masih rendah, pemahaman mengenai penatalaksanaan yang belum baik, diagnosis yang
sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronis, dan fasilitas
diagnostik yang belum memadai di puskesmas. Angka kejadian osteomielitis di Indonesia
pada saat ini masih tinggi sehingga kasus osteomielitis tulang dan sendi juga masih tinggi.
Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup
lama dan biaya yang tinggi. Banyak klien fraktur terbuka yang datang terlambat dan biasanya
datang dengan komplikasi osteomyelitis.
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medula tulang, baik karena infeksi piogenik
maupun non-piogenik, misalnya Mycobacterium tuberculosis.
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang
disebabkan oleh bakteri piogen yang mikroorganismenya berasal dari fokus di tempat lain
dan beredar melalui sirkulasi darah, Kelainan ini sering ditemukan pada anak-anak dan
sangat jarang pada orang dewasa. Diagnosis yang dini sangat penting karena prognosnis
bergantung pada pengobatan yang tepat dan segera.
Osteomielitis hematogen akut dapat disebabkan oleh:
1. Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh
Streptococcus hemolyticus
2. Haemophiltrs influenzae (5-50%) pada anak usia di bawah 4 tahun
3. Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa capsulata, pneumokokus, Salmonella
typhosa, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerob
yaitu Bacteroides fragilis
Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu:
1. Penyebaran umum melalui sirkulasi darah berupa bakteremia dan septikemia atau
melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal pada daerah-daerah
lain.
2. Penyebaran lokal (abses subperiosteal) akibat penerobosan abses melalui periosteum,
selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai di bawah kulit, penyebaran ke
dalam sendi sehingga terjadi artritis septik, atau penyebaran ke medula tulang
sekitarnya sehingga sistem sirkulasi dalam tulang terganggu. Hal ini menyebabkan
kematian tulang lokal dengan terbentuknya tulang mati yang disebut sekuestrun
patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut bergantung pada usia, daya tahan
klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui aliran darah dari fokus di
tempat lain dalam tubuh pada fase bakteremia dan dapat menimbulkan septikemia. Embolus
infeksi kemudian masuk ke dalam juksta epifisis pada daerah metafisis tulang panjang.
Proses selanjutnya adalah terjadi hiperemia dan edema di daerah metafisis disertai
pembentukan pus. Terbentuknya pus dalam tulang ketika jaringan tulang tidak dapat
berekspansi, menyebabkan tekanan dalam tulang meningkat. Peningkatan tekanan dalam
tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah
tulang dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Di samping proses yang disebutkan di
atas, pembentukan tulang baru yang ekstensif terjadi pada bagian
dalam periosteum
sepanjang diafisis (terutama pada anak-anak) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang
seperti peti mayat dengan jaringan sekuestrum di dalamnya. Proses ini terlihat jelas pada
akhir minggu kedua. Apabila pus menembus tulang, terjadi pengaliran pus (discharge) keluar
melalui lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada
tahap selanjutnya, penyakit akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada daerah
tulang kanselus, infeksi dapat terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang
membentuk abses tulang kronis
Berdasarkan usia dan pola vaskularisasi pada daerah metafisis dan epifisis, Chairudin Rasjad
membagi proses patologis osteomielitis akut menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Bayi. Adanya pola vaskularisasi fetus menyebabkan penyebaran infekii dari metafisis
dan epifisis masuk ke dalam sendi sehingga seluruh tulang termasuk persendian dapat
terkena. Lempeng epifisis biasanya lebih resisten terhadap infeksi.
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan sistem
muskuloskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi pada
tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi anamnesis riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1.
kalsium,
konsumsi
alkohol
yang
dapat
mengganggu
3) Wajah
bentuk.
4) Mata
Evaluasi
terhadap
penyebab
dari
pola
masalah
nutrisi
nutrisi
klien
muskuloskeletal
yang
tidak
dapat
dan
adekuat,
membantu
menentukan
mengantisipasi
komplikasi
terutama
kalsium
atau
protein.
motorik
karena
adanya
klien.
luka
Kerusakan
disertai
integritas
dengan
jaringan
pengeluaran
pus
pada
kulit
atau
cairan
sendi
berat
karena
bila
pembengkakan
terjadi
spasme
lokal.
sendi
dan
gangguan
Gangguan
pergerakan
sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi (artritis septik).
Secara umum, klien osteomielitis kronis menunjukkan adanya luka khas yang
disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang berasal dari tulang
yang mengalami infeksi dan proses supurasi. Manifestasi klinis osteomielitis
akibat
fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri, pembengkakan pada
daerah fraktur, dan sekresi pus pada luka.
i. Feel. Kaji adanya nyeri tekan.
j. Move. Pemeriksaan ini menentukan
apakah
ada
gangguan
gerak
(mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
Pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan/ keterbatasan gerak sendi
pada osteomielitis akut.
1) Pola tidur dan istirahat.
nyeri
sehingga
Pengkajian
dapat
yang
Semua
mengganggu
dilakukan
klien
pola
adalah
osteomielitis
dan
lama
merasakan
kebutuhan
tidur,
tidur.
suasana/
Rasional
Nyeri merupakan respons subjektif yang dapat
dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri bisnya di atas tingkat cidera
Beri kesempatan untuk istirahat bila terasa Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga
nyeri dan beri posisi yang nyaman (mis., ketika meningkatkan kenyamanan
tidur, punggung klien diberi bantal kecil)
Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab Pengetahuan tersebut membantu mengurangi
nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri nyeri dan dapat membantu meningkatkan
akan berlangsung
kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik
KOLABORASI
Pemberian analgesik
Rasional
Menjadi data dasar untuk member informasi
tentang intervensi perawatan luka, alat, dan
jenis larutan apa yang akan digunakan
Lakukan perawatan luka , lakukan perawatan Perawtan luka dengan teknik steril dapat
luka dengan teknik steril
mengurangi kontaminasi kuman langsung ke
area luka.
Kaji keadaan luka dengan tehnik membuka
balutan dan mengurangi stimulasi nyeri, bila
perban melekat kuat, perban diguyur dengan
NaCl
Evaluasi
kerusakan
jaringan
dan
perkembangan petumbuhan jaringan dan
lakukan pertumbuhan intervensi bila pada
waktu
yang
ditetapkan
tidak
ada
perkembangan pertumbuhan jaringan yang
optimal
KOLABORASI
Kolaborasi dengan tim bedah untuk bedah
perbaikan pada kerusakan jaringan agar tingkat
kesembuhan dapat dipercepat
Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri :
1.
Pantau :
-
Warna kulit
2.
3.
4.
Kolaborasi :
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang
Intervensi dan Rasionalisasi :
N
o
Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri :
1.
2.
3.
Berulangnya pneumotorak/hemotorak
memerlukan intervensi medik untuk
mencegah / menurunkan potensial
komplikasi.
Kolaborasi :
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
Tujuan / Hasil Pasien :
Pola tidur kembali normal
Kriteria Evaluasi :
Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur, pasien
menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
Intervensi dan Rasionalisasi :
No
Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri :
1.
2.
3.
4.
5.
tidur
Kurangi kebisingan dan lampu
6.
7.
8.
Berikan sedatif, hipnotik sesuai
indikasi
9.
Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri :
1.
3.
5.
Rasionalisasi
Mandiri:
1.
2.
5.
6.
.
4.
Kolaborasi:
7.