Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi

Potter & Perry, 2006 mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan
yang meningkatkan penampilan sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah keadaan ketika individu
mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan.

Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis. Pemenuhan kebutuhan keamanan
dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pasien, perawat atau petugas lainnya
yang bekerja untukpemenuhan kebutuhan tersebut (Asmadi, 2008)

Menurut koziar (2010), mengatakan bahwa keamanan adalah keadaan bebas dari segalah fisik fisiologis
yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, serta dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Sedangkan kenyamanan sebagai suatu keadaan terpenuhi kebutuhan dasar manusia
meliputi kebutuhan akan ketentraman, kepuasan, kelegaan dan tersedia.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

a. Emosi

Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan

b. Status mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya
resiko injury

c. Gangguan persepsi sensory

Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yangberbahaya seperti gangguan penciuman dan


penglihatan

d. Keadaan imunitas

Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang penyakit

e. Tingkat kesadarn

Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan

f. Gangguan tingkat pengetahuan

Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya

C. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan
biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak
juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur.

Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat
tersebut aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi
pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di
tangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer.
Bila tidak terkontrol, pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah
total dan berakibat hipoksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi
ini di namakan sindrom compartment (Brunner dan Suddarth). Trauma pada tulang dapat menyebabkan
keterbatasan gerak dan ketidak antara lain: nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan
otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di imobilisasi, seimbangan, fraktur terjadi
dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan
lunak seperti tendon, otot, ligamen dan pembuluh darah (Smeltzer dan Bare). Pasien yang harus
imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi mengakibatkan berkurangnyan kemampuan
perawatan diri. Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen tulang di pertahankan
dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak
mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi (Price
dan Wilson)

D. Tanda dan Gejala

Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :
a. Gejala dan tanda mayor :

Data subjektif : Mengeluh tidak nyaman

Data objektif : Gelisah


b. Gejala dan tanda minor
Data subjektif : Mengeluh sulit tidur, tidak mampu rileks, mengeluh kedinginan/kepanasan, merasa
gatal, mengeluh mual dan mengeluh lelah
Data objektif : Menunjukkan gejala distres, tampak merintih/menangis, pola eliminasi berubah, postur
tubuh berubah dan iritabilitas.
(SDKI,2016)

E. Pathway
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian sesuai fokus sesuai kasus

Perawat perlu mengkaji semua faktor yang mempengaruhi rasa nyaman, seperti faktor fisologis,
psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian terdiri atas dua komponen utama yakni,
riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien dan observasi langsung pada respons perilaku dan
fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap
pengalaman subjektif. (Mubarak & Cahyatin, 2008).

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan
kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah pasien sehingga dapat memberikan arah terhadap
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini
terbagi atas :
1) Pengumpulan Data

1. Identitas pasien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
Pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no register, tanggal MRS, diagnose medis

2. Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bias akut atau kronik
tergantung dari lamanya serangan. Untuk memeperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri
pasien digunakan :
(1) Provoking incident: apakah ada pristiwa yang menjadi factor presipitasi nyeri.
(2) Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien. Apakah seperti
terbakar, berdenyut, atau menusuk.
(3) Region: radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan
dimana rasa sakit terjadi.
(4) Severity (scale) of pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala nyeri
atau pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

(5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang
hari.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menetukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu
rencana tindakan terhadap pasien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga
nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena (Ignatavicius, Dona
D, 2006).

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama
tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit
paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu factor predisposisi
terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis, yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan
kanker tulang yang cendrung diturunkan secara genetik.

6. Riwayat Psikososial

Merupakan respon emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran pasien dalam keluarga
dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga
ataupun masyarakat.

7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat Pada kasus fraktur akan timbul ketidakuatan akan
terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup pasien seperti
penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, dan apakah pasien berolahraga
atau tidak.

(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada pasien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses
penyembuhan.

(3) Pola Aktivitas Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan pasien
menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji
adalah bentuk aktivitas pasien terutama pekerjaan pasien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan
beresiko untuk terjadinya fraktur.

(4) Pola Hubungan dan Peran Pasien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Karena pasien harus menjalani rawat inap.

(5) Pola Persepsi dan Konsep Diri Dampak yang timbul pada pasien fraktur yaitu timbul ketidakuatan
akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan atau melakukan aktivitas secara
optimal dan pandangan terhadap dirinya salah.

(6) Pola Sensori dan kognitif Pada pasien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indra yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak
mengalami gangguan.

(7) Pola Tata Nilai dan Keyakinan Untuk pasien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbataan
gerak pasien.

B. Diagnosa yang mungkin muncul

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yangberlangsung actual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons pasien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Diagnosa keperawatan ditegakan atas dasar data pasien. Kemungkinan diagnosa keperawatan pada
pasien fraktur adalah sebagai berikut :
1) Nyeri akut ( D.0077)
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolisme tubuh.
3) Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129)
Gangguan integritas kulit/jaringan adalah kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis) atau jaringan
(membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen).

4) Gangguan mobilitas fisik (D.0054)


Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri.
5) Defisit perawatan diri (D.0109)
Defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
6) Resiko infeksi (D.142)

Resiko infeksi yaitu beresiko mengalami penigkatan terserang organisme patogenik.


7) Resiko syok (D.0039)
Resiko syok adalah beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa.

C. Rencana Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai