Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TEKNIK RESTRAIN PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA

Laporan

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktek Profesi Ners


Departemen Keperawatan Jiwa Komunitas Di RW 03 Kelurahan Sukawarna
Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna

Disusun oleh:
Profesi Ners A

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Restrain, Peran Keluarga dan Penatalaksanaan


Hari/Tanggal : Jumat, 13 Maret 2020
Waktu : 50 menit
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Jumlah Peserta :

I. Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini kemajuan teknologi mempengaruhi perubahan
sosial pada setiap individu dengan sangat cepat. Perubahan juga terjadi di
bidang kesehatan khususnya pada kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa menjadi
masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah kesehatan jiwa
salah satunya juga disebabkan oleh beban hidup yang semakin tinggi yang
bisa berdampak pada depresi yang berlanjut pada gangguan jiwa.
Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien gangguan jiwa adalah
perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan harus segera ditangani karena dapat
membahayakan diri pasien, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan
secara fisik dan verbal. Penanganan perilaku kekerasan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara isolasidan atau restarin
(menurut kebijakan institusi) (Purwanto, 2015).
Restrain adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada individu tersebut,
tanpa ijin individu tersebut, untuk membatasi kebebasan gerak dari individu.
Kekuatan fisik ini menggunakan alat medis, tenaga manusia ataupun
kombinasi keduanya. Pengekangan fisik menggunakan pengekangan
mekanik, seperti manset pada pegelangan tangan dan kaki, serta sprey untuk
pengekangan. Restrain tenaga manusia dilakukan ketika anggota staf secara
fisik mengendalikan pasien dan memindahkan pasien
ke ruangan (Sulistyowati, 2014).
II. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan klien dan
keluarga dapat mengetahui tentang Restrain dan bagaimana peran
keluarga serta penatalaksanaannya.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta/klien mampu :
a. Menyebutkan pengertian restrain
b. Menyebutkan indikasi restrain
c. Menyebutkan prinsip tindakan restrain
d. Menyebutkan teknik restrain
e. Menyebutkan macam-macam restrain
f. Menyebutkan pengertian peran keluarga
g. Menyebutkan peran keluarga dalam perawatan gangguan jiwa
h. Menyebutkan penatalaksanaan peran keluarga

III. Materi
Terlampir

IV. Metode
A. Ceramah
B. Tanya jawab

V. Media
A. Power point
B. Role Play
C. LCD
D. Laptop
VI. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens


1. 5 menit Pembukaan  Menjawab salam
 Memberi salam  Mendengarkan dan
 Memperkenalkan diri memperhatikan
 Menjelaskan topik dan tujuan  Mendengarkan dan
penyuluhan. memperhatikan
 Menjelaskan kontrak waktu  Mendengarkan dan
 Membagikan soal Pretest memperhatikan
 Mengerjakan soal
Pretest

2. 30 menit Pelaksanaan
 Menanyakan pendapat audien tentang  Mengemukakan pendapat
restrain  Mendengarkan dan
 Menjelaskan pengertian restrain memperhatikan
 Menjelaskan indikasi restrain  Mendengarkan dan
 Menjelaskan prinsip tindakan restrain memperhatikan
 Menjelaskan teknik restrain  Mendengarkan dan
 Menjelaskan macam-macam restrain memperhatikan

 Menjelaskan pengertian peran keluarga  Mendengarkan dan

 Menjelaskan peran keluarga dalam memperhatikan

perawatan gangguan jiwa  Mendengarkan dan

 Menjelaskan penatalaksanaan memperhatikan

peran keluarga  Mendengarkan dan

 Memperagakan pemasangan memperhatikan

resrain  Mengajukan pertanyaan

 Memberi kesempatan untuk  Mendengarkan dan

bertanya. memperhatikan

 Menjawab pertanyaan
3. 10 menit Penutup
 Menggali kemampuan peserta  Menjawab dan
penyuluhan menjelaskan kembali
 Menyimpulkan materi materi penyuluhan
penyuluhan  Mendengarkan hasil
 Melakukan evaluasi (post test) kesimpulan
 Menutup penyuluhan dan  Menjawab pertanyaan
memberikan salam  Menjawab salam
VII. Setting Tempat

M P

A A A A

A A A F

O A A A
Keterangan :
A : Peserta P : Penyaji M : Moderator
F : Fasilitator O : Observer

VIII. Pengorganisasian
A. Pelaksana
1. Penyaji :
2. Moderator :
3. Observer :
4. Fasilitator :
B. Tugas pelaksana :
1. Penyaji : Bertugas menjelaskan materi penyuluhan
2. Moderator : Pemimpin dan penanggungjawab secara umum
terhadap
jalannya penyuluhan, bertugas membuka acara
penyuluhan dan mengatur jalannya penyuluhan
serta memperhatikan kelancaran penyuluhan.
3. Observer : Bertanggungjawab mengamati kegiatan
penyuluhan
apakah telah sesuai dengan yang direncanakan
serta segala faktor pendukung ataupun faktor
pengganggu jalannya penyuluhan.
4. Fasilitator : Bertanggung jawab memfasilitasi audien
untuk
berpartisipasi aktif.
Tugas pelaksana :
1. Penyaji : Bertugas menjelaskan materi penyuluhan
2. Moderator: Pemimpin dan penanggungjawab secara umum terhadap
jalannya penyuluhan, bertugas membuka acara
penyuluhan dan mengatur jalannya penyuluhan serta
memperhatikan kelancaran penyuluhan.
3. Observer : Bertanggungjawab mengamati kegiatan penyuluhan
apakah telah sesuai dengan yang direncanakan serta
segala faktor pendukung ataupun faktor pengganggu
jalannya penyuluhan.
4. Fasilitator : Bertanggung jawab memfasilitasi audien
untuk
berpartisipasi aktif.
IX. Evaluasi
A. Evaluasi Struktur
Klien menyepakati kontrak yang telah disepakati dan tersedianya
media penyuluhan.
B. Evaluasi Proses
Klien berpartisipasi selama kegiatan, lingkungan tidak bising dan
pelaksanaan sesuai dengan rencana.
C. Evaluasi Hasil
Klien mampu menyebutkan :
1. Pengertian restrain
2. Indikasi restrain
3. Prinsip tindakan restrain
4. Teknik restrain
5. Macam-macam restrain
6. Pengertian peran keluarga
7. Peran keluarga dalam perawatan gangguan jiwa
8. Penatalaksanaan peran keluarga
MATERI PENYULUHAN
RESTRAIN, PERAN KELUARGA DAN PENATALAKSANAANNYA

1. Pengertian Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alatvalat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien. Restrain secara umum mengacu pada suatu
bentuk tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan
ekstremitas individuyang berperilaku diluar kendaliyang bertujuan memberikan
keamanan fisik dan psikologis individu.
Restrain merupakan alternatif terakhir intervensi jika dengan intervensi
verbal, chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan bagian dari
restrain fisik yaitu dengan menempatkan klien disebuah ruangan tersendiri untuk
membatasi ruang gerak dengan tujuan meningkatkan keamanan dan kenyamanan
klien.
Alat tersebut meliputi penggunaan manset untuk pergelangan tangan atau
kaki dan kain pengikat. Restrain harus dilakukan pada kondisi khusus, hal ini
merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau
dikontrol dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan.

2. Indikasi Restrain
Adapun dari indikasi restrain adalah sebagai berikut :

a. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungan.


b. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
c. Klien yang mengalami gangguan kesadaran
d. Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan
pengendalian diri
e. Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien untuk
istirahat, makan dan minum.

3. Prinsip Tindakan
Prinsip dari tindakan restrain ini adalah melindungi klien dari cedera fisik dan
memberikan lingkungan yang nyaman. Restrain menyebabkan klien merasa tidak
dihargai hak asasinya sebagai manusia. Untuk mencegah perasaan tersebut, perawat
harus mengidentifikasi faktor pencetusnya apakah sesuai dengan indikasi terapi, dan
terapi ini hanya untuk intervensi yang paling akhir apabila intervensi yang lain gagal
mengatasi perilaku agitasi klien. Kemungkinan mencederai klien dalam proses
restrain sangat besar, sehingga perlu disiapkan jumlah tenaga perawat yang cukup
dan hharus terlatih untuk mengendalikan perilaku klien. Perlu juga dibuat
perencanaan pendekatan dengan klien, penggunaan restrain yang aman dan
lingkungan restrain harus bebas dari benda-benda berbahaya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada restrain adalah :
a. Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter
b. Sesegera mungkin  < 1 jam ) setelah melakukan restrain/seklusi, perawat
melaporkan pada dokter untuk mendapatkan legaliitas tindakan baik secara verbal
maupun tertulis.
c. Intervensi restrain/seklusi dibatasi waktu : 4 jam untuk klien berusia > 18 tahun,
2 jam untuk klien berusia 9 - 17 tahun, dan 1 jam untuk umur < 9 tahun.
d. Evaluasi dilakukan 4 jam I untuk usia > 18 tahun, 2 jam I untuk anak-anak dan
klien berusia 9 - 17 tahun
e. Waktu minimal re-evaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia > 18 tahun dan 4
jam untuk klien berusia < 17 tahun.
f. Selama restrain/seklusi klien diobservasi tiap 10-1 menit, yaitu pada :
1) Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restrain/seklusi
2) Nutrisi dan hidrasi
3) Vital sign
4) Hygiene dan eliminasi
5) Status fisik dan psikologi
6) Kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain.

4. Teknik Restrain
a. Lebih baik lima atau minimal empat orang untuk membantu mengikat klien.
Pengikat kulit yang paling aman dan paling menjamin.
b. Jelaskan kepada klien mengapa mereka akan diikat.
c. Seorang anggota keluarga harus selalu terlihat dan menentramkan klien yang
diikat. Penentraman mampu menghilangkan rasa takut, ketidaakberdayaan dan
hilangnya kendali klien.
d. Klien harus diikat dengan kedua tungkai terpisah dan satu lengan lain diikat
diatas kepala klien.
e. Pengikat harus ditempatkan sedemikiian rupa sehingga aliran darah klien tidak
tertekan/terhambat.
f. Kepala klien agak ditinggikan untuk menurunkan perasaan kerentanan dan untuk
menurunkan kemungkinan tersedak.
g. Pengikat harus diperiksa secara berkala demi keamanan dan kenyamanan.
h. Setelah diikat, keluarga harus menenangkan klien dengan cara berkomunikasi.
i. Setelah klien dikendalikan, satu ikatan sekali waktu harus dilepas dengan interval
lima menit sampai klien hanya memiliki dua ikatan. Kedua ikatan lainnya harus
dilepaskan pada waktu yang bersamaan, karena tidak dianjurkan membiarkan
klien hanya dengan satu ikatan.
j. Memasung klien gangguan jiwa tidak dianjurkan, dimana klien diikat/dirantai,
tangan dan atau kakinya dipasang pada sebuah balok kayu agar tidak berbahaya
bagi dirinya sendiri ataupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Pemasungan
yang berlangsung lama akan mengakibatkan anggota tubuh yang dipasung
menjadi kecil dan tidak dapat berfungsi secara normal seperti biasannya.
k. Cara pemasungan lainnya yang tidak dianjurkan adalah pengandangan. Kandang
penderita dibangun diluar desa dan dikunci rapat dan diasingkan.

5. Macam-macam Restrain dan Prosedurnya


a. Teknik jacket/Vest Restrain
Yaitu bentuk restrain yang diaplikasikan pada badan klien, diletakan diluar
pakaian, gaun atau piyama klien.
Prosedur
1) Tahap preinteraksi
a) Mengumpulkan data tentang klien.
b) Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri.
c) Menyiapkan alat.
2) Tahap orientasi
a) Memberikan salam dan memanggil nama klien
b) Memperkenalkan diri
c) Memberikan privasi
d) Menyebutkan kontrak dan tujuan.
3) Tahap kerja
a) Memulai kegiatan dengan cara yang baik.
b) Memilih alat restrain yang tepat
c) Memasang restrain kepada klien dengan cepat dan tepat
d) Bantu klien dalam kondisi duduk jika tidak ada kontraindikasi.
e) Pasang jaket restrain ke tubuh klien. Jaket ini seperti baju namun tidak
berlengan dan ada dua buah tempat tali disamping kanan dan kiri untuk
lewat tali.
f) Setelah itu masukan tali kelubang tadi, dan tali ke lubang yang ada
dibawah tempat tidur, bisa tali kedua ujungnya mengelilingi bawah kasur.
g) Pastikan tidak ada bagian vest yang berkerut dibagian punggung klien.
h) Masukan genggaman tangan diantara restrain dan klien untuk
memastikan bahwa pernafasan tidak dibatasi oleh restrain.
i) Hindari mengikat restrain pada side rail tempat tidur.
j) Mengamankan restrain dari jangkauan klien
k) Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesua kebutuhan.
l) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
m) Memeriksa bagian tubuh yang direstrain.
n) Memberikan obat anticemas
o) Memperhatikan respon klien.
4) Tahap terminasi
a) Menyimpulkan kegiatan
b) Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai tingkah laku yang
diperlukan untuk restrain alasan restrain)
c) Kontrak yang akan datang restrain akan dilepas apabila .... sesuai kasus )
d) Mengakhiri kegiatan restrain dengan baik.
5) Dokumentasi
Catat tindakan yang dilakukan dan respon klien.
Vest restrain juga bisa digunakan untuk mmengamankan lansia/pasien dengan
kondisi membutuhkan yang duduk di kursi roda, agar tidak jatuh ke depan.
Dengan cara yang sama, hanya saja perbedaannya ini diikatkan dikursi roda,
bukan tepat tidur.

b. Baju restrain
Prosedur
1) Tahap preinteraksi
a) Mengumpulkan data tentang klien.
b) Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri.
c) Menyiapkan alat.
2) Tahap orientasi
a) Memberikan salam dan memanggil nama klien
b) Memperkenalkan diri
c) Memberikan privasi
d) Menyebutkan kontrak dan tujuan.
3) Tahap kerja
a) Memulai kegiatan dengan cara yang baik.
b) Memilih alat restrain yang tepat
c) Memasang restrain kepada klien dengan cepat dan tepat
d) Pegang pundak pasien dan tangan yang agresif, berjalan dibelakang
pasien dan tetap waspada.
e) Buka baju dalam posisi “menyerbu”
f) Pakaikan baju dengan cepat.
g) Handle tangan klien kebelakang, seperti orang diborgol.
h) Mengamankan restrain dari jangkauan klien.
i) Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan
j) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
k) Memeriksa bagian tubuh yang direstrain.
l) Memberikan obat anticemas
m) Memperhatikan respon klien.
4) Tahap terminasi
a) Menyimpulkan kegiatan
b) Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai tingkah laku yang
diperlukan untuk restrain alasan restrain)
c) Kontrak yang akan datang restrain akan dilepas apabila .... sesuai kasus )
d) Mengakhiri kegiatan restrain dengan baik.
5) Dokumentasi
Catat tindakan yang dilakukan dan respon klien.
c. Teknik Elbow Restrain
Teknik ini pada umumnya digunakan pada anak-anak atau bayi guna mencegah
anak menekuk tangandan mencapai insisi atau alat terapeutik lain yang menempel
pada tubuhnya.
Prosedur
1) Tahap preinteraksi
a) Mengumpulkan data tentang klien.
b) Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri.
c) Menyiapkan alat.
2) Tahap orientasi
a) Memberikan salam dan memanggil nama klien
b) Memperkenalkan diri
c) Memberikan privasi
d) Menyebutkan kontrak dan tujuan.
3) Tahap kerja
a) Memulai kegiatan dengan cara yang baik.
b) Memilih alat restrain yang tepat
c) Memasang restrain kepada klien dengan cepat dan tepat
d) Pegang lengan klien
e) Pasaang ikatan pada klien
f) Masukan satu jari sebelum diikat agar tidak terlalu kencang.
g) Hindari mengikat restrain pada side rail.
h) Mengamankan restrain dari jangkauan klien.
i) Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan
j) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
k) Memeriksa bagian tubuh yang direstrain.
l) Memberikan obat anticemas
m) Memperhatikan respon klien.
4) Tahap terminasi
a) Menyimpulkan kegiatan
b) Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai tingkah laku yang
diperlukan untuk restrain alasan restrain)
c) Kontrak yang akan datang restrain akan dilepas apabila .... sesuai kasus )
d) Mengakhiri kegiatan restrain dengan baik.
5) Dokumentasi
Catat tindakan yang dilakukan dan respon klien.
d. Restrain Ekstremitas
Yaitu restrain yang digunakan untuk membatasi geerak ekstremitas.
Prosedur
1) Tahap preinteraksi
a) Mengumpulkan data tentang klien.
b) Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri.
c) Menyiapkan alat.
2) Tahap orientasi
a) Memberikan salam dan memanggil nama klien
b) Memperkenalkan diri
c) Memberikan privasi
d) Menyebutkan kontrak dan tujuan.
3) Tahap kerja
a) Memulai kegiatan dengan cara yang baik.
b) Memilih alat restrain yang tepat
c) Memasang restrain kepada klien dengan cepat dan tepat
d) Amankan pasien dan posisikan pasien ke kasur dalam keadaan tengkurap
dengan satu tangan kebelakang sedangkan perawat lainnyamemegangi
kakinya.
e) Ikat/berikan restrain dari tangan yang dominan, tangan berikutnya, kaki
dominan, kemudian kaki berikutnya.
f) Ikat dengan cara simpul clove restrain kemudian ikatkan pada lubang
dibawah tempat tidur, begitu seterusnya. Pada saat mengikat, gunakan
satu jari untuk menahan agar ikatan tidak terlalu kuat.
g) Posisi pengikatan adalah satu tangan berada diatas dan satunya lagi
berada disamping.
h) Hindari mengikat pada side rail tempat tidur
i) Mengamankan restrain dari jangkauan klien.
j) Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan
k) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
l) Memeriksa bagian tubuh yang direstrain.
m) Memberikan obat anticemas
n) Memperhatikan respon klien.
4) Tahap terminasi
a) Menyimpulkan kegiatan
b) Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai tingkah laku yang
diperlukan untuk restrain alasan restrain)
c) Kontrak yang akan datang restrain akan dilepas apabila .... sesuai kasus )
d) Mengakhiri kegiatan restrain dengan baik.
5) Dokumentasi
Catat tindakan yang dilakukan dan respon klien.
e. Teknik Mummy Restrain
Yaitu teknik yang dilakukan untuk bayi agar tidak bergerak dan jatuh/
untuk mengontrol pergerakan selama pemeriksaan. Bentuknya seperti
gurita/grito, bedanya ada 2 lapis, lapisan pertama diikat ketempat tidur,
sedangkan lapisan kedua diikatkan ke bayi/ anak.

6. Peran Keluarga
a. Pengertian
Peran adalah suatu pola atau sikap dan tujuan yang diharapkan seseorang
berdasarkan posisinya dimasyarakat. Peranan adalah pola tingkah laku yang
diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu jabatan atau tingakh laku yang
diharapkan pantas dari seseorang . Keluarga adalah unit pelayanan dasar
dimasyarakat dan juga merupakan “Perawat utama” bagi anggota keluarga.
b. Peran Keluarga dalam Perawatan Gangguan Jiwa
Keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan
dianggap paling banyak tahu tentang kondisi pasien serta paling banyak
memberikan pengaruh pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting artinya
dalam perawatan dan penyembuhan pasien. Alasan utama pentingnya keluarga
dalam perawatan gangguan jiwa adalah :
1. Keluarga merupakan lingkup yang paling banyak berhubungan dengan
pasien.
2. Keluarga paling mengetahui kondisi pasien.
3. Gangguan jiwa yang timbul pada pasien mungkin disebabkan adanya cara
asuh yang kurang sesuai bagi pasien.
4. Pasien yang menalami gangguan jiwa nantinya akan kembali kedalam
masyarakat, khususnya dalam lingkungan keluarga.
5. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam mencapai pemenuhan
kebutuhan dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa.
Peran keluarga menggabarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Hal-hal yang perlu diketahui keluarga dalam perawatan gangguan
jiwa yaitu antara lain :
1. Pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah manusia yang sama
dengan orang lainnya, mempunyai martabat dan memerlukan
perlakuan manusiawi.
2. Pasien yang mengalami gangguan jiwa mungkin dapat kembali ke
masyarakat dan berperan dengan optimal apabila mendapatkan
dukungan yang memadai dari seluruh unsur masyarakat. Pasien
gangguan jiwa bukan berarti tidak dapat “sembuh”.
3. Pasien yang mengalami gangguan jiwa tidak dapat dikatakan
“sembuh” secara utuh, tetapi memerlukan bimbingan dan dukungan
penuh dari orang lain terutama keluarga.
4. Pasien memerlukan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti
makan, minum dan berpakaian serta kebersihan diri dengan optimal.
Keluarga berperan untuk membantu pemenuhan kebutuhan ini sesuai
tahap-tahap kemandirian pasien.
5. Kegiatan sehari-hari seperti melakukan pekerjaan rumah
ringan),membantu usaha keluarga atau bekerja seperti orang normal
lainnya) merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan yang mungkin
berguna bagi pasien.
6. Berikan peran secukupnya pada pasien sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimiliki. Pemberian peran yang sesuai dapat
meningkatkan harga diri pasien.
7. Berilah motivasi pada pasien sesuai dengan kebutuhan tidak dibuat-
buat) dalam rangka meningkatkan harga diri dan moral.
8. Kembangkan kemampuan yang ttelah dimiliki pasien pada waktu yang
lalu. Kemampuan masa lalu berguna untuk menstimulasi dan
meningkatkan fungsi klien sedapat mungkin.
c. Tujuan Perawatan
1. Meningkatkan kemandirian pasien
2. Pengoptimalan peran dalam masyarakat.
3. Meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah.
d. Ciri-ciri Fungsi Keluarga
1. Mempertahankan keseimbangan fleksibel dan adaptif
2. Problem emosi
3. Kontak emosi dipertahankan.
4. Hubungan yang erat.
5. Menjauhi masalah.
6. Perbedaan antara anggota yang mendorong pertumbuhan dan kreatifitas.
7. Hubungan antara orang tua dan anak.
e. Manfaat Terapi Keluarga.
1. Mempercepat proses penyembuhan.
2. Memperbaiki hubungan interpersonal.
3. Menurunkan angka kekambuhan.

7. Penatalaksanaan.
Dalam terapi gangguan jiwa disini mengandung arti proses penyembuhan dan
pemulihan iwa yang benar-benar sehat antara lain :
a. Terapi holistik
Terapi yang menggunakan obat obat dan ditujukan kepada gangguan jiwa saja.
Dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh.
b. Psikoterapi keagamaan
Terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran
keagamaan.
c. Farmakoterapi
Terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh dokter
dengan memberikan resep obat pada pasien.
d. Terapi perilaku.
Terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun perilakunya
terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing
dan dilatih menghadapi berbagai obyek atau situasi yang menimbulkan rasa
panikatau takut. Sebelum melakukan terapi ini diberikan psikoterapi untuk
memperkuat kepercayaan pasien terhadap orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

John, W.Santrock . 2008 . Psikologi Konseling . Jakarta : Kencana

Ngalim, Purwanto . 200 . Psikologi Pendidikan . Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Robert, e. Savlin . 200 . Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek) . Jakarta : PT Indeks
Permata Puri Media

Riyadi, S dan Purwanto . 200 . Asuhan Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai