PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan aktivitas/pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu
kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah
adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan
musculoskeletal. Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha
koordinasi dari muskuskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat.
Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak
mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam menggerakkan serta mempertahankan
keseimbangan dalam beraktivitas. Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana
seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
(aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas, dan sebagainya.
Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan
dengan bebas (kosier,1989).
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri
dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping kemampuan
mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999).
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini menurut Carpenito tahun 2000 adalah suatu upaya
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis.
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan yang saling
berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup.
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk membentuk
rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral
khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat
sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
Terdapa tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid
seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan tibia.
Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian
ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan
diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic
pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan
keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui
tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi
kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligament bersifat
elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut
merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi
(percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic
memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada
fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf
tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial
akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi dari
rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan
tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua
ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi
dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis
sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.
Kebutuhan Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya.
1. Jenis Mobilitas
Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas
karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini
dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien
paraplegi dapat mengalamai moblitas sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan control motorik dan sensorik.
Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversible
pada sistem musculoskeletal, contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang.
Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang
reversible. Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera tulang
belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
Gaya Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang karena berdampak
pada kebiasaan atau perilaku sehiari-hari.
Proses Penyakit/Cidera. Hal dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat berpengaruh
pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya, ada orang yang mengalami gangguan
mobilitas (sakit) karena adat dan budaya yang dilarang untuk beraktivitas.
Tingkat Energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energy yang cukup.
Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang
berbeda.
Kebutuhan Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma
tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
1. Jenis imobilitas
Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien hemiplegia
yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat
mengubah posisi tubuhnya untuk mengubah tekanan.
Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami keterbatasan berpikir,
seperti pada pasien yang mengalami gangguan otak akibat suatu penyakit.
Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan secara emosional
karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Seperti keadaan
stress berat karena diamputasi ketika mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau
kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam berinteraksi
karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan
sosial.
Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat mepengaruhi sistem tubuh. Seperti perubahan pada
metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi,
gangguan fugsi gastrointestinal, perubahan sistem pernafasan, perubahan kardiovaskuler,
perubahan sistem musculoskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan
kecil), dan perubahan perilaku.
Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal. Mengingat imobilitas
dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolism dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai
pada menurunnya Basal Metabolisme Rate (BMR) yang menyebabkan berkurangnya energy
untuk perbaikan sel-sel tubuh. Sehingga dapat mempengaruhi oksigensi sel. Perubahan
metabolism imobilitas dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabolisme
meningkat. Keadaan ini dapat meningkatkan resiko gangguan metabolisme. Proses imobilitas
dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat
ditemukan pada pasien yang mengalami immobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberpa
dampak dan perubahan metabolisme diantaranya, pengurangan jumlah metabolisme, antropi
kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang,
gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguang gastrointestinal.
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan
mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang, sehingga
dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Di samping itu, berkurangnya perpindahan cairan
dari intravaskuler ke interstisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit. Imobilitas juga dapat mengakibatkan demineralisasi tulang akibat
menurunnya aktivitas otot. Sedangkan meningkatnya demineralisasi tulang dapat mengakibatkan
reabsorbsi kalium.
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori
dapat mengkibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun. Dimana sel tidak
lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
melaksanakan aktivitas metabolisme.
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini desebabkan imobilitas
dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan yang
cukup dapat menyebabkan keluhan. Seperti perut kembung, mual dan nyeri lambung yang dapat
menyebabkan gangguan proses eliminasi.
Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot
yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu. Terjadinya penurunan kadar
hemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga
menyebabkan anemia.
Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan sistem ini akibat imobilitas antara lain dapat berupa hipotensi ortostatik,
meningkatnya kerja jantung dan terjadinya pembentukan trombus. Terjadinya hipotensi
ortostatik dapat disebakab menurunnya kemampuan saraf otonom, pada posisi yang tetap dan
lama, refleks neurovaskuler akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi, kemudian darah
terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi terhambat.
Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan imobilitas dengan posisi horizontal. Dalam
keadaan normal, darahyang terkumpul pada ekstremitas bawah bergerak dan meningkatkan
aliran vena kembali ke jantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya
trombus juga diakibatkan meningkatnya vena statis yang merupakan hasil penurunan kontraksi
muscular sehingga meningkatkan arus balik vena.
Yakni menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas secara langsung. Hal ini ditandai
dengan menurunnya stabilitas. Berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot.
Seperti, otot betis yang telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil dan
menunjukkan tanda lemah dan lesu.
Gangguan Skeletal
Misalnya, akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan kondisi
yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan
memendeknya otot. Kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak
berfungsi. Osteoporosis terjadi akibat reabsorbsi tulang semakin besar, sehingga menyebabkan
jumlah kalsium ke dalam darah menurun dan jumlah kalsium yang di keluarkan melalui urine
semakin besar.
Hal ini terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat
imobilitas dan terjadinya isakemia serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka
decubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan srikulasi yang menurun ke jaringan.
Perubahan Eliminasi
Misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin disebabkan kurangnya asupan dan penurunan
curah jantung, sehingga aliran darah renal dan urine berkurang.
Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas antara lain, timbulnya rasa bermusuhan, bingung,
cemas, emosional tinggi, depresi, perubaha siklus tidur dan menurunnya koping mekanisme.
Postur Tubuh
Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang
berhubungan dengan bagia tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh adalah
persendian, tendon, ligamen, dan otot. Apabila ke empat bagian tersebut di gunakan dengan
benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal, seperti dalam
posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar.
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik, mengurangi jumlah
energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan, memperluas
ekspansi paru, dan meningkatkan sirkulasi baik renal maupun gastrointestinal. Untuk
mendapatkan postur tubuh yang benar terdapat beberapa prinsip yang perlu di perhatikan,
diantaranya :
Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan otot, dan
kontraktur.
1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak optimal pada organ atau
bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan sehingga dapat memengaruhi
pembentukan postur. Hal ini dapat dijumpai pada orang sakit yang banyak mengalami
ketidakseimbangan dalam pergerakan.
2. Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam membantu proses
pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon, ligamen,dan persendian. Apabila status nutrisi
kurang, kebutuhan energi pada orang tersebut akan berkurang sehingga dapat mempengaruhi
proses keseimbangan.
3. Emosi
Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga keseimbangan tubuh. Hal tersebut
dapat mempengaruhi proses koordinasi pada otot, ligamen, sendi dan tulang.
4. Gaya Hidup
Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau bahkan sebaliknya
menjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup tidak sehat, misalnya selalu menggunakan
alat bantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dapat mengalami ketergantungan sehingga
postur tubuh tidak berkembang dengan baik.
Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat mempengaruhi pembentukan postur.
Sebagai contoh, perilaku dalam membuang sampah di sembarang tempat dapat mempengaruhi
proses pembentukan postur tubuh orang lain yang berupaya untuk selalu bersih dari sampah.
Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan
melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuskeletal
dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara
menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara
aman dalam menggerakkan serta mempertahankan keseimbangan dalam beraktivitas.
Keseimbangan dicapai dengan mempertahankan posisi garis gravitasi diantara garis gravitasi dan
pusat tumpuan.
Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat atau bobot benda
yang akan diangkat karena berat benda tersebut akan mempengaruhi mekanika tubuh.
Status Kesehatan.
Terjadi penurunan koordinasi yang disebabkan oleh penyakit berupa berkurangya melakukan
aktifitas sehari-hari.
Nutrisi
Emosi
Kondisi psikologi seseorang dapat mudah memudahkan perubahan perilaku yang dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan sesorang misalnya sering mengangkat benda-benda yang
berat.
Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan
menyebabkan kecerobohan dalam beraktifitas.
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dalam pengguanaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neoromuskular dan tubuh secara proposional,
postur, pergerakan dan reflex akan berfungsi secara optimal.
Kesehatan fisik
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lodosis dan kiposis dapat berpengarh terhadap
pergerakan.
Pekerjaan
Mekanika tubuh yang benar akan memberikan manfaat yang maksimal untuk tubuh, gerakan
yang dilakukan akan efektif serta mengurangi pemborosan tenaga. Mekanika tubuh yang salah
akan mengakibatkan terjadinya ketegangan sehingga menimbulkan kelelahan dan gangguan
sistem muskuloskeletal selain itu juga meningkatkan resiko kecelakaan pada sistem
musculoskeletal. Apabila seseorang salah berjongkok atau berdiri akan mudah terjadi kelainan
pada tulang vertebra.
Berarti bahwa pasien dapat bergerak dengan bebas, tapi tidak dapat beradaptasi terhadap
peningkatan kebutuhan energy karena pergerakannya. Gangguan mobilitas fisik, pasien dapat
bergerak dengan bebas apabila tidak ada gangguan/ batasan pada pergerakannya
Pasien tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi tidak mampu bergerak banyak karena
tubuhnya tidak mampu memproduksi energy yang cukup. Tergantung pada orang lain untuk
melakukan aktivitasnya. Pasien mungkin membunyai diagnosa deficit perawatan diri karena
intoleransi aktivitasnya.
Pasien mau dan dapat berpartisipasi salam perawatan, tapi tidak mampu bergerak banyak karena
tubuhnya tidak mampu memproduksi energy yang cukup. pasien tidak dapat berpartisipasi
dalam perawatan atau perannya karena mereka merasa kurang motivasi untuk melakukan suatu
pekerjaan
1. Kelelahan
Pasien pada awalnya tidak merasa lelah, akan tetapi setelah melakukan aktivitas pasien langsung
merasa lelah, pasien merasa lemas dan lelah karena penyakitnya.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan Imobilitas adalah sebagai berikut:
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot,
kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan
lama terjadinya gangguan mobilitas.
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri dan untuk
menlai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau spatis.
4. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke
posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat
kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Mampu merawat diri sendiri secara
Tingkat 0
penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau pengawasan
Tingkat 2
orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang
Tingkat 3
lain, dan peralatan.
Sangat tergantung dan tidak dapat
Tingkat 4 melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.
Pengkajian Rentang gerak (Range Of Motion-ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku,
lengan, panggul dan kaki.
Derajat Rentang
Gerak Sendi
Normal
Bahu
Siku
150
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan
ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan Tangan
80-90
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian
dalam lengan bawah.
80-90
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari
posisi fleksi.
70-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah
belakang sejauh mungkin
0-20
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu
jari ketika tangan menghadap ke atas.
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system pernapasan,
antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mucus, batuk yang
produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleritas aktivitas terhadap
perubahan system kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan perifer, adanya
thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
Dalam megkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Derajat
kekuatan otot dapat ditentukan dengan:
Persentase kekuatan
Skala Karakteristik
normal
0 0 Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi otot
1 10
dapat di palpasi atau dilihat
Gerakan otot penuh melawan
2 25
gravitasi dengan topangan
Gerakan yang normal melawan
3 50
gravitasi
Gerakan penuh yang normal
4 75 melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh
5 100 yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh.
8. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan
imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme
koping,dll.
1. Diagnosis/Masalah Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang, fraktur, dan lain-lain.
2. Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas
3. Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatic pneumonia
4. Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan otot
5. Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot
6. Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru
7. Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi
8. Gangguan eliminasi akibat imobilitas
9. Retensi urin akibat gangguan mobilitas fisik
10. Inkontinensia urin akibat gangguan mobilitas fisik
11. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu makan (anoreksia)
akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltik usus.
12. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan (intake)
13. Gangguan Interaksi sosial akibat imobilitas
14. Gangguan konsep diri akibat imobilitas
1. Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
1. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan
pasien serta melakukan latihan ROM pasif dan aktif.
Pengaturan posisi dalam mengatasi kebutuhan mobilitas dapat disesuaikan dengan tingkat
gangguan, seperti posisi fowler, sim, trendelenburg, dorsal recumbent, lithotomi, dan genu
pectoral.
Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fungsi pernapasan pasien.
Cara:
Dudukkan pasien
Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semifowler
(30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
Cara :
Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
Tangan kiri diatas kepala atau di belakang punggung dan tangan kanan di atas tempat
tiduran ditekuk diarahkan ke dada.
Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan
lurus, lutut, dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada.
Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri di atas tempat
tidur.
Posisi Lititomy
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut.
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.
Cara:
Pasien dalam kcadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke arah
perut
Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
Pasang selimut
Posisi Trendelenburg
Posisi pasiom berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.
Posisi ini dilakukan untuk mdancarkan perdaran darah ke otak.
Cara:
Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakan bantal di antara kepala dan ujung
tempati tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus
dcngan meninggikan bagian kaki pasien.
Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang dengan kedua lutut ficksi (ditarik atau direnggangkan)
di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia scrta proses
persalinan.
Cara:
Pada posisi ini pasien menungging dengan kcdua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk mcmc;riksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara:
Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
mencmpel pada kasur tempat tidur.
Pasang selimut pada pasien.
Pasien yang mobilitas sendinya perbatas karna penyakit, diabilitas, atau trauma memerlukan
latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas. Latihan berikut dilakukan untuk memelihara
dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilitas persendian.
1. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara :
1.
2. Fleksi dan Ekstensi Siku
Cara :
Cara :
Cara :
1. Rotasi Bahu
Cara :
Cara:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pegang jari- jari pasien dengan satu tangan sementara tangan lain memegang kaki.
3. Bengkokkan (tekuk) jari- jari kebawah.
4. Luruskan jari- jari kemudian dorong kebelakang.
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Catat perubahan yang terjadi
Cara:
Cara:
Cara:
Cara:
Cara:
Evaluasi yang diharapkan dati haisl tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas
adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji postur tubuh, di antaranya:
1. Postur tubuh yang benar pada saat berbaring, duduk dan berdiri.
Posisi Berdiri
Pengkajian posisi berdiri dilakukan dengan cara menganjurkan pasien pada posisi berdiri, kepala
tegak, dan mata menghadap lurus ke depan. Bila diamati dari belakang, bahu dan pinggul harus
lurus dan sejajar. Amati vertebrata kolumna, apabila dari arah samping kepala tegak dan lurus
dan tulang belakang diluruskan bentuknya seperti huruf S. vertebrata servikal melengkung ke
depan dan vertebrata lumbal melengkung ke depan, kaki ditempatkan sedikit terpisah untuk
mencapai dasar dari topangan dan ibu jari menunjuk ke depan, dan apabila diamati dari depan
berada pada garis tengah vertikal. Apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar,
maka dapat diidentifikasi adanya gangguan otot/tulang.
Posisi Duduk
Kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan vertebrata kolumna. Kemudian berat badan
bertumpu pada glutea dan paha. Paha sejajar dan datar pada bagian horizontal kedua telapak kaki
menapak di lantai, dan dengan jarak 2-4 cm perlu dipertahankan antara tepi tempat duduk
dengan lutut dan lengan pasien. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan mengalami
kelemahan otot atau paralisis otot, serta adanya perubahan sensasi (kerusakan saraf).
Posisi Berbaring
Letakkan pasien dengan posisi latera, semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari
tempat tidur. Kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebrata harus lurus
dengan alas yang ada. Apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat proses penurunan
sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.
1. Perubahan dalam tumbuh kembang, identifikasi adanya trauma, kerusakan otot atau saraf
dan kemungkinan factor yang menyebabkan postur tubuh yang buruk.
2. Diagnosis Keperawatan
3. Nyeri yang berhubungan dengan posis duduk, berdiri dan berbaring yang salah akibat
pemakaian gips pada daerah ekstremitas, dan lain-lain.
4. Gangguan mobilitas berhubungan dengan drop foot lutut akibat kontraktur.
5. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan
otot.
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan postur
tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam postur tubuh, dan pasien
mampuberaktivitas dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan.
1. Pengkajian
2. Diagnosis Keperawatan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme otot dan
tulang pada extremitas, nyeri akibat peradangan sendi, penggunaan alat Bantu dalam
waktu yang lama.
Risiko cedera berhubungan dengan adanya paralysis, gaya berjalan tidak stabil,
penggunaan tongkat yang tidak benar
Kurang perawatan diri b.d kelemahan fisik secara umum
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
1. Latihan ambulasi
2. Duduk diatas tempat tidur
Cara:
Cara:
Cara:
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak
boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard
5. Evaluasi Keperawatan
PENUTUP
Kesimpulan
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan yang saling
berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas
adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukn untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup. Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha
koordinasi dari muskuskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat.
Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak
mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam menggerakkan serta mempertahankan
keseimbangan dalam beraktivitas.
Saran
Mempelajari tentang kebutuhan aktivitas akan membuat kita menjadi lebih tau pengertiannya
secara mendalam. Kita akan tau bagaimna seharusnya seorang perawat memberi pelayanan
kesehatan dengan baik bagi kesembuhan kliennya. Kita juga akan tahu bagaimana dampak
positif dan negatifnya dari pelayanan yang kita berikan ini terhadap diri kita, semoga dengan
pembuatan makalah ini dapat bermanfaat yang akan menjadi informasi untuk kehidupan kita
sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal.2007.Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori & aplikasi dalam
praktek.Jakarta:EGC.
Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Buku 1,
A. Aziz Alimul Hidayat. Jakarta : Salemba media, 2009.
Tarwanto, Wartonah.2006.Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi
3.Salemba:Medika.
http://homework-uin.blogspot.com/2010/10/kebutuhan-aktivitas-manusia.html
http://radmarssy.wordpress.com/2007/02/06/6-cara-memelihara-postur-tubuh/
http://bidananda.blogspot.com/2010/07/mekanika-tubuh.html
http://www.asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc/2010/02/macam-macam-posisi-dalam-
mekanika-tubuh.html
http://jokoateng-jokoateng.blogspot.com/2009/05/kebutuhan-mekanika-tubuh-dan-
ambulasi.html