Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kasus

REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN DENGAN LOW BACK


PAIN
Oleh

George Richard Evert Lengkong


NRI: 16014101187

Masa KKM : 1 Oktober – 7 Oktober 2018

Residen Pembimbing

dr. Fendri Feibert

Penguji

Dr. dr. Joudy Gessal Sp.KFR-K

BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul

REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN DENGAN LOW


BACK PAIN
Telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada tanggal Oktober 2018

Residen Pembimbing,

dr. Fendri Feibert

Penguji

Dr. dr. Joudy Gessal Sp.KFR-K


BAB I

PENDAHULUAN

Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang umum

ditemui di masyarakat. Sekitar 80% dari populasi pernah menderita Low Back Pain

paling tidak sekali dalam hidupnya dan 50% dari populasi tersebut mengalami lebih

dari satu kali gejala.1,2

Low Back Pain atau nyeri punggung bawah merupakan suatu gejala nyeri

yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama

terjadinya nyeri. Nyeri paling sering dirasakan di daerah punggung antara sudut

bawah kosta sampai lumbosakral. Nyeri bisa menjalar ke daerah lain seperti

punggung bagian atas dan pangkal paha.3,4

Low Back Pain dapat diderita oleh usia muda maupun usia tua namun

keadaan semakin parah pada usia 30-60 tahun keatas. Berdasarkan studi yang

dilakukan oleh Departemen Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Kerja Colorado

pada tahun 2012 didapatkan prevalensi kejadian LBP dalam satu tahun sekitar 15%-

20% dengan 90% penyebabnya berupa kesalahan posisi tubuh dalam bekerja.5

Angka kejadian LBP di Indonesia sendiri diperkirakan antara 7,6% - 37%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh kelompok studi nyeri PERDOSSI (Persatuan

Dokter Spesialis Saraf Indonesia) pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit

pendidikan menunjukan prevalensi penderita LBP sebesar 35,86%. 65% penderita

adalah wanita dan presentase penderita tertinggi pada usia 41-60 tahun. 6

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. R. D. Kandou Manado

periode 1 Januari 2017 sampai dengan 31 Desember 2017 memperlihatkan total


jumlah penderita LBP sebanyak 2.409 dari total 13.055 pasien yang datang di Poli

Kesehatan Fisik dan Rehabilitasi RSUP. Prof.Dr.R.D.Kandou pada tahun 2017.7

Dari aspek rehabilitasi medik, LBP menyebabkan nyeri pada tulang

belakang (impairment), keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari

(disabilitas), dan keterbatasan dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas sosial

(handicap). Sehingga diperlukan penanganan dari segi rehabilitasi medik dengan

tujuan agar penderita dapat kembali kepada kondisi semula atau mendekati keadaan

sebelum sakit, menghindari semaksimal mungkin timbulnya cacat sekunder,

mengusahakan sedapat mungkin penderita cepat kembali ke pekerjaan semula atau

pekerjaan baru, serta psikologi penderita menjadi lebih baik.8


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

LBP (Low Back Pain) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai

dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah

tulang punggung bagian bawah dan sekitarnya.8

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI

2.2.1 Kolumna Vertebralis

Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri

dari:

a. Segmen anterior, yang berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk

oleh korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lain

nya oleh diskus intervertebra. 8

Gambar 1. Segmen Anterior Kolumna Vertebrata.9


b. Segmen posterior, bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus

transversus dan prosesus spinosus. 8

Gambar 2. Segmen Anterior Dan Posterior Columna Vertebralis.9

2.2.2 Diskus Intervertebra

Berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut. Diskus

intervertebra dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman

serat-serat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. 8

2.3 ETIOLOGI

Dalam klinik, LBP dibagi dalam 4 kelompok:

a. LBP oleh faktor mekanik 8

I. LBP oleh faktor mekanik akut

Biasanya timbul saat tubuh melakukan gerakan mendadak melampaui

batas kemampuan otot dan sendi atau melakukan sesuatu untuk jangka

waktu lama. LBP oleh mekanik akut dapat disebabkan karena luka

traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat

hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain merusak jaringan,

juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang
lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal masih dapat

sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanaan awal nyeri pinggang

akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.8,10

II. LBP oleh faktor mekanik kronik (menahun)

Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang

berulang-ulang atau kambuh kembali. Paling sering disebabkan oleh

sikap tubuh yang jelek yaitu sikap tubuh membungkuk ke depan,

kepala menunduk, perut membuncit dan dada kemps mendatar. Selain

itu LBP menahun juga sering ditemukan pada wanita yang gemar

menggunakan sepatu dengan tumit tinggi dan pada wanita hamil

trimester kedua dan ketiga.8,10

b. LBP oleh faktor organik.

I. LBP Osteogenik :8

 Radang

 Trauma

Merupakan penyebab utama LBP. Pada orang yang tidak biasa

melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban

yang berat, dapat menderita nyeri punggung bagian bawah yang

akut. Gerakan bagian punggung yang kurang baik dapat

menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot

punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga

menimbulkan nyeri. Tidak jarang LBP merupakan keluhan utama

pada fraktur vertebra lumbal. Terutama fraktur spontan akibat


osteoporosis pada penderita usia lanjut. Jenis fraktur ini sering

disertai spondilolistesis L5-S1 dan L4-L5.8,10

 Keganasan

Dapat bersifat primer, multiple myeloma atau sekunder akibat

metastasis.

 Kongenital

II. LBP diskogenik.8

Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus intervertebralis.

Bentuk dan gangguan yang sering dijumpai ialah:

 Spondilosis

Proses degenerasi progresif diskus intervertebra.

 Hernia Nukleus Pulposus

Kondisi keluarnya nukleus pulposus dari diskus intervertebra

melalui robekan anulus fibrosus keluar ke arah belakang/dorsal

menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan

saraf spinalis sehingga menimbulkan gangguan. Hernia Nukleus

Pulposus (HNP) paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan

insiden puncak pada dekade ke-4 dan ke-5. Kelainan ini lebih

banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak

membungkuk dan mengangkat. Manifetasi klinisnya berupa:

- Herniasi Posterosentral, mengakibatkan LBP oleh penekanan

ligamen longitudinal posterior. Tidak ada kompresi radiks, karena

tidak ada iskias.


- Herniasi Posterolateral, sangat mungkin melibatkan radiks karena

ke arah postero lateral ini tidak ada perlindungan ligamen

longitudinal posterior. Timbul LBP di sertai iskias.

 Spondilitis ankilosa

Biasanya dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas daerah

leher. Gejala permulaan bersifat ringan, sering hanya berupa kaku.

Keluhan terutama dirasakan pada waktu pagi bangun tidur, membaik

setelah melakukan pergerakan.

 LBP neurogenik

Neoplasma, Arakhnoiditis, Stenosis kanal.

2.4 FAKTOR RESIKO

Faktor resiko yang memengaruhi LBP antara lain adalah faktor individu,

faktor pekerjaan dan faktor lingkungan.2

 Faktor individu :

a. Usia. Sejalan dengan meningkatnya usia, akan terjadi degenerasi tulang.

Keadaan ini mulai terjadi saat usia 30 tahun.

b. Jenis Kelamin. Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita

dibandingkan laki-laki. Hal ini terjadi karena secara fisiologis kemampuan

otot wanita lebih rendah daripada laki-laki.

c. Indeks masa tubuh. Hasil Penelitian menyatakan bahwa seseorang dengan

status indeks masa tubuh overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP

dibandingkan orang dengan berat badan ideal.


d. Masa Kerja. Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya

seseorang bekerja di suatu tempat. Penelitian yang dilakukan pada tahun

2013 menyimpulkan bahwa pekerja yang paling banyak mengalami keluhan

LBP adalah pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun dibandingkan

dengan masa kerja <5 tahun ataupun 5-10 tahun.11

e. Aktivitas fisik. Pada umumnya keluhan otot lebih jarang ditemukan pada

orang dengan aktivitas fisik yang rutin dibandingkan dengan orang yang

jarang beraktivitas

f. Riwayat penyakit terkait rangka dan riwayat trauma. Postur yang

bervariasi dan kelengkungan tulang belakang merupakan salah satu faktor

resiko LBP. Selain itu riwayat trauma pada tulang belakang merupakan

faktor resiko terjadinya LBP karena trauma dapat merusak struktur tulang

belakang sehingga dapat menyebabkan nyeri terus menerus.

 Faktor Pekerjaan :11

a. Beban kerja. Populasi yang memiliki pekerjaan dengan beban mekanik

yang berat seperti mengangkat barang-barang berat beresiko menyebabkan

LBP. Penelitian melaporkan bahwa presentase tertinggi responden yang

mengalami keluhan LBP adalah pekerja dengan berat beban >25 kg.12

b. Posisi kerja. Posisi janggal meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan

dalam bekerja. Posis janggal dapat menyebabkan kondisi dimana transfer

tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah

menimbulkan kelelahan dan cedera.

c. Durasi Kerja

 Faktor Lingkungan :
Getaran. Getaran merupakan faktor resiko yang signifikan untuk terjadinya

LBP. Misalnya pada pasien yang sering berkendara lama. Selain itu getaran

menyebabkan peredaran darah darah tidak lancar, penimbunan asam laktat

meningkat dan menyebabkan timbulnya nyeri.

2.5 GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang biasanya muncul berupa: 10

a. Sifat nyeri tajam

b. Nyeri terjadi secara intermitten.

c. Nyeri memburuk saat beraktivitas dan membaik saat beristirahat.

d. Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti kalor, dolor, tumor, rub

or

e. Terkadang nyeri menjalar ke bagian pantat atau paha.

f. Dapat terjadi morning stiffness.

g. Nyeri bertambah hebat bila bergerak ekstensi, fleksi, rotasi, berdiri.

h. Nyeri berkurang bila berbaring

2.6 DIAGNOSIS

2.6.1 Anamnesis: 13

a. Onset nyeri, Riwayat nyeri sebelumnya

b. Frekuensi nyeri, lama serangan

b. Aktivitas yang dilakukan sebelum nyeri, riwayat trauma, pekerjaan

pasien

c. Lokasi nyeri dan penjalaran nyeri

d. Faktor memperberat nyeri


e. Faktor memperingan nyeri

f. Kuantitas dan Kualitas nyeri

g. Riwayat gaya hidup dan kebiasaan

2.6.2 Pemeriksaan fisik: 13

a. Inspeksi

Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk. Inspeksi daerah punggung,

perhatikan lurus tidaknya tulang belakang, lordosis, kifosis,

gibus, deformitas, ada tidak jalur spasme otot paravertebral.

b. Palpasi

Palpasi sepanjang kolumna vertebralis ada tidaknya nyeri tekan

pada salah satu

prosessus spinosus, atau gibus/ deformitas kecil dapat teraba pada

palpasi atau adanya spasme otot paravertebral.

c. Pemeriksaan Neurologik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus

nyeri punggung bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf

atau karena sebab yang lain.

d. Pemeriksaan Motorik

Apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Kalau ada kelumpuhan

segmen mana yang terganggu.

a. Tes-tes Provokasi:13

1. Tes Laseque
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus.

Saraf ischiadiscus akan tertarik. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi

pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan

saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki. Bila nyeri dirasakan pada

30 – 70 derajat maka nyeri bisa disebabkan oleh Herniasi nukleu

pulposus yang menekan akar saraf L4-S1. Bila nyeri dirasakan sebelum

30 derajat maka nyeri bisa disebabkan oleh spondilolithesis akut,

inflamasi pada daerah gluteus, tumor pada bokong. 14

Gambar 3. Tes Laseque 15

2. Tes Patrick

Tes ini dilakukan pada kedua kaki. Posisi pasien berbaring, tumit dari

salah satu kaki diletakkan pada sendi lutut tungkai yang lain. Setelah itu

dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila

timbul rasa nyeri, penyebabnya non neurologis misalnya coxitis. 14

Gambar 4. Tes Patrick 16


3. Tes Kontra Patrick

Tes kontra Patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang, sama halnya

dengan melakukan tes Patrick akan tetapi kaki dirotasi kedalam

(internal). Tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan bagian

lateral dari lutut. Setelah itu lakukan penekanan pada sendi lutut ke

rotasi dalam. Apabila nyeri timbul (+) menunjukkan sumber nyeri di

sacroiliaka.14

Gambar 5. Tes Kontra Patrick.17

4. Tes Valsava

Tes ini mengakibatkan naiknya tekanan intratekal sehingga muncul

nyeri radikuler. Pasien diminta mengejan dan menahan napas kemudian

dinilai apakah ada nyeri atau tidak.14

Gambar 6. Tes Valsava.18


5. Femoral Nerve Stretch Test (FNST)

Tes ini bertujuan untuk menilai iritasi pada saraf femoralis (dibentuk

oleh radiks L2, L3, dan L4) dengan cara pasien berbaring miring pada sisi

yang tidak sakit dengan sendi paha dan sendi lutut yang sakit sedikit

fleksi, pinggang dan punggung lurus dan kepala difleksikan. Secara

perlahan-lahan fleksi lutut ditambah dan sendi paha diekstensikan. Tes

positif bila terasa nyeri yang menjalar sepanjang permukaan paha bagian

anterior.14

Gambar 7. Femoral Nerve Stretch Test (FNST).19

6. Tes Bragard

Modifikasi yang lebih sensitif dari tes Laseque. Caranya sama seperti

tes Laseque dengan ditambah dorso fleksi kaki. Bila nyeri punggung

dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada

sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.14

Gambar 8. Tes Bragard.20


2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk memastikan

penyebab low back pain13, 21

1. Foto polos

Pada pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah, dianjurkan berdiri

saat pemeriksaan dilakukan dengan posisi anteroposterior, lateral dan

oblique. Gambaran radiologis yang sering terlihat normal atau kadang-

kadang dijumpai penyempitan ruang diskus intervertebral, osteofit pada

sendi facet, penumpukan kalsium pada vertebra, pergeseran korpus

vertebra (spondilolistesis), dan infiltrasi tulang oleh tumor.

Penyempitan ruangan intervertebral terlihat bersamaan dengan suatu

posisi yang tegang, melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot

paravertebral.

2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat

jaringan lunak. Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuan untuk melihat

vertebra dan level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan

patologis pada medulla spinalis atau jaringan lunak, menentukan

kemungkinan herniasi diskus pada kasus post operasi, kecurigaan

karena infeksi atau neoplasma.


2.7 PENATALAKSANAAN

2.7.1 Farmakologis

Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi

nyeri. Obat yang diberikan berupa golongan analgetik dimana golongan ini

terdiri dari analgetik antipiretik dan analgetik narkotik.

2.7.2 Penanganan Rehabilitasi Medik pada LBP

Pada LBP yang disebabkan oleh spondilosis, penanganan Rehabilitasi

medik yang dilakukan dapat berupa:

a. Infra Merah

Sebelum pengobatan dimulai terlebih dahulu pastikan bahwa alat berfungsi

dengan baik. Posisi pasien tidur miring di bed dan diberi penyangga di

bawah lutut supaya rileks dan bagian yang diobati tidak berubah. Terlebih

dahulu pasien diberi penjelasan tentang tujuan terapi dan mengenai panas

yang dirasakan yaitu rasa hangat. Kemudian dilakukan tes panas dingin

untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan sensibilitas atau

tidak, Dari hasil pemeriksaan sensibilitas pasien tidak mengalami gangguan

sensibilitas Daerah yang diobati bebas dari pakaian. Setelah persiapan

selesai, terapi dapat dimulai lampu IR diatur agar posisinya tegak lurus

dengan daerah yang diterapi yaitu bagian anterior daerah yang diterapi.

Jarak 45-60. Waktu yang digunakan 15 menit. Menggunakan arus continous

dengan intensitas normalis atau rasa hangat menurut pasien. Frekuensi

terapi dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam satu minggu.

b. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)


Tidur tengkurap senyaman mungkin.

Pelaksanaan terapi: Posisikan pasien tidur tengkurap senyaman mungkin

dengan daerah pantat dan paha kanan. Kemudian kedua pad elektrode

dipasang dengan metode pain point yaitu dipasang pada pantat dan paha

kanan. Setelah itu diatur parameter menggunakan arus biphasic asymetris

dan phase duration 200 Hz, frekuensi 80 Hz, burst 2, waktunya yaitu 15

menit, kemudian putar tombol on-off ke posisi on lalu intensitas dinaikan

sampai toleransi pasien. Lakukan pemeriksaan setelah beberapa menit dan

pastikan terapi masih sesuai dengan tujuan.

c. Terapi latihan

Pada terapi latihan hal yang perlu diperhatikan adalah:

(1) Pasien dianjurkan apabila beraktivitas mamakai korset, bila sedang

tiduran korset dilepas

(3) Mengangkat benda dengan benar. Cara mengangkat benda dengan benar

ialah dengan menempatkan kedua kaki berjauhan dan lutut ditekuk,

usahakan benda sedekat mungkin dengan tubuh. Kemudian mulailah

mengangkat dengan punggung dipertahankan lurus. Perbaikan sikap tubuh

saat berdiri, yaitu dengan mengusahakan punggung tetap lurus, kepala

menghadap ke depan, dan menghindarkan sikap membungkuk. Begitu saat

duduk, usahakan duduk di kursi dengan sandaran punggung yang menjaga

punggung tetap lurus dan bahu bersandar dengan rilek.


BAB III

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS

Nama : Tn. MM

TTL/ Umur : Manado 5 Oktober 1950 / 67 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Tuminting, Jln Santiago no. 99

Agama : Islam

Suku : Minahasa

Pekerjaan : Pensiunan PNS Dinas Kesehatan

No. Telepon : 081340056123

Tanggal pemeriksaan : 2 Oktober 2018

2. ANAMNESIS

1. Keluhan utama

Nyeri punggung bawah.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri punggung bagian bawah di alami pasien sejak 1 tahun yang

lalu dan memberat sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu. Nyeri terlokalisasi

di punggung bawah dan tidak menjalar. Nyeri terasa seperti ditusuk- tusuk

dan hilang timbul. Durasi nyeri kurang lebih 10-15 menit. Nyeri menghebat
saat pasien berdiri lama atau berjalan dan sedikit berkurang atau hilang bila

pasien duduk, tidur, dan mengkonsumsi obat anti nyeri. Riwayat jauh tidak

ada. Pasien tidak mengeluhkan adanya kelemahan pada anggota gerak. BAB

dan BAK tidak ada keluhan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

- Hipertensi sejak 3 tahun yang lalu -> terkontrol

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama.

5. Riwayat Kebiasaan

Sejak pensiun pasien suka jalan jalan keluar daerah, namun sejak

sakit, keluarga pasien sudah melarang pasien untuk beraktivitas lebih.

Sebelum sakit pasien sering melakukan pekerjaan rumah termasuk

mengangkat barang berat seperti galon air

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien saat ini merupakan pensiunan yang banyak beraktivitas di

rumah. Pasien memiliki 4 orang anak, 3 anak laki-laki dan 1 anak

perempuan. Istri pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. 2 anak pasien

sudah berkeluarga dan tinggal bersama pasien. Pasien memiliki rumah

permanen dua lantai. Dirumah pasien memiliki WC duduk dan jongkok.

Saat ini biaya pengobatan pasien ditanggung oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial/BPJS.

7. Riwayat Psikologis

Pasien terlihat cukup tenang saat datang ke poliklinik dan tidak terlihat

cemas dengan penyakitnya.


3. PEMERIKSAAN FISIK

 Status Generalis

Keadaan umum : Karnofsky Performance Scale = 90 (Dapat

melakukan aktivitas normal namun terdapat

gejala/keluhan penyakit ringan)

Index Barthel = 95 (Ketergantungan ringan)

Kesadaran : Compos mentis

Glasgow Coma Scale (GCS) : Eye4Motoric6Verbal5

Tanda Vital : Tekanan Darah : 130/70 mmHg

Nadi : 71 x/menit

Respirasi : 24 x/menit

Suhu : 37,2 0C

SpO2 : 99%

Tinggi Badan : 160 cm

Berat Badan : 60 kg

Body Mass Index : 60/(1,60 x 1,60) = 23,4 Kg/m2 (Berat Badan

Normal)

Pemeriksaan Visual Analogue Scale (VAS) di daerah punggung bawah pada

saat pasien datang ke poliklinik tanggal 2 Oktober 2018

VAS :5

Kepala : Normosefali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil

bulat isokor 3mm/3mm, refleks cahaya langsung

+/+, reflex cahaya tidak langsung +/+

Telinga : Deformitas (-), sekret (-), membran timpani intak

Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-), konka edema (-)

Mulut : Bibir sianosis (-), lipatan nasolabial (+), deviasi

lidah (-)

Leher : Trakea letak tengah, pembesaran kelenjar getah

bening (-)

Thorax : Bentuk simetris, tidak ada retraksi

Cor : Inspeksi : iktus cordis tidak tampak

Palpasi : iktus cordis tidak teraba

Perkusi : batas-batas jantung normal

Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal,

reguler bising (-)

Pulmo : Inspeksi : pergerakan simetris

Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi : sonor kedua lapang paru.

Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-

/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Inspeksi : cembung

Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/lien tidak

teraba

Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

 Status Lokalis Regio Lumbosakral

Inspeksi : Edema (-), Deformitas (-), Kifosis (+)

Palpasi : Nyeri tekan (+) pada regio L5-S1, Skin folding test (+)

Movement : Range of Movement (ROM) terbatas karena nyeri.

 Status Motorik

Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior


Status
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif

Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5

Tonus otot Normal Normal Normal Normal

 Karnofsky Performance Scale

Kapasitas Fungsional Nilai

Normal, tidak ada keluhan, tidak ada tanda penyakit 100

Dapat melakukan aktivitas normal namun terdapat


90
gejala/keluhan penyakit ringan

Aktivitas normal tapi dengan usaha, selain itu keluhan tampak


80
lebih jelas
Mampu merawat diri sendiri, namun tidak mampu bekerja atau
70
melakukan aktivitas normal

Membutuhkan pendampingan dan bantuan orang lain, masih


60
dapat mengurus kebutuhan dasar pribadi

Perlu bantuan, kadang dengan obat-obatan hanya beberapa


50
keperluan pribadi dapat dilakukan sendiri

Perlu bantuan dan perawatan khusus 40

Perlu pertimbangan untuk perawatan RS 30

Sakit berat, butuh perawatan RS 20

Mendekati ajal 10

Meninggal 0

 Oswerty Disability Index

Skor Kategori Kemampuan Kegiatan

Pasien dapat mrnjalankan hampir semua

aktivitas sehari-hari dan tidak memerlukan

0%-20% Minimal disability tindakan pengobatan hanya anjuran

bagaimana cara mengangkat, posisi duduk,

latihan, dan diet.

Pasien merasa sakit dan kesulitan dengan

duduk, mengangkat, dan berdiri. Mereka


21%-40% Moderate disability
mungkin tidak bekerja. Perawatan pribadi,

aktivitas seksual dan tidur yang tidak terlalu


berpengaruh dan biasanya dapat dikelola

dengan konservatif.

Pasien mengalami nyeri sebagai keluhan utama

41%-60% Severe disability pada aktivitas sehari-hari, sehingga

memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Sakit punggung ini membebani pada semua

61%-80% Crippled aspek kehidupan pasien sehingga memerlukan

intervensi positif.

Pasien ini baik tidur-terikat atau melebih-

lebihkan gejala mereka, sehingga memerlukan


81%-100% Bed Bound
perawatan dan pengawasan khusus selama

pengobatan.

 Tes Provokasi

TES Dekstra Sinistra

Lasegue, SLR (>70o) (>70o)

Patrick - -

Kontra Patrick - -

Bragard - -

Sicard - -

Femoral Nerve Stretch Test - -

Valsava Test -
 Lingkup Gerak Sendi

Hasil Pemeriksaan
LGS Hip Normal
D S

Fleksi-Ekstensi 120º - 0º - 30º 120º - 0º- 30º 120º - 0º - 30º

Abduksi-Adduksi 40º - 0º - 35º 40º - 0º - 35º 40º - 0º - 35º

Rotasi Internal-Eksternal 45º - 0º - 45º 45º - 0º - 45º 45º - 0º - 45º

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anjuran X foto lumbosacral AP lateral.

5. RESUME

Pasien laki-laki, 67 tahun datang ke poliklinik Rehabilitasi Medik RSUP

PROF DR R.D Kandou dengan keluhan nyeri punggung bagian bawah di alami

pasien sejak 1tahun yang lalu memberat kurang lebih 3 bulan yang lalu. Nyeri

terlokalisasi di punggung bawah. Nyeri terasa seperti ditusuk- tusuk dan hilang

timbul. Durasi nyeri kurang lebih 10-15 menit. Nyeri menghebat saat pasien

berdiri lama atau berjalan dan sedikit berkurang atau hilang bila pasien duduk,

tidur, dan mengkonsumsi obat anti nyeri.

Pemeriksaan fisik status generalis didapatkan Karnofsky performance

scale 90 (dapat melakukan aktivitas normal namun terdapat gejala/keluhan

penyakit ringan), IMT berat badan normal (23,4 Kg/m2), TD: 130/70, N: 71

x/menit, R: 24 x/menit, S: 37,2oC, VAS 4-5, nyeri tekan (+) lumbosacral, Skin

folding test (+), Spasme (+).

6. DIAGNOSIS

1. Diagnosis Klinis : Low Back Pain


2. Diagnosis Etiologi : Mekanik kronik

3. Diagnosis Topis : Musculus paralumbal.

4. Diagnosis Fungsional :

a. Body Function : Nyeri punggung bawah, spasme otot

b. Body Structure : Musculus paralumbalis

c. Activity and participation: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)

berjalan jauh dan menaiki tangga.

d. Environment: Rumah 2 lantai dengan WC duduk dan jongkok.

e. Personal factors: laki-laki 67 tahun, pensiunan saat ini beraktivitas

di rumah.

7. PROBLEM REHABILITASI MEDIK

1. Nyeri punggung bawah (VAS = 5)

2. Spasme muskulus paralumbalis

3. Gangguan AKS seperti berjalan jauh, dan naik tangga

8. PROGRAM REHABILITASI MEDIK

1. Fisioterapi

Evaluasi:

 Nyeri punggung bawah (VAS = 5)

 Spasme muskulus paralumbal

Program:

 Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Regio

Lumbosacral

 Proper back mechanism


2. Okupasi Terapi

Evaluasi:

 Nyeri punggung bawah (VAS = 5)

 Spasme muskulus paralumbal

 Gangguan AKS seperti berjalan jauh dan menaiki tangga

Program:

 Latihan AKS dan aktifitas rumah tangga yang sesuai dengan proper

back mechanism

3. Ortotik Prostetik

Evaluasi:

 Nyeri punggung bawah (VAS = 5)

 Spasme muskulus paralumbal

 Gangguan AKS seperti berjalan dan berdiri lama.

Program:

 Saat ini tidak memerlukan program OP

4. Psikologi

Evaluasi:

 Nyeri punggung bawah

 Pasien tampak tenang

Program:

 Support mental pada penderita agar tetap tenang, dan rajin untuk

latihan di poli rehabilitasi maupun di rumah

 Edukasi keluarga agar menbantu pasien untuk rajin control ke poli

rehabilitasi
5. Sosial Medik

Evaluasi:

 Pensiunan usia 67 tahun

 Tinggal dengan anak

 Rumah 2 lantai dengan WC duduk

 Biaya sehari-hari cukup

 Biaya pengobatan ditanggung BPJS

Program:

 Melakukan kunjungan rumah untuk melihat faktor-faktor risiko yang

ada di rumah dan lingkungan sekitar seperti modifikasi alat kebersihan

seperti sapu atau pel dengan gagang yang panjang dan menyesuaikan

pegangan pasien berada setinggi dada.

5.EDUKASI

Waktu beraktivitas:

 Dianjurkan penderita jangan mengangkat barang terlalu berat.

Waktu berdiri:

 Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode baring terlentang

sebentar

 Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi jongkoklah

pada lutut2

Waktu berjalan:

 Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa


 Hindari jalan melalui tanjakkan, sebaiknya menggunakan mobil

 Kurangi aktivitas berjalan terlalu jauh dan lama sebaiknya menggunakan

kendaraan

Waktu duduk:

 Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut sejajar dengan paha

 Bila duduk, punggung sebanyak mungkin kontak dengan punggung kursi

Waktu tidur:

 Sebaiknya menggunakan alas yang tipis tetapi tidak terlalu lembek atau

keras

 Saat akan bangun tidur, posisi tubuh menyamping dan angkat tubuh anda

dengan tangan, lutut ditekuk disamping tempat tidur sehingga kaki

menyentuh lantai, bangunlah dengan menggunakan kekuatan kaki

6. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam


DAFTAR PUSTAKA

1. Arya RK. Low Back Pain – Signs, symptomps, and management. Review
Article. Consultant, Department of Orthopaedics, PGIMER, Dr. Ram
Manohar Lohia Hospital, New Delhi. JIACM 2014; 15(1):30-41.
2. Andini F. Risk Factor of Low Back Pain in Workers. Faculty of Medicine,
Universita Lampung. 2015; 4(1):12-19
3. Syuhada AD, Suwondo A, Setyaningsih Y. Faktor Resiko Low Back Pain
pada Pekerja Pemetik Teh di Perkebunan The Ciater Kabupaten Subang.
Ejournal Undip. 2018;13(1):91-100.
4. Sarwili I. Hubungan beban kerja perawat terhadap angka kejadian LBP
(Low Back Pain). [Journal] 2015 ;5:25-33.
5. Riningrum H, Widowati E. Pengaruh Sikap Kerja, Usia dan Masa Kerja
terhadap Keluhan Low Back Pain. Jurnal Penda Medika. Semarang.
2016;6(2):91-102.
6. Kaur K. Prevalensi Keluhan Low Back Pain (LBP) pada petani di Wilayah
Kerja UPT Kesmas Payangan Gianyar April 2015. Intisari Medis. 2015;
april;5(1):49-59.
7. Sari NP, Mogi TI, Angliadi E. Hubungan lama duduk dengan kejadian
Low Back Pain pada operator komputer perusahaan travel di manado. eCl.
2015;3:687-94.
8. Angliadi L.S, Sengkey L, Gessal J, Mogi Th. I. Low Back Pain. Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado: FK UNSRAT. 2006:79-90.
9. Lafferty WM. Anatomy of Vertebra. Diakses tanggal 17 September 2018.
Diunduh dari: http://www.adameducation.com/vertebra-anatomy
10. Esya Adetia. Hubungan Kemampuan Fungsional dan Derajat Nyeri pada
pasien Low Back Pain mekanik di instalasi Rehabilitasi Medik RSUP DR.
KARIADI Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 2017;6(1):63-72.

11. Umami AR, Hartanti RI, Dewi A. Hubungan antara karakteristik


responden dan ikap kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah (lo
w back pain) pada pekerja batik tulis. E-Journal Pustaka kesehatan 2013;2:
72-77.
12. Nurwahyuni, Djajakusli R, Naiem F. Faktor yang berhubungan dengan
keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bongkar muat barang pelabuh
an nusantara kota pare-pare tahun 2012. Makasar:Universitas Hasanudin;2
012.

13. Huldani. Nyeri Punggung Bawah. FK Universitas Lambung Mangkurat


Banjarmasin. 2012:19-24

14. Miguel AJ. Dor lombar – como previnir. Diakses tanggal 7 November 2017.
Diunduh dari: http://www.medicinageriatrica.com.br/tag/sinal-de-lasegue
15. Linn M. Trick of the Trade : Crossed Straight leg raise test. Dipublikasikan
tanggal 23 agustus 2017. Diakses tanggal 18 september 2018. Diunduh
dari :

https://www.aliem.com/2011/08/trick-of-trade-crossed-straight-leg/

16. Anonim. Physical therapy management of hip OA. Diakses tanggal 17


september 2018. Diunduh dari: http://morphopedics.wikidot.com/physical-
therapy-management-of-hip-oa

17. Bahar A, Wuysang D. Pemeriksaan Neurologi Lainnya. Departement


Neurologi Unhas.
2015: 23.
18. Modric J. Valsava Maneuver. Dipublikasikan 7 Januari 2016. Diakses 18
september 2018. Diunduh dari : https://www.ehealthstar.com/test/valsalva-
maneuver
19. The Thoracolumbar Spine. Diakses tanggal 1 Mei 2018. Diunduh dari: http
s://musculoskeletalkey.com/the-thoracolumbar-spine/
20. Deveraux MW. Anatomy and examination of the spine. Diakses tanggal 18
septermber 2018. Diunduh dari : https://www.semanticscholar.org/paper/A
natomy-and-examination-of-the-spine.-Devereaux/7709f4ad698dc168840
77b5593def4c91be97a6e
21. Yasin M, Komang A, Sustini, Andreani S, Fatchur Rochman F. Hubungan
antara Karakteristik, Antropometrik, Kebiasaan, Status Psikososial, dan
Gambaran Radiografis Responden dengan Kejadian Spondylogenic Low
Back Pain. Diakses tanggal tanggal 1 Mei 2018. Diunduh dari : http://journ
al.unair.ac.id/downloadfullpapersHubungan%20antara%20Karakteristik.p
df
22. Raharjo GR. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI
SPONDILOSIS LUMBAL DI RSUD MOEWARDI SURAKARTA. 2017.
Diakses pada 18 september 2018. Diunduh dari : https://www.google.co.id/
search?q=PENATALAKSANAAN+FISIOTERAPI+PADA+KONDISI+S
PONDILOSIS+LUMBAL+DI+RSUD+MOEWARDI+SURAKARTA&o
q=PENATALAKSANAAN+FISIOTERAPI+PADA+KONDISI+SPONDI
LOSIS+LUMBAL+DI+RSUD+MOEWARDI+SURAKARTA&aqs=chro
me..69i57.1792j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai