Oleh:
Ririn Halimatus Sadiah, S.Kep
NIM 092311101048
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TOTAL HIP
REPLACEMENT
Oleh RIRIN HALIMATUS SADIAH, S.Kep
I.
KONSEP PENYAKIT
a. Anatomi Fisiologi
pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan
kerangka tubuh. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan
mengatur kalsiumdan fosfat (Price dan Wilson, 2006). Tulang membentuk rangka
penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot- otot yang
menggerakan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan tempat primer untuk
menyimpan dan mengatur kalsium dan fhosfat. Tulang rangka orang dewasa
terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan
darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garamgaram kalsium ) yang membuat tulang keras dan kaku., tetapi sepertiga dari bahan
tersebut adalah fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis (Price dan Wilson,
2006).
Sistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan
dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon, ligament,
bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut (Price
dan Wilson, 2006). Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga
jenis sel antara lain : osteoblast, osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun
tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang
dan jaringan osteoid melalui suatu proses yang di sebut osifikasi. Ketika sedang
aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mengsekresikan sejumlah besar
fosfatase alkali yang berperan peran dalam mengendapkan kalsium dan fosfat
kedalam matriks tulang, sebagian fosfatase alkali memasuki aliran darah. Kadar
fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat
pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis
kanker ke tulang. Osteosit adalah sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai
suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteklas
adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat di absorbsi. Tidak seperti osteblas dan osteosit, osteklas mengikis
tulang. Sel-sel ini menghsilkan enzim-enzim proteolotik yang memecahkan
matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan
fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
Secara umum fungsi tulang menurut Price dan Wilson (2006) antara lain:
1) Sebagai kerangka tubuh. Tulang sebagai kerangka yang menyokong dan
memberi bentuk tubuh.
2) Proteksi Sistem musculoskeletal melindungi organ- organ penting, misalnya
otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat
pada rongga dada (cavum thorax) yang di bentuk oleh tulang-tulang kostae
(iga).
3) Ambulasi dan Mobilisasi Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya
pergerakan tubuh dan perpindahan tempat, tulang memberikan suatu system
pengungkit yang di gerakan oleh otot- otot yang melekat pada tulang tersebut
; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot- otot yang
melekat padanya.
4) Deposit Mineral Sebagai reservoir kalsium, fosfor,natrium,dan elemenelemen lain. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor tubuh 5.
Hemopoesis Berperan dalam bentuk sel darah pada red marrow. Untuk
menghasilkan sel- sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum
merah tulang tertentu.
Tulang panggul atau hip bone merupakan tulang yang dibentuk oleh
penyatuan tiga ruas tulang yang berbeda yaitu ilium, iskium, dan pubis. Tulang
panggul berfungsi sebagai penyambung antara tubuh bagian atas dan tubuh bagian
bawah (Gibson, 2003).
dalam hip joint yang normal terdapat suatu jaringan lembut dan tipis yang disebut
dengan selaput synovial.
radang
sendi
sehingga
akan
menimbulkan
rasa
sakit
atau
b. Definisi
c. Indikasi
Pasien dengan nyeri sendi dan disabilitas berat merupakan calon untuk
penggantian sendi. PPT diindikasikan bila penyakit panggul mengakibatkan nyeri
berat dan kronis, gerakan terbatas, kehilangan stabilitas, dan deformitas. Indikasi
penyebab pada kebanyakan total hip replacement adalah nyeri berat dan kronis
pada istirahat dan ambulasi, yang tidak hilang dengan analgesik dan obat anti
inflamasi. Keadaan yang mengakibatkan degenerasi sendi meliputi :
1. Arthritis rheumatoid
2. Osteoarthritis (penyakit sendi degeneratif)
3. Trauma
4. Deformitas kongenital
Penggantian sendi dapat pula dilakukan pada keadaan dimana terjadi
terputusnya asupan darah dan nekrosis avaskuler yang diakibatkannya. Indikasi
lain yang dapat memungkinkan PPT adalah fraktur kolum femoralis, kegagalan
pembedahan
rekonstruksi
sebelumnya
(kerusakan
prostesis,
osteotomi,
Keterangan:
a. Acetabular shell
b. Acetabular sleeve(Bearing)
c. Femoral Head (Bearing)
Femoral Stem adalah komponen stem untuk total hip replacemnet
digunakan untuk menggantikan kepala femur yang rusak dan telah dipotong /dibuang.
Fungsi Femoral Stem memberikan dudukan pada femoral head yang menggantikan
fungsi kerja kepala femur yang telah hilang melalui proses operasi medis.
Spesifikasi teknik: Alat ini terdiri atas femoral stem bagian atas tengah dan
bawah. Tiga komponen pada femoral stem ini dapat diatur sedemikian rupa
hingga dimungkinkan dapat mempermudah dokter selama proses operasi, karena
ruang gerak dalam rongga hip joint pemasangan selama operasi akan lebih leluasa
dibandingkan dengan komponen stem yang utuh, yaitu yang terdiri atas femoral
head dan stem yang menyatu dalam satu komponen utuh.
penggunaannya
apabila
kadarnya
melebihi
ambang
batas
Nilai CCR50 ini didefinisikan sebagai kosentrasi dari substrat sel hidup
yang mengalami reduksi hingga 50% ketika diuji dengan unsur unsur diatas.
2) Polimer
Polimer adalah rangkaian panjang dari material dengan berat molekul tinggi
yang terdiri dari pengulangan unit monomer. Polimer memiliki sifat fisik
yang mendekati jaringan halus, oleh karena itu polimer banyak digunakan
untuk menggantikan kulit, tendon, tulang rawan, pembuluh darah dll. Polimer
mengalami degradasi pada lingkungan tubuh dikarenakan faktor biokimia dan
mekanik. Hal ini menyebabkan adanya serangan ion, pembentukan ion
hidroksil dan terlarutnya oksigen sehingga terjadi iritasi pada jaringan dan
menurunnya properti mekanik.
3) Keramik
Keramik adalah senyawa inorganik yang dalam biomaterial diklasifikasikan
menjadi 5 kategori berdasarkan karakter makroskopis permukaan ataupun
stabilitas kimia pada lingkungan tubuh yaitu: karbon, alumina, zirconia,
keramik gelas dan kalsium fosfat. Keterbatasan dari keramik adalah kekuatan
tarik dan ketangguhan akan patah yang rendah sehingga aplikasinya terbatas.
Hasil dari tes ex-vivo mengindikasikan bahwa keramik gagal berikatan karena
lemahnya jaringan yang terbantuk pada sistem.
g. Komplikasi
Komplikasi penggantian panggul total termasuk yang diakibatkan oleh
imobilitas, osifikasi heterotropik dan nekrosis avaskuler. Metoda memperbaiki
fiksasi semen, prostesis tumbuhke dalam, dan graft
tulang
ditujukan untuk
pemendekan
tungkai,
ketidakmampuan
menggerakkannya,
pada dokter. Bila diperkirakan akan terjadi kehilangan darah yang banyak
pada bedah penggantian sendi panggul total, maka dapat dilakukkan
autotransfusi (mis. Darah yang keluar disaaring dan diinfuskan kembali ke
pasien pada periode segera setelah operasi) untuk mengurangi transfusi darah
homolog.
3) Trombosis Vena Profunda.
Risiko
terjadinya
tromboembolisme
biasanya
sangat
tinggi
setelah
1) Alergi
Daya tahan dan kekebalan tubuh manusia berbeda-beda. Dalam pemasangan
sambungan tulang pinggul buatan harus juga diperhatikan efek dari material
penyusun terhadap tubuh pasien.
2) Infeksi
Dalam penanaman sambungan tulanng pinggul sangatlah penting menjaga
kehigienisan baik pada alat yang digunakan maupun sambungan tulang
pinggul buatan itu sendiri. Infeksi karena kuman maupun bakteri akan
mempercepat kegagalan penanaman sambungan tulang pinggul buatan.
3) Kesalahan pemasangan
Penanaman sambungan tulang pinggul buatan dibutuhkan ketelitian
pemasangan yang sangat ekstra. Kesalahan posisi pemasangan akan semakin
membuat keausan yang lebih cepat atau mengurangi kestabilan sistem.
Sedangkan aspek tribologi yang ada antara lain:
1) Wear
Wear resistance yang tinggi akan lebih baik digunakan daripada wear
resistance yang rendah. Wear akan mempercepat keausan dari head maupun
cup.
Keausan
ini
akan
menyebabkan
ketidakstabilan
sistem
yang
2) Load
Load atau pembebanan dari tubuh akan mempengaruhi kekuatan system
artificial hip joint. Femoral stem akan patah atau berubah bentuk jika
pembebanan yang diberikan melebihi yield strength dari material femoral
stem. Von Mises yang terukur dari hasil analisa akan menunjukkan distribusi
tegangan dari femoral stem.
3) Friction
Friction yang tinggi akan menyebabkan cepatnya keausan pada ball bearing.
Seperti halnya wear, friction yang tinggi juga menyebabkan ketidakstabilan
sistem. Desain geometri dan material sangat berpengaruh terhadap friction.
Radial clearance antara head dan cup akan menentukan maksimal atau
tidaknya lubrikasi yang bekerja untuk mengurangi friksi ini.
4) Tekanan kontak
Tekanan kontak akan sangat berpengaruh pada lama tidaknya umur dari
sambungan tulang pinggul buatan. Distribusi tekanan kontak yang
terkonsentrasi
akan
mempercepat
keausan
dari
permukaan
kontak.
mengurangi
kecemasan
dan
meningkatkan
pembatasan
aktivitas
pasca
operasi.
Mengajarkan
dan
praktek
teknik
bergerak
sebelum
operasi
batuk,
dan
pernapasan
dalam.
Memadai
pernapasan
mencegah
komplikasi
pernafasan
berhubungan
dengan
tidak bergerak dan efek dari anestesi. Selain itu, banyak pasien
menjalani
penggantian
sendi
total
tua
dan
mungkin
memiliki
ini
penting
bagi
pasien
untuk
memahami
tujuan
atau
menyediakan
resep
persiapan
kulit
pra
operasi
Pemeriksaan
ini
memberikan
informasi
tentang
status
manajemen
nyeri
yang
memadai
meningkatkan
k. Ambulasi
Ambulasi merupakan latihan yang dilakukan dengan hati-hati tanpa
tergesa-gesa untuk memperbaiki sirkulasi dan mencegah flebotrombosis
(Hinchliff, 1999). Ambulasi adalah latihan aerobik yang paling berat dimana
pasien
yang
dirawat
di
rumah
sakit
dapat
berpartisipasi
kecuali
dikontraindikasikan oleh kondisi pasien. Hal ini harus menjadi bagian dalam
perencanaan latihan untuk semua pasien (Berger & Williams, 1992).
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien
pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat
tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Roper,
2002). Ambulasi dini merupakan komponen penting dalam perawatan pasca
operasi karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama
sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk mulai berjalan
(Kozier, 1987).
1) Manfaat Ambulasi Dini
Pelaksanaan ambulasi dini pada pasien akan memberikan efek positif
terhadap sistem tubuh. Menurut Asmadi (2008) manfaat ambulasi adalah:
mencegah dampak immobilisasi pasca operasi meliputi: sistem integumen;
kerusakan integritas kulit seperti abrasi, sirkulasi darah yang lambat yang
menyebabkan terjadinya atrofi otot dan perubahan turgor kulit, sistem
kardiovaskuler; penurunan kardiak reserve, peningkatan beban kerja jantung,
hipotensi ortostatik, phlebotrombosis, sistem respirasi; penurunan kapasitas vital,
penurunan ventilasi volunter maksimal, penurunan ventilasi/ perfusi setempat,
mekanisme batuk yang menurun, sistem pencernaan; anoreksia, konstipasi,
penurunan metabolisme, sistem perkemihan; menyebabkan perubahan pada
eleminasi urine, infeksi saluran kemih, hiperkalsiuria, sistem muskuloskeletal;
penurunan massa otot, osteoporosis, pemendekan serat otot, sistem neurosensoris;
kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan saraf pada bagian distal, nyeri yang
hebat, depresi, perubahan tingkah laku, perubahan siklus tidur, perubahan
kemampuan pemecahan masalah.
Non weight bearing: tidak menggunakan alat bantu jalan sama sekali, tungkai
tidak diberi beban. Dilakukan selama 3 minggu setelah operasi
2.
Partial Weight bearing menggunakan alat bantu jalan pada sebagian aktivitas.
Tungkai diberi beban hanya dari beban tungkai itu sendiri dilakukan mulai
dari 3-6 minggu setelah kallus terbentuk
3.
2) Ambulasi lanjutan
2) Tingkat kesadaran
Pasien dengan kondisi disorientasi, bingung atau mengalami perubahan
tingkat kesadaran tidak mampu melakukan ambulasi dini pasca operasi.
3) Nutrisi
Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atrofi otot, penurunan
jaringan subkutan yang serius, dan gangguan keseimbangan cairan
danelektrolit.
Pasien
juga
akan
mengalami
defisiensi
protein,
merupakan
yang
proses
diperoleh
pengembangan
melalui
proses
pengetahuan
belajar.
atau
Pendidikan
II.
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas Pasien: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama: rasa nyeri, nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung
dan lamanya serangan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari penggantian
panggul total, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap pasien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh
mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit pagets yang
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain
itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses
penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur sehingga diperlukan
penggantian panggul total, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi
pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan
secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).
6. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
b. Diagnosa
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan rekonstruksi berdasarkan
rumusan diagnosa keperawatan menurut NANDA (2012-2014) antara lain :
Pre Operasi
1.
2.
3.
Intra Operasi
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan
Post Operasi
1. Kerusakan mobilitas berhubungan dengan keharusan tirah baring setelah
penggantian sendi pinggul.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan mobilitas
fisik
4. Kurang pengetahuan mengenai prosedur perawatan di rumah berhungan
dengan kurangnya informasi
5. Nyeri akut berhubungan dengan efek anestesi berkurang/ hilang
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Pre Operasi
Ansietas
Tujuan:
berhubungan
Setelah
dilakukan
dengan prosedur tindakan 1 x 24 jam
penggantian
pasien
mampu
panggul total
mengontrol
kecemasannya
Kriteria Hasil:
1. Pasien
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas
2. Mengidentifikasi,
mengungkapkan,
dan menunjukkan
teknik
untuk
mengontrol
cemas
3. Vital sign dalam
batas normal
kondisinya
4. Agar pasien merasa
bahwa dirinya tidak
merasa kesepian
5. Mengurangi rasa cemas
dan takut pasien karena
tindakan yang dilakukan
6. agar pasien merasa
disupport
untuk
kesembuhan
kondisi
pasien
4. Postur
tubuh,
7. mencegah pasien agar
ekspresi wajah,
tidak semakin cemas
bahasa tubuh, dan 7. Bantu pasien mengenal
tingkat aktivitas
merasa
situasi yang menimbulkan 8. pasien
menunjukkan
dimotivasi
untuk
kecemasan
berkurangnya
perbaikan yang optimal
8. Dorong pasien untuk
kecemasan.
9. untuk
mengalihkan
mengungkapkan perasaan,
5. Menunjukkan
perhatian
dan
ketakutan, persepsi
peningkatan
mengurangi rasa cemas
pasien
konsenrtasi dan 9. Instruksikan
menggunakan
teknik
akurasi
dalam
relaksasi
berpikir
Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan
keterbatasan
informasi.
Nyeri
berhubungan
dengan
terputusnya
kontinuitas
jaringan.
NIC :
Tujuan:
Setelah
dilakukan Knowledge : desease process
tindakan 1 x 24 jam 1. Kaji tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga
pasien tentang penyakitnya
memahami mengenai 2. Jelaskan tanda gejala dan
penyakit pasien dan
patofisiologi dari penyakit
pengobatannya.
3. Sediakan informasi pada
Kriteria Hasil:
1. Pasien
dan
pasien tentang kondisi,
keluarga
dengan cara yang tepat
menyatakan
4. Sediakan bagi pasien dan
pemahaman
keluarga tentang kemajuan
tentang penyakit,
pasien dengan cara yang
kondisi,
tepat
prognosis,
dan
program
pengobatan
2. Pasien
dan 5. Diskusikan perubahan gaya
keluarga mampu
hidup
yang
mungkin
melaksanakan
diperlukan
prosedur
yang 6. Hindari
menggunakan
dijelaskan dengan
teknik menakut-nakuti
benar
7. Mengikutsertakan keluarga
(bila
memungkinkan)
3. Pasien
dan
dalam
melaksanakan
keluarga mampu
pengobatan/ terapi
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/
tim
kesehatan.
Tujuan:
NIC:
Setelah
dilakukan
Pain management
tindakan
1. Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan 1 x 24
secara
komprehensif
jam pasien terbebas
termasuk
lokasi,
dari nyeri / nyeri
karakteristik,
durasi,
berkurang
frekuensi, kualitas dan faktor
1. Mengetahui
tingkat
pengetahuan pasien
2. Agar
pasien
dapat
mengetahui mengenai
penyakitnya
3. Memberi pengetahuan
pada pasien
4.
Memberitahukan
mengenai
progres
penyakit pasien dan
agar keluarga dapat
berkolaborasi
aktif
terhadap
pengobatan
pasien
5. untuk
mencegah
komplikasi lebih lanjut
6. Memberi kenyamanan
pada
pasien
dan
keluarga
7. Dukungan
keluarga
memotivasi
pasien
selama
menjalani
perawatan
1. Mengetahui tingkatan
nyeri
untuk
menentukan tindakan.
Kriteria Hasil:
1. Mampu
mengontrol nyeri
(tahu penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri,
mencari
bantuan)
2. Melaporkan
bahwa
nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu
mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi
dan
tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam
rentang normal
Kerusakan
Mobilitas Fisik
berhubungan
dengan
kehilangan
integritas
struktur tulang
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan 1x 24 jam
pasien terbebas dari
hambatan mobilitas
fisik
Kriteria Hasil:
- Peningkatan aktivitas
pasien
- Memperagakan
penggunaan alat
bantu untuk
mobilisasi
2.
3.
presipitasi
Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4.
Kaji
kultur
yang
mempengaruhi respon nyeri
5.
6.
7.
8.
9.
NIC:Exercise therapy
1. monitor vital sign sebelum
dan sesudah latihan
2. kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
3. dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan sehari hari
pasien (ADLS)
4. Ajarkan keluarga untuk
membatu pasien memenuhi
ADLs pasien selama di
rumah
5. berikan alat bantu jika pasien
membutuhkan
6. ajarkan pasien bagaimana
mengubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
2. Validasi
terhadap
adanya
ketidaknyamanan
3. Memberikan
kenyamanan
pada
pasien dan agar pasien
lebih terbuka
4. Budaya
dapat
mempengaruhi respon
nyeri seseorang
5. Mengetahui
adanya
nyeri masa lampau
6. Evaluasi
ketidakefektifan
kontrol nyeri
7. Menguragi
faktor
penyebab nyeri
8. Distraksi
untuk
mengalihkan perhatian
dan membuat nyaman
pasien.
9. Mengurangi nyeri
1. mengetahui
kondisi
pasien secara umum
2. mengetahui kemampuan
pasien
3. mencegah
terjadinya
cedera
4. mencegah
cedera
terjadinya
5. memberikan keamanan
bagi pasien
6. mencegah cedera pada
pasien
Resiko
kekurangan
volume cairan
berhubungan
dengan
kehilangan
cairan
Kerusakan
mobilitas
berhubungan
dengan
keharusan tirah
baring setelah
penggantian
sendi pinggul.
Resiko infeksi
berhubungan
dengan
luka
Tujuan :
Pasien tidak
mengalami dehidrasi
atau cairan tubuh
pasien adekuat
Kriteria hasil :
a. Kulit
dan
membran mukosa
lembab
b. Tidak
terjadi
demam
c. TTV normal
Tujuan:
mencapai
sendi
panggul
yang bebas
nyeri,
fungsional,
dan stabil
Kriteria
Hasil:
1. Posisi
yang
dianjurkan
tetap
dipertahankan
2. Pasien
membantu
saat
perubahan
posisi
3. Memperlihatk
an
kemandirian
saat berpindah
4. Berpartisipasi
dalam
program
ambulasi
progresif
5. Mempergunak
an alat bantu
ambulasi
dengan benar
dan aman
Tujuan : Pasien
tidak mengalami
infeksi atau tidak
Intra operasi
NIC : Manajemen cairan
1. Mengetahui
1. Catat intake dan output
cairan
2. Monitor status hidrasi seperti 2. Antisipasi
membran mukosa, nadi,
dehidrasi
tekanan darah dengan cepat. 3. Mengatur
3. Beri cairan yang sesuai
cairan
dengan terapi
Post Operasi
1. Pertahankan
posisi
sendi
pinggul yang benar (abduksi,
rotasi netral, fleksi terbatas
2. Instruksikan dan membantu
perubahan
posisi
dan
perpindahan
3. Instruksikan
dan
berikan
pengawasan latihan pengesetan
kuardrisep dan gluteal
4. konsultasi
dengan
ahli
fisioterapi
balance
tanda
balance
2. Mencegah
sendi
kekakuan
3. Mempertahankan
kekuatan sendi dan
peningkatan sirkulasi
4. Menyusun
program
aktivitas fsik secara
individual
5. Berikan
semangat
dan
dukungan terhadap program 5. Memotivasi pasien agar
latihan
tetap
semangat
6. Bantu pasien dan ajarkan
menjalani latihan
keluarga memenuhi ADLs
6. Memenuhi kebutuhan
pasien
terjadinya
post operasi
terdapat
tandatanda
infeksi
pada pasien.
Kriteria hasil :
Tidak
menunjukkan
tanda-tanda
infeksi
Kurang
Tujuan:
pengetahuan
Setelah dilakukan
mengenai
tindakan 1 x 24
penatalaksanaan jam pasien dan
kesehatan
di keluarga
rumah
memahami
berhubungan
perawatan pasien
dengan
dirumah
kurangnya
Kriteria Hasil:
informasi
1. Pasien
dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang
kondisi pasien
2. Pasien
dan
keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan
dengan benar
3. Pasien
dan
keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa
yang
dijelaskan
perawat/ tim
kesehatan.
4. Pasien
dan
keluarga
mampu
Melakukan
perawatan
Secara
mandiri
Di
rumah
teknik steril
2. Mencegah
invasi
3. Memelihara
teknik
isolasi,
mikroorganisme
batasi jumlah pengunjung
3. Mencegah infeksi
4. Ganti
peralatan
perawatan 4. Mencegah infeksi
pasien sesuai dengan protap
1. Dorong
pasien
mengekspresikan
kekhawatirannya
mengenai
perawatan di rumah; eksplorasi
bersama
kemungkinan
pemecahan masalah.
2. Kaji ketersediaan bantuan fisik
untuk
aktivitas
perawatan
kesehatan.
3. Ajarkan pemberi perawatan
tentang program perawatan
kesehatan di rumah.
4. Jelaskan pada pasien dan
keluarga mengenai perawatan
pascahospitalisasi;
5. Anjurkan pada pasien dan
keluarga untuk kontrol secara
teratur
DAFTAR PUSTAKA
Eden, Greg. 2006. Total Hip Replacement. YPO. New Zealand.
Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA:
Mosby.
NANDA. 2012. Nursing Diagnoses: Definition and classifications 2012-2014.
Philadelphia: NANDA International.
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC.