Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS RESIDENSI

Asuhan Keperawatan Ny.E Dengan Diagnosa Medis Post Operasi Total Hip
Replacement (THR) e.c Negleted Close Fracture Neck Femur Dekstra di
Ruang Kanna RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Pembimbing
Chandra isabella, M.Kep
Rizki Juniar Eko Satrio, S.Kep, Ners

Disusun Oleh:

Andhika Sulistiawan
(220120140016)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.E


1. Identitas Pasien
Nama

: Ny. E

Umur

: 46 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SMP

Alamat

: Babakan inpres, Rt 47, Rw 11, sindang resmi,


jampang tengah, sukabumi.

Diagnosa medis

: post operasi THR e.t negleted close fracture


neck femur dekstra

Identitas Penanggungjawab
Nama

: Tn. AM

Alamat

: Babakan inpres, Rt 47, Rw 11, sindang resmi,


jampang tengah, sukabumi.

2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri daerah post operasi.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan 3 tahun yang lalu mengalami kecelakaa, sejak itu
pasien sering merasakan nyeri daerah panggul kanan, sejak sebulan
belakangan nyeri semakin terasa dan pasien tidak bisa berjalan,
selanjutnya pada tanggal 27 oktober 2015 oleh keluarga dibawa ke rumah
sakit. Pada tanggal 30 oktober 2015 pasien dilakukan operasi total hip
replacemen (THR) dengan indikasi fraktur Negleted close fracture neck
femur dekstra akibat osteoatritis grade IV.
C. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah di rawat di rumah sakit
dan tidak ada penyakit hipertensi, diabetes, namun pasien mengatakan
sering nyeri didaerah persendian sejak 4 tahun yang lalu.

D. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien mengatakan tidak ada keluarga menderita penyakit yang sama
dengan pasien, dan apabila ada keluarga yang sakit pasien langsung
berobat kepuskesmas.
E. Riwayat psikososial spiritual
Yang dekat dengan pasien adalah suaminya, pola komunikasi dalam
keluarga 2 arah, pembuat keputusan adalah suami pasien. pasien tidak
mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Dampak penyakit terhadap keluarga
adalah urusan rumah tangga sebagaian besar dikerjakan oleh suaminya.
Mekanisme koping terhadap stress adalah berbicara dengan saurdaranya.
Hal yang sangat dipikirkan saat ini adalah tentang penyakitnya dan
keluarganya. Harapan setelah menjalani perawatan klien ingin cepat
sembuh dan segera pulang bertemu keluarganya. Perubahan yang
dirasakan setelah jatuh sakit pasien merasa badannya lemah, pusing dan
mengalami keterbatasan dalam beraktifitas. Tidak ada nilai-nilai yang
bertentangan dengan kesehatan dan aktivitas agama atau pasien tetap
menjalankan sholat seperti biasanya.
F. Riwayat ADL
1. Nutrisi dan cairan
pasien menghabiskan makan 3/4 porsi makanan yang disediakan
oleh rumah sakit, makanan terdiri dari sayur, ikan dan nasi dan
jarang makan buah-buahan. Dalam sehari pasien minum sekitar 7
gelas air putih dan terkadang minum air teh.
2. Pola eliminasi
Pasien terpasang kateter dengan warna urin berwarna kuning jernih,
urin output sekitar 700-800 ml/ hari. pasien mengatakan BAB sekali
dalam sehari dengan feses lunak.
3. Pola istirahat tidur
Pasien mengatakanmengatajab bisa tidur dengan baik, malam hari
tidur sekitar 6 jam dan siang terkadang tidur 1-2 jam.

4. Pola kebersihan diri


Pasien tampak bersih dan terawat.
5. Pola aktifitas fisik
Jenis aktifitas
Mandi
Berpakaian dan berdandan
Pindah
Makan dan minum
Toileting
Ambulasi
Mobilitas ditempat tidur

Skor
3
2
3
2
3
3
2

Keterangan skor
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu dibantu orang lain
3 : perlu bantuan orang lain
dan alat
4 : tergantung atau tidak
mampu
Pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitasnya sendiri, dan
biasanya dibantu oleh keluarga
3. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum pasien
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis (GCS : 4-5-6)

Vital sign

: TD: 130/80 mmHg, N: 90x/mnt, RR: 25x/mnt


S: 36,7 oC

B. Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva an anemis, tidak ada bendungan vena jugularis, teraba kuat
arteri karotis. Terdengar bunyi jantung I dan dan 2 normal. Batas jantung
normal. Kulit terlihat segar tidak ada sianosis, nadi teraba jelas, kulit
hangat dan CTR <3 detik.
C. Sistem pernapasan
Daerah hidung tidak ada nyeri dan masa, dada simesteris, tidak ada
penggunaan otot aksesoris pernapasan, suara napas normal (verikuler,

brokovesikuler, bronkial dan trakeal) tidak ada suara napas tambahan,


kulit dan kuku tidak sianosis.
D. Sistem pendengaran
Bentuk daun telinga simetris, tidak menggunakan alat bantu dengar,
terdapat nyeri tekan pada daerah telinga luar sinistra, telinga kanan
terlihat bersih dan tidak ada gangguan, telinga kiri terdapat serumen dan
kemerahan, terdapat gangguan pendengaran pada telinga kiri namun
dapat ditoleransi.
E. Sistem penglihatan
Sklera anikterik, tidak ada pembengkakan sekitar mata, penglihatan
normal lebih dari 5 meter, tidak ada nyeri tekan sekitar mata.
F. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran dan tidak ada nyeri tekan pada kelenjar tiroid
G. Sistem pencernaan
Tidak ada pendarahan atau radang gusi, tidak ada tanda-tanda infeksi
pada mulut. Abdomen simetris dan tidak ada nyeri tekan. Perkusi daerah
gaster terdengar suara timpani dan terdengar sura gelembung udara,
hepar tidak teraba, peristaltik usus 13x/menit.
H. Sistem perkemihan
Tidak ada ranya nyeri saat BAB, tidak terdapat hemoroid maupun infeksi
pada anus.
I. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada nyeri pada tulang belakang, ekstremitas kanan bawah terasa
nyeri saat digerakkan.
5

2
5
Keterangan:
Skor 0 : Tidak ada kontraksi sama sekali
Skor 1 : Gerakan kontraksi bernilai
Skor 2 : Kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan
tahanan atau gravitasi

Skor 3 : Cukup kuat untuk mengatasi gravitasi


Skor 4 : Cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh
Skor 5 : Kekuatan kontraksi yang penuh
J. Sistem genetalia
Pasien menolak saat akan dilakukan pemeriksaan.
K. Sistem neurologi
Tingkat kesadaran pasien compos mentes dengan hasil GCS (E4, V5,
M6). Tidak ada gangguan dalam penglihatannya dan tidak ada gangguan
dalam pendengarannya.
L. Sistem integumen
Kulit tidak tampak sianosis, warna kecoklatan, tidak ada lesi dan tidak
terdapat adanya tanda adanya ruam atau iritasi. Rambut terlihat rapi,
tidak ada clubing finger dan kuku bersih. Terdapat luka operasi di femur
proximal dektra sekitar 10 cm.
M. Pengkajian Nyeri
Pasien tampak menahan nyeri
P: luka post Op
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: paha dan panggul kaki kanan
S: 7 rentang (10)
T: sewaktu digerakkan dan setiap 4 jam sekali.

4. Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal: 1-11-2015
Pemeriksaan
Hematologi
Hemaglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Indek eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Hitung jenis leukosit
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Kimia klinik
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
Ureum
Kreatinin
Glukosa darah sewaktu
Natrium (Na)
Kalium (K)

hasil

Nilai rujukan

satuan

12.9
38
4.58
11.500
236.000

P: 12.0-16.0
P:35-47
P: 3.6-5.8
4400-11300
150000450000

g/dl
%
Juta/ul
/mm3
/mm3

80-100
26-34
32-36

Fl
Pg
%

0.1-1
1-6
3-5
40-70
30-45
2-10

%
%
%
%
%
%

<31
<33
15-50
P:0.5-0.9
<140
135-145
3.6-5.5

U/L 37C
U/L 37C
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
mEq/L
mEq/L

81.9
28.2
34.4
0
2
0
64
27
7
24
25
19
0.61
110
141
3.2

5. Terapi
Jenis
Cefazolin
Ketorolac
Ranitidin
Tramadol
lovenex
RL

Dosis
2x1 gr
2x1 amp
2x1 amp
2x1 amp
1x40 mg
15 tpm

Jalur
IV
IV
IV
Drip
Inf
inf

6. Analisis data
NO
1

Data
S: P: luka post Op
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: paha dan panggul kaki kanan
S: 7 rentang (10)
T: sewaktu digerakkan dan
setiap 4 jam sekali.
O : pasien tampak menahan nyeri
S: Pasien mengatakan tidak dapat
melakukan aktifitasnya sendiri,
dan biasanya dibantu oleh
keluarga
O: pengkajian aktivitas
Jenis aktifitas
Skor
Mandi
3
Berpakaian dan
2
berdandan
Pindah
3
Makan dan minum 2
Toileting
3
Ambulasi
3
Mobilitas ditempat 2
tidur

Etiologi
Masalah
physical injury Acute pain
(operative
procedure)

musculoskeleta
l impairment

Impaired
physical
mobility

procedure
invasive

Risk for
infection

Pengkajian kekuatan otot


5
5
3

S: O: Terdapat luka operasi di femur


proximal dektra sekitar 10 cm.
Leukosit : 11.500 /mm3
7. Diagnosa keperawatan

A. Acute pain r/t physical injury (operative procedure)


B. Impaired physical mobility r/t musculoskeletal impairment
C. Risk for infection r/t procedure invasive

8. Rencana tindakan keperawatan


Nama pasien : Ny.E
No. Medrek : 15061074
No DX
1

Tujuan
Pain Level
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang atau
hilang dengan kriteria hasil:
- Tanda-tanda vital dalam batas
normal
- Skala nyeri ringan atau 3

Pain control
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan pada klien selama 2x24
jam, klien mampu mengontrol nyeri
dengan kriteria hasil :
-

Ruangan
Nama Mahasiswa
Intervensi
Pain Management
-

Mengungkapkan nyeri terkontrol


-

Lakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Ajarkan tehnik napas dalam
Ajarkan tehnik relaksasi distraksi
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi

: Kana
: Andika Sulistiawan
Rasional
Hardwick, Pulido, and Adelson
(2012) melakukan peneltian
yang berjudul Nursing
Intervention Using Healing
Touch in Total Hip ateroplasty
menjelaskan bahwa Healing
Touch (HT) lebih efektif
mengurangi nyeri
dibandingkan dengan
kelompok control.

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri


Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Gunakan healing touch (HT) untuk
mengurangi nyeri
Analgesic Administration

Tentukan lokasi, karakteristik,


kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek catatan dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Memberikan injeksi analgetik
sesuai catatan obat.
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,

tanda dan gejala (efek samping)


2

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan klien mampu menurunkan
resiko keparahan fungsi fisik akibat
imobilisasi, dengan kriteria hasil:
- Dapat melakukan aktifitas
minimal
- Tidak terjadi komplikasi
seperti luka tekan dan flebitis

Bed Rest Care


1. Jelaskan tujuan bed rest pada klien
2. Gunakan alas tidur yang tepat
3. Hindari penggunaan alas tidur yang
berbahan kasar
4. Pertahankan linen tempat tidur
dalam keadaan bersih
5. Gunakan side rails
6. Monitor kondisi kulit klien
7. Letakkan barang-barang yang
mudah terjangkau oleh klien
Self-care assistant
1. Monitor tingkat dependensi klien
dalam melakukan aktivitas
2. Identifikasi alat bantu yang
dibutuhkan klien dalam melakukan
aktivitas
3. Berikan bantuan sampai klien
mampu memulai aktivitas mandiri
secara bertahap
4. Bantu klien untuk menerima
kondisinya

Latihan mobilisasi
postoperatif Total
Knee Arthroplasty
Penelitian RCT ini
bertujuan untuk
membandingkan efektifitas
program rehabilitasi yang
menggunakan continuous
passive motion (CPM) dan
yang menggunakan terapi
standar.
Outcome yang dinilai
adalah ROM pada gerakan
fleksi dan ekstensi lutut,
kemampuan fungsional,
dan LOS postoperatif
Intervensi 1 menerima
CPM selama 35 menit
setiap hari, kelompok
intervensi 2 menerima
terapi konvensional
dikombinasikan dengan
CPM selama 2 jam, dan
kelompok kontrol hanya
menerima terapi

5. Ciptakan rutinitas aktivitas


perawtaan diri
6. Pertimbangkan usia klien dalam
melakukan aktivitas perawatan diri
7. Ajarkan klien dan keluarga untuk
meningkatkan kemandirian secara
bertahap
8. Kaji tingkat aktivitas pasien
9. Lakukan CPM
3

Setelah dilakukan perawatan infeksi Wound care


tidak terjadi dengan kriteria hasil 1. Monitor tanda dan gejala dari infeksi
2. Pastikan keadaan sekitar luka bersih
sebagai berikut:
3. Ganti dressing setiap 48-72 jam atau
- Pasien bebas dari tanda dan
bila perlu (kotor, lepas, fiksasi kurang
gejala infeksi
kuat/terlalu kuat)
- Menunjukkan kemampuan
4.
Perawatan luka dengan menggunakan
untuk mencegah timbulnya
madu.
infeksi
Infection Control (Kontrol infeksi)
- Jumlah leukosit dalam batas
Aktivitas
normal
1.
Batasi pengunjung bila perlu
- Menunjukkan perilaku hidup
2.
Instruksikan pada pengunjung
sehat
untuk mencuci tangan saat berkunjung
- Keadaan luka bersih
dan setelah berkunjung meninggalkan
pasien
3.
Gunakan sabun antimikrobia untuk

konvensional standar.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
tidak terdapat hasil
yang signifikan antara
ketiga kelompok
penelitian pada
outcome primer
maupun sekunder
Madu sangat bermanfaat dalam
perawatan luka digunakan
untuk terapi topikal sebagai
dressing
Madu yang baik di gunakan
untuk perawatan luka adalah
manuka honey karena memiliki
osmolaritas yang tinggi,
Hidrogen Peroksida,
menstimulasi limfosit dan
leukosit, dan sifat asam madu.
Faktor penting yang harus
menjadi pertimbangan untuk
penggunaan madu untuk

cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan kperawtan
5.
Gunakan sarung tangan sebagai alat
pelindung
6.
Berikan terapi antibiotik bila perlu
(kolaborasi)
Infection Protection (proteksi terhadap
infeksi)
Aktivitas:
1.
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
2.
Monitor hitung granulosit, WBC
3.
Monitor
kerentanan
terhadap
infeksi
4.
Ispeksi kondisi luka
5.
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
6.
Dorong masukan cairan
7.
Dorong istirahat
8.
Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
9.
Ajarkan cara menghindari infeksi
10. Laporkan kecurigaan infeksi
4.

9. Tindakan keperawatan

perawatan luka adalah


komposisi madu, etiologi yang
mendasari luka, status gizi, dan
usia pasien.

No

Tgl/Jam

Implementasi

Respon

D
X
1

1
1

Kamis 5/11/201
5
09.30
09.30
09.32

kualitas dan faktor presipitasi


Mengobservasi reaksi nonverbal

dari ketidaknyamanan
Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui

09.40
09.50

2
2
1

09.55
10.00
10.05
10.10

pengalaman nyeri pasien


Mengvaluasi pengalaman nyeri

masa lampau
Membantu pasien dan keluarga

dukungan
Mengurangi faktor presipitasi
nyeri

10.15
10.20

S: Pasien mengatakan nyeri skala 5 dan terasa nyeri


saat digerakkan
O: pasien tampak menahan nyeri
S: O: terlihat meringis
S: pasien menjelaskan nyeri dengan antusias
O: pasien antusias
S: Pasien mengatakan jarang merasakan nyeri
O: S: Apabila nyeri timbul, pasien menarik napas dalam
O :-

untuk mencari dan menemukan

1
1
1

secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi,

1
1

Melakukan pengkajian nyeri

Menjelaskan tujuan bed rest pada


pasien

S:O: alas tidur bersih dan rapi


S: pasien mengatakan luka post op masih terasa
nyeri seperti ditusuk-tusuk dan semakin nyeri
apabila
digerakkan.
O: pasien terlihat meringis

Paraf

10.25
10.27

3
10.27
1
1
3

Menggunakan alas tidur yang

tepat
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum

10.28
10.30
11.00

pemberian obat
Melakukan cek catatan dokter
tentang jenis obat, dosis, dan

3
3
3
3
3
3

12.40
13.00
13.05
13.10
13.20

frekuensi
Menyanyakan riwayat alergi
memonitor vital sign sebelum
Memberikan injeksi analgetik

sesuai program
Memberikan antibiotik sesuai

program
Mengajarkan tehnik napas dalam
Mengajarkan tehnik relaksasi

distraksi
Mengganti dressing setiap 48-72
jam atau bila perlu (kotor, lepas,

fiksasi kurang kuat/terlalu kuat)


Dorong masukkan nutrisi yang

cukup
Mendorong masukan cairan

S: pasien mengatakan tidak ada alergi


O:S: O: TD: 130/80 mmHg, N: 90x/mnt, RR: 25x/mnt, S:
36,7 oC
S: pasien mengatakan terasa nyeri saat di injesi IV
O: Antibiotik cefazolin 1g per IV line
S: pasien mengatakan terasa nyeri saat di injesi IV
O: analgetik ketorolak 1 amp per IV line
S: pasien mengatakan nyeri saat diganti balutan
O: luka tampak bersih, dan terpasang drain dengan
warna cairan kemerahan.
S: pasien mengatakan berusaha makan-makanan dan
minuman yang bersih dan sehat.
O: pasien tampak makan.
S: pasien mengatakan paham dengan cara rajin
mencuci tangan
O: pasien tampak paham

Mendorong istirahat
Mengajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Mengajarkan cara meng hindari
infeksi

Jumat
6/11/201
5
08.30
08.50

karakteristik, durasi, frekuensi,

sekitar 30 menit dan bertambah nyeri bila

Mengobservasi reaksi nonverbal


Melakukan cek catatan dokter
tentang jenis obat, dosis, dan

09.05

frekuensi

3
09.10
1
1
3

sudah berkurang, skala nyeri 4, berlangsung

dari ketidaknyamanan

09.00

Memberikan injeksi analgetik


sesuai program

09.15
09.20

S: pasien mengatakan nyeri masih terasa walaupun

secara komprehensif termasuk lokasi,


kualitas dan faktor presipitasi

1
1

Melakukan pengkajian nyeri

digerakkan
O: pasien terlihat menahan nyeri
S: O: pasien terlihat lebih tenang
S: O: pasien mendapatkan cefazolin 2x1 g, ketorolak
2x1 amp, tramadol 2x1 drip, ranitidin 2x1 amp
S: pasien meminta untuk pelan-pelan memasukkan
obatnya.
O: ketorolak 1 amp per IV line
S: pasien meminta untuk pelan-pelan memasukkan
obatnya
O: injeksi per IV line cefazolin 1 gr.

09.25
09.30

Memberikan antibiotik sesuai


program

1
13.00
-

2
13.20

Mengajarkan tehnik napas dalam


Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Mendorong masukan cairan
Mendorong istirahat

S: pasien mengatakan sering melakukan terik napas


dalam.
O: pasien terlihat melakukan dengan benar
S: pasien mengatakan dapat beristirahat dengan baik
O: pasien telihat lebih segar
S: pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, namun
terkadang nyeri bisa timbul lagi skala nyeri 3.
O: pasien terlihat lebih rileks
S: pasien mengatakan sudah ingin berjalan, namun

Melakukan pengkajian nyeri


secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,

1
1
1

Sabtu 7/11/201
5
08.10

kakinya masih nyeri untuk digerakkan, semua


kebutuhannya masih dibantu oleh keluarga
O: keluarga tampak mengambilkan minum pasien

kualitas dan faktor presipitasi


Mengkaji tingkat aktifitas pasien
Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

08.30

dan faktor presipitasi


Mengobservasi reaksi nonverbal

08.50
09.00

dari ketidaknyamanan
Mengevaluasi keefektifan kontrol

S: pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang,


skala nyeri 5 dan terasa nyeri bila digerakkan
O: pasien terlihat lebih rileks
S: O: pasien terlihat lebih rileks
S: pasien mengatakan bila nyeri timbul, langsung
melakukan tarik napas dalam

nyeri
09.10

Meningkatkan istirahat

Memonitor vital sign sebelum

09.15
3
09.20

2
10.00
10.30

dan sesudah pemberian analgesik

36,5 oC
S: pasien meminta untuk pelan-pelan memasukkan

pertama kali
Memberikan analgesik tepat

obatnya.
O: ketorolak 1 amp per IV line

waktu terutama saat nyeri hebat

S: pasien mengatakan terasa nyeri saat di injesi IV


O: Antibiotik cefazolin 1g per IV line

Memberikan antibiotik sesuai


program

2
10.50

Mempertahankan linen tempat

tidur dalam keadaan bersih


Memonitor kondisi kulit klien

2
11.00
3
2

11.30
11.40

2
12.30
3
12.40
12.50

O: pasien terlihat melakukan dengan baik


S: pasien mengatakan badan terasa lebih enak
O: TD: 132/80 mmHg, N: 70x/mnt, RR: 22x/mnt, S:

Meletakkan barang-barang yang

mudah terjangkau oleh klien


Menciptakan rutinitas aktivitas

perawtaan diri
Memonitor tanda dan gejala dari

infeksi
Mengajarkan klien dan keluarga

S: pasien mengatakan tempat tidurnya sudah bersih


O: tempat tidur terlihat bersih dan rapi
S: pasien mengatakan tidak ada terasa gatal
O: kulit terlihat bersih, tidak ada kemerahan maupun
tanda-tanda luka tekan
S: pasien mengucapkan terimakasih
O: pasien tersenyum
S: pasien mengatakan rutinitasnya terkadang
mengobrol dengan keluarganya
O:-

S: pasien mengatakan aktifitas masih dibantu oleh


keluarga.
O: aktifitas seperti makan dan minum masih dibantu

untuk meningkatkan kemandirian


1
13.00

secara bertahap
Mengkaji tingkat aktifitas pasien

14.10
-

Memonitor tanda dan gejala dari

infeksi
Memastikan keadaan sekitar luka
bersih

oleh keluarga
S: pasien mengatakan daerah sekitar luka bersih dan
tidak ada iritasi.
O: luka tampak bersih, terpasang drain, dan tidak ada
tanda-tanda infeksi
S: pasien mengatakan lebih rileks dan lebih tenang
O: pasien tampak tenang dan nyaman
S: pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang,
skala nyeri 3 dan kaki kanan sudah bisa
digerakkan sedikit demi sedikit
O: pasien terlihat lebih rileks

Melakukan healing Touch


Melakukan tehnik distraksi
Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi

10. Catatan perkembangan


Nama pasien : Ny.E
No. Medrek : 15061074

Ruangan
Nama Mahasiswa

: Kana
: Andika Sulistiawan

No DX
1

Tgl/jam
Sabtu
7/11/2015
13.00

SOAP
S: Pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang, skala nyeri 3 dan kaki
kanan sudah bisa digerakkan sedikit demi sedikit
O: Pasien terlihat lebih rileks
A: Masalah acute pain teratasi sebagian dan lajutkan intervensi
P: - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Ajarkan tehnik napas dalam
Ajarkan tehnik relaksasi distraksi
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Cek catatan dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Memberikan injeksi analgetik sesuai program

Sabtu
7/11/2015
Sabtu
12.30

S: pasien mengatakan aktifitas masih dibantu oleh keluarga.


O: aktifitas seperti makan dan minum masih dibantu oleh keluarga
A: masalah impaired physical mobility teratasi sebagian dan lanjutkan
intervensi
P: -

Gunakan alas tidur yang tepat


Hindari penggunaan alas tidur yang berbahan kasar

paraf

Sabtu
7/11/2015

Pertahankan linen tempat tidur dalam keadaan bersih


Monitor kondisi kulit klien
Berikan bantuan sampai klien mampu memulai aktivitas mandiri
secara bertahap

S: pasien mengatakan daerah sekitar luka bersih dan tidak ada iritasi.
O: luka tampak bersih, terpasang drain, dan tidak ada tanda-tanda infeksi
A: infeksi tidak terjadi dan lanjutkan intervensi
P: - Monitor tanda dan gejala dari infeksi
Pastikan keadaan sekitar luka bersih
Ganti dressing setiap 48-72 jam atau bila perlu (kotor, lepas, fiksasi
kurang kuat/terlalu kuat)
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Berikan terapi antibiotik bila perlu (kolaborasi)
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

11. Pembahasan
Hasil pengkajian pada pasien Ny.E (46 tahun) di Ruang Kana RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung, Hal yang dirasakan pasien yaitu nyeri pada
paha dan panggul kaki kanan dikarenakan post operasi Total Hip Replacemen,
skala nyeri berada pada angka 7, Nyeri terasa berat apabila kaki digerakkan.
Menurut Holzwarth & Cotogno (2012), Total Hip Replacement (THR) atau
Total Hip Atroplasty (THA) merupakan prosedur ortopedi yang melibatkan
eksisi bedah kepala dan proksimal leher femur dan penghilangan acetabular
tulang rawan dan tulang subchondral. Prinsip dasar dari THA yaitu dengan
mengganti sendi pinggul yang rusak diganti dengan buatan cup acetabular dan
kepala femoral, yang menggantikan rusak permukaan artikulasi secara alami.
Oleh karena itu bahan yang digunakan harus memiliki gesekan rendah dan
menahan keausan dan beban mekanik berosilasi. Kepala femoral adalah
berada di batang femur. Cup acetabular berada di panggul dan terdiri dari shell
yang dimasukkan untuk memberikan bantalan beban permukaan artikulasi.
Desain modular ini memungkinkan penggunaan bahan yang berbeda dengan
sifat yang paling cocok untuk fungsi masing-masing

Gambar 1. Komponen prostetik pada THR


Proses pembedahan THA menyebabkan sebagian jaringan tulang
terputus dan menyebabkan timbulnya rasa nyeri, rasa nyeri pada operasi tidak
bisa dihindari karena merupakan proses yang normal. Nyeri skala 7 yang
terjadi pada Ny. E diakibatkan karena proses pembedahan pada kepala dan
proksimal leher femur. Nnyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional
yang tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara

potensial dan aktual. Untuk mengurangi nyeri pada Ny. E perawat melakukan
beberapa rencana keperawatan yaitu pain management dan pain control.
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk pain management seperti
pengkajian komprehensif tentang nyeri yang dialami pasien, menggunakan
tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri dengan relaksasi dan distraksi
penggunaan (Dochterman and Bulecheck, 2004). Analgetik yang digunakan
pada pasien post operasi THR bisanya menggunakan kombinasi analgetik
dengan tujuan mengurangi nyeri pada area sentral dan perifer, selain itu dapat
memberikan efek yang relatif panjang. Analgetik yang digunakan yaitu
ketorolac tromenthamin (NSID) dan Tramadol HCL golongan opoiod (Melisa,
2007).
Pasien post operasi tidak dapat melakukan aktifitasnya secara mandiri,
sehingga perlu bantuan keluarga maupun perawat. Pasien post operasi THR
diharapkan dapat melakukan aktifitasnya secara minimal seperti makan
minum. Mobilisasi dini pada pasien THR dengan tujuan agar tidak terjadi
kekakuan dan timbulnya komplikasi seperti luka tekan. Untuk mencegah
terjadinya infeksi dikarenakan adanya port de entry post pembedahan yang
dilakukan adalah menjaga luka dalam keadaan bersih, melakukan perawatan
luka sekitar 48-72 jam sekali atau keadaan balutan sudah tampak kotor.

EVIDANCE BASED PRACTICE


1. Judul penelitian: Intervensi keperawatan menggunakan healing touch (HT)
pada pasien dengan Total hip Arthroplasty.

Hardwick, Pulido, and Adelson (2012) melakukan peneltian yang


berjudul Nursing Intervention Using Healing Touch in Bilateral Total Hip
Arthroplasty sampel yang digunakan sebanyak 41 pasien diambil secara
acak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini pre dan post design
dengan kelompok control sebanyak 20 dan kelompok perlakuan sebanyak 21
pasien. Kelompok control (ST) tidak dilakukan HT dan kelompok perlakuan
diberikan HT sebanyak dua kali sehari, selanjutnya nyeri di ukur dengan
visual analog scale (VAS) dan kecemasan di ukur dengan State-Trait Anxiety
Inventory (STAI). Hasil peneltian ini didapat bahwa nyeri dengan pengkajian
VAS lebih rendah pada kelompok HT dibandingkan dengan kelompok ST
namun tidak signifikan, kecuali ada pasca operasi hari pertama, dalam
kelompok HT nyeri VAS setelah dilakukan HT secara signifikan berkurang
dibandingkan dengan VAS nyeri pra HT (p<0,05). Kecemasan lebih rendah
pada kelompok HT dengan signifikansi mencapai (p=0,046) hanya pada
pasca operasi hari kedua.
Pemberian tidakan healing Touch (HT) lebih efektif mengurangi
nyeri dibandingkan dengan kelompok control tanpa perlakuan dan tindakan
HT lebih efektif diberikan pada hari ke 2 dalam mengurangi nyeri dan cemas
dibandingkan pada hari pertama pada pasien Total Hip Arthroplasty.
Tindakan Ht dapat dilakukan dengan menekankan belas kasih, barhati-hari
dengan menggunakan tangan dan sentuhan lembut .
2. Perawatan luka menggunakan dressing madu
Dari hasil penelitian metaanalisis tentang aplikasi madu topikal di
pengobatan dan penyembuhan luka didapatkan dalam ditemukan 5 studi
observasional dengan 160 pasien sedangkan 963 kasus di 10 uji klinis
terkontrol dimana 511 pasien mendapatkan perawatan dengan madu.
Efektifitas dari madu sangat berkhasiat dalam studi observasional tetapi
dalam percobaan klinis terkontrol menunjukkan kemanjuran yang sederhana.
Sebagian besar pasien dilaporkan dengan penyembuhan total dari 99 % dalam

waktu 2-9 minggu dalam studi observasional dan 56 % di uji coba terkontrol
dan proses penyembuhan diamati dalam 4-12 minggu. (Ingle R, Levin J,
Polinder K., 2006). Kemudiandalam

Double-blind lain studi terkontrol

dengan 100 pasien dilakukan oleh McIntosh

mengungkapkan bahwa

pengobatan konvensional lebih unggul madu topical yang diaplikasikan pada


luka avulsi parsial (McIntosh CD, Thomson CE, 2006.). Demikian pula Jull
et al juga menunjukkan efektivitas pengobatan 56,6% dengan menggunakan
madu dan sebagian besar pasien mengalami proses penyembuhan dalam 12
waktu minggu (Jull A, Walker N, Parag V, Molan P, Rodgers A. 2008).
Sedangkan pada penelitian Penyembuhan luka dengan madu dengan
design Randomized control trial didapatkan randomized, double-blind study
prospektif yang membandingkan efek dari madu dengan intrasite gel yang
didapatkan rata-rata waktu penyembuhan luka yang diobati dengan madu atau
dengan intrasite Gel tidak berbeda secara signifikan (p = 0,75, tingkat
kepercayaan 95% (CI): -5,41; 7.49 hari). Disesuaikan dengan ukuran luka, 2,8
hari dalam yang menggunakan madu tidak ada perbedaan signifikan (p =
0,21, 95% CI: -2.41; 8.09). Respon pasien terhadap gatal, nyeri, dan perasaan
seperti terdabar yaitu dengan madu 27% mengalami gatal dan 10% nyeri, dan
2 merasakan seperti terbakar untuk waktu yang singkat setelah aplikasi,
sedangkan pasien yang diobati dengan intrasite gel 31% merasakan gatal.
Semua pasien pada kedua kelompok perlakuan merasa puas atau sangat puas
dengan pengobatan. Dan rata-rata biaya perawatan per pasien adalah R 0.49
dengan madu dan R 12.03 dengan dengan intrasite Gel. (Ingle R, Levin J,
Polinder K., 2006).

Referensi

Dochterman, J. M., Bulecheck, G. N. (2004).


Classification. Fourth Ed. Iowa: Mosby Elsevier

Nursing Intervention

Hardwick, M. E., Puildo, P. A., Adelson, W. S. (2012). Nursing Intervention


using healing touch in bilateral total knee arthroplasty. Orthopaedic
Nursing. 31, 1, 1-7.
Holzwarth, U., & Cotogno, G. (2012). Jrs scientific and policy reports Total Hip
Arthroplasty. Joint Research Centre of the European Commission
Ingle R, Levin J, Polinder K.Wound healing with honeya randomised
controlled trial. S Afr Med J 2006; 96(9): 831-35.
Jull A, Walker N, Parag V, Molan P, Rodgers A. Honey as Adjuvant Leg Ulcer
Therapy trial collaborators. Randomized clinical trial of honeyimpregnated dressings for venous leg ulcers. Br J Surg 2008; 95(2):17582.
McIntosh CD, Thomson CE. Honey dressing versus paraffin tulle gras following
toenail.Surgery J Wound Care 2006;15(3):133-36
Meilissa, Gita (2007). Pola Penggunaan Analgesik pada Pasien Total Hip
Replacement Menjalani Bedah Ortopedi dan Rawat Inap di Rumah Sakit
Pertamina Balikpapan Periode Januari 2006-Januari 2007.

Anda mungkin juga menyukai