Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOMILITIS

Salsabillah Ayu Ningrum (P07120320060)


Latar Belakang

Infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia. Salah satu
penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis umumnya
disebabkan oleh bakteri, namun jamur dan virus juga bisa menjadi penyebabnya.
Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra,tulang pelvic, tulang
tengkorak dan mandibula.
Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-anak dan
orang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan yang serius. Diagnosa
osteomielitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis penyakit dan juga gambaran
radiologik.
Konsep Dasar Osteomilitis

• Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang mencangkup sumsum dan atau korteks tulang, yang terjadi secara eksogen dan hematogen, akut
atau kronis, dan biasanya menyerang metafis tulang panjang.

• Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misal tonsil yang terinfeksi,
lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma
atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis. Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi
jaringan lunak (misal ulkusdekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalfraktur terbuka, cedera
traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang).
• Patofisiologi
Staphylococcusaureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai
pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin,
nosokomial, gram negative dan anaerobik.

• Tanda dan Gejala


Gejala Osteomielitis

Osteomielitis dapat terjadi secara akut atau kronis. Berikut ini adalah penjelasannya:
 Osteomielitis akut
Osteomielitis jenis ini terjadi secara mendadak dan berkembang dalam waktu 7–10 hari.
 Osteomielitis kronis
Osteomielitis kronis dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala selama beberapa bulan bahkan tahun, sehingga terkadang sulit untuk
dideteksi. Osteomielitis jenis ini juga dapat terjadi akibat osteomielitis akut yang sulit ditangani dan terjadi secara berulang untuk waktu
yang lama.
• Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
2. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
3. Pemeriksaan feses
4. Pemeriksaan biopsy tulang
5. Pemeriksaan ultra sound
6. Pemeriksaan radiologis
• Penatalaksanaan/Perawatan
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri.  Sesuai kepekaan penderita dan reaksi alergi
penderita
2. penicillin cair 500.000 milion unit IV  setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah.

7. Drainase bedah.

8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi hambatan aliran pembuluh balik.

9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.


Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Osteomielitis

• Pengkajian

1. Identitas Klien
2. Diagnosa Medis
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
 Riwayat Kesehatan Dahulu
 Riwayat Kesehatan Keluarga
 Riwayat Psikososial
.
5.Riwayat Pola Pemeliharaan Kesehatan Klien

 Persepsi dan Manajemen Kesehatan 


 Nutrisi – Metabolik
 Eliminasi
 Aktivitas – Latihan
 Istirahat – Tidur
 Seksual – Reproduksi
6.Riwayat Psikologi

 Kognitif – Persepsi
 Koping – Toleransi Stress
7. Riwayat Sosial

 Persepsi Diri – Konsep Diri


 Peran – Hubungan
8.Riwayat Spiritual

 Nilai Kepercayaan
9. Pemeriksaan Fisik

a. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus dari sinus disertai
nyeri.

b. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera,
infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.

c. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada osteomielitis akut)

d. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.

e. Identisikasi peningkatan suhu tubuh

f. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.
• Diagnosa keperawatan
 Nyeri akut berhubungan dengan : (D.0077)
1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi ( mis terbakar, bahan kimia, iritan)
3. Agen pencedera fisik ( mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong)
Ditandai dengan :
 Gejala dan tanda mayor
 Subjektif
1. Mengeluh nyeri
 Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif ( mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
 Gejala dan Tanda Minor

 Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
 Nyeri Kronis berhubungan dengan : (D.0078)
1. Kondisi muskuloskeletal kronis
2. Kerusakan sistem saraf
3. Penekanan saraf
4. Infitrasi tumor
5. Ketidakseimbangan neurotransmiter, neuromodulator, dan reseptor
6. Gangguan imunitas (mis. neuropati terkait HIV, virus varicella-zoster)
7. Gangguan fungsi metabolik
8. .Riwayat posisi kerja
9. Peningkatan indeks massa tubuh
10. Kondisi pasca trauma
11. Tekanan emosional
12. Riwayat Penganiayaan (mis. fisik, psikologis, seksual)
13. Riwayat pengobatan obat/zat
Ditandai dengan:
 Gejala dan Tanda Mayor
 Subjektif
1. Mengeluh nyeri
2. Merasa depresi (tertekan)
 Objektif
1. terbayang
2. Tampak Gelisah
3. Tidak mampu menyelesaikan aktivitas gejala
 Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif
1. Merasa takut mengalami cedera
 Objektif
1. Bersikap protektif (mis. posisi objektif menghindari nyeri)
2. Waspada
3. Pola tidur berubah
4. Anoreksia
5. Fokus menyempit
6. Berfokus pada diri sendiri
 Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif
1. Merasa takut mengalami cedera
 Objektif
1. Bersikap protektif (mis. posisi objektif menghindari nyeri)
2. Waspada
3. Pola tidur berubah
4. Anoreksia
5. Fokus menyempit
6. Berfokus pada diri sendiri
 Defisit Nutrisi berhubungan dengan : (D.0019)
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)
Ditandai dengan :
 Gejala dan Tanda Mayor
 Objektif
1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang gejala
 
 Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri perut
3. Nafsu makan menurun

 Objektif

1. Bising usus hiperaktif


2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sarlawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
 Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri perut
3. Nafsu makan menurun

 Objektif

1. Bising usus hiperaktif


2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sarlawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
 Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: (D.0054)
1. Kerusakan integritas struktur tulang
2. Perubahan metabolitas
3. Ketidakbugaran fisik
4. Penurunan kendali otot
5. Penurunan massa otot
6. Penurunan kekuatan otot
7. Keterlambatan perkembangan
8. Kekakuan sendi
9. Kontraktur
10. Malnutrisi
11. Gangguan muskuloskeletal
12. Gangguan neuromuskular
13. Indeks masa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18. Kecamasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan pergerakan
21. Gangguan sensoripersepsi
Ditandai dengan :
 Gejala dan Tanda Mayor
 Subjektif
1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
 Objektif
1. Kekuatan gerak menurun
2. Rentang (ROM) menurun
  Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
 Objektif

1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
 Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan : (D.0109)
1. Gangguan muskuloskeletal
2. Gangguan neuromuskuler
3. Kelemahan
4. Gangguan psikologis dan/atau psikotik
5. Penurunan motivasi/minat

Ditandai dengan :

 Gejala dan Tanda Mayor


 Subjektif
1. Menolak melakukan perawatan diri

 Objektif

1. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri


2. Minat melakukan perawatan diri kurang
 Risiko Infeksi berhubungan dengan : (D.0142)
Faktor Risiko
1. Penyakit kronis
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi Peningkatan
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
1) Gangguan peristaltik
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi ph
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) merokok
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respons inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
• Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada Osteomilitis Menurut (PPNI,2018)
a. Nyeri akut
Intervensi utama:
1) Manajemen Nyeri
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri.
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, menyalakan)
3. Fasilitasi işirahat dan tidur
4. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi

5. Jelaskan, periode, dan pemicu nyeri


6. Jelaskan strategi meredakan nyeri
7. Anjurkan memonitor secara mandiri
8. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
9. Ajarkan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

10. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


2). Pemberian Analgesik
Tindakan :
Observasi

1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi jenis analitis (mis. Narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
5. Monitor efektifitas analgesik

Terapeutik

6. Terapeutik Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesla optimal, jika perlu
7. Melakukan penggunaan infus kontinu, atau bolus oploid untuk mempertahankan kadar dalam serum
8. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien
9. Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak dinginkan
Edukasi
10. Jelaskan efek dan efek samping obat
Kolaborasi

11. Kolaborasi mempersembahkan dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi


b. Nyeri Kronis
Intervensi utama :
1) Manajemen Nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri.
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, menyalakan)
3. Fasilitasi işirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Perawatan Kenyamanan
Observasi
3. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis. mual, nyeri, gatal, sesak)
4. Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya
5. Identifikasi masalah dan spiritual
Terapeutik

1. Berikan posisi yang nyaman


2. Berikan kompres dingin atau hangat
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
4. Berikan pemijatan
5. Berikan terapi akupresur
6. Berikan terapi hipnosis
7. Dukung keluarga dan keterlibatan dalam terapi pengobatan
8. Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi/pengobatan yang diinginkan

Edukasi

9. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan


10. Ajarkan terapi relaksasi
11. Ajarkan latihan pernapasan
12. Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi terbimbing

Kolaborasi

13. Kolaborasi pemberian analgesik, antipruritus, antihistamin, jika perlu


c. Defisit Nutrisi
Intervensi utama :
1) Manajemen nutrisi
Tindakan: 
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6. Pantau asupan Monitor berat
7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan kebersihan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi pedoman diet (mis. piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
8. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
9. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

10. Kolaborasi mempersembahkan medikasi sebelum makan (mis.pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu
d. Gangguan Mobilitas Fisik
Intervensi utama :
1). Dukungan ambulasi
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi

Terapeutik

5. Fasilitasi aktivitas ambulasi, dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)


6. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk membentu pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi


2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari termapt tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
2) Dukungan Mobilisasi
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lalnnya
2. Identifikasi Toleransi fsik melakukan pergerakan
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
5. Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat tidur)
6. Fasllitasi melakukan pergerakan, jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
8. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
9. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
10. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk di tempat tidur, duduk di tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi).
e. Defisit Perawatan Diri
Intervensi utama :

1). Dukungan perawatan diri

Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi keblasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia

2. Monitor tingkat kemandirian

3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. suasana hangat, rileks, privasi)

2. Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)

3. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri

4. Fasilitasi untuk menerima keadaan mandiri

5. Fasilitasi kemandirian, jika tidak mampu melakukan perawatn diri


e. Defisit Perawatan Diri
Intervensi utama :

1). Dukungan perawatan diri

Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi keblasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia

2. Monitor tingkat kemandirian

3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan
Terapeutik

1. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. suasana hangat, rileks, privasi)

2. Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)

3. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri

4. Fasilitasi untuk menerima keadaan mandiri

5. Fasilitasi kemandirian, jika tidak mampu melakukan perawatan diri

6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri

Edukasi

1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan


2). Dukungan perawatan diri : BAB/BAK

Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia

2. Monitar integritas kulit pasien

Terapeutik

1. Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi


2. Dukung penggunaan toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten
3. Jaga privasi selama eliminasi
4. Ganti pakaian setelah eliminasi, jika perlu
5. Bersihkan alat bantu BAK/BAK setelah digunakan
6. Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
7. Sediakan alat bantu (mis. kateter eksternal, urinoir), Jika perlu
Edukasi

1. Anjurkan BAK/BAB secara rutin


2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu
3). Dukungan perawatan diri : Berpakaian
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi usia dan budaya dalam membantu cara/berhias

Terapeutik

2. Sediakan pakaian pada tempat yang mudah dicapai


3. Sediakan pribadi, sesuai kebutuhan
4. Fasilitasi pakaian, Jika perlu
5. Fasilitasi berhias (mis. menyisir rambut, merapikan kumis/jenggot)
6. Jaga privasi selama berpakaian
7. Tawarkan untuk laundry, jika perlu
8. Berikan pujian terhadap kemampuan berpakalan secara mandiri
Edukasi
1. Informaslkan pakaian yeng tersedia untuk dipilih, jika perlu
2. Ajarkan mengenakan pakaian, jika perlu
4) Dukungan perawatan diri : Makan/minum

Tindakan:

Observasi

1. Identifikasi diet yang lebih baik

2. Monitor kemampuan menelan

3. Monitor status hidrasi pasien, jika perlu

Terapeutik

4. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan

5. Atur posisi yang nyaman untuk makan/minum

6. lakukan kebersihan mulut sebelum makan, jika perlu

7. Letakkan makanan di sisi mata yang sehat

8. Sediakan sedotan untuk minum, sesuai kebutuhan


6. Siapkan makanan dengan suhu yang meningkatkan nafsu makan

7. Sediakan makanan dan minuman yang disukai

8. Berikan bantuan saat makan/minum sesuai tingkat kemandirian. jika perlu

9. Motivasi untuk makan di ruang makan, jika tersedia

Edukasi

10. Jelaskan posisi makanan pada pasien yang mengalami gangguan penglihatan dengan menggunakan arah
jarum jam (mis. sayur di jam 12, rendang di jam 3)
Kolaborasi

11. Kolaborasi pemberian obat (mis. antiemetik), sesuai indikasi


5) Dukungan perawatan diri: Mandi

Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan diri

2. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan

3. Monitor kebersihan tubuh (mis. rambut, mulut, kulit, kuku)

4. Memantau integritas kulit

Terapeutik

5. Terapeutik Sediakan peralatan mandi (mis. sabun, sikat gigi, sampo, pelembab kulit)
6. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
7. Fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan
8. Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
9. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
10. Memberikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
Edukasi

1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan


2. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien, jika perlu
f. Risiko infeksi
Intervensi utama :
1) Pencegahan infeksi
Tindakan :
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik

2. Batasi jumlah pengunjung


3. Berikan perawatan kulit pada area edema
4. Cuci tangan sebelum dan sebelum kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
5. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi

1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

7. Kolaborasi benar pemberian imunisasi, jika perlu


Implementasi

Sasaran pasien meliputi peredaan nyeri, perbaikan mobilitas


fisik dalam batas-batas terapeutik, kontrol dan eradikasi infeksi,
dan pemahaman mengenai program pengobatan.
Evaluasi

Hasil yang diharapkan:


1.Mengalami peredaan nyeri
2.Peningkatan mobilitas fisik
3.Tiadanya infeksi
4.Mematuhi rencana terapeutik
Penutup

• Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur pergerakan. Tulang manusia saling
berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang
optimum.
•  Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mampu memahami pembahasan teoritis tentang penyakit
Osteomielitis. Dan bagi perawat sendiri diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai
dengan kondisi klien yang di rawat. Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat yang tidak memberikan pelayanan
yang baik bagi klien.
Thank you ....
Daftar Pustaka
 

Brunner dan Suddarth. 2002. KeperawatanMedikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran. EGC; Jakarta

Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta. Media Hardy

Lukman dan Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Penerbit Salemba Medika; Jakarta

Andayani, Nitti. “Laporan Pendahuluan pada Pasien Osteomielitis”. 23 September 2011 adnyani.blogspot.com/2011/09/laporan-pendahuluan-pada-pasien-
dengan_4945.html

Paramita, Dian. “Asuhan KeperawatanOsteomielitis”. 19 September 2013 http://iamdian.blogspot.com/2013/09/asuhan-keperawatan-osteomielitis.html

Wibawa, Raras. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan KeperawatanOsteomielitis”. 17 Maret 2014 http://raraswibawanta.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai