DAFTAR ISI................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A.
Latar belakang....................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
C.
Tujuan................................................................................................................. 2
1.
Tujuan Umum.................................................................................................... 2
2.
Tujuan Khusus................................................................................................... 2
A.
1.
a.
Pengertian....................................................................................................... 10
b.
Klasifikasi....................................................................................................... 10
c.
Jenis hipertensi................................................................................................. 11
d.
Etiologi.......................................................................................................... 12
e.
Patofisiologi.................................................................................................... 13
f.
Fathway.......................................................................................................... 14
g.
i.
Pemeriksaan penunjang....................................................................................... 17
j.
Penatalaksanaan................................................................................................ 17
k.
Komplikasi...................................................................................................... 20
3.
Pengertian....................................................................................................... 21
b.
1)
Tahap Pengkajian.............................................................................................. 22
2)
Tahap Diagnosa................................................................................................ 29
4)
5)
Tahap Evaluasi................................................................................................. 35
A.
Kesimpulan........................................................................................................ 50
B.
Saran................................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 51
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia.
Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke
waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup
modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat,
merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir
sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat
dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi.
Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit
non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih
mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi.
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan
140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90
mmHg(Anindya,2009).
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin,
semua orang bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya.
Hipertensi juga dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak,
jantung,ginjal,aorta,pembulu darah perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit
seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi
bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke
atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah. Hipertensi perlu
dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat
dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep dasar teori keluarga?
2. Bagaimana Konsep teori hipertensi?
3. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan keluarga hipertensi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep keluarga dan hipertensi dan bagaimana konsep Asep
keluarga hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Konsep dasar teori keluarga.
b. Mengetahui Konsep teori hipertensi.
c. Mengetahui Konsep asuhan keperawatan keluarga hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep teori
1. Konsep Dasar Teori Keluarga
a. Pengertian Keluarga
1) Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua / lebih individu yang
dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki /tidak memiliki
hubungan darah / hukum yang mencirikan orang tersebut kedalam satu
keluarga (Whall, 1986).
2) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
3) Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
perkawinan, ada hubungan darah /adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Friedman, 1998).
b. Bentuk-bentuk Keluarga
1) Menurut Susman (1974) & Maclin (1988)
a) Keluarga Tradisional
(1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anakanak yang hidup dalam rumah tangga yang sama
(2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari penceraian, pisah
atau ditinggalkan
(3) Pasangan inti,hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka
(4) Bujang dewasa yang tinggal sendirian
(5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah
dan istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau bekerja
(6) Jaringan keluarga besar,terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota keluarga yang tidak menikah, hidup berdekatan dalam
daerah geografis
b) Keluarga Non tradisional
3
(1)
(2)
(3)
(4)
monogamy
dengan
anak-anak,
secara
bersama
anggota
keluarga
serta
menjamin
pemenuhan
kebutuhan
d. Tugas keluarga
Tugas
keluarga
merupakan
pengumpulan
data
yang
berkaitan
dengan
keperawatan
Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
Melakukan tindakan promotif secara aktif
Tugas:
a) Mempertahankan keintiman pasangan
b) Membantu anak untuk mandiri
c) Mempertahankan komunikasi
d) Memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu
e) Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggal anak
8) Tahap VIII, Keluarga dengan tahap berdua kembali
Tugas:
a) Menjaga keintiman pasangan
b) Merencanakan kegiatan yang akan datang
c) Tetap menjaga komunikasi dengan anak dan cucu
d) Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
9) Tahap IX, Keluarga dengan tahap masa tua
Tugas:
a) Saling memberikan perhatian yang menyenangkan antar pasangan
b) Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
c) Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti dengan
berolahraga, berkebun, mengasuh cucu
d) Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan adanya kehidupan
yang kekal setelah kehidupan ini
g. Level Pencegahan Perawatan keluarga
Pencegahan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensi yaitu
1) Pencegahan primer (primary prevention)
2) Pencegahan sekunder (secondary prevention)
3) Pencegahan tersier (tertiary prevention)
b. Klasifikasi
Join nation comitten on decetion evulition and treatment of high blood pressure,
badan penelitian hipertensi di amerika serikat, menentukan batasan tekanan darah
yang berbeda. Pada laporan tahun 1993, dikenal dengan sebutan JPC-V, tekanan
pada orang dewasa berusia 18 tahun diklasifikasikan sbb.:
Kriteria
1.
2.
3.
Normal
Perbatsan (High normal)
Hipertensi
Derajat 1 : Ringan
Derajat 2 : Sedang
Derajat 3: Berat
Derajat 4: Sangat Berat
Tekanan Darah
Sistoli
diastol
k
<130
130-
ik
<85
85-89
13
9
140-
90-99
10010
15
9
110-
9
160-
11
17
9
120
9
18020
9
210
c. Jenis hipertensi
1) Hipertensi primer
hipersensipitas
sistim
saraf
simpatis
aldosterolime
primer
d. Etiologi
Pada umunnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
sebagai respons peningkatan curah jantung atau peningkatan tekenan perifer.
Akan tetapi, ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetic: respon neurologi terhadap sters atau kelainan ekskresi atau traspor na
2) Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengkibatkan
tekanan darah meningkat.
11
12
f. Fathway
Faktor predisposisi
Kelenjar medulla
adrenal juga
terangsang untuk
menyekresi epinefrin
Memperkuat
Vasokontriksi pembuluh
darah
Penurunan aliran darah ke
Retensi natrium dan air di tubulus
ginjal
Peningkatan volume
intravaskular
Pelepasan renin
Peningkatan resistensi terhadap pemompaan
darah ventrikel
Merangsang pembentukan angiotensin I menjadi
angiotensin
Peningkatan beban kerja
jantung II
Hipertensi
Sistemik
Obstruks
i kepala
Nyeri
Stroke
pembulu
hemoragik
Koroner
Peningkatan
afterload
Gagal
Vasokontriksi
ginjal
Diagnosa
Penurunan
suplai
keperawatan
: Nyeri
oksigen ke koroner
akut dan intoleransi
aktivitas
iskemik
miokard
13
Otak
Ginjal
Disfungsi ginjal
Nyeri dada
Diagnosa
keperawatan :
Diagnosa keperawatan :
Penurunan curah jantung
nyeri akut
14
Pada pemerikasan fsik, tidak dinumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah dan kasus berat, edema pupil (
esema pada diskus optikus).
Keterlibatan pembuluh darah otak akan menimbulkkanstroke atau seranagn
iskemik transien (transient ischemic attack, TIA). Yang bermanifestasi sebagai
paralisis sementera pada saut sisi (hemiplegia). Atau gangguan tajam penglihatan.
( smeltzer).
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada
setiap orang, behkan terkadang timbula tampa gejala. Secaara umum gejala yang
dikeluhkan oleh penderita hipertensi adalah sbb:
1) Sakit kepala
2) Rasa pegal dan tijak nyaman pada tengkuk
3) Perasan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh.
4) Berdebar atau setak jantung cepat
5) Teling berdenging.
Crowin (2000) menyebut bahwa sebagian sebagian besar gejala klinis timbul
ginjalsetelah mengalami hipertensi bertahun-tahun. Berupa:
1) Nyeri kepala saat terjaga, terkadang di sertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakarnial.
2) Penglihatan kabur akibat kekrudakan retina akibat hipertensi.
3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf fusat.
4) Noktoria karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan pupiler
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, pusing, muka
merah, sakit kepala, keluar darah darih hidung secar tiba-tiba, tengkuk terasa
ppagal dan lain-lain.
15
i. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
a) Albuminuria pada hipertensi Karen kelainan parenkim ginjal
b) Kreatinin serum dan BUN meningakt pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal, ginjal dengangagal ginjalakut.
c) Darah perifer lengakap.
d) Kimia darah ( kalium,natrium, kreatinin, gula darah puasa).
2) EKG
a) Hipertropi ventrikel kiri
b) Iskemia atau infark miokard
c) Peninggian gelombang P
d) Gangguan konduksi
3) Foto tontgen
a) Betuk dan besar janturng noothing dari iga pada koraktasi aorta.
b) Pembendungan, lebarnya paru.
c) Hipertropi parenkim ginjal
d) Hipertrofi vesicular ginjal
j. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalkasanan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortaliata serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekana sistolik dibawah
140 mmhg dan tekana diatolik dibawah 90mmhg dan mengontrol factor resiko.
Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat anti
hipertensi.
Ponata laksanaan factor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara nonfarmokologis. Antara lain:
1) Pengaturan diet.
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan/atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki
keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan:
16
a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada
klien hipertensi.
menngurangi
sti,ulasi
system
renin-angiotensin
sehingga
sangat
3) Olah raga
Olah raga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda, bermanafaat
untuk menurunkan tekan darah dan memperbaiki keadaan jantung. Olahraga
isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, fasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak
3-4 kali dalam satu Minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan
17
k. Komplikasi
1) Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekan darah tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajang
tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis. Apibila
arteri yang memperdayai otak mengalami hipetropi dan penebalan, sehingga
aliran darah ke area otak yang diperdarai berkurang. Arteri otak yang
mengalami
ateroslerrosis
dapat
melemah
sehingga
meningkatkan
19
3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
ada kapiler glomerulus ginjal. Dengan merusaknya glomerulus aliran darah
ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut kehipoksik dan kematian.
Demam rudaknya membran glomerulus protein akan keluar melalui urun
sehingga tekan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema
yang sering dijumpai pada hipertensi kronis
4) Ensifalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
(malighna) atau hipertensi yang meningkat, cepat, danberbahaya. Tekanan
yang sangat tinggi pada Kelantan ini menyebabkan pemingkatan kapiler dan
mendorong cairan keruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat Neuron
disekitarnya kolaps dan terjadi, serta kematian.
5) Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil akibat perpusi plasenta yang tidak adekuat
kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang
selama atau sebelum proses persalinan.
3. Konsep asuhan keperawatan keluarga
a. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks gengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga
Tahapan dari proses keperawatan keluaarga meliputi
1) Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga.
a) Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah:
(1) Mengidentifikasi data demografi dan sosio kultural
(2) Data lingkungan
(3) Struktur dan fungsi keluarga
(4) Stres dan strategi koping yang digunakan keluarga
(5) Perkembangan keluarga
b) Yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota
keluarga adalah:
(1) Fisik
(2) Mental
(3) Emosi
(4) Sosial
20
(5) Spirtual
2) Perumusan diagnosis keperawatan.
3) Penyusun perencanaan
Perencanaan disusun dengan menyusun prioritas menetapkan tujuan,
identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keperawatan.
4) Pelaksanaan asuhan keperawatan
Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumbersumber daya yang ada di keluarga, masyarakat dan pemerintah
5) Evaluasi
Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan.
b. Tahap-tahap Asuhan Keperawatan
1) Tahap Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan
metode :
a) Wawancara keluarga
b) Observasi fasilitas rumah
c) Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
d) Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dan
sebagainya.
Hal-hal yang perlu di kaji dalam keluarga adalah:
a) Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
(1) Nama kepala keluarga (KK)
(2) Alamat dan telepon
(3) Pekerjaan kepala keluarga
(4) Pendidikan kepala keluarga
(5) Komposisi Keluarga
(6) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah2 yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
(7) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebutserta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
(8) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg dapat
mempengaruhi kesehatan.
21
22
yang
meliputi
kebiasaan,
lingkungan
fisik,
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
(2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
dan perilaku.
(3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga
didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu
keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota
yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat.
Hal-hal yang di kaji sejauhmana keluaarga melakukan pemenuhan
tugas perawatan keluarga adalah:
(a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga
mengetahui mengenai fakta2 dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan
mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
(b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yg tepat, hal yang perlu dikaji
adalah:
(1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat
dan luasnya masalah
(2) Apakah masalah kesehatan di rasakan oleh keluarga
24
mengetahui
(sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa
perawatannya)
(1) Sejauh mana
keluar
mengetahui
keadaan
dan
cara
tentang sifat
dan
keluarga
melihat
keuntungan
/manfaat
pemeliharaan lingkungan
3) Sejauh mana keluarga mengetahui Pentingnya higiene
sanitasi
4) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga
(e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
keluarga
25
26
2) Tahap Diagnosa
a) Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang
akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi
perawatan keluarga.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari:
(1) Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala
dari gangguan kesehatan. Sebagai contoh:
(a) Gangguan nutrisi
Kurang dari kebutuhan pada balita (Anak N), keluarga Bapak Y
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga
merawat
27
ketidakmampuan
keluarga
mengenal
masalah
komunikasi.
(b) Risiko gangguan perkembangan pada balita (Anak N) keluarga
Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
melakukan stimulasi terhadap balita.
(c) Risiko gangguan pergerakkan pada lansia ( Ibu Y) keluarga
Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak
(3) Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk diagnosa
keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.
Sebagai contoh:
(a) Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu
M) keluarga Bapak K.
(b) Potensial peningkatan status kesejahteraan pada bayi keluarga
Bapak X.
(c) Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru
menikah keluarga Bapak I.
(4) Menetukan
Prioritas
Masalah
Keperawatan
Keluarga
Kriteria
1.
Sifat Masalah
Skor
Bobot
Skala:
-
Ancaman kesehatan
Keadaan Sejahtera
28
2.
Kemungkinan Masalah
3.
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
4.
Skala:
Skala:
-
Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya Masalah
Skala:
- Masalah berat harus segera ditangani
-
Skoring:
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.
2. Skore dibagi dengan angkat tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.
Catatan : skor dihitung bersama-sama dengan keluarga.
Skor
Angka
tertinggi
Bobot
29
30
5) Tahap Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, dilakukan penilaian
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana
baru yang sesuai.
Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu
kali kunjungan ke keluarga.
Untuk dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:
S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga mengatakan nyerinya
berkurang.
O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan, misalnya : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis.
P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga
pada tahapan evaluasi .
Tahapan Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan keperawatan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir
32
BAB III
STUDI KASUS
TANGGAL 7 OKTOBER 2007
1. Pengkajian
DATA UMUM
Nama kepala keluarga: Bpk Jen
Usia
: 46 Thn
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: RT 05 Desa Labulia Kecamatan JONGGAT.
Daftar anggota keluarga
NAM
L/P
Usia
Hubu
pend
pekerj
Status
aa
kes
ehat
an
a
Jen
Tika
L
P
46
39
KK
Istri
n
S1
SMP
Pns
Irt
Sehat
Sakit
Hip
erte
Wiwi
21
Anak
S1
Pelaja
nsi
Sehat
33
k
Waw
16
Anak
SM
a
n
Atin
r
Pelaja
A
P
10
Anak
SD
Sehat
r
Pelaja
Sehat
r
Roky
Anak
sehat
a
n
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Meninggal laki-laki
: Perempuan
: Meninggal Perempuan
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah menonton TV dan kadangkadang pergi rekreasi ke tempat liburan.
2. Riwayat Perkembangan keluarga
a. Saat ini keluarga bapak jen berada pada fase keluarga dengan usia produktif
(pasangan usia subur)
34
c.
d.
35
4.
Struktur Keluarga
a.
b. Fungsi Sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik. Keluarga
juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada dalam
masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit hipertensi,
hal ini ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah kesehatan
akibat penykakit hipertensi , kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan juga
terbatas karena keluarga tidak mengetahui secara luas tentang masalah yang terjadi
pada penyakit hipertensi keluarga tidak mengetahui langkah-angkah yang harus
dilakukan dalam mencegah hipertensi.
d. Fungsi reproduksi
Bpk. Jen berusia 46 Thn dan Ibu TikA 39 Thn merupakan usia Produktif keluarga
menggunakan kontrasepsi Sunik.
e. Fungsi Ekonomi
Bpk. Jen bekerja sebagai PNS dan ibu dia sebagai ibu rumah tangga memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari
6. Stres dan Koping Keluarga
a. Stressor yang dimiliki
Stressor yang dirasakan oleh keluarga Bpk. Jen adalah penyakit Hipertensi yang
diderita Istrinya
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan penyakit yang di derita oleh istrinya karena
sudah berobat ke putu
c. Strategi koping yang digunakan
Keluarga biasanya berdiskusi dalam menghadapi masalah
d. Strategi adaptasi disfungsional
Ibu tika sejak dinyatakan menderita hipertensi merasakan sampai sekarang
penyakitnya belum sembuh.
7. Pemeriksaan fisik
37
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, terutama yang diidentifikasi
sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawanan keluarga.
a. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum ibu Tika masih kuat, dan badannya sedang dan makan minum masih
dalam batas normal. TTV 150/100 mmHg, RR 18X/menit, Suhu 36,50C, BB 64 Kg.
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
1) Kepala leher. Pada pemeriksaan kepala tidak di temukan kelainan bentuk kepala
normal
2) Leher. Pada leher tidak namapak adanya peningkatan vena jugularis dan arteri
carotis tidak teraba adanya pembesarankelenja tiroid.
3) Mata.konjungtiva tidak terlihat anemia, tidak ada katarak, penglihatan masih baik.
4) Telinga. Pendengaran masih normal.
5) Hidung. Tidak ada kelainan yang ditemukan.
6) Mulut tidak ada kelainan di mulutnya
7) Dada. Pergerakan dada simetris suara jantung normal.
8) Abdomen. Pada pemriksaan abdomen tidak ditemukan adanya pembesaran hepar,
tidak kembung, pergerakan peristaltik usus baik, dan tidak ada bekas luka operasi
9) Ekstremitas atas dan bawah. Pada ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat
edema, tidak terjadi kelumpuhan, dan dari keempat ekstremitas mampu
menggerakkan persendian, mampu mengangkat dan melipat persendian secara
sempurna.
8. Harapan keluarga
Keluarga Bpk Jen berharap TD istrinya tetap dalam nilai yang normal sehingga dapat
melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman, dan tidak akan terjadi akibat yangburuk
dari hipertensi yang diderita istrinya.
ANALISA DATA
NO
Data
Etiolog
Masalah
i
Data subjektif:
a. Bpk. Jen mengatakan ibu
Nyeri
Tekanan darah
38
pusing,
dan
meningkat
sakit
Kurang
pengetahuan
keluarga tentang
d. Makanan
ibu
Tika
sama
merawat anggota
keluarga yang
sakit
Tika
terlihat
sering
kepala
bagian
memegangi
badan
(TB)155
cm.
2) Oleh perawat pustu ibu
tika
diberikan
obat
hipertensi.
3) Keluarga tidak mampu
39
mengontrol
makan
ibu
etika.
Data subyektif
Cemas
pengetahuan
cara
ibu
khawatir
mengenal
tika
Kurang
keluarga tentang
merawat anggota
tensinya
akan
bertambah tinggi.
3. Bpk
Jen
dan
keluarga
mengatakan
kurang
ibu
tika
sama
pernafasan
18
2. Diagnosa keperawanan.
1) Gangguan rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
40
KRITERIA
PERITUNGA
O
1
SCOR
N
Sifat masalah
tidak /ancaman
x1
E
1
kesehatan
2
Kemungkinan
masalah dapat
PEMBENARAN
serebral
2
x2
diubah sebagian
3
Potensial
masalah untuk
x1
dicegah cukup
tepat
3
Menonjolnya
masalah-masalah
x1
berat harus
segera ditangani
Jumlah
41
KRITERIA
PERHITUNNGA
O
1
SCORE
PEMBENARAN
N
2
Sifat masalah
keadaan masalah
x1
dapat memperburuk
keadaan
2
Kemungkinan
masalah dapat
x2
Pemberian penjelasan
yang tepat dapat
diubah sebagian
membantu menurunkan
rasa cemas
Potensial masalah
untuk dicegah
x1
Penjelasan dapat
membantu mengurangi
cukup
4
rasa cemas
1
Menonjolnya
masalah-masalah
x1
Keluarga menyadari
dengan mematuhi diet
tidak perlu
ditangani
42
DX.
NO
TUJUAN
KEP
KELUA
UMUM
KHUSU
KRITERI
RGA
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
STANDART
Setelah
Setelah
Demonstras
Keluarga
1.Berikan
dilakukan
dilakukan
dapat
pada
tindakan
kunjungan
mendemonstra
tentang
keperawata
rumah 3x
sikan
mengurangi/menceg
cara
mengurangi
teratasi/hila
an
dan mencegah
ng
keluarga
trerjadinya
mampu
nyeri
memberik
benar dengan
an
teknik
keperawat
relaksasi,
an
pada
kompres
Ibu
tika
dingin
dengan
penjelasan
keluarga
cara
ah terjadinya nyeri
2.
Demonstrasikan
pada
keluarga
tentang
cara
mengurangi nyeri
3.Berikan penjelasan
pada keluarga tentang
pada diet
yang
sesuai
dengan
nyeri
sekunder
menghindari
hipertensi
perubahan
posisi
secara
mendadak dan
pengobatan
secara teratur
4.
penderita
Anjurkan
keluarga
pada
untuk
mengkonsumsi
makanan
sesuai
Anjurkan pada
43
Anjurkan
pada
keluarga
memeriksakan
ibu
II
Setelah
Setelah
dilakukan
dilakukan
tindakan
kunjunnga
ke
keperawata
kesehatan
3x
diharapkan
diharapak
rasa
Demonstr
asi
rumah
takut n keluarga
- Periksa
Ungkapan
teratasi/hila
mampu
ng
memberik
an
tika
perawatan
relaks
pada
ibu
tika
1.Berikan penjelasan
Wajah ibu
tamapak
penderita hipertensi
yaitu diet rendah
garam, rendah lemak
dan kolesterol
2. Anjurkan pada
keluarga untuk
mengkonsumsi
makanan sesuai
dengan diet hipertensi
3. Anjurkan pada
keluarga untuk jadwal
tidur ibu tika
4. Anjurkan kepada
keluarga
memeriksakan ibu
etika secara teratur
Tanggal
Dx
Tujuan Khusus
Implementasi
TTD
Keperawatan
44
I, II
Setelah
kunjungan
diharapkan
mampu
perawatan
dilakukan 1.
rumah
benar,
dengan
teknik
bagian
menghindari
belakang
perubahan
dan
posisi
secara mendadak
2
Mendemonstrasikan
pada
menarik
ditahan
nafas
sebentar
panjang
kemudian
dilakukan
rumah
3x
keluarga
memberikan
Memberikan
penjelasan
pada
pola
Menganjurkan
pada
Catatan Perkembangan
45
No
1.
Tanggal
Dx
Keperawatan
I
Catatan Perkembangan
S :Keluarga
mengatakan
sudah
TTD
memahami
ibu
tika
dan
keluarga
untuk
2.
II
merawat
keluarga
hipertensi
dengan
46
ibu
tika
dan
keluarga
untuk
teratur
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang
abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang dipengaruhi oleh
banyak faktor risiko.
Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan
hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan
presentase 90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena
penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita
yang mengalami hipertensi primer tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi
hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis. Kontrol
pada penderita hipertensi sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
47
B. Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien dan keluarga yang menderita hipertensi
hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu, melakukan pola
gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan kebutuhan dan lainlain
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok,Wahit Iqbal. Dik. 2012. Ilmu keperawanan komunitas konsep dan teori aplikasi.
Jakarta: Salemba medika
48
49