Anda di halaman 1dari 6

2.3.

Pengendalian Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan
menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti
mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri dari
berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara pengelompokan atau
pengklasifikasian. Hal itu Nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta
tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai pada kematian.
Pengendalian mikroorganisme sangat esensial dan penting di dalam industri dan produksi
pangan, obat-obatan, kosmetika dan lainnya. Alasan utama pengendalian organisme adalah :
1) Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.
2) Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
3) Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.
Berbagai macam sarana proses fisik telah tersedia untuk mengendalikan populasi
mikroba. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara mematikan mikro-organisme,
menghambat pertumbuhan dan metabolismenya, atau secara fisik menyingkirkannya. Cara
pengendalian mana yang digunakan tergantung kepada keadaan yang berlaku pada situasi
tertentu.
Pemberian suhu tinggi/terutama pada uap bertekanan, merupakan salah satu cara yang
paling efisien dan efektif untuk mensterilkan sesuatu bahan. Namun demikian bahan-bahan
tertentu yang biasa digunakan di laboratorium, rumah-rumah penduduk, dan rumah-rumah
sakit mudah rusak bila dikenai suhu tinggi. Prosedur sterilisasi pilihan seperti radiasi,
penggunaan berkas elektron, atau penyaringan harus digunakan untuk mensterilkan bahan-
bahan yang akan rusak bila diberi suhu tinggi.
Tersedia beribu-ribu zat kimia dipakai untuk mengendalikan mikroorganisme. Penting
sekali memahami ciri-ciri pembeda masing-masing zat ini dan organisme yang dapat
dikendalikannya serta bagaimana zat-zat tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya. Setiap zat
kimia mempunyai keterbatasan dalam keefektifannya, bila digunakan dalam kondisi praktis
keterbatasan-keterbatasan ini perlu di amati. Tujuan yang dikehendaki dalam hal
pengendalian mikroorganisme tidak selalu sama. Pada beberapa kasus mungkin perlu
mematikan semua organisme (sterilisasi) sedangkan pada kasus-kasus lain mungkin cukup
mematikan sebagian mikroorganisme tetapi tidak semua (sanitasi).
Dengan demikian pemilihan suatu bahan kimia untuk penggunaan praktis dipengaruhi
juga oleh hasil antimikrobial yang diharapkan daripadanya.
Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir,
dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia.
Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1) Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi mikroorganisme
pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang
tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh
sebagian besar populasi mikroba.
2) Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan, lantai, dinding
atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda
dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
3) Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk melawan
infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau
menghambat aktivitas mikroba.
4) Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidup-an mikroorganisme sehingga menjadi steril.
Sterilisasi seringkali dilakukan dengan peng-aplikasian udara panas. Ada dua metode yang
sering digunakan, yaitu Panas kering dan Panas lembab :

1) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium.


Suhu efektifnya adalah 160 0C selama 2 jam. Alat yang digunakan pada
umumnya adalah oven.

 Pembakaran (Inceneration)
Pembakaran (Incineration): cara sterilisasi yang sangat efektif
100%, tetapi terbatas penggunaannya. Cara ini digunakan untuk
mensterilkan sumber dari kuman yang dibakar hingga berpijar.
Sehingga hampir bentuk hidup akan mati. Misalnya pada bangkai
hewan percobaan / hewan yang terkena sumber penyakit (ayam yang
terkena flu burung)
 Udara Panas (Hot Air Sterilization)
Sterilisasi dengan udara panas (hot air sterilization): pemanasan
dengan memanaskan udara di dalam oven, dengan benda yang
ditempatkan di dalam oven dengan suhu mencapai 160-180˚C.
Sterilisasi ini membutuhkan waktu selama kurang lebih 1-2 jam.
Biasanya digunakan pda alat-alat gelas seperti; cawan petri, pipet,
tabung reaksi, labu, dan sebagainya.
2) Panas lembab dengan uap jenuh berte-kanan. Sangat efektif untuk sterilisasi
karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat
dan kelem-baban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel
mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121 0C pada
tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan :
pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.

5) Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya


a)Pasteurisasi :
Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali berdasarkan waktu kematian
termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang
terbunuh hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri
lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam lainnya.
Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.
b) Tyndalisasi :
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat
membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di
dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit
dalam waktu tiga hari berturut-turut.
c) Boiling :
Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu 100oC selama 10-15
menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen.
Namun spora dan beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat
kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
d) Red heating :
Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus) sampai berpijar merah.
Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti jarum ose.
e) Flaming :
Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen dengan alkohol atau
spiritus tanpa terjadinya pemijaran.
6) Pengendalian Mikroba dengan Radiasi
Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran sinar ultraviolet
(UV) dan sinar-sinar ionisasi.
a) Sinar UV :
Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan suatu benda yang
terpapar sinar UV akan mati.
b) Sinar Ionisasi :
Sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar gamma. Sterilisasi dengan sinar
ionisasi memerlukan biaya yang besar dan biasanya hanya digunakan pada industri farmasi
maupun industri kedokteran.
- Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.
- Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki daya penetrasi.
- Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.
- Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi bahan makanan.
7) Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi
a) Menyaring Cairan

Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas melalui suatu bahan
penyaringan yang memiliki pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran
tertentu. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Penyaringan dilakukan
untuk mensterilkan substansi yang peka terhadap panas seperti serum, solusi enzim, toksin
kuman, ekstrak sel, dan sebagainya.

Menyaring Cairan dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti :

- Saringan Seitz : menggunakan bahan asbestos sebagai alat penyaringnya

- Saringan Berkefeld : menggunakan filter terbuat dari tanah diatomae

- Saringan Chamberland : terbuat dari porselen


- Fritted Glass Filter : terbuat dari serbuk gelas

b) Menyaring Udara
- Kapas dapat digunakan sebagai penutup alat (labu, tabung) yang sudah steril agar
tidak tercemar kuman. Kapas dapat ditembus oleh udara tetapi tidak oleh kuman.
Tetapi kapas basah dapat ditembus oleh kuman.
- Pada saat proses penuangan cairan / pembenihan dipergunakan suatu alat yang disebut
laminar flow bench (udara yang masuk disaring terlebih dahulu dengan saringan
khusus). Saringan laminar flow bench ini mempunyai batas waktu pemakaian dan
harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi.

8) Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia


Banyak bahan kimia yang menghambat metabolisme sel atau merusak komponen sel
sehingga dapat menghambat atau mematikan mikroba. Bahan kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan atau mematikan ini banyak digunakan dirumah sakit dan laboratorium untuk
membersihkan peralatan bedah dan ruangan penyiapan media. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan bahan kimiawi adalah :

Sifat bahan yang akan diberikan perlakuan. Harus dipilih zat kimia yang sesuai
dengan bahan yang diberi perlakuan. Sebagai contoh, zat kimia untuk disinfeksi alat-alat
laboratorium tidak baik digunakan untuk kulit. Tipe mikroba. Harus dipilih zat kimia yang
telah diketahui efektiv terhadap jenis mikroba yang akan dibunuh karena tidak semua
mikroba sama rentannya terhadap sifat menghambat atau mematikan zat kimia tertentu.
Keadaan lingkungan. Faktor-faktor seperti suhu, PH, waktu, konsentrasi dan adanya bahan
organik asing turut mempengaruhi laju dan efisiensi pembasmian mikroba.

Berdasarkan kekuatan dalam memusnahkan mikroba, bahan kimiawi digolongkan atas :

 Bahan kimiawi tingkat tinggi, jika mampu mematikan semua jenis mikroba termasuk
endospora bakteri. Misalnya etilen oksida dan glutaraldehida 2%
 Bahan kimiawi tingkat menengah adalah bahan kimia yang mampu mematikan
Mycobacterium tuberculosis sehingga disebut juga bahan tuberkulosida. Bahan kimia
ini juga mampu melawan virus resisten seperti virus hepatitis dan rhinovirus tetapi
tidak efektif untuk melawan endospora
 Bahan kimiawi tingkat rendah adalah bahan kimiawi yang efektif terhadap
kebanyakan sel vegetatif bakteri dan fungi tetapi tidak efektiv terhadap
Mycobacterium tuberculosis, endospora, spora fungi dan virus. Bahan kimiawi tingkat
rendah banyak digunakan sebagai dikontaminasi sebab ekonomis dan tidak toksik
terhadap manusia.

Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau menghambat
mikroba. Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus berkembang. Agen kimia yang
baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang
rendah tanpa merusak bahan atau alat yang didisinfeksi.

Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi :

o Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.


o Agen kimia yang merusak enzim mikroba.
o Agen kimia yang mendenaturasi protein.

J. Pelczar, Jr. Michael.2005. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia: Jakarta.

Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi. Bandung: Yrama Widya.


1. Misnawati. 2016. MAKALAH MIKRO_Pertumbuhan Dan Pengendalian
Mikroorganisme http://dokumen.tips/documents/makalah-mikropertumbuhan-dan-
pengendalian-mikroorganisme.html
2. Anonym. 2015 Kuilah Pengendalian Mikroba
https://untirtafishery2014.files.wordpress.com/2015/10/kuliah-pengendalian-
mikroba.pdf
3. Anonym. 2014. Pengendalian Mikroorganisme .

https://kimiakimi.files.wordpress.com/2014/01/10-pengendalian-mikroorganisme-ed.pdf

Anda mungkin juga menyukai