasis kesadaran mulai dengan pengamatan pikiran, emosi, dan

sensasi tanpa penilaian yang muncul di bidang kesadaran.

Meditasi telah membantu untuk pasien kanker yang sakit

parah untuk menghilangkan rasa sakit fisik dan emosional. Banyak

pasien kanker meninggal menemukan bahwa ketenangan dan

tenang pada meditasi menimbulkan perasaan yang mendalam dari

penerimaan, kesejahteraan, dan kedamaian batin. Sebuah studi

yang dilakukan pada 51 pasien rawat jalan dengan nyeri kronis

dengan program 10-minggu menunjukkan penurunan 50% rasa

sakit. Meditasi mengurangi tingkat stres yang berpotensi dapat

mengurangi pengalaman rasa sakit.

b. Hipnosis

Hipnosis adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi

reseptif ditandai dengan perubahan sensori, keadaan psikologis

diubah, dan minim fungsi motorik. Instruksi yang biasa diberikan

menyarankan relaksasi fisik seperti mengambang bersama dengan

9
gambar yang mengalihkan perhatian dari rasa sakit. Hipnosis dapat

diinduksi dalam beberapa menit untuk mempertahankan analgesia

yang sedang berlangsung dan relaksasi dalam menghadapi tekanan

emosional dan fisik. Ada bukti dari tinjauan sistematis bahwa

hipnosis dapat membantu mengurangi kecemasan dan nyeri pada

pasien kanker yang terminal.

c. Guided imagery

Ini mengalihkan fokus mental dari rangsangan menyakitkan

untuk pengalaman yang lebih menyenangkan, gambaran, dan

relaksasi. Guided imagery adalah intervensi yang perawat dapat

lakukan dengan pengaturan yang berbeda (rumah sakit, rumah,

hospice), dapat digunakan dengan pasien dan keluarga untuk

mengurangi rasa sakit dan kecemasan.

d. Pelatihan relaksasi

Pelatihan relaksasi melibatkan napas dalam, relaksasi otot

progresif, dan pencitraan. Modalitas ini telah menghasilkan

penurunan yang signifikan dalam nyeri secara subjektif pada

pasien dengan kanker stadium lanjut.

e. Terapi distraksi

Terapi distraksi adalah teknik di mana rangsangan sensorik

diberikan kepada pasien dalam rangka untuk mengalihkan

perhatian mereka dari pengalaman yang tidak menyenangkan.

Misalnya dengan melihat pemandangan alam, video game, dll.

10
f. Terapi musik

Terapi musik adalah pengunaan music yang diatur/dikontrol

untuk perubahan klinis. Terapi musik digunakan untuk mengurangi

rasa sakit dan penderitaan. Ada perbedaan antara penggunaan

musik dan terapi musik. Terapi musik menggunakan bakat dari

seorang profesional terlatih yang memfasilitasi kontak pasien,

interaksi, kesadaran diri, dan ekspresi diri melalui alat musik.

Sebuah sesi terapi musik dapat seperti mendengarkan, bernyanyi,

bermain drum, mengembangkan lirik, atau merekam untuk

keluarga. Musik yang disediakan oleh terapis musik telah terbukti

lebih efektif daripada penggunaan pra rekaman musik sendiri

dalam mengurangi skor kecemasan.

g. Terapi Seni

Terapi seni menggunakan proses kreatif untuk

memungkinkan kesadaran dan ekspresi emosi individu. Untuk

pasien kanker, seringkali sulit untuk mengungkapkan secara verbal

apa yang dirasakan seseorang tentang diagnosis, rawat inap,

pengobatan, penyakit berulang, keluarga, dan kematian. Ini adalah

seni itu sendiri yang memfasilitasi kesadaran emosi dan

pengurangan gejala melalui penggunaan bahan-bahan seni.

Beberapa penelitian telah meneliti penggunaan terapi seni dalam

mengendalikan gejala kanker.

11
Dalam sebuah penelitian pasien kanker, sebagian besar

dengan leukemia dan limfoma, terapi seni menyediakan penurunan

signifikan secara statistik pada rasa sakit dan gejala umum lainnya,

kecuali untuk mual. Dengan menggunakan garis tubuh dan pastel

berwarna dan spidol, pasien kanker yang membantu untuk

memvisualisasikan rasa sakit mereka, mengkomunikasikan emosi

mereka, berurusan dengan citra tubuh, dan mencari makna dan

spiritualitas.

3. Manipulative and body-based practices

a. Pijat atau massase

Pada pasien kanker, sentuhan membuat koneksi,

kenyamanan, dan peningkatan kualitas hidup. Sentuhan berupa

pijat menjadi bagian dari perawatan sehari-hari yang diberikan

kepada setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Terapi pijat

digunakan untuk meringankan gejala pada pasien kanker. Ini

menggunakan teknik manual menggosok, membelai, menekan,

atau memijat jaringan lunak tubuh untuk mempengaruhi seluruh

tubuh. Pada suatu waktu, pijat itu diduga menyebabkan penyebaran

kanker dengan meningkatkan sirkulasi sistemik. Sampai saat ini

tidak ada bukti untuk mendukung ini. Sentuhan dapat menjadi

intervensi terhadap nyeri. Berbagai penjelasan untuk efektivitas

pijat telah diusulkan: pengurangan ketegangan otot, meningkatkan

sirkulasi, relaksasi umum, dan efek memelihara sentuh.

12
Pijat umumnya aman untuk pasien kanker, tetapi

membutuhkan modifikasi teknik khusus untuk pasien individu.

Ada kontraindikasi khusus untuk pasien hamil. Hal ini

kontraindikasi pada daerah dengan metastase tulang (untuk risiko

patah atau pecah tulang) atau tumor (untuk risiko perdarahan);

untuk pasien dengan jumlah trombosit dari <50.000 (untuk risiko

memar); di titik bekuan darah (untuk risiko melepas trombus dalam

vena), dan di situs bedah atau ruam. Pijat dalam jaringan tidak

boleh diberikan pada pasien dengan kanker; tekanan ringan adalah

pijat yang paling tepat untuk pasien ini. Izin terapis pijat terlatih

yang telah memiliki pengalaman dengan pasien kanker.

b. Gentle massase

Untuk memberikan kenyamanan tempatkan telapak tangan

seluas mungkin dengan seluruh tangan berkontak dengan bagian

tubuh pasien seperti lengan atau punggung. Jangan menggunakan

ujung jari atau jempol karena dapat memberikan banyak tekanan

terlalu spesifik. Tekanan harus ringan dan tersebar luas. Pilihan

pola pijat bias seperti lingkaran, dua lingkaran, oval, atau dua oval

besar. Hal ini penting untuk memindahkan tangan pada kecepatan

dan tekanan yang konsisten.

c. Refleksi

Refleksi adalah terapi sentuh yang didasarkan pada

keyakinan bahwa ada titik refleks atau titik energi pada kaki,

13
tangan, dan telinga yang sesuai dengan setiap kelenjar, organ, dan

bagian tubuh. Dengan stimulasi terampil dari daerah-daerah dan

poin dengan tangan, jari, dan teknik praktis, sistem tubuh yang

difasilitasi untuk keseimbangan yang lebih besar. Ini memfasilitasi

pasien dalam keadaan yang lebih santai di mana mereka dapat

fokus pada kesehatan daripada penyakit. Hal ini digunakan untuk

menstimulasi relaksasi dan tidur, untuk mengurangi kecemasan,

untuk mencegah dan mengurangi neuropati perifer sekunder untuk

kemoterapi, dan untuk mengurangi pengalaman rasa sakit secara

keseluruhan. Refleksi kaki adalah noninvasif, dapat dilakukan

dalam pengaturan apapun, tidak memerlukan peralatan, dan tidak

mengganggu privasi pasien.

Refleksi harus dihindari jika pasien memiliki trombosis

vena di kaki / tangan untuk mencegah bergerak dari trombus ke

dalam sirkulasi. Kontraindikasi lainnya adalah infeksi, ruam,

memar, luka, dan lymphedema kaki atau kaki. Perawat dan orang

awam dapat diajarkan pijat refleksi. Keluarga dapat diajarkan

untuk melakukan refleksi untuk mengurangi rasa sakit dan

kecemasan pada keluarganya yang sakit.

4. Energy medicine (Reiki)

Reiki adalah energi getaran atau halus paling sering difasilitasi

oleh sentuhan yang sangat ringan. Rei berarti yang universal atau energi

tertinggi, dan ki berarti energi kekuatan hidup. Terapi Reiki diduga

14
mendukung kesejahteraan kita dan untuk memperkuat kemampuan alami

kita untuk menyembuhkan dengan mendorong keseimbangan dalam

tubuh, pikiran, dan jiwa.

Reiki yang ditawarkan oleh seorang praktisi Reiki dilatih untuk

individu dan melibatkan penempatan tangan yang sangat ringan pada

tubuh pasien: kepala hingga ujung kaki, depan dan belakang, dan di titik

nyeri jika ditoleransi. Sentuhan lembut dari Reiki adalah menenangkan,

dan menstimlasi relaksasi yang mendalam. Hal ini dapat diberikan

kepada setiap pasien karena sentuhan yang sangat ringan. Sebagian besar

pasien kanker dapat menerima Reiki. Karena itu adalah sentuhan ringan,

tidak menimbulkan rasa tidak nyaman. Selama pasien terbuka untuk

menerima sentuhan yang sangat ringan, dapat dilakukan.

5. Biological Based Practice

Karena terapi komplementer adalah pengobatan untuk

mendukung pengobatan medis atau konvensional. Jadi herbal, vitamin

dan suplemen yang diberikan akan berinteraksi dengan obat-obatan yang

di berikan oleh dokter atau tenaga medis lainnya. Namun, adanya

interaksi antara obat herbal, vitamin, atau suplemen dengan obat-obatan

harus diwaspadai.

Contoh pengobatan komplementer dalam bentuk herbal yaitu

herbal Sinshe Fengshui, yaitu metode pengobatan yang memadukan obat-

obatan herbal yang berkhasiat tinggi dengan resep pengobatan Cina Kuno

yang telah berusia ribuan tahun. Selain itu ada tanaman herbal, yaitu

15
gingseng yang berasal dari daerah pegunungan Cina Utara yang

bermanfaat untuk pengobatan yang bisa untuk menyegarkan tubuh dan

jiwa juga bermanfaat dalam menyembuhkan berbagai penyakit dan

gangguan lainya.

G. Hubungan Terapi Komplementer pada Keperawatan Paliatif

Masyarakat cenderung menggunakan terapi komplementer karena

banyak terapi yang menjanjikan kesembuhan 100% dan bisa mengobati

berbagai jenis penyakit namun belum banyak penelitian yang

membuktikannya. Salah satu penyakit paliatif yang bisa dilakukan terapi

komplementer adalah penyakit kanker. Pengobatan kanker yang baik harus

memenuhi fungsi menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa sakit

(paliatif) dan mencegah timbulnya kembali (preventif). Pengobatan

komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan kesehatan yang akhir-

akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun kalangan kedokteran

konvensional (Hasanah & Widowati, 2016).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rahayuwati & Yani

(2017) menunjukkan bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh

mual muntah terutama pasca kemoterapi. Pengguna terapi modern dan

komplementer (pijat) mengatakan penggunaan pijat mengurangi lelah dan

nyeri pasca terapi modern dilakukan. Pengguna terapi modern dan

komplementer (herbal) mengatakan penggunaan herbal mengurangi mual

muntah dan mempercepat penyembuhan pasca terapi modern dilakukan.

Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal dan pijat) mengatakan

16
penggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi efek samping terapi

modern.

Hasil penelitian yang lain menunjukkan terapi modern telah

terbukti secara medis dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit

kanker dapat dikurangi dengan terapi modern dan komplementer sehingga

secara global kualitas hidup penderita kanker meningkat.

Salah satu dari terapi komplementer yang dapat digunakan pada

keperawatan paliatif adalah akupuntur. Akupunktur yang digunakan pada

terapi kanker bukan ditujukan untuk mengobati penyakit kankernya karena

penusukan pada lesi merupakan kontraindikasi. Hal ini dilakukan untuk

pengobatan paliatif yaitu mengurangi nyeri kronis, mengurangi efek

samping kemoterapi ataupun radioterapi seperti nyeri, mual, muntah, serta

mengurangi dosis obat anti-nyeri sehingga kualitas hidup penderita dapat

ditingkatkan.

Pelayanan kesehatan komplementer alternatif merupakan

pelayanan yang menggabungkan pelayanan konvensional dengan

kesehatan tradisional dan atau hanya sebagai alternatif menggunakan

pelayanan kesehatan tradisional, terintegrasi dalam pelayanan kesehatan

formal. Keberhasilan masuknya obat tradisional ke dalam sistem

pelayanan kesehatan formal hanya dapat dicapai apabila terdapat

kemajuan yang besar dari para klinisi untuk menerima dan menggunakan

obat tradisional (Hasanah & Widowati, 2016).

17
Penyelenggaran pengobatan komplementer alternatif diatur dalam

standar pelayanan medik herbal menurut Keputusan Menteri Kesehatan

No.121/Menkes/SK/II/2008 yang meliputi melakukan anamnesis;

melakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi) maupun Jamu pada pemeriksaan penunjang

(laboratorium, radiologi, EKG); menegakkan diagnosis secara ilmu

kedokteran; memberikan obat herbal hanya pada pasien dewasa;

pemberian terapi berdasarkan hasil diagnosis yang telah ditegakkan;

penggunaan obat herbal dilakukan dengan menggunakan tanaman

berkhasiat obat sebagai contoh yang selama ini telah digunakan di

beberapa rumah sakit dan PDPKT; mencatat setiap intervensi (dosis,

bentuk sediaan, cara pemberian) dan hasil pelayanan yang meliputi setiap

kejadian atau perubahan yang terjadi pada pasien termasuk efek samping

(Kepmenkes, 2008).

Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini

adalah kecenderungan kembali ke alam dan terapi alternatif. Dengan

banyaknya pilihan tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya

pengobatan keperawatan paliatif secara konvensional, ketidakberhasilan

dan banyaknya penyulit sampingan dalam pengobatan konvensional, serta

adanya kasus paliatif yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat

mendorong makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif

antara lain dengan tanaman obat dan terapi komplementer sebagai cara

untuk pengobatan (Hasanah & Widowati, 2016).

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi medis adalah meningkatkan kesehatan dan kualitas

hidup pasien. Optimalisasi terapi medis harus aman, efektif, pemilihan

terapi secara bijak dan pelayanan kesehatan secara akurat serta adanya

kesepakatan antara pasien dan pemberi pelayanan berdasarkan informasi

terkini. Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi

nonbiomedis. Hasil penelitian tentang psikoneuroimunologi

mengungkapkan bahwa proses interaktif pada manusia dengan tubuh,

pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan seseorang dapat

dipengaruhi oleh terapi komplementer secara garis besar di dasarkan

sebagai kategori terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body terapies)

sementara terapi biomedis lebih banyak mempengaruhi seluruh tubuh dan

berfokus pada dampak terapi terhadap respon tubuh dan psikis terutama

pada pasien paliatif yang bertujuan untuk meningkatkan quality of life.

B. Saran

Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah

membaca makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan

dapat mengetahui tentang keperawatan paliatif pada pasien AIDS sehingga

mampu menjadi bekal ataupun referensi bagi mahasiswa kelak, dan kami

19
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman teman

sekalian.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, N., & Nisak, R. (2018). Buku Ajar Terapi Komplementer Untuk
Mahasiswa Keperawatan (Evidence based practice). Samudra Biru.
https://www.academia.edu/11111684/Terapi_komplementer (Di akses pada
tanggal 2 maret 2020)
https://www.scribd.com/document/375284439/TERAPI-KOMPLEMENTER-
PALIATIF (Di akses pada tanggal 2 maret 2020)

Widyatuti. (2008). Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Jurnal


Keperawatan Indonesia Vol. 12 No.1 .

21

Anda mungkin juga menyukai