Muhlis Rizki, Fitria Saftarina | Tatalaksana Medikamentosa pada Low Back Pain Kronis
Abstrak
Low back pain (LBP) adalah penyebab utama disabilitas di seluruh dunia. Prevalensi global LBP dilaporkan sebesar 84%
dengan 12% populasi diantaranya mengalami disabilitas. Di Indonesia, prevalensinya sebesar 24,7%. Sebagian besar di
antaranya dikaitkan dengan pekerjaan yang melibatkan kekuatan tulang punggung sehingga mengakibatkan overload dan
memicu terjadinya accelerated degenerative articular. Berdasarkan durasi nyeri, LBP dibagi menjadi akut, subakut, dan
kronis. Nyeri punggung bawah yang dirasakan lebih dari 12 minggu termasuk ke dalam LBP kronik. Modalitas terapi LBP
kronis sangat beragam, namun tetap pada prinsip terapi yaitu menghilangkan nyeri, mencegah kekakuan otot, dan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Terapi yang sering dipakai sebagai tatalaksana nyeri pada LBP kronik adalah OAINS,
gabapentinoid, dan muscle relaxant. OAINS sebagai modalitas awal terapi pada LBP kronik bekerja dengan menghambat
produksi prostaglandin melalui inhibisi COX 1 dan 2 sekaligus (non selektif) atau COX 2 langsung (selektif). Penggunaan
OAINS dibatasi bila pasien memiliki keluhan gastrointestinal dan kardiovaskular. Gabapentinoid merupakan obat
antikonvulsan yang bekerja melalui modulasi neurotransmiter pada reseptor presinaps neuron aferen, namun obat ini
memerlukan titrasi sehingga penggunaannya harus diawasi. Golongan terakhir adalah muscle relaxant yang terbagi menjadi
dua mekanisme kerja, yaitu secara langsung pada korda spinalis dan otot rangka (antispastik) dan konduksi sistem saraf
pusat (antispasmodik) untuk mencegah spasme otot pada LBP kronis, namun penyalahgunaan obat muscle relaxant harus
tetap diperhitungkan. Dengan mempertimbangkan efek samping obat pada semua modalitas terapi, OAINS dipilih menjadi
tatalaksana awal LBP kronis.
Korespondensi: M. Muhlis Rizky, alamat: Jl Lada Ujung V, No. 12, Bandar Lampung, HP: 082278226372, email:
muhlisrizky66@gmail.com
Prevalensi LBP secara global sebesar 84% akibat iritasi pada saraf atau ganglion
dari seluruh populasi. 23% diantaranya dorsalis.
mengalami LBP kronis dengan sekitar 12% 3. Nyeri alih adalah nyeri yang menjalar ke
mengalami disabilitas.2 Setidaknya 5% hingga bagian tubuh yang jauh dari sumber nyeri
10% dari keseluruhan individu yang pernah dan tidak mengikuti dermatome.
mengalami LBP di usia produktif akan
berkembang menjadi LBP kronis di masa lanjut Selain itu, durasi nyeri pada LBP dibagi
usia. Usia puncak LBP kronis berada di usia 50 berdasarkan waktu menjadi akut (<6 minggu),
hingga 55 tahun.4 subakut (6-12 minggu), dan kronis (>12
Prevalensi LBP (gangguan minggu). Meskipun kebanyakan LBP akut akan
muskuloskeletal) di Indonesia sebesar 24,7% sembuh pada waktu <6 minggu, sebanyak 10-
yang mana hampir 75% diantaranya berkaitan 40% dapat tetap merasakan nyeri hingga >6
dengan pekerjaan (okupasional), sementara minggu. Pembagian kronisitas LBP berguna
prevalensi Provinsi Lampung sebesar 18,9%.5 untuk pemilihan terapi pasien.10,11 LBP kronik
Usia puncak LBP di Indonesia adalah usia 30 memiliki generator nyeri multipel dan
tahun.6 membutuhkan modalitas tatalaksana yang
Faktor risiko yang paling berperan dalam lebih variatif.12
terjadinya LBP adalah usia dan pekerjaan. Diagnosis LBP ditegakkan berdasarkan
Semakin bertambahnya usia seseorang maka hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
risiko LBP juga bertambah karena terjadi pemeriksaan penunjang. Sekitar 85% pasien
proses degenerasi diskus intervertebralis. LBP didiagnosis LBP non-spesifik pada
Pekerjaan yang menyebabkan overload pemeriksaan pertama.10
kemampuan tulang belakang kelamaan akan Beberapa hal yang perlu digali pada
menginduksi accelerated degenerative anamesis pasien LBP kronis adalah durasi nyeri
articular.4 yang dirasakan >12 minggu, lokasi nyeri dan
Ada beberapa pilihan terapi bagi LBP penjalarannya, dan keparahan nyeri yang
yaitu terapi medikamentosa, latihan fisik, dan dapat dievaluasi menggunakan skala (visual
pembedahan. Terapi medikamentosa adalah analog scale atau numerical rating scale score).
terapi yang banyak dipilih dan sering Sensasi nyeri, seperti rasa terbakar, gatal, baal,
dikombinasikan dengan latihan fisik. Beberapa atau sensasi aliran listrik harus dinilai.
obat yang banyak dijadikan pilihan terapi Selanjutnya, faktor yang memperingan dan
adalah Non Steroid Anti Inflammatory Drugs memperparah nyeri, riwayat pengobatan,
(NSAIDs), muscle relaxant, dan GABA.7 riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga,
hingga fungsional pasien selama merasakan
Isi nyeri dalam melakukan kerja dan aktivitas
Low back pain merupakan nyeri yang harian lain juga dinilai.10,13
dirasakan pada punggung bagian bawah dan Selain itu, pasien LBP juga harus
merupakan salah satu kondisi muskuloskeletal dilakukan evaluasi terhadap distres sosial atau
yang terdapat pada populasi dewasa.8 Nyeri psikologis yang berguna untuk pemilinan
yang dirasakan dapat berasal dari berbagai terapo pada kasus LBP kronis. Penilaian pada
struktur anatomi, seperti saraf, otot, struktur riwayat penyalahgunaan obat-obatan,
fascia, tulang, sendi, diskus intervertebralis, kompensasi kecacatan, status pekerjaan, dan
dan organ intraabdomen.9 Kemudian, secara gejala depresi dapat mengarah pada distres
garis besar sumber nyeri dikelompokkan psikologis. Komorbid psikiatri, seperti
menjadi tiga, yaitu nyeri pada aksial somatisasi dan coping mechanism yang
lumbosacral, radikular, dan nyeri alih (referred maladaptif, berhubungan dengan tidak
pain) seperti yang dijelaskan sebagai berikut.10 adekuatnya terapi dan prognosis yang buruk
1. Nyeri pada aksial lumbosacral adalah nyeri pada pasien LBP kronis.13
yang yang dirasakan pada vertebrae Setelah data anamnesis terkumpul,
lumbar (L1-L5) dan vertebrae sacral (S1 – pemeriksaan fisik pasien dilakukan dari
daerah sacrococcygeal junction). pemeriksaan umum, yaitu tanda vital, cara
2. Nyeri radikular adalah nyeri yang menjalar berjalan (penggunaan alat bantu, perpindahan,
ke ekstremitas mengikuti dermatome dan gait), keadaan umum, dan keadaan
psikologi (tingkah laku, mood dan afek, proses neurologi yang parah atau progresif, dicurigai
pikir, serta tanda-tanda distres).13 adanya kelainan neurologis serius,
Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk imunosupresi, riwayat kanker, osteoporosis
menilai kekuatan motorik pada punggung dan atau penggunaan kortikosteroid, serta
ekstremitas inferior, keadaan sensoris, refleks penurunan berat badan atau demam tanpa
tendon dalam, dan refleks upper motor neuron etiologi jelas.13,16 Pilihan pemeriksaan
(UMN). Hal ini membantu menentukan pencitraan dapat dimulai dari plain X-ray
penyebab LBP kronis berdasarkan lokasi hingga modalitas lebih canggih, yaitu magnetic
patologis yang dapt terjadi pada spinal cord, resonance imaging (MRI) dan CT Scan.10,17
nerve root, atau nervus perifer.10 Pasien LBP kronis yang dicurigai karena
Pemeriksaan lokalis pada vertebrae keganasan atau infeksi dapat dilakukan
thoracolumbar dilakukan dengan inspeksi, pemeriksaan laboratorium berupa laju endap
palpasi, dan range of motion (ROM). Hal yang darah dan/atau C-Reactive Protein.
perlu dinilai pada inspeksi adalah postur dan Pemeriksaan dengan electromyography (EMG)
alignment vertebrae, yaitu dapat terlihat dan nerve conduction velocity (NCV)
kifosis, lordosis, atau skoliosis. Penilaian pada membantu dalam menentukan radikulopati
keadaan kulit sekitar juga dilakukan dengan akun atau kronis dan lokasi lesi patologis.13
memperhatikan adanya kemerahan, bengkak, Terapi medikamentosa pada LBP yang
bekas luka, dan tanda trauma atau inflamasi. masih dirasakan lebih dari tiga bulan atau LBP
Palpasi pada prosesus spinosus dapat kronis bertujuan untuk mengurangi nyeri,
membantu menilai abses, tumor epidural, dan menghilangkan kekakuan dan ketegangan pada
fraktur kompresi vertebrae yang terjadi pada otot serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
pasien. Palpasi ringan dapat membantu Prognosis LBP kronis akan baik apabila rasa
mendeteksi allodinia pada nyeri neuropatik. nyeri dapat diatasi dan penjalaran nyeri djuga
Pembatasan gerak pada ROM fleksi, ekstensi, diatasi. Relaps dapat terjadi apabila pasien
serta rotasi dan fleksi lateral disertai nyeri melakukan aktivitas yang memberatkan kerja
dapat membantu menentukan lokasi dan otot punggung dan juga tulang belakang.18
penyebab nyeri.10,14 Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Pemeriksaan khusus pada LBP yang merupakan golongan obat yang paling sering
dapat dilakukan, seperti:10,15 digunakan pada tatalaksana LBP. Obat ini
1. Patrick’s test dilakukan untuk direkomendasikan untuk pasien LBP kronik
mengevaluasi patologi pada panggul dan dalam jangka pendek. OAINS dapat
sakroiliaka yang keduanya berhubungan mengurangi nyeri dan disabilitas pada pasien
dengan LBP. Nyeri pada daerah paha LBP kronik dibandingkan dengan pemberian
dirasakan patologi yang terjadi di panggul placebo.19
dan nyeri pada punggung mengarah pada Obat anti inflamasi non steroid bekerja
keadaan patologis di sendi sakroiliaka. dengan kemampuannya menghambat produksi
2. Straight leg raise test akan menyebabkan prostaglandin. Prostaglandin menjadi media
tegang pada cabang saraf lumbar. Tes untuk berjalannya fungsi fisiologis seperti
dikatakan positif bila nyeri yang dirasakan barrier mukosa lambung, regulasi aliran darah
adalah nyeri radikuler dari punggung atau ke ginjal, dan regulasi endotel. Selain itu,
panggul hingga tumit. prostaglandin berperan penting dalam proses
3. Gaenslen’s test dilakukan dengan prinsip inflamasi dan nosiseptif. OAINS dapat diberikan
fleksi maksimal pada satu sisi sendi secara oral atau intravena yang kemudian akan
panggul dan sisi sebelahnya pada keadaan dibawa dalam darah menuju seluruh tubuh,
ekstensi maksimal. Tes ini positif bila sehingga dibutuhkan konsentrasi yang tinggi
pasien merasakan nyeri pada sendi dalam darah untuk mencapai konsentrasi
sakroiliaka. efektif pada jaringan yang nyeri dan mengalami
inflamasi. Konsentrasi yang tinggi dalam darah
Pemeriksaan penunjang yang dapat ini yang dapat meningkatkan efek samping
dilakukan pada LBP kronis adalah pencitraan. dalam penggunaan OAINS.20,21
Namun, pencitraan hanya dilakukan bila terjadi Enzim yang pertama kali terlibat dalam
trauma pada usia di atas 50 tahun, defisit sintesis prostaglandin adalah cyclooxygenase
outcome fisiologis dengan pengurangan hand- ditimbulkan pada golongan ini adalah sedasi,
to-floor distance, pengurangan kontraktur otot pusing, edema perifer, kelelahan, mual, dan
dan gangguan fungsional spina, perbaikan pada penambahan berat badan.
refleks tendon, dan perbaikan pada nyeri Muscle relaxants terdiri atas berbagai
ekstremitas bawah jika dibandingkan dengan macam obat berbeda yang bekerja pada
pemberian eperisone selama 3 hari. Eperisone reseptor yang berbeda. Pada LBP kronik,
dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh golongan obat ini dapat mengurangi gejala
dibandingkan dengan thiocolchiside dan pada pasien tertentu. Efek samping obat
diazepam, selain itu eperisone tidak golongan ini adalah sakit kepala, mual, pusing,
membutuhkan modifikasi dosis sehingga aman somnolen, risiko ketergantungan bahkan
dalam penggunaannya.30 Pada LBP kronik, hingga penyalahgunaan obat sehingga saat ini
golongan obat ini dapat mengurangi gejala penggunaannya sangat dibatasi.
pada pasien tertentu. Pada nyeri neuropati,
belum ada cukup bukti manfaat muscle Simpulan
relaxants pada radikulopati. Efek samping obat Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
golongan ini adalah sakit kepala, mual, pusing, menjadi pilihan pertama dalam tatalaksana LBP
somnolen, risiko ketergantungan bahkan kronik.
hingga penyalahgunaan obat sehingga saat ini
penggunaannya sangat dibatasi.31 Daftar Pustaka
1. WHO. Priority medicines for the Europe
Ringkasan and the world: low back pain. Geneva:
Low back pain merupakan salah satu World Health Organization; 2013. hlm. 1-
kondisi muskuloskeletal yang ditandai dengan 29.
nyeri pada punggung bawah. Berdasarkan sifat 2. Fatoye F, Gebrye T, Odeyemi I. Real world
nyeri, LBP dibedakan menjadi nyeri aksial incidence and prevalence of low back pain
lumbosacral, nyeri radikular, dan nyeri alih. using routinely collected data.
Sedangkan, berdasarkan durasi nyeri, LBP Rheumatology International. 2019;
dibagi menjadi akut, subakut, dan kronis. 39:619-26.
Diagnosis LBP ditegakkan dari hasil 3. Balague F, Mannion AF, Pellise F,
anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan Cedraschi C. Non-specific low back pain.
khusus, serta pemeriksaan penunjang berupa Lancet. 2012; 379(9814):482-91.
pencitraan yang umum dilakukan. Tatalaksana 4. Meucci RD, Fassa AG, Faria NMX.
LBP membutuhkan modalitas terapi yang lebih Prevalence of chronic low back pain:
beragam. systemic review. Rev Saude Publica. 2015;
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) 49(1):1-10.
merupakan golongan obat yang paling sering 5. Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar.
digunakan pada tatalaksana LBP. Obat ini Jakarta: Balitbangkes Kementerian
direkomendasikan untuk pasien LBP kronik Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
dalam jangka pendek. OAINS bekerja dengan 6. Enthoven WTM, Roelofs PD, Koes BW.
menghambat produksi prostaglandin melalui NSAIDs for chronic low back pain. JAMA
inhibisi enzim COX. OAINS memiliki efek Clinical Evidence Synopsis. 2017;
samping pada saluran pencernaan dengan 317(22):2327-8.
komplikasi ulkus gaster, perforasi, hingga 7. Qaseem A, Wilt J, Mc-lean RM, Forciea
perdarahan saluran cerna. OAINS masih MA. Noninvasive treatments for acute,
menjadi pilihan pertama analgesik pasien LBP subacute, and chronic low back pain: a
kronik. clinical practice guideline for the American
Gabapentinoid merupakan golongan college of physicians. American College of
obat antikonvulsan yang biasa digunakan pada Physicians. 2017; 166(7):1-29.
kondisi epilepsi, neuralgia post herpes, dan 8. Balague F, Mannion AF, Pellise F,
nyeri neuropati. Gabapentinoid sebagai contoh Cedraschi C. Non-specific low back pain.
adalah gabapentin dan pregabalin yang bekerja Lancet 2012; 379(9814):482-91.
melalui modulasi nerutransmiter pada reseptor 9. Smart KM, Blake C, Staines A, Thacker M,
presinaps neuron aferen. Efek samping yang Doody C. Mechanisms-based classification