Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu :
Jl. Industri Pasir Gombong Jl. Jababeka Raya, Pasir Gombong, Kec. Cikarang Utara,
Bekasi,
Jawa Barat Telp. (021) 89111110, (Hunting) fax. (021)8905196
E-mail: info@medikasuherman.ac.id
1
Website : info@medikasuherman.ac.id
STEP 1
ISTILAH LOW BACK PAIN(LBP)
1. Ruang isolasi
2. Indeks katz
3. Mini mental state exam
4. Kerusakan mental
5. Risiko jatuh
6. Pengkajian
STEP 2
DEFINISI DARI ISTILAH LOW BACK PAIN(LBP)
1. Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit
yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari
pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan
mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan juga
mengurangi risiko penularan kepada petugas pemberi layanan
2. Katz Indeks merupakan sebuah alat ukur bagi perawat untuk dapat
melihat status fungsi pada klien usia lanjut dengan mengukur
kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Mini mental state examination (MMSE) adalah suatu metode skrining
singkat untuk mendeteksi gangguan kognitif dengan cara memberikan
sederet pertanyaan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Gangguan kognitif berhubungan dengan pemahaman, memori,
komunikasi, dan pemikiran seseorang
4. Mental breakdown adalah kondisi stress berat yang membuat
seseorang kesulitan untuk menjalankan aktivitas seperti biasa. Istilah
mental breakdown digunakan untuk menggambarkan serangkaian
penyakit mental seperti depresi, gangguan kecemasan atau stres akut.
5. Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya
disebabkan oleh faktor lingkungan dan/ atau faktor fisiologis dapat
berakibat cidera. Insiden jatuh tentu akan merugikan pasien atau klien
terutama secara fisik, disi lain hal ini juga menyakut kualitas pelayan
dari sebuah rumah sakit
6. Pengkajian adalah kegiatan untuk menilai atau mengetahui kesiapan,
kemanfaatan, dampak, dan implikasi sebelum dan/atau sesudah Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi diterapkan
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang
merasa nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama
nyeri (Purwanto dalam Karendehi, 2015). Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan terkait kerusakan jaringan yang
aktual maupun potensial, atau yang di gambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut
(Meliala & Suryamiharja, 2007).
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari Word Health Organization (WHO)
(2015), jumlah pasien nyeri pembedahan meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun
2011 tercatat terdapat 140 juta pasien atau sekitar 1,9% di seluruh dunia, pada tahun
2012 terjadi peningkatan sebesar 148 juta pasien atau sekitar 2,1%, Sedangkan
menurut Fabbian, Giorgi, Palam, Menegatti, Gallerani & Manfredini (2014),
prevalensi nyeri di Italia di alami oleh 21% pasien penyakit kanker, 33% pasien
penyakit cardiovaskuler, 23% pasien penyakit Pulmo, 24% pasien dengan penyakit
pembuluh darah. 16% pasien dengan gangguan musculoskeletal, 18% pasien dengan
penyakit saraf, 4% pasien penyakit kulit, 15% pasien penyakit ginjal, 16% pasien
dengan penyakit gangguan metabolik, 10% pasien penyakit hepatik, 9% pasien
dengan penyakit dan gangguan pankreas, 12% pasien dengan penyakit dan gangguan
lambung dan 11% pasien dengan penyakit dan gangguan pada usus. Jumlah
prevalensi nyeri secara keseluruhan belum pernah di teliti di Indonesia, namun
diperkirakan nyeri kanker dialami oleh sekitar 12,7 juta orang atau sekitar 5% dari
penduduk Indonesia (WHO, 2014), angka kejadian nyeri rematik di Indonesia
mencapai 23,6-31,3% (Purastuti dalam Fanada & Muda 2012), sedangkan nyeri
punggung bawah (LBP) sebanyak 40% penduduk dengan jumlah prevalensi pada
laki-laki sekitar 18,2% dan wanita 13,6% (Wulandari, Maja & Khosama, 2013)
3
Pasien dalam merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan cara berbeda-
beda misalnya berteriak,meringis, menangis dan sebgainya, maka perawat harus peka
terhadap sensai nyeri yang dialami oleh pasien (Asmadi dalam saifullah,2015)
perawar harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam
semua aspek keperawatan mencangkup pemliharaan suhu tubuh normal, pernafasan
yang optimal, bebas dari cidera, terutama meminimalkan nyeri dan tidak nyaman
(Baradero dalam saifullah,2015).
B. Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan dengan diagnosa nyeri
akut pada bagian punggung bawah yang mengakibatkan terjadinya gangguan
rasa nyaman
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan:
a. Definisi Low Back Pain
b. Etiologi
c. Klasifikasi
d. Patofisiologi
C. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan kepada
pembaca mengenai rasa nyeri pada bagian punggung atau Low Back Pain
Makalah ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memperhatikan gaya
hidup mereka yang merupakan faktor resiko terjadinya nyeri akut dan
gangguan rasa nyaman
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3. Klasifikasi
Menurut Rahmatika (2017), LBP berdasarkan perjalanan klinisnya dibagi menjadi 2
jenis yaitu:
1) Acute Low Back Pain
Pada acute low back pain, rasa nyeri yang menyerang yaitu secara tiba-tiba
dengan rentang waku hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute Low Back Pain dapat
disebabkan karena luka traumatic. seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa
nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak
jaringan, juga dapat melukai otot, ligament dan tendon. Sampai saat ini
penatalaksanaan awal nyeri punggung akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesic.
2) Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama.
4. Patofisiologi Low Back Pain
Beban berat memiliki berbagai efek terhadap diskus intervertebralis, badan
dari vertebrata, faset dan ligamen-ligamen tulang belakang. Pada beban berat
yang menekan (compressive load) serabut anuker dari diskus mengalami
perenggangan. Tulang vertebra juga mengalami tekanan dan dapat patah pada
6
end–plate–nya. Ligamen- ligamen tulang belakang cenderung dapat melengkung
dengan mudah dan sendi faset hanya dapat sedikit menahan kompresi.
Akibatnya adalah dapat mengakibatkan herniasi. Ketika diskus hanya
menonjol, anulusnya masih sempurna. Ketika terjadi herniasi, annulus bisa robek,
sehingga menghasilkan ekstrusi dari nucleus pulpous. Kompresi dari akar saraf
tulang belakang dapat terjadi karena herniasi diskus tadi. Diskus yang
memisahkan dan memberi bantalan vertebra mendapatkan inervasi oleh ujung-
ujung halus. Ketika diskus menimpa nervus sklialitikus, kondisi ini dan denyut
nyeri yang dihasilkan disebut sebagai skiatika. Skiatika adalah bentuk nyeri yang
parah dan konstan di dareah kaki yang muncul disepanjang jalur nervus skiatik
dan cabang- cabangnya.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah
tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal
bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan
degenerasi terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan
sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari
kanalis spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah menderita hernia
nucleus pulposus ( Brunner & Suddarth, 2002 : 2321 ).
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing- masing
seperti beberapa contoh dibawah ini:
a. LBP akibat sikap yang salah
Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang. kaku dan
tidak enak namun lokasi tidak jelas.
Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah
lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna,
walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak
enak
7
Lordosis yang menonjol
Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon
Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.
6. Penata Laksanaan
Nyeri pinggang dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan, istirahat dan
modalitas. pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk
jangka waktu pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan
interaksi obat. Tidak dianjurkan penggunaan muscle relaxan karena memiliki efek
depresan. Namun pada pasien dengan depresi premorbid atau timbul depresi akibat
rasa nyeri, penggunaan anti depresan dianjurkan. Untuk pengobatan simptomatis
lainnya, kadang memerlukan campuran antara obat analgesik, antiinflamasi, OAINS,
dan penenang (Sidharta, 2004).
Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring pada
alas keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung. Modalitas
dapat berupa kompres es, semprotan etil klorida, dan fluorimetan (Sidharta, 2004).
BAB III
Asuhan Keperawatan
8
A. Gambaran Kasus :
Seorang laki-laki yang berusia 78 tahun di panti werda sudah 2 tahun yang
ditempatkan diruang isolasi.klien mengeluhkan nyeri pada luka di punggung bagian
bawah pada saat pengkajian di pungggung ada luka dengan diameter 10 cm. kondisi
tubuh lemah, bau badan, kulit kusam, rambut kotor, bau mulut, kuku panjang.
pakaian tidak rapi, dan tidak ganti 2 hari. Makan dibantu oleh teman dekatnya yang
masih bisa beraktivitas, untuk BAB Dan BAK dilakukan ditempat tidur. hasil indeks
Katz skornya 3 ketergantungan Total, Hasil pengkajian Mini Mental State Exam 20
kerusakan mental berat, Risiko jatuh 9 yaitu risiko jatuh Sedang.
B. Pengkajian
Nama : Tn. A
Usia : 78 tahu
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : islam
Pekerjaan : wirausaha
Pendidikan : smp
Nomor Regiatrasi : 040430578
Tanggal Pengkajian : 15 des 2023
Diagnosa :-
Alamat : kp rambutan
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
a. Kepala
Inspeksi: rambut klien panjang dan hitam, rambut klien terlihat kotor
b. Mata
Inspeksi: bola mata klien simetris, konjung tiva pasien tidak anemis, sklera
klien tidak ikterik, reflek cahaya baik
c. Hidung
d. Telinga
e. Leher
f. Dada
g. Abdomen
h. Genetalia
i. Ekstremitas
Inspeksi: pasien lemas dan tidak bisa beraktivitas, aktivitas dibantu oleh
teman nya
j. Integumen
turgor kulit klien tidak elastis , kulit klien terlihat pucat, kulit kusam, tidak ada
clubbing fingers, tidak ada kelainan pada kulit
C. Analisa Data
Pasien mengeluh
nyeri pada luka Ada luka dengan Agen pencedera
Nyeri akut
dipunggung bagian diameter 10 cm fisiologi
bawah
Tampak makan
dibantu oleh
teman dekat nya
Pasien mengeluh yang masih bisa Gangguan Penurunan
sulit beraktifitas beraktifitas mobilitas fisik kekuatan otaok
Pasien BAB dan
BAK dilakukan
ditempat tidur
Pakaian tidak
rapih dan sudah 2
11
hari belum ganti
baju
D. Diagnosa Keperawatan
E. Intervensi Keperawatan
Identitas Jurnal
Nama Penulis Arief Efendi1, Nurul Halimah2
14