Residen Pembimbing
Penguji
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Residen Pembimbing,
Penguji
PENDAHULUAN
Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang umum
ditemui di masyarakat. Sekitar 80% dari populasi pernah menderita Low Back Pain
paling tidak sekali dalam hidupnya dan 50% dari populasi tersebut mengalami lebih
Low Back Pain atau nyeri punggung bawah merupakan suatu gejala nyeri
yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama
terjadinya nyeri. Nyeri paling sering dirasakan di daerah punggung antara sudut
bawah kosta sampai lumbosakral. Nyeri bisa menjalar ke daerah lain seperti
Low Back Pain dapat diderita oleh usia muda maupun usia tua namun
keadaan semakin parah pada usia 30-60 tahun keatas. Berdasarkan studi yang
pada tahun 2012 didapatkan prevalensi kejadian LBP dalam satu tahun sekitar 15%-
20% dengan 90% penyebabnya berupa kesalahan posisi tubuh dalam bekerja.5
Hasil penelitian yang dilakukan oleh kelompok studi nyeri PERDOSSI (Persatuan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia) pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit
adalah wanita dan presentase penderita tertinggi pada usia 41-60 tahun. 6
tujuan agar penderita dapat kembali kepada kondisi semula atau mendekati keadaan
2.1 DEFINISI
LBP (Low Back Pain) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai
dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah
dari:
2.3 ETIOLOGI
batas kemampuan otot dan sendi atau melakukan sesuatu untuk jangka
waktu lama. LBP oleh mekanik akut dapat disebabkan karena luka
juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang
lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal masih dapat
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
itu LBP menahun juga sering ditemukan pada wanita yang gemar
I. LBP Osteogenik :8
Radang
Trauma
Keganasan
metastasis.
Kongenital
Spondilosis
insiden puncak pada dekade ke-4 dan ke-5. Kelainan ini lebih
Spondilitis ankilosa
LBP neurogenik
Faktor resiko yang memengaruhi LBP antara lain adalah faktor individu,
Faktor individu :
status indeks masa tubuh overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP
LBP adalah pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun dibandingkan
e. Aktivitas fisik. Pada umumnya keluhan otot lebih jarang ditemukan pada
orang dengan aktivitas fisik yang rutin dibandingkan dengan orang yang
jarang beraktivitas
resiko LBP. Selain itu riwayat trauma pada tulang belakang merupakan
faktor resiko terjadinya LBP karena trauma dapat merusak struktur tulang
mengalami keluhan LBP adalah pekerja dengan berat beban >25 kg.12
c. Durasi Kerja
Faktor Lingkungan :
Getaran. Getaran merupakan faktor resiko yang signifikan untuk terjadinya
LBP. Misalnya pada pasien yang sering berkendara lama. Selain itu getaran
or
2.6 DIAGNOSIS
2.6.1 Anamnesis: 13
pasien
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Pemeriksaan Neurologik
d. Pemeriksaan Motorik
a. Tes-tes Provokasi:13
1. Tes Laseque
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus.
pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan
saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki. Bila nyeri dirasakan pada
pulposus yang menekan akar saraf L4-S1. Bila nyeri dirasakan sebelum
2. Tes Patrick
Tes ini dilakukan pada kedua kaki. Posisi pasien berbaring, tumit dari
salah satu kaki diletakkan pada sendi lutut tungkai yang lain. Setelah itu
dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila
Tes kontra Patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang, sama halnya
lateral dari lutut. Setelah itu lakukan penekanan pada sendi lutut ke
sacroiliaka.14
4. Tes Valsava
Tes ini bertujuan untuk menilai iritasi pada saraf femoralis (dibentuk
oleh radiks L2, L3, dan L4) dengan cara pasien berbaring miring pada sisi
yang tidak sakit dengan sendi paha dan sendi lutut yang sakit sedikit
positif bila terasa nyeri yang menjalar sepanjang permukaan paha bagian
anterior.14
6. Tes Bragard
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes Laseque. Caranya sama seperti
tes Laseque dengan ditambah dorso fleksi kaki. Bila nyeri punggung
dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.14
1. Foto polos
posisi yang tegang, melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot
paravertebral.
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat
2.7.1 Farmakologis
nyeri. Obat yang diberikan berupa golongan analgetik dimana golongan ini
a. Infra Merah
dengan baik. Posisi pasien tidur miring di bed dan diberi penyangga di
bawah lutut supaya rileks dan bagian yang diobati tidak berubah. Terlebih
dahulu pasien diberi penjelasan tentang tujuan terapi dan mengenai panas
yang dirasakan yaitu rasa hangat. Kemudian dilakukan tes panas dingin
selesai, terapi dapat dimulai lampu IR diatur agar posisinya tegak lurus
dengan daerah yang diterapi yaitu bagian anterior daerah yang diterapi.
dengan daerah pantat dan paha kanan. Kemudian kedua pad elektrode
dipasang dengan metode pain point yaitu dipasang pada pantat dan paha
dan phase duration 200 Hz, frekuensi 80 Hz, burst 2, waktunya yaitu 15
c. Terapi latihan
(3) Mengangkat benda dengan benar. Cara mengangkat benda dengan benar
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama : Tn. MM
Agama : Islam
Suku : Minahasa
2. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
lalu dan memberat sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu. Nyeri terlokalisasi
di punggung bawah dan tidak menjalar. Nyeri terasa seperti ditusuk- tusuk
dan hilang timbul. Durasi nyeri kurang lebih 10-15 menit. Nyeri menghebat
saat pasien berdiri lama atau berjalan dan sedikit berkurang atau hilang bila
pasien duduk, tidur, dan mengkonsumsi obat anti nyeri. Riwayat jauh tidak
ada. Pasien tidak mengeluhkan adanya kelemahan pada anggota gerak. BAB
5. Riwayat Kebiasaan
Sejak pensiun pasien suka jalan jalan keluar daerah, namun sejak
perempuan. Istri pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. 2 anak pasien
Jaminan Sosial/BPJS.
7. Riwayat Psikologis
Pasien terlihat cukup tenang saat datang ke poliklinik dan tidak terlihat
Status Generalis
Nadi : 71 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 37,2 0C
SpO2 : 99%
Berat Badan : 60 kg
Normal)
VAS :5
Kepala : Normosefali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil
lidah (-)
bening (-)
teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada regio L5-S1, Skin folding test (+)
Status Motorik
Mendekati ajal 10
Meninggal 0
dengan konservatif.
intervensi positif.
pengobatan.
Tes Provokasi
Patrick - -
Kontra Patrick - -
Bragard - -
Sicard - -
Valsava Test -
Lingkup Gerak Sendi
Hasil Pemeriksaan
LGS Hip Normal
D S
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anjuran X foto lumbosacral AP lateral.
5. RESUME
PROF DR R.D Kandou dengan keluhan nyeri punggung bagian bawah di alami
pasien sejak 1tahun yang lalu memberat kurang lebih 3 bulan yang lalu. Nyeri
terlokalisasi di punggung bawah. Nyeri terasa seperti ditusuk- tusuk dan hilang
timbul. Durasi nyeri kurang lebih 10-15 menit. Nyeri menghebat saat pasien
berdiri lama atau berjalan dan sedikit berkurang atau hilang bila pasien duduk,
penyakit ringan), IMT berat badan normal (23,4 Kg/m2), TD: 130/70, N: 71
x/menit, R: 24 x/menit, S: 37,2oC, VAS 4-5, nyeri tekan (+) lumbosacral, Skin
6. DIAGNOSIS
4. Diagnosis Fungsional :
di rumah.
1. Fisioterapi
Evaluasi:
Program:
Lumbosacral
Evaluasi:
Program:
Latihan AKS dan aktifitas rumah tangga yang sesuai dengan proper
back mechanism
3. Ortotik Prostetik
Evaluasi:
Program:
4. Psikologi
Evaluasi:
Program:
Support mental pada penderita agar tetap tenang, dan rajin untuk
rehabilitasi
5. Sosial Medik
Evaluasi:
Program:
seperti sapu atau pel dengan gagang yang panjang dan menyesuaikan
5.EDUKASI
Waktu beraktivitas:
Waktu berdiri:
Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode baring terlentang
sebentar
pada lutut2
Waktu berjalan:
kendaraan
Waktu duduk:
Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut sejajar dengan paha
Waktu tidur:
Sebaiknya menggunakan alas yang tipis tetapi tidak terlalu lembek atau
keras
Saat akan bangun tidur, posisi tubuh menyamping dan angkat tubuh anda
6. PROGNOSIS
1. Arya RK. Low Back Pain – Signs, symptomps, and management. Review
Article. Consultant, Department of Orthopaedics, PGIMER, Dr. Ram
Manohar Lohia Hospital, New Delhi. JIACM 2014; 15(1):30-41.
2. Andini F. Risk Factor of Low Back Pain in Workers. Faculty of Medicine,
Universita Lampung. 2015; 4(1):12-19
3. Syuhada AD, Suwondo A, Setyaningsih Y. Faktor Resiko Low Back Pain
pada Pekerja Pemetik Teh di Perkebunan The Ciater Kabupaten Subang.
Ejournal Undip. 2018;13(1):91-100.
4. Sarwili I. Hubungan beban kerja perawat terhadap angka kejadian LBP
(Low Back Pain). [Journal] 2015 ;5:25-33.
5. Riningrum H, Widowati E. Pengaruh Sikap Kerja, Usia dan Masa Kerja
terhadap Keluhan Low Back Pain. Jurnal Penda Medika. Semarang.
2016;6(2):91-102.
6. Kaur K. Prevalensi Keluhan Low Back Pain (LBP) pada petani di Wilayah
Kerja UPT Kesmas Payangan Gianyar April 2015. Intisari Medis. 2015;
april;5(1):49-59.
7. Sari NP, Mogi TI, Angliadi E. Hubungan lama duduk dengan kejadian
Low Back Pain pada operator komputer perusahaan travel di manado. eCl.
2015;3:687-94.
8. Angliadi L.S, Sengkey L, Gessal J, Mogi Th. I. Low Back Pain. Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado: FK UNSRAT. 2006:79-90.
9. Lafferty WM. Anatomy of Vertebra. Diakses tanggal 17 September 2018.
Diunduh dari: http://www.adameducation.com/vertebra-anatomy
10. Esya Adetia. Hubungan Kemampuan Fungsional dan Derajat Nyeri pada
pasien Low Back Pain mekanik di instalasi Rehabilitasi Medik RSUP DR.
KARIADI Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 2017;6(1):63-72.
14. Miguel AJ. Dor lombar – como previnir. Diakses tanggal 7 November 2017.
Diunduh dari: http://www.medicinageriatrica.com.br/tag/sinal-de-lasegue
15. Linn M. Trick of the Trade : Crossed Straight leg raise test. Dipublikasikan
tanggal 23 agustus 2017. Diakses tanggal 18 september 2018. Diunduh
dari :
https://www.aliem.com/2011/08/trick-of-trade-crossed-straight-leg/