MANUAL THERAPY
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 9
Amirullah Arramadhani(220301502144)
Afdhal (220301502142)
2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat pertolongan dan
rahmat-Nya penulis berhasil menyelesaikan makalah “ MANUAL THERAPHY“
ini. Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pencengahan
dan Perawatan Cedera Olahraga. Dan kami juga berterima kasih kepada dosen
yaitu Bapak Muh Nugrah Setyawan.S.Or.,M.Pd. karena telah memberi kami tugas
pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pencegahan dan Perawatan Cedera
Olahraga. Penulis juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat kritik dan saran
nantinya akan membuat kami lebih baik kedepannya.
Semoga makalah yang penulis buat ini dapat dipahami dan berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Demikian yang dapat penulis
sampaikan. Sekali lagi, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa
ajukan kritik dan saran dari pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................2
C. TUJUAN MASALAH........................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................3
A. DEFENISI MANUAL TERAPI........................................................................3
B. EFEK MANUAL TERAPI................................................................................6
C. PRINSIP MANUAL TERAPI...........................................................................8
D. PPRINSIP MANUAL TERAPI.........................................................................9
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP........................................................................................................................13
KESIMPULAN................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini banyak
menjadi sorotan banyak negara. Terapi komplementer dikenal dengan
terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern.
Terminologi ini damalung terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Bentuk
terapi yang digunakan dalam terapi komplementer ini beragam sehingga
disebut juga dengan teraps hosti Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi
yang mempengaruhi individu secars menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegra pikiran, badan, dan jiwa dalam
kesatuan fungsi.
Pemasangan infus akan menimbulkan rasa nyeri pada pasien oleh
karena adanya stimulus mekanik yang merangsang ujung-ujung saraf
bebas nosiseptor pada jaringan perifer yang akan menyebabkan keluarnya
mediator- mediator kimia penghasil nyeri dan akan mengirimkan impuls
nyerinya sampai ke otak. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan
jarum ke dalam pembuluh darah yang dapat mengakibatkan nyeri. Nyeri
ini timbul karena kerusakan pada jaringan yang diakibatkan masuknya
jarum dalam tubuh. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan
yang sudah atau berpotensi terjadi, atau dijelaskan berdasarkan kerusakan
tersebut. Oleh karena itu nyeri yang timbul secara fisik dapat
menyebabkan nyeri secara fisiologis, Keluhan sensori yang dinyatakan
sebagai pegal, linu,ngilu dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas
nyeri.
Banyak pasien yang masuk rumah sakit termasuk anak, remaja dan
orang tua melihat jarum sebagai suatu hal yang menakutkan dan akan
menimbulkan nyeri. Pencegahan nyeri yang baik sebelum, selama dan
setelah tindakan medis akan menghasilkan efek jangka pendek dan efek
1
jangka panjang serta efek psikologis bagi pasien. Efek psikologis yang
didapatkan pasien nantinya akan menimbulkan kecemasan, trauma yang
panjang dan membekas diingatannya terhadap sebuah prosedur medis
yang menimbulkan nyeri terutama pada anak dan remaja . Dampak yang
dapat timbul dengan adanya nyeri pada saat pemasangan infus yang
dirasakan oleh pasien sesuai dengan pengamatan, pasien akan berusaha
untuk menghindari stimulus nyeri dengan menarik tangan, sehingga akan
merubah lokasi vena, akan menyulitkan untuk dilakukan pemasangan
infus dan mungkin akan dilakukan penusukan ulang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan Pengertian Manual Terapi?
2. Menjelaskan Efek Manual Terapi?
3. Menjelaskan Prinsip Manual Terapi?
4. Menjelaskan Metode Manual Terapi?
C. TUJUAN MASALAH
Kita dapat mengetahui pengertian manual terapi ,efek manual
terapi ,prinsip dan metode manual terapi yang di jelaskan di makalah ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI MANUAL TERAPI
Terapi manual atau disebut juga terapi manipulatif adalah
keterampilan khusus yang dimiliki oleh seorang fisioterapis atau terapis
fisik untuk penatalaksanaan masalah neuromuskuloskeletal dengan
menggunakan pendekatan teknik manual (menggunakan tangan) dan
latihan terapi yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan
jangkauan sendi, perkembangan perbaikan jaringan, dan meningkatkan
ekstensibilitas, stabilitas, dan fungsi otot serta sendi. Terapi manual ini
didasari oleh bukti klinis dan saintifik serta dibatasi oleh faktor
biopsikososial dari tiap individu pasien. Terapi manual telah disebutkan di
dalam naskah medis Huangdi Neijing pada zaman Kaisar Tiongkok Huang
Di 2598 SM, di dalam papirus Edwin Smith Mesir Kuno 4000 tahun yang
lalu, di dalam pahatan Thailand kuno, naskah medis Yunani dan India
kuno hingga di dalam naskah medis Hippokrates. Efek yang ditimbulkan
oleh terapi manual adalah mengurangi rasa nyeri dengan cara mengubah
konsentrasi mediator inflamasi, peningkatan kadar serotonin dan endorfin
yang berperan di dalam penurunan ambang batas rasa nyeri, menghasilkan
hipoalgesia melalui eksitasi sistem saraf simpatis, penurunan denyut
jantung dan tekanan darah sebagai respons atas berkurangnya stres,
memberikan efek imitatif cannabis yang timbul dari peningkatan kadar
kanabinoid endogen, dan memiliki efek desensitisasi dengan cara
mengambil alih memori nyeri dan menggantikannya dengan memori baru.
Ada banyak teknik dasar di dalam terapi manual, di antaranya
adalah pemijatan dan mobilisasi jaringan lunak, stabilisasi sendi,
manipulasi sendi, traksi manual, teknik energi otot atau muscle energy
techniques (MET), teknik dorongan dengan kecepatan tinggi amplitudo
3
rendah atau high velocity low amplitude (HVLA), dan drainase kelenjar
getah bening atau manual lymph drainage (MLD).
Beberapa ahli terapis fisik membuat metode pendekatan terapi
manual yang dipakai hingga saat ini. Metode tersebut antara lain metode
Kaltenborn-Evjenth, metode Maitland (Australia), metode Paris, metode
Mulligan, metode mobilisasi saraf oleh Robert Elvey, David Butler serta
Michael Shacklock, dan metode McKenzie. Brian McKenzie juga
mengembangkan sistem klasifikasi terapi manual untuk nyeri leher dan
nyeri punggung bawah. Indikasi terapi manual adalah nyeri leher akut atau
kronis, nyeri punggung akut atau kronis, sakit kepala, kelainan sendi
temporomandibula, nyeri panggul, nyeri lutut, nyeri pergelangan kaki,
nyeri bahu, dan fibromialgia. Kontraindikasi terapi manual adalah fraktur,
ketidakstabilan sendi, artritis akibat infeksi, tumor, ankilosing spondilitis,
kelainan inflamasi akut, penyakit saraf dengan kemungkinan kompresi
saraf tulang belakang, mielopati akibat sindrom kauda ekuina,
osteoporosis, spondilolisis dengan spondilolistesis, stenosis spina, adanya
destruksi akibat metastasis pada daerah yang bermasalah, dan saat tidak
tersedia diagnosis yang jelas tentang kelainan sendi yang diderita.
Meskipun terapi manual digunakan secara luas di seluruh dunia
dan terbukti mengurangi keluhan penderita, terdapat perdebatan di antara
praktisi kesehatan tentang efikasi terapi ini. Beberapa praktisi meyakini
perbaikan kondisi penderita timbul dari efek plasebo akibat kemampuan
persuasi yang diberikan oleh terapis fisik.
4
pemijatan sebagai terapi yang efektif untuk luka yang timbul saat
melakukan olahraga.
Definisi Sejarah Selain pemijatan, Hippokrates juga menyebutkan
teknik traksi dan manipulasi punggung serta reposisi tulang belakang yang
mengalami dislokasi dan untuk pengobatan skoliosis. Claudius Galen,
seorang dokter ahli bedah Romawi menuliskan teknik Hippokrates dengan
disertai ilustrasi di dalam catatan medisnya. Ibnu Sina dari Bagdad juga
melakukan hal yang sama di dalam bukunya The Book of Healing.
Friar Thomas menuliskan teknik manipulasi untuk tungkai di
dalam bukunya The Complete Bone Setter pada tahun 1656 dan di akhir
tahun 1674, Johannes Scultetus memasukkan teknik manipulasi
Hippokrates di dalam bukunya The Surgeon's Storehouse.
Terapi manual tidak banyak lagi dilakukan ketika Sir Percival Pott
(1714-1788) menyebutkan bahwa penerapan terapi tersebut pada kasus
tuberkulosis tulang belakang (penyakit Pott) bukan saja tidak berguna,
tetapi juga berbahaya untuk dilakukan. Namun, meskipun demikian Sarah
Mapp (sekitar abad ke-18) dan Sir Albert Baker (sekitar abad ke-20) tetap
menganjurkan terapi manual untuk masalah tulang di wilayah Inggris. Di
Amerika Serikat, Waterman Sweet menerbitkan esai yang berjudul An
Essay on the Science of Bone Setting pada tahun 1829 yang tetap
merekomendasikan penggunaan terapi manual.
Pada tahun 1828, seorang dokter dari Glasgow bernama Thomas
Brown mempopulerkan konsep iritasi spinal. Brown mengemukakan
bahwa permasalahan saraf tulang belakang dapat diatasi dengan iritasi
spinal tanpa harus melibatkan terapi seperti penggunaan alat patri (solder),
lintah, dan pelepuhan kulit yang sering dilakukan saat itu. Teori iritasi
spinal ini didukung oleh dr. Isaac Parrish dari Philadelphia dalam
artikelnya di The American Journal of Medical Sciences. Dengan
diterimanya teori kedua dokter ini, osteopati (yang ditemukan oleh
Andrew Taylor Still pada tahun 1874) dan kiropraktik (yang ditemukan
5
oleh Daniel David Palmer pada tahun 1895) sebagai bagian dari terapi
manual dapat diterima secara luas.
Manipulasi spinal telah dipraktikkan oleh orang Bali di Indonesia,
orang Hawaii dengan teknik pijat lomilomi, Jepang, Cina, India, dukun-
dukun di daerah Asia Tengah, dukun tulang di Nepal, Rusia, dan
Norwegia.
b. Mediator Neurofisiologis
Terapi manual memengaruhi interaksi antara nosiseptor perifer
dengan mediator inflamasi dengan cara mengubah konsentrasi
mediator inflamasi dan mengurangi nyeri.[15] Penelitian yang
dilakukan oleh Julita A. Teodorczyk-Injeyan dan kawan-kawan pada
tahun 2006 menunjukkan terdapat penurunan kadar sitokin (TNF-alfa
dan IL1β) sebanyak 20% 2 jam setelah terapi manual dilakukan. Selain
itu terdapat juga peningkatan kadar serotonin dan endorfin-β dalam 5
menit setelah manipulasi spinal dan sebanyak 168% peningkatan
6
kanabinoid endogen yang merupakan hormon yang penting untuk
mekanisme penurunan rasa nyeri.
Penelitian Degenhardt dan kawan-kawan pada tahun 2007
menunjukkan hal yang serupa tentang peningkatan kadar endorfin, dan
kanabinoid endogen seperti anandamida, Npalmitoiletanolamida, dan
serotonin setelah terapi manual.[18] Begitu pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh John McPartland dan kawan-kawan pada tahun
2005 terhadap 16 partisipan yang menjalani terapi manual osteopati.
Partisipan memperoleh efek seperti telah mengonsumsi cannabis
setelah terapi. Efek yang dirasakan oleh partisipan adalah perasaan
euforia, merasa dalam kondisi yang baik, dan relaks. Hal ini
dibuktikan dengan hasil dari skala reaksi obat dan pemeriksaan darah
yang menunjukkan peningkatan kadar anandamida.
Terapi manual menurunkan refleks fleksi nosisepsi dan pengaturan
sensoris di daerah temporal yang menyebabkan hambatan nosisepsi di
sistem saraf pusat. [12][19] Penelitian yang dilakukan oleh Rogelio A.
Coronado dan kawan-kawan pada tahun 2012 menunjukkan adanya
penurunan ambang rasa nyeri setelah terapi manual yang dilakukan
pada sendi dan otot.[20] Hasil yang didapatkan ini serupa dengan hasil
dari penelitian yang dilakukan oleh Charles W. Gay dan kawan-kawan
pada tahun 2013. Penelitian Gay juga menemukan bahwa terjadi
perubahan fungsi konektivitas di dalam otak setelah terapi manual.
Max Zusman mengemukakan bahwa terapi manual mengambil alih
memori otak dengan mengganti memori nyeri dengan memori tanpa
nyeri melalui paparan stimulus baru yang sifatnya tidak mengandung
ancaman.[22][23] Memori nyeri merupakan memori yang tersimpan di
dalam otak setelah mengalami nyeri yang bersifat kronis. Penderita
akan terus mengalami rasa sakit yang sama bahkan setelah rasa
sakitnya telah berkurang atau bahkan telah hilang. Terapi manual
bersifat sebagai desensitisasi baik secara fisik maupun secara kognitif.
7
[15] Hal ini mendasari pendekatan dengan menggunakan terapi manual
pada penderita nyeri otot kronis.
EFEK SPINAL
EFEK SUPRASPINAL
8
terapi manual dapat mengurangi spasme otot, meredakan nyeri
melalui mekanisme stimulasi, inhibisi otot, pengurangan aktivitas
nosisepsi, dan mengurangi tekanan periartikular atau intraartikular.
9
James Cyriax menganjurkan teknik pemijatan yang searah dengan
serat otot untuk pengobatan cedera tendon atau ligamentum. Dari
berbagai teknik pemijatan ini, dr. Tom Sevier mengembangkan
metode assisted soft tissue mobilization (ASTYM)[36] yang
memungkinkan penetapan diagnosis berbasis data penelitian.
Mobilisasi jaringan lunak memengaruhi otot melalui peregangan,
relaksasi fasia otot, teknik titik pemicu, dan teknik deep tissue
(tekanan yang kuat pada otot).
b. Stabilisasi Sendi
Stabilitas sendi merupakan kemampuan untuk mengontrol pergerakan
sendi dalam batasan gerak yang tepat. Yang berperan dalam stabilitas
sendi ini adalah jaringan lunak dan otot yang berada di sekeliling sendi
dan menopang sendi tersebut.[40][3] Stabilitas sendi ini ditentukan
oleh tiga hal. Yang pertama adalah ukuran, bentuk, dan susunan dari
permukaan sendi yang menghubungkan dua tulang. Yang kedua adalah
10
ligamentum yang mengelilingi sendi berupa jaringan ikat yang
mempertahankan sendi. Yang terakhir adalah tonus otot yang dapat
mengalami penurunan seiring waktu terutama otot-otot yang tidak
pernah dilatih dengan olahraga. Tonus otot yang lemah akan
menyebabkan seseorang rentan untuk mengalami cedera sendi.[41]
Teknik ini dapat dilakukan di rumah secara mandiri oleh penderita
dengan edukasi terapis fisik.[40] Latihan stabilisasi sendi ditambah
terapi manual yang lain terbukti dapat meningkatkan perbaikan
disabilitas, mengurangi nyeri pada malam hari, dan meningkatkan
keleluasaan pergerakan sendi
c. Manipulasi Sendi
d. Traksi Manual
Teknik ini digunakan untuk mengatasi nyeri sendi dengan cara
mengurangi tekanan pada saraf, membantu relaksasi dan meregangkan
otot dengan cara yang ringan. Traksi digunakan untuk memisahkan
diskus, sendi, dan bagian tulang pada tulang belakang. Terapis fisik
akan menarik leher atau kaki. Untuk traksi leher, penderita dalam
posisi berbaring dan terapis meletakkan kedua tangannya di bagian
bawah tulang tengkorak kepala yang berbatasan dengan leher lalu
menarik leher dengan perlahan.
Traksi dapat dilakukan pada kasus herniasi atau prolaps diskus tulang
belakang, skiatika, nyeri leher, spondilitis, stenosis spinal, dan
11
penyakit degenerasi diskus.
Ada empat macam teknik drainase kelenjar getah bening yaitu teknik
Vodder (gerakan mengusap mengelilingi darah yang bermasalah),
teknik Foldi (pengembangan teknik Vodder dengan gerakan melingkar
dan relaksasi yang bergantian), teknik Casley-Smith (gerakan tangan
melingkar menggunakan sisi telapak tangan), dan teknik Leduc
(berupa gerakan mengumpulkan cairan limfa sebelum
mengarahkannya ke sistem pembuluh limfa yang lebih besar untuk
diabsorpsi ulang).
12
MLD tidak dapat dilakukan pada kondisi penyumbatan pembuluh
darah, infeksi, gagal ginjal, trombosis vena dalam, dan gagal jantung
kongestif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manual terapi adalah pendekatan yang melibatkan teknik manual untuk
mengatasi masalah neuromuskuloskeletal. Dari sejarah yang panjang
hingga prinsip dan teknik dasar, manual terapi telah terbukti efektif dalam
meredakan rasa sakit dan meningkatkan pergerakan tubuh.
Dengan efeknya yang kompleks, manual terapi tidak hanya bekerja pada
level fisik, tetapi juga mengatasi aspek neurologis dan emosional pasien.
Melalui prinsip-prinsip yang holistik, terapi ini menekankan perlunya
pengobatan yang menyeluruh.
Teknik dasar manual terapi, seperti pemijatan jaringan lunak dan
manipulasi sendi, memberikan penyesuaian yang efektif sesuai dengan
kebutuhan individu.
13
DAFTAR PUSTAKA
14