Anda di halaman 1dari 16

osteomielitis masih merupakan permasalahan di negara kita karena tingkat higienis yang

masih rendah, pemahaman mengenai penatalaksanaan yang belum baik, diagnosis yang
sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronis, dan fasilitas
diagnostik yang belum memadai di puskesmas. Angka kejadian osteomielitis di Indonesia
pada saat ini masih tinggi sehingga kasus osteomielitis tulang dan sendi juga masih tinggi.
Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup
lama dan biaya yang tinggi. Banyak klien fraktur terbuka yang datang terlambat dan biasanya
datang dengan komplikasi osteomyelitis.
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medula tulang, baik karena infeksi piogenik
maupun non-piogenik, misalnya Mycobacterium tuberculosis.
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang
disebabkan oleh bakteri piogen yang mikroorganismenya berasal dari fokus di tempat lain
dan beredar melalui sirkulasi darah, Kelainan ini sering ditemukan pada anak-anak dan
sangat jarang pada orang dewasa. Diagnosis yang dini sangat penting karena prognosnis
bergantung pada pengobatan yang tepat dan segera.
Osteomielitis hematogen akut dapat disebabkan oleh:
1. Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh
Streptococcus hemolyticus
2. Haemophiltrs influenzae (5-50%) pada anak usia di bawah 4 tahun
3. Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa capsulata, pneumokokus, Salmonella
typhosa, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerob
yaitu Bacteroides fragilis
Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu:
1. Penyebaran umum melalui sirkulasi darah berupa bakteremia dan septikemia atau
melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal pada daerah-daerah
lain.
2. Penyebaran lokal (abses subperiosteal) akibat penerobosan abses melalui periosteum,
selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai di bawah kulit, penyebaran ke
dalam sendi sehingga terjadi artritis septik, atau penyebaran ke medula tulang
sekitarnya sehingga sistem sirkulasi dalam tulang terganggu. Hal ini menyebabkan
kematian tulang lokal dengan terbentuknya tulang mati yang disebut sekuestrun

patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut bergantung pada usia, daya tahan
klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui aliran darah dari fokus di
tempat lain dalam tubuh pada fase bakteremia dan dapat menimbulkan septikemia. Embolus
infeksi kemudian masuk ke dalam juksta epifisis pada daerah metafisis tulang panjang.
Proses selanjutnya adalah terjadi hiperemia dan edema di daerah metafisis disertai
pembentukan pus. Terbentuknya pus dalam tulang ketika jaringan tulang tidak dapat
berekspansi, menyebabkan tekanan dalam tulang meningkat. Peningkatan tekanan dalam
tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah
tulang dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Di samping proses yang disebutkan di
atas, pembentukan tulang baru yang ekstensif terjadi pada bagian

dalam periosteum

sepanjang diafisis (terutama pada anak-anak) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang
seperti peti mayat dengan jaringan sekuestrum di dalamnya. Proses ini terlihat jelas pada
akhir minggu kedua. Apabila pus menembus tulang, terjadi pengaliran pus (discharge) keluar
melalui lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada
tahap selanjutnya, penyakit akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada daerah
tulang kanselus, infeksi dapat terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang
membentuk abses tulang kronis

Berdasarkan usia dan pola vaskularisasi pada daerah metafisis dan epifisis, Chairudin Rasjad
membagi proses patologis osteomielitis akut menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Bayi. Adanya pola vaskularisasi fetus menyebabkan penyebaran infekii dari metafisis
dan epifisis masuk ke dalam sendi sehingga seluruh tulang termasuk persendian dapat
terkena. Lempeng epifisis biasanya lebih resisten terhadap infeksi.

Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan sistem
muskuloskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi pada
tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi anamnesis riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1.

Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:


a. Identitas: nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan asuransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan
metode PQRST:
Provoking Incident: Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predirposisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
Quality of Pain: Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat
menusuk.
Region, Radiation, Relief: Nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat,
nyeri tidak menjalar atau menyebar. Seoerity (Scale) of Pain: Nyeri yang
dirasakan klien secara subjektif antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.
Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
b. Riwayat penyakit sekarang. Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka
(kerusakan pembuluh darah, edema, hematoma, dan hubungan fraktur dengan
dunia luar sehingga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat
operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi
bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada osteomielitis kronis
penting ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis akut yang tidak
diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya proses supurasi
di tulang.
c. Riwayat penyakit dahulu. Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah
vertebra torako-lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur

urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus, malnutrisi, adiksi


obat-obatan, atau pengobatan dengan imunosupresif.
d. Riwayat psikososial spiritual. Perawat mengkaji respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga serta masyarakat,
respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga
maupun dalam masyarakat. Pada kasus osteomielitis, akan timbul ketakutan
terjadi kecacatan dan klien harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulang. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan
hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu
metabolisme

kalsium,

konsumsi

alkohol

yang

dapat

mengganggu

keseimbangan, dan apakah klien melakukan olahraga. Klien akan kehilangan


peran dalam keluarga dan dalam masyarakat karena klien menjalani rawat
inap. Dampak yang timbul pada klien osteomielitis yaitu timbul ketakutan akan
kecacatan akibat prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang
2.

salah (gangguan citra diri).


Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
a. Keadaan umum meliputi:
1) Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang
bergantung pada keadaan klien).
2) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada
kasus osteomielitis biasanya akut).
3) Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis dengan
komplikasi septikemia.
b. B1(Breathing). Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara napas
tambahan.
c. B2 (Blood). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan
nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan
S2 tunggal, tidak ada murmur.
d. B3 (Brain). Tingkat kesadaran biasanya kompos mentis.
1) Kepala
: Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada sakit kepala).
2) Leher
: Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, refleks
menelan ada).

3) Wajah

: Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau

bentuk.
4) Mata

: Tidak ada gangguarn seperti konjungtiva tidak anemis (pada

klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien


osteomielitis yang disertai adanya malnutrisi lama biasanya mengalami
konjungtiva anemis.
5) Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
6) Hidung
: tidak ada deformitas , tidak ada pernapasan cuping hidung
7) Mulut dan faring :
Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak ada
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
8) Status mental: Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya
status mental tidak mengalami perubahan.
9) Pemeriksaan saraf kranial:
a) Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
b) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.
c) Saraf III, IV, dan VI Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak
mata, pupil isokor.
d) Saraf V. Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah
dan refleks kornea tidak ada kelainan.
e) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan Wajah &
simetris.
f) Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi
g) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
h) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan Lan
trapezius.
i) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
10) Pemeriksaan refleks: Biasanya tidak terdapat refleks patologis.
e. B4 (Bladder). Purgkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik
dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada
sistem ini.
f. B5 ( Bowel). Inspeksi abdomen : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
Palpasi: Turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi: Suara timpani, ada pantulan
gelombang cairan, Auskultasi: Peristaltik usus normal (20 kali/menit).
Inguinal-genitalia-anus: Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak
ada kesulitan defekasi. Pola nutrisi dan metabolisme: Klien osteomielitis harus
mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi,
protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi
tulang.

Evaluasi

terhadap

penyebab
dari

pola

masalah

nutrisi

nutrisi

klien

muskuloskeletal

yang

tidak

dapat
dan

adekuat,

membantu

menentukan

mengantisipasi

komplikasi

terutama

kalsium

atau

protein.

Masalah nyeri pada osteomielitis menyebabkan klien kadang mual


atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi:
Tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi,
konsistensi, wama, serta bau feses. Pada pola berkemih, dikaji frekuensi,
kepekatan, wama, bau, dan jumlah urine.
g. B6 (Bone). Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di
tulang dan osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu
fungsi

motorik

karena

adanya

klien.
luka

Kerusakan

disertai

integritas

dengan

jaringan

pengeluaran

pus

pada

kulit

atau

cairan

bening berbau khas.


h. Look. Pada osteomielitis hematogen akut akan ditemukan gangguan
pergerakan
bertambah

sendi
berat

karena
bila

pembengkakan

terjadi

spasme

lokal.

sendi

dan

gangguan

Gangguan

pergerakan

sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi (artritis septik).
Secara umum, klien osteomielitis kronis menunjukkan adanya luka khas yang
disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang berasal dari tulang
yang mengalami infeksi dan proses supurasi. Manifestasi klinis osteomielitis
akibat
fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri, pembengkakan pada
daerah fraktur, dan sekresi pus pada luka.
i. Feel. Kaji adanya nyeri tekan.
j. Move. Pemeriksaan ini menentukan

apakah

ada

gangguan

gerak

(mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
Pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan/ keterbatasan gerak sendi
pada osteomielitis akut.
1) Pola tidur dan istirahat.
nyeri

sehingga

Pengkajian

dapat

yang

Semua

mengganggu

dilakukan

klien
pola

adalah

osteomielitis
dan
lama

merasakan

kebutuhan
tidur,

kebiasaan dan kesulitan serta penggunaan obat tidur.


2. Masalah keperawatan utama pada osteomyelitis adalah sebagai berikut
1. Nyeri
2. Kerusakan integritas

tidur.

suasana/

1. Nyeri berhubungan dengan proses supurasi di tulang dan pembengkakan sendi


Tujuan perawatan nyeri berkurang, hilang, atau teratasi
Kriteria hasil
: secara sbjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat
diatasi, mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri.
Klien tidak gelisah, skala nyeri (0-1 atau teratasi)
Intervensi
Mandiri
Kaji nyeri dengan skala 0-4

Rasional
Nyeri merupakan respons subjektif yang dapat
dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri bisnya di atas tingkat cidera

Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi


Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi nyei pada daerah nyeri sendi atau nyeri tulang
atau nyeri tulang yang mengalami infeksi
yang mengalami infeksi
Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, pergerakan
Bantu klien untuk mengidentifikasi paktor sendi
pencetus
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
Jelaskan dan bantu klien terkait dengan dan
tindakan
nonfarmakologi
lain
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan menunjukkan keefektifan dalam mengurangi
noninvasive
nyeri
Ajarkan
relaksasi:
tehnik
mengurangi
Tehnik ini melancarkan peredaran darah
ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi
intensitas nyeri dan meningkatkan relaksasi dan nyeri berkurang
masase
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut

Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke


hal-hal yang menyenangkan

Beri kesempatan untuk istirahat bila terasa Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga
nyeri dan beri posisi yang nyaman (mis., ketika meningkatkan kenyamanan
tidur, punggung klien diberi bantal kecil)
Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab Pengetahuan tersebut membantu mengurangi
nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri nyeri dan dapat membantu meningkatkan
akan berlangsung
kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik
KOLABORASI
Pemberian analgesik

Analgesic memblok lintasan nyeri, sehingga


nyeri akan berkurang.

2. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi ditulang,


luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
Tujuan perawatan dalam 7x24 jam integritas jaringan membaik secara optimal
Criteria hasil pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik,
pengeluaran pus pada`luka tidak ada lagi, luka menutup
Intevensi
Mandiri
Kaji kerusakan jaringan lunak

Rasional
Menjadi data dasar untuk member informasi
tentang intervensi perawatan luka, alat, dan
jenis larutan apa yang akan digunakan

Lakukan perawatan luka , lakukan perawatan Perawtan luka dengan teknik steril dapat
luka dengan teknik steril
mengurangi kontaminasi kuman langsung ke
area luka.
Kaji keadaan luka dengan tehnik membuka
balutan dan mengurangi stimulasi nyeri, bila
perban melekat kuat, perban diguyur dengan
NaCl

Manajemen membuka luka dengan mengguyur


larutan NaCl ke perban dapat menghindari
terjadinya perdarahan pada luka osteomilitis
kronis akibat perban yang kering oleh pus.

Tehnik membuang jaringan dan kumn diarea


Lakukan pembilasan luka dari arah dalam luka sehingga keluar dari area luka
keluar dengan cairan NaCl
NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih
Tutup luka dengan kasa steril atau kompres mudah diabsorbsi oleh jaringan daripada
dengan NaCl yang dicampur dengan antibiotic larutan antiseptic. NaCl yang dicampur dengan
ntibiotik dapat mempercepat penyembuhan
luka akibat infeksi osteomilitis
Jaringan
nekrotik
dapat
menghambat
Lakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah penyembuhan luka
mati
Member rasa nyaman pada klien dan dapat
Rawat luka setiap hari atau setiap kali bila membantu
meningkatkan
pertumbuhan
pembalut basah atau kotor
jaringan luka
Pengendalian infeksi nosokomial dengan
Hindari pemakaian peralatan perawatan luka menghindari kontaminasi langsung dari
yang sudah kontak dengan klien osteomielitis, perawatan luka yang tidak steril
jangan digunakan lagi untuk melakukan
perawatan luka pada klien lain
Pada klien osteomilitis dengan kerusakan
Gunakan perban elastic dan gips pada luka tulang stabilitas formasi tulang sangat labil.
yang disertai kerusakan tulang atau Gips dan perban elastic dapat membantu
pembengkakan sendi
memfiksasi dan memobiisasi sehingga dapat
mengurangi nyeri

Pemasangan perban elastic yang terlalu kuat


Evaluasi perban elastic terhadap resolusi dapat menyebabkan edema pada daerah distal
edema
dan juga menambah nyeri pada klien

Evaluasi
kerusakan
jaringan
dan
perkembangan petumbuhan jaringan dan
lakukan pertumbuhan intervensi bila pada
waktu
yang
ditetapkan
tidak
ada
perkembangan pertumbuhan jaringan yang
optimal
KOLABORASI
Kolaborasi dengan tim bedah untuk bedah
perbaikan pada kerusakan jaringan agar tingkat
kesembuhan dapat dipercepat

Adanya batasan waktu selam 7x24 jam dalam


melakukan perawatan luka klien osteomilitis
menjadi tolak ukur keberhasilan intervensi
yang diberikan. Apabil masih belum mencapai
criteria hasil, sebaiknya kaji ulang factor-faktor
yang menghambat pertumbuhan jaringan luka
Bedah perbaikan terutama pada klien fraktur
terbuka luas sehingga menjadi pintu masuk
kuman yang ideal. Bedah perbaikan biasanya
dilakukan setelah masalah infeksi osteomilitis
teratasi

Managemen untuk menentukan antimikroba


Pemeriksaan kultur cairan (pus) yang keluar yang sesuai dengan kuman yang sensitive atau
resisten terhadap beberapa jenis antibiotic
dari luka

Pemberian antibiotic/anti mikroba

Antimikroba yang sesuai dengan hasil kultur


(reaksi sensitive) dapat membunuh atau
mematikan kuman yang menginvasi jaringan
tulang.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan bebas dari hipertermia
Kriteria Evaluasi :
Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut, suhu tubuh normal, tidak mual, suhu tubuh
normal
Intervensi dan Rasionalisasi
No

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

1.

Pantau :
-

Suhu tubuh setiap 2 jam

Warna kulit

TD, nadi dan pernapasan

Memberikan dasar untuk deteksi hati

Hidrasi (turgor dan


kelembapan kulit

2.

3.

Lepaskan pakaian yang berlebihan

Lakukan kompres dingin atau


kantong es untuk menurunkan
kenaikan suhu tubuh.
Motivasi asupan cairan

4.

Pakaian yang tidak berlebihan dapat


mengurahi peningkatan suhu tubuh
dan dapat memberikan rasa nyaman
pada pasien
Menurunkan panas melalui proses
konduksi serta evaporasi, dan
meningkatkan kenyaman pasien.
Memperbaiki kehilangan cairan akibat
perspirasi serta febris dan
meningkatkan tingkat kenyamanan
pasien.

Kolaborasi :

Beriakn obat antipiretik sesuai


dengan anjuran

Antipiretik membantu mengontrol


peningkatan suhu tubuh

4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan


pengobatan.
Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit,
program pengobatan

Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang
Intervensi dan Rasionalisasi :
N
o

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

1.

2.

3.

Jelaskan tujuan pengobatan pada


pasien

Kaji patologi masalah individu.

Kaji ulang tanda / gejala yang


memerlukan evaluasi medik
cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba,
dispnea, distres pernapasan lanjut.

Kaji ulang praktik kesehatan yang


baik, istirahat.
4.

Mengorientasi program pengobatan.


Membantu menyadarkan klien untuk
memperoleh kontrol

Informasi menurunkan takut karena


ketidaktahuan. Memberika pengetahuan
dasar untuk pemahaman kondisi
dinamik

Berulangnya pneumotorak/hemotorak
memerlukan intervensi medik untuk
mencegah / menurunkan potensial
komplikasi.

Mempertahanan kesehatan umum


meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.rapeutik.

Kolaborasi :

Gunakan obat sedatif sesuai


dengan anjuran
5.

Banyak pasien yang membutuhkan obat


penenang untuk mengontrol ansietasnya

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
Tujuan / Hasil Pasien :
Pola tidur kembali normal
Kriteria Evaluasi :
Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur, pasien
menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
Intervensi dan Rasionalisasi :
No

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

1.

2.

Tentukan kebiasaan tidur yang


biasanya dan perubahan yang terjadi

Mengkaji perlunya dan


mengidentifikasi intervensi yang
tepat

Meningkatkan kenyamanan tidur


Berikan tempat tidur yang nyaman dan
serta dukungan fisiologis/ psikologis
beberapa milik pribadi, misalnya ;
bantal dan guling

3.

Buat rutinitas tidur baru yang


dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru

4.

Cocokkan dengan teman sekamar


Menurunkan kemungkinan bahwa
yang mempunyai pola tidur serupa dan teman sekamar yang burung hantu
kebutuhan malam hari
dapat menunda pasien untuk terlelap
atau menyebabkan terbangun

5.

Dorong beberapa aktifitas fisik pada


siang hari, jamin pasien berhenti
beraktifitas beberapa jam sebelum
tidur

Instruksikan tindakan relaksasi

Bila rutinitas baru mengandung


aspek sebanyak kebiasaan lama,
stres dan ansietas dapat berkurang

Aktivitas siang hari dapat membantu


pasien menggunakan energi dan siap
untuk tidur malam hari

Membantu menginduksi tidur

Memberikan situasi kondusif untuk

tidur
Kurangi kebisingan dan lampu
6.

7.

Pagar tempat tidur memberikan


keamanan dan dapat digunakan
untuk membantu merubah posisi
Gunakan pagar tempat tidur sesuai
indikasi, rendhkan tempat tidur bila
mungkin
Kolaborasi :

8.
Berikan sedatif, hipnotik sesuai
indikasi

Mungkin diberikan untuk membantu


pasien tidur atau istirahat selama
periode transisi dari rumah ke
lingkungan baru

9.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak


Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Kriteria Evaluasi :
Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan kelelahan dalam melakukan aktifitas,
berkurangnya nyeri.
Intervensi dan Rasionalisasi :
No

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

1.

Jelaskan aktivitas dan faktor yang


dapat meningkatkan kebutuhan
oksigen

Anjurkan program hemat energi


2.

Merokok, suhu ekstrim dan stre


menyebabkan vasokonstruksi
pembuluh garah dan peningkatan
beban jantung

Mencegah penggunaan energi


berlebihsn

3.

Buat jadwal aktifitas harian,


tingkatkan secara bertahap

Mempertahankan pernapasan lambat


dengan tetap mempertahankan
latihan fiisk yang memungkinkan
peningkatan kemampuan otot bantu
pernapasan

Respon abdomen melipuit nadi,


tekanan darah, dan pernapasan yang
meningkat
4.

Kaji respon abdomen setelah


beraktivitas
Kompres air hangat dapat
mengurangi rasa nyeri
Berikan kompres air hangat

5.

Meningkatkan daya tahan pasien,


mencegah keletihan

Beri waktu istirahat yang cukup


6.

7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang


Tujuan / Hasil Pasien :
Tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialami
Kriteria Hasil:
Mencapai waktu penyembuhan
Intervensi dan rasionalisasi:
No. Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri:

1.

Pertahankan system kateter steril;


berikan perawatan kateter regular
dengan sabun dan air, berikan salep
antibiotic disekitar sisi kateter.

Mencegah pemasukan bakteri dari


infeksi/ sepsis lanjut.

2.

Ambulasi dengan kantung drainase


dependen.

Menghindari refleks balik urine,


yang dapat memasukkan bakteri
kedalam kandung kemih.

Awasi tanda vital, perhatikan demam


ringan, menggigil, nadi dan pernapasan
cepat, gelisah, peka, disorientasi.

Pasien yang mengalami sistoskopi/


TUR prostate beresiko untuk syok
bedah/ septic sehubungan dengan
manipulasi/ instrumentasi

Observasi drainase dari luka, sekitar


kateter suprapubik.

Adanya drain, insisi suprapubik

5.

Ganti balutan dengan sering (insisi


supra/ retropublik dan perineal),
pembersihan dan pengeringan kulit
sepanjang waktu

Balutan basah menyebabkan kulit


iritasi dan memberikan media untuk
pertumbuhan bakteri, peningkatan
resiko infeksi luka.

6.

Gunakan pelindung kulit tipe ostomi

Memberikan perlindungan untuk


kulit sekitar, mencegah ekskoriasi
dan menurunkan resiko infeksi.

.
4.

meningkatkan resiko untuk infeksi,


yang diindikasikan dengan eritema,
drainase purulen.

Kolaborasi:

7.

Berikan antibiotic sesuai indikasi

Mungkin diberikan secara


profilaktik sehubungan dengan
peningkatan resiko infeksi pada
prostatektomi.

Anda mungkin juga menyukai