Disusun oleh:
A. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan
keluarga mampu memahami dan mengerti tentang peran keluarga pada
pasien perilaku kekerasan.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta
mampu:
1. Menjelaskan definisi (pengertian) dari Perilaku Kekerasan
2. Menjelaskan penyebab dari Perilaku Kekerasan
3. Menjelaskan rentang respon marah dari Perilaku Kekerasan
4. Menjelaskan tanda dan gejala dari Perilaku Kekerasan
5. Menjelaskan akibat dari Perilaku Kekerasan
6. Menjelaskan peran keluarga dalam penanganan Perilaku Kekerasan
2
C. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
D. MEDIA
1. LCD
2. Leaflet
E. WAKTU DAN TEMPAT
1. Hari : Rabu
2. Tanggal : 6 Juni 2018
3. Jam : 08.00 s/d 08.30 WIB
4. Tempat : Di Ruang Sejahtera RSUD Soetomo Surabaya
F. SETTING TEMPAT
Keterangan :
P : Penyaji F : Fasilitator
M : Moderator O : Observer
P : Peserta
3
G. PEMBAGIAN TUGAS DAN PENGORGANISASIAN
1. Moderator: M. Bagus Setyawan
Uraian tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim
kepada peserta.
b. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
c. Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari awal
sampai akhir
d. Menutup acara penyuluhan.
4
d. Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.
e. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa
tidak sesuai dengan rencana penyuluhan.
H. KEGIATAN PENYULUHAN
2 15 Penyampaian materi
menit • Mereview/Apersepsi • Menjawab
pengetahuan peserta tentang
perilaku kekerasan • Memperhatikan
• Menjelaskan pengertian
• Memperhatikan
perilaku kekerasan
• Menjelaskan penyebab perilaku
• Memperhatikan
kekerasan
• Menjelaskan tentang rentang • Memperhatikan
respon perilaku kekerasan
• Menjelaskan tanda dan gejala • Memperhatikan
perilaku kekerasan
• Menjelaskan akibat perilaku
kekerasan
• Menjelaskan peran keluarga
pada pasien perilaku kekerasan
5
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
3 10 Penutup
menit • Meminta peserta untuk • Memberikan
memberikan pertanyaan atas pertanyaan
penjelasan yang tidak dipahami
• Menjawab pertanyaan yang • Mendengar
diajukan
• Memberikan reinforcement • Memperhatikan
positif dan doorprice atas
jawaban yang diberikan peserta • Memperhatikan
• Menyimpulkan dan menutup
diskusi • Menjawab salam
• Mengucapkan salam
I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan SAP dan materi.
b. Kesiapan media : Leaflet, LCD, Laptop .
c. Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu.
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan Di Ruang Sejahtera
RSUD Dr. Soetomo Surbaya
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar.
d. Suasana penyuluhan tertib.
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
f. Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang peserta.
6
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menjelaskan pengertian perilaku kekerasan
b. Peserta dapat menjelaskan penyebab perilaku kekerasan
c. Peserta dapat menjelaskan rentang respon marah perilaku
kekerasan
d. Peserta dapat menjelaskan tanda dan gejala perilaku kekerasan
e. Peserta dapat menjelaskan akibat perilaku kekerasan
f. Peserta dapat menjelaskan peran keluarga pada pasien perilaku
kekerasan
7
MATERI PENYULUHAN
PENANGANAN KEKAMBUHAN PASIEN GANGGUAN JIWA
1. Latar Belakang
Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-
Sosio-Spritual yang komperhensif. Klien dapat berupa individu, keluarga
dan komunitas baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Bentuk Asuhan
keperawatan jiwa meluputi pencegahan primer adalah pendidikan
kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial.
Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem
pendukung utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien
berada dirumah. Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting didalam
upaya pencegahan pasien dengan perilaku kekerasan. Melihat fenomena
diatas, maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai cara
perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan
guna memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga.
2. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan definisi ini perilaku kekerasaan dapat dilakukan secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku
kekerasaan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu perilaku kekerasaan saat
sedang berlangsung atau perilaku kekerasaan terdahulu (riwayat perilaku
kekerasaan). (Keliat, Budi Anna, Akemat, dkk. 2010, 126)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
8
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart
dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat
membahayakan orang, diri sendiri baik secar fisik, emosional, dan atau
seksualitas (Nanda, 2005).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz, 1993 dalam Depkes, 2000)
3. Penyebab kekambuhan
Menurut Stearen, kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu
yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan terbagi atas faktor
predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan
faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi
perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak
yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,
dianiayaan atau saksi penganiayaan juga berpengaruh. Sesorang
yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan
yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa
terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa
frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan
keadaan sekitarnya maka dia menghadapinya dengan kekerasan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah,
9
semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan. Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk
mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
Sehingga Kebutuhan akan status dan prestise juga
mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan kekerasan
3) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima
(permisive).
4) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan
atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan
fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri
yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian
pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang
lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula
memicu perilaku kekerasan.
10
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
a. Assertif
Mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang
lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi
Respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan
yang tidak realistis. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman
dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
11
c. Pasif
Respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan
yang dialami.
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang
lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan
yang sama dari orang lain. Tindakan destruktif terhadap lingkungan
yang masih terkontrol.
e. Mengamuk
Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain. Tindakan destruktif dan bermusuhan
yang kuat dan tidak terkontrol.
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
12
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
13
7. Peran Keluarga pada pasien Perilaku Kekerasan
a. Mencegah terjadinya perilaku amuk :
1) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar anggota
keluarga
2) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota
keluarga yang berada dalam kesulitan
3) Saling menghargai pendapat dan pola pikir
4) Menjalin keterbukaan
5) Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan
6) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha
memperbaiki kekurangan tersebut
7) Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi
kesempatan pada anggota keluarga untuk mengugkapkan
perasaannya untuk membantu kien dalam menyelesaikan
masalah yang konstruktif.
8) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum
obat anggota dengan risiko pelaku kekerasan dan
mendiskusikan tentang pentingnya minum obat dalam
mempercepat penyembuhan.
9) Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas
kegiatan yang telah dilatih di rumah sakit.
10) Keluarga memberi pujian atas keberhasilan klien untu
mengendalikan marah.
11) Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan
anggota keluarga risiko pelaku kekerasan.
12) keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar meminimalisir
kesempatan melakukan perilaku kekerasan
b. Mengontrol Perilaku Kekerasaan dengan mengajarkan klien :
1) Menarik nafas dalam
2) Memukul-mukul bantal
14
3) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klien
mengucapkan apa yang tidak disukai klien
4) Melakukan kegiatan keagamaan seperti berwudhu’ dan shalat
5) Mendampingi klien dalam minum obat secara teratur.
6) Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung
potensi dan minat bakat anggota keluarga yang mengalami
risiko perilaku kekerasan sehingga diharapkan dapat
meminimalisir kejadian perilaku kekerasan.
7) Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan
pihak-pihak terkait contohnya badan konseling, RT, atau RW
dalam membantu menyelesaiakan konflik sebelum terjadi
tindakan kekerasan.
8) Mengadakan kontrol khusus dengan perawat / dokter yang
dapat membahas dan melaporkan perkembangan anggota
keluarga yang mengalami risiko pelaku kekerasan terutama
dari segi kejiwaan antara pengajar dengan pihak keluarga
terutama orangtua.
c. Bila Klien dalam PK
Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu
membawa klien ke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum dibawa
usahakan dan utamakan keselamatan diri klien dan penolong.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN
17
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN
PROGRAM PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
dilakukan sebelum dalam penanganan Perilaku
dan saat Kekerasan
penyuluhan c. Memberikan kesempatan kepada
dilaksanakan sasaran penyuluhan untuk
mengajukan pertanyaan mengenai
materi yang disampaikan
d. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peserta penyuluhan
e. Peserta antusias dalam mengikuti
penyuluhan
f. Peserta mendengarkan dan
memperhatikan penyuluhan
dengan seksama
Catatan Evaluasi :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Observer
(………………………………..)
19
LEMBAR NOTULEN
2. Nama Penanya
…………………………
Pertanyaan
…………………………………………………………………………...
...................................................................................................................
Jawaban
…………………………………………………………………………...
...................................................................................................................
…………………………………………………………………………...
...................................................................................................................
( …………………………………… )
20