Anda di halaman 1dari 24

CLINICAL PRACTICE GUIDELINES

STASE MUSCULOSKELETAL
RS PELAMONIA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA MIDDLE BACK PAIN WITH

MOBILITY DEVISITE ET CAUSA COSTO TRASVERSAL DYSFUNGSION

BUDI DARMAN

PO.715241202004

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

PROFESI JURUSAN FISIOTERAPI

1
TAHUN 2021

2
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Stase Fisioterapi Muskuloskeletal

Budi Darman
PO.715241202004

Dengan Judul :

“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA MIDDLE BACK PAIN WITH

MOBILITY DEVISITE ET CAUSA COSTO TRASVERSAL DYSFUNGSION ”

Periode 3 tanggal 28 Desember 2020 – 23 Januari 2021 di RS Pelamonia Makassar


telah disetujui oleh Pembimbing Lahan/Clinical Educator dan Preceptor.

Makassar, Januari 2021

Preceptor, Clinical Educator,

Sudaryanto.S.ST Ft, M.Fis Andi.Adriana, S.Ft.,Physio


NIP. 19610425 100604 1 008 NIP.19760620 200712 2001

3
A. PENDAHULUAN

Dalam praktek fisioterapi sering dijumpai adanya nyeri punggung (back pain) di mana

nyeri punggung ini hanya merupakan symptom dan bukan suatu diagnosis dan spine

mempunyai struktur anatomis yang berpotensi untuk mengakibatkan nyeri. Menurut Rene

Cailliet 80 % populasi pernah merasakan nyeri punggung sepanjang kehidupan mereka tanpa

mengenal jenis kelamin,usia, tingkat sosial, dan pekerjaan atau jabatan. Di dalam bukunya Mc

Kenzie mengatakan bahwa back pain terbagi menjadi 2 yaitu upper back pain dan lower back

pain. Ditinjau dari aspek biomekanik, penyebab back pain dibagi atas kesalahan postural dalam

jangka waktu yang lama dan kinetik back pain yaitu nyeri yang timbul karena adanya kelainan

atau defek. Prosedur terapeutik yang digunakan pada back pain telah dikenal sejak dua atau tiga

ribu tahun yang lalu, sejak hipokrates memperkenalkan terapi konservatif dengan mekanikal

terapi pada kasus spinal pain. Pada awal terapi diberikan terapi dengan kombinasi exercise,

traksi, massage, mobilisasi, dan spinal manipulasi. Dan penyebab back pain paling banyak

adalah karena adanya kesalahan postural atau gerakan tubuh yang tidak proporsional dalam

jangka waktu yang lama pada saat beraktifitas sehingga lama kelamaan akan menyebabkan

nukleusnya bergeser ke arah posterior atau posterolateral dan mengenai facet (apopyseal) joint

dan mengakibatkan terjadinya penguncian intervertebral joint sehingga terjadilah joint

blockade. Kesalahan postural ini dapat dialami oleh siapa pun, misalnya seorang pelajar yang

mempunyai kebiasan menulis dengan cara membungkukkan punggungnya, seorang yang

bekerja di depan computer dengan cara membungkuk yang di sebabkan karena tinggi meja

computer yang tidak sesuai dengan kursi, seorang ibu rumah tangga yang lebih banyak

membungkuk ketika mengerjakan pekerjaan rumah, kelainan struktur spine misalnya kiphosis,

anteroposition leher, dan lain-lain. Joint blockade dapat mengenai satu atau beberapa facet joint

didaerah thorakal, thorakal-lumbale, dan lumbo-sacrale dan pada umumnya banyak mengenai

daerah thorakal karena thorakal memiliki kurva kiphosis dan gerakkannya di batasi oleh thorac

cage yaitu oleh scapula dan costae. Secara klinis Joint blockade yang mengenai daerah thorakal

dapat menimbulkan keluhan nyeri pada upperthorakal walaupun secara morfologis tidak

4
ditemukan adanya kelainan patologi, selain itu juga dapat menimbulkan keluhan berupa

keterbatasan gerak tertentu terutama pada saat ekstensi karena adanya pemendekan ligament

dengan pola non capsular pattern dan firm end feel sehingga menimbulkan keluhan nyeri, pada

saat gerak tertentu timbul nyeri karena adanya iritasi pada saraf sensorik dan penekanan pada

saraf afferen somatik, serta adanya reaksi pertahanan berupa guarding spasme dan terjadi

iskemik sehingga menimbulkan spasme pada otot-otot back ekstensor. Dalam hal ini fisioterapi

memegang peranan penting untuk menangani masalah gangguan gerak fungsional tersebut,

karena berdasarkan deklarasi WCPT 1999 di Yokohama, fisioterapi adalah bagian integral dari

profesi kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan,

memelihara, memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan

menggunakan teknik dan modalitas fisioterapi (MWD, SWD, TENS, IIR, US), Massage, terapi

latihan, dan berbagai teknik manipulasi.

LBP atau NPB didefinisikan sebagai nyeri yang terlokalisasi pada vertebra thorakalis 12

sampai gluteus inferior dengan atau tanpa nyeri pada bagian kaki dan bukan merupakan suatu

penyakit. Sinaki dan Mokri meyebutkan nyeri punggung bawah mekanik merupakan nyeri

punggung nondiskogenik yang disebabkan oleh aktivitas fisik dan berkurang dengan istirahat.

Nyeri ini berhubungan dengan stress/strain otot-otot punggung, tendon dan ligamen yang

biasanya ada bila melakukan aktivitas sehari-hari berlebihan, duduk atau berdiri yang terlalu

lama juga mengangkat benda berat. Nyeri tidak disertai hipestesi, parestesi, kelemahan atau

defisit neurologi. Selama hidupnya, 50-80% orang dewasa pernah mengalami LBP dan 90%

diantaranya merupakan LBP karena faktor mekanik

1. Definisi

Low Back Pain (LBP)adalah nyeri pada punggung bagian bawah,yang merupakan

penyakit atau diagnosis untuk suatu penyakit namun nyeri yang dirasakan di area yang

terkena bervariasi lama terjadinya nyeri (WHO,2013).

5
Non-specific low back pain merupakan gejala nyeri pinggang bawah yang terjadi

tanpa penyebab yang jelas, diagnosisnya berdasarkan eklusi dari patologi spesifik. Kata

“non specific” mengidentifikasi bahwa tidak terdapat struktur yang jelas yang

menyebabkan nyeri. Non-specific low back pain termasuk diagnosa seperti mysofascial

syndromes, muscle spasm, mechanical LBP dan lain-lain.

2. Data Epidemiologi

Jumlah penderita Low Back Pain hampir sama pada setiap populasi masyarakat di

dunia. Berdasarkan data dari National Health Interview Survey (NHIS) tahun 2009

persentase penderita Low Back Pain di Amerika Serikat mencapai 28,5%. Angka ini

berada pada urutan pertama tertinggi untuk kategori nyeri yang sering dialami kemudian

diikuti oleh sefalgia dan migren pada urutan kedua sebanyak 16% . Data untuk jumlah

penderita Low Back Pain di Indonesia tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan

penderita Low Back Pain di Indonesia bervariasi antara 7,6% sampai 37

(HerryKoesyanto, 2013).

LBP non-spesifik adalah nyeri punggung yang paling sering terjadi,

diperkirakan 70-80% dari seluruh populasi pernah mengalami LBP non-spesifik pada

masa hidupnya. Prevalensi pertahunnya bervariasi dari 15%-45% (Purnamasari, 2010).

Pada penelitian di Amerika ditemukan insiden dari LBP non-spesifik sedang (selama 8-

30 hari pada 12 bulan terakhir) sebanyak 13,2% dan kasus berat (>30 hari pada 12 bulan

terakhir) sebanyak 7,8 % di mana jumlah sampel yang di teliti adalah 1224. (Shiri,

2010).

Berdasarkan data yang diperoleh dari poliklinik rehabilitasi medik Rumah Sakit

Umum Pusat Sanglah Denpasar pada tahun 2009 jumlah pasien Low back pain (LBP)

6
yang menjalani rawat jalan sebanyak 152 pasien, tahun 2010 sebanyak 249 pasien

(Kurniasih, 2011).

3. Etiologi

Umumnya nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah

muskuloskeletal. Nyeri terjadi akibat gangguan muskuloskeletal dapat dipengaruhi oleh

aktifitas.

a. Regangan lombosakralakut

b.Ketidakstabilan ligament lumbosakral dan kelemahanotot

c. Osteoartrtritis tulangbelakang

d.Masalah diskusintervertebralis

e. Perbedaan panjang tungkai

f. Pada lansia: akibat fraktur tulang belakang,


osteoporosis atau metastasis tulang

Penyebab lain, seperti gangguan ginjal, masalah pelvis,tumor retroperitoneal,

aneurisma abdominal, dan masalah psikosomatik (Lukman & Nurma,2012).

Menurut (Dewi Fitriani, 2013) Gerakan pinggang berlebihatau tidak benar

(mengangkat beban berat tiap kali, terpapar getaran untuk waktu yang lama),

kecelakaan atau patah, degenerasi tulang belakang karena penuaan, infeksi, tumor,

kegemukan, otot tegang atau kram, keseleo atau terkilir, otot atau ligament

sobek,masalah sendi, merokok, penyakit lain (osteoarthritis, spondylitis) merupakan

penyebab terjadinya Low Back Pain.

Selain itu, beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk da- lam waktu

yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP. Kehamilan dan obesitas

7
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya

berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat

penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot (Bimariotejo dalam Deli

Sulvici,2015).

Menurut Sri Adhyati, 2011 beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP,

antara lain:

a. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir

Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. kelainan-

kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya

setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat

menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan

skoliosisringan.

Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat

menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang

di tulang ver- tebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina

dankeadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat

menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof,

kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil,

tidak akan menimbulkan keluhan. Beberapa jenis ke- lainan tulang

punggung (spine) sejak lahir yaitu penyakit Spondylisthesis, penya- kit

Kissing Spine dan sacralisasi Vertebrae Lumbal KeV.

b. Low Back Pain karena Trauma

8
Trauma dan gangguan mekanis merupakanpenyebab utama LBP

(Bimariotejo dalam Sri Adhyati, 2011). Pada orang-orang yang tidak bia asa

melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang

berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yangakut.

Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat

menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung,

mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri.

Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka

waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan perto-

longan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut (Idyan

dalam Sri Adhyati,2011).

c. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan

Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan

pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringantersebut tidak hanya

pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga di- sepanjang

punggung dan anggota bagian tubuh lain (Soeharso dalam Sri Adhyati,

2011).

Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabkan oleh

perubahan jaringan antara lain:

1) Osteoartritis (Spondylosis Deformans)

Dengan bertambahnya usia seseorang makakelenturan otot-ototnya juga

menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada

otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang

vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti

9
saat usia muda. Hal ini dapat me- nyebabkan nyeri pada tulang belakang

hingga ke pinggang (Idyan, dalam Sri Adhyati,2011).

2) Penyakit Fibrositis

Penyakit ini juga dikenal denganReumatism Muskuler. Penyakit ini

ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa

nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan

(Idyan dalam Sri Adhyati, 2011).

3) PenyakitInfeksi

Menurut Idyan dalam Sri Adhyati, 2011 infeksi pada sendi terbagi atas

dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis,

disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksikronis ditandai dengan

pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam sertakelemahan.

d. Low Back Pain karena Pengaruh GayaBerat

Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan ber-

jalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat men-

imbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum,

genu varum, coxa valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang men-

gaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat

mengakibatkan terjadinya LBP (Shocker dalam Sri Adhyati,2011).

Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang me-

nyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan

terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, ke-

lainan postur tubuh dan kelemahan otot (Bimariatejo dalam Sri

Adhyati,2011).

10
4. Proses Patologi

Pada umumnya, faktor resiko dari LBP berawal dari aktivitas pekerjaan

mengangkat yang bisa terjadi di rumah, dan ditempat kerja. Aktivitas

pekerjaan mengangkat mempunyai resiko tinggi terjadinya LBP. Kesalahan

posisi biomekanik dan gerakan tiba-tiba dalam aktivitas pekerjaan

mengangkat merupakan faktor resiko terbesar terjadinya injury pada diskus

intervertebralis, ligament dan otot. Pada umumnya injury pada diskus

intervetebralis berawal dari adanya beban stress atau kompresi yang besar

pada diskus intervetebralis saat mengangkat barang dan terjadi berulang

kali terutama serabut annulus fibrous bagian dorsal dan ligament

longitudinal posterior karena diskus intervetebralis L5-S1 menerima

regangan paling besar pada saat membungkuk (Alemo & Sayadipour,2008).

Gambar :Therapeutic Intervention pada kondisi LBP

(Langevin, 2007)

Seperti yang tampak pada gambar di atas, dapat dijelaskan

bahwa terdapat hubungan mekanisme patogen pada LBP yang dapat

dianjurkan terhadap masalah yang timbul seperti nyeri, kesulitan dan

takut untuk bergerak, plastisitas jaringan ikat, neuroplasticity,yaitu

dengan menggunakan Therapeutic Intervention non-farmakologis..

11
5. Gambaran Klinis

Berikut ini merupakan manifestasi klinis atau tanda dan gejala

dari Low Back Pain  menurut Wiarto, Giri. 2017 :

a. Nyeri punggung akut atau kronis (berlangsung lebih dari 3 bulan tanpa

perbaikan) dan keletihan.

b. Nyeri tungkai yang menjalar ke bawah (radikulopati,skiatika) gejala

ini menunjukkan adanya gangguan pada radiks saraf.

c. Gaya berjalan, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang

tungkai,kekuatan motorik tungkai, dan persepsi sensori dapat pula

terganggu.

d. Spasme otot paravertebal (peningkatan drastis tonus otot postural

punggung) terjadi disertai dengan hilangnya lengkung normal lumbal

dan kemungkinan deformitas tulang belakang.

Faktor penuaan atau faktor degeneratif juga memberikan kontribusi

terjadinya injury dimana diskus semakin lemah karena adanya proses

degenerasi, dimana dirasakan nyeri hebat terutama saat gerakan

membungkuk. Nyeri tersebut akan menstimulasi otot-otot disekitanya

sehingga terjadi refleks spasm pada otot- otot erectos spine sebagai proteksi

terhadap gerakan. Dengan demikian, adanya spasme atau tightness dari otot-

otot erector spine akan menghambat terjadinya gerakan dengan kata lain LGS

dari vertebra lumbalis menjadi tidak normal (Alemo & Sayadipour,2008).

Sebagian besar timbulnya nyeri punggung bawah dapat disembuhkan, dan

bisa kembali ke aktivitas normal. Pasien yang mengalami ketakutan untuk

bergerak sebagai respons terhadap adanya nyeri akut yang cenderung akan

12
berkembang menjadi LBP kronis. Dalam patofisiologis, perkembangan

menjadi LBP kronis terlebih dahulu melibatkan perubahan dalam jumlah dan

pola gerakan yang mengarah ke remodeling jaringan ikat dan kekakuan

jaringan lokal meningkat. Sensitisasi sistem saraf perifer dan pusat kemudian

akan berkontribusi pada peradangan jaringan, tekanan emosional, rasa sakit

yang berhubungan dengan rasa takut dan penurunan gerakan. Faktor

psikososial tambahan seperti disfungsi keluarga, penghasilan menengah,

ketidakpuasan kerja dan seterusnya, itu dapat menyebabkan penurunan

aktivitas fisik dan lingkaran setan yang diilustrasikan pada gambar 2.6

(Langevin, 2007).

Di kedua jaringan ikat dan sistem saraf, respons plastisitas ditandai oleh

perubahan dari waktu ke waktu dan potensi reversibilitas. Mekanisme nyeri

punggung bawah yang kompleks termasuk variabilitas temporal (yaitu

memudarnya gejala dan kecacatan pada nyeri punggung bawah yang berulang

dan potensi gejala eksaserbasi akut yaitu meningkatnya kondisi akut). Rasa

sakit pada nyeri akut dapat dipicu oleh situasi yang menyebabkan peningkatan

inflamasi lokal sitokin, penurunan pH jaringan atau kandungan oksigen. Pada

jaringan ikat fibrosa dan otot, darah dan aliran limfatik dapat membahayakan

secara kronis oleh struktur jaringan yang tidak teratur dan rentan terhadap

aktivitas otot yang tidak biasa (misalnya memulai aktivitas kerja atau baru

memulai olahraga), atau pada kondisi yang menyebabkan penurunan perfusi

lebih lanjut seperti duduk lama. Setelah aktivasi nociceptors lokal dimulai,

mekanisme sensitisasi sistem perifer dan sentral memperkuat radang jaringan

(melalui pelepasan neurotransmiter inflamasi seperti substansi P) dan rasa

13
sakit yang dirasakan, yang menyebabkan tertekan, rasa takut untuk

bergerakan. Setiap eksaserbasi rasa sakit berpotensi menyebabkan

peningkatan keterbatasan gerak dan fibrosis, membuat pasien mengalami rasa

nyeri yang lebih besar (Langevin,2007).

B. PROSES ASSESMEN FISIOTERAPI

a) Data Umum Pasien

Nama Pasien : Tn.P

Umur : 55 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pengacara

b) History Taking

1. Keluhan : Nyeri di punggung

menjalar ke 2 thorax sampai ke dada

2. Lokasi Keluhan : Di Punggung

RPP : Pasien mengeluhkan nyeri di punggung yang menjalar

ke 2 sisi thoraxs sampai ke depan dada, sejak 4 minggu yang lalu.nyeri muncul

setelah mengangkat pot saat berkebun.Awalnya nyeri di rasakan pada area

dada kemudian menyebar ke area punggung

3. Faktor Penyebab : Setelah mengangkat pot

saat berkebun

14
4. Faktor yg memperberat : Duduk lama (lbh dari

20 mnt) saat bekerja

5. Faktor yg memperingan : saat pasien dalam

keadaan istirahat

c) Inspeksi

a. Statis

- Anterior : Bahu simetris dan SIAS

- Posterior: Bahu simetris, dan SIPS

- Lateral : Nampak bosisi badan membungkuk

b. Dinamis

- Pada saat bergerak ke Posisi Fleksi thoracal + rotasi kiri dan kanan

terdapat nyeri

d) Regional Screening Test

Regio Cervical :

1) Fleksi

Timbul nyeri regangan maka indikasi gangguan pada otot spasme / tightness

Timbul nyeri referred ke lengan maka indikasi problem diskus hernia diskus

yang menjebak akar saraf.

Hasil : (-)Tidak ada nyeri

2) Ekstensi

Timbul nyeri lokal maka indikasi disfungsi facet Timbul nyeri referred ke lengan

maka indikasi stenosis foramen intervertebralis spondyloarthrosis / hernia

diskus.

Hasil : (-) Tidak ada nyeri

15
3) Gerakan 3 dimensi ekstensi Timbul nyeri lokal pada sisi ipsilateral problem

facet joint / uncinate joint Timbul nyeri lokal pada sisi kontralateral problem

kapsul-ligamen facet joint / problem muscle spasm/tight Timbul nyeri referred

ke lengan sisi ipsilateral  problem stenosis foramen intervertebralis

Hasil : (-) Tidak ada Nyeri

Regio Sholder

- Abduksi – Elevasi sholder

Hasil : (-) Tidak ada nyeri

Regio Thoracal

- Lateral Fleksi + Rotasi

Hasil : (+) nyeri

- Ekstensi, Lateral Fleksi + Rotasi

Hasil : (+) Nyeri

e) Pemerikasaan Fungsi Gerak Dasar Pada Thoracal

Gerakan yang Gerak Aktif Gerak Pasif TIMT


diperiksa
Fleksi Tidak nyeri, Tidak nyeri, full Tidak Nyeri, full
Full ROM ROM, Elastic end ROM, Tahanan max
feel
Ekstensi Tidak Tidak Nyeri, Full Tidak Nyeri, Full
Nyeri,Full ROM ROM, Elastilc End ROM , Tahanan max
feel
Latera Fleksi Nyeri, ROM Nyeri, ROM terbatas, Nyeri, ROM terbatas,
kanan Terbatas Elastic end feel Tahanan min
Lateral Fleksi kiri Nyeri, ROM Nyeri, full ROM, Nyeri,ROM
Terbatas elastis endfeel Terbatas, Tahanan
min
Rotasi Kanan Nyeri, terbatas Nyeri, ROM Nyeri, ROM
terbatas, Elastic terbatas, Tahanan

16
end feel minimal
Rotasi Kiri Nyeri, Full Nyeri,Full ROM, Nyeri,Full ROM,
ROM Elastic end feel Tahanan Max

f) Pemeriksaan Spesifik

1. Palpasi Hasil:

Nyeri tekan pada Costo,Intercosta, Erector spine, Latisimus dorsi,

Rhomboiddeus major, Teres major dan minor

2. JPM test pada Thoracal

 PACVP

Jika nyeri tekan yang hebat dan firm end feel maka indikasi facet joint

dysfunction/ costovertebral joint dysfunction

Hasil : (+ )Nyeri

 PAUVP

Jika nyeri tekan yang hebat dan firm end feel maka indikasi facet joint

Hasil : (+) Nyeri

3. JPM Tes pada Costo Transversal

 Bucket handle costa test

Jika timbul nyeri maka indikasi adanya hipomobile middle costa

Hasil : (+) Nyeri

4. Costotransversal test

Jika nyeri tekan yang hebat dan firm end feel maka indikasi costotransversal

joint dysfunction

Hasil : (+) Nyeri

17
g) Pengukuran Fisioterapi

1. Pengukuran Nyeri menggunakan VAS

a. Nyeri gerak: 5/10

b. Nyeri Tekan : 6/10

c. Nyeri Diam : 3/10

2. ROM Thoracal

Gerakan Hasil Pengukuran ROM Normal


Fleksi-Ekstensi S 25 o -0 o -55 o S. 25o-0o -55o
Lateral Fleksi F. 15o -0 o -15 o F. 25 o-0 o -25 o
Rotasi R. 25o -0 o -25 o R. 35 o -0 o -35 o

3. MMT

Pemeriksaan kekuatan otot ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa

fisioterapi dan jenis latihan yang akan diberikan, serta dapat menentukan

prognosis dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi. Maka pemeriksaan

kekuatan otot dianggap penting.

Hasil :

Gerakan Hasil
Fleksi-Ekstensi Thoracal 5
Lateral Fleksi Thoracal 3
Rotasi Thoracal 3

Hasil : Terjadinya Sprain pada costotrasversal join Thoracol 7

h) Algorhitma Assessment Thoracal

History Taking :

Nyeri di punggung menjalar ke 2 thorax sampai ke dada

18
Inspeksi :
Bahu simetris,posisi scapula,posisi
clavicula,posisi badan agak
membungkuk,saat berjalan posisi
membungkuk

Pemeriksaan fisik

Jika tidak Algoritma kondisi lain

PFGD Screening Test fleksi JPM tes thorakal a. Nyeri gerak: 5/10
Nyeri pada gerakan lateral Regioncervical: Fleksi,ekstensi (PACPP dan PAUVP) b. Nyeri Tekan : 6/10
fleksi dan rotasi ROM dan 3 dimensi (+),JPM tes
Regio sholder abduksi- c. Nyeri Diam : 3/10
Terbatas, kekuatan otot costotrasversal(+),Costotr
elevasi,region thoracal lateral Lateral fleksi : F. 15o -0 o
tahanan min asversal tes(+) Rotasi :
fleksi-rotasi -15 o, R. 25o -0 o -25 o

Palpasi : Nyeri tekan pada


Costo,muscle Spasme pada
M.Intercosta,M.Erector
spine,M.Latisimus dorsi,
M.Rhomboiddeus major, M.
Teres major dan minor

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa ICF :
Middle back pain with mobility devisite et causa costo
transversal dysfungction

i) Diagnosis Fisioterapi

Middle back pain with mobility devisite et causa costo transversal dysfungction

j) Problematik Fisioterapi

19
Pemeriksaan/Pengukuran
No. Komponen ICF
Yang Membuktikan
1. Body Struktur
Kifosis Inspeksi Statis
Sprain costotrasversal Inspeksi
Deviasi postural Inspeksi Statis
2. Body Function
Nyeri Gerakan Lateral Fleksi dan Rotasi
Thoracal
PFGD
Keterbatasan Gerak PFGD
Muscle Imbalance Inspeksi
Inspeksi Statis dan History
Posisi Duduk Membungkuk
Talking
3. Activifiti Limitation
Gangguan Saat Duduk Lama (lebih dari
20 mnt) Saat Bekerja dan Aktifitas Pada History Talking
Posisi Thorakal Memutar
4. Participation Restriction
Gangguan bekerja sebagai pengacara History Talking
Gangguan saat berkebun History Talking

C. INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI

a) Rencana intervensi fisioterapi

1. Tujuan jangka panjang

Mengurangi nyeri dan mengembalikan ROM thoracal agar dapat bekerja sebagai

pengacara dan berkebun tanpa rasa nyeri dan keterbatasan gerak pada lateral

dan rotasi thoracal.

2. Tujuan jangka pendek

a. Mengurangi Nyeri

b. Meningkatkan ROM Thoracal

c. Mengurangi spasme otot

d. Mengurangi Sprain

e. Koreksi Postur

20
k) Strategi Intervensi Fisioterapi

No. Komponen ICF Tujuan Intervensi Jenis Intervensi


1. Infairmen
MWD,Mobilisasi
Costo Trasversal
Kifosis Mengurangi Kifosis Osilasi kombinasi
lateral fleksi dan
rotasi
MWD,Mobilisasi
Costo Trasversal
Osilasi kombinasi
Sprain costotrasversal Mengurangi Sprain
lateral fleksi dan
rotasi dan
mobilisasi thorax
Gangguan Postur Koreksi postur Postural Exercise
MWD,IF,MET
Nyeri Gerakan Lateral Fleksi Kombinasi
Mengurangi Nyeri
dan Rotasi Thoracal Lateral Fleksi dan
Rotasi
MET Kombinasi
Keterbatasan Gerak Meningkatkan ROM Lateral Fleksi dan
Rotasi
Menyeimbangkan Koreksi postur
Muscle Imbalance
kekuatan otot
Posisi Duduk Membungkuk Koreksi Postur Postural Exercise
2. Activifiti Limitation
Meningkatkan MWD,MET
aktifitas Kombinasi
Gangguan Saat Duduk Lama fungsional Lateral Fleksi
(lebih dari 20 mnt) Saat Bekerja
seperti duduk dan Rotasi
dan Aktifitas Pada Posisi
Thorakal Memutar lama dan posisi
Thoracal
memutar
3. Participation Restriction
MWD,IF,ME
Gangguan bekerja sebagai Berkerja tanpa T Kombinasi
pengacara hamabtan Lateral Fleksi
dan Rotasi
MWD,IF,ME
Berkerja tanpa T Kombinasi
Gangguan saat berkebun
hamabtan Lateral Fleksi
dan Rotasi

1. Clinical Prediction Rule


No. Problematik Intervensi Frekuensi Prognosis

21
Fisioterapi Terapi
1. Khifosis MWD,Mobilisasi 12 minggu Prognosis :
Costo Trasversal follow up fung si normal,

Osilasi kombinasi dengan jumlah


terapi 15 kali
lateral fleksi dan
sampai 20 kali
rotasi
2. Sprain MWD,Mobilisasi terapi.

costotrasversal Costo Trasversal


Osilasi kombinasi
lateral fleksi dan
rotasi dan
mobilisasi thorax
3. Gangguan Postural Exercise
Postur
4. Keterbatasan MET Kombinasi
Gerak Lateral Fleksi dan
Rotasi
5. Muscle Koreksi postur
Imbalance
6. Posisi Duduk Postural Exercise
Membungkuk

l) Edukasi Dan Home Programe

a. Edukasi

Sarankan pasien mengurangi aktifitas menunduk dan perbaaiki posisi saat duduk

dan beraktifitas tidak membungkuk

b. Home program

Pasien di anjurkan melakukan latihan yang di rumah yang telah di ajarkan

fisioterapis.

22
DAFTAR PUSTAKA

A, Charles Rockwood. The Shoulder Fourth Edition. China : Saunders; 2009.


Abhay kumar. Et al 2017 “Effectiveness Of Maitland Techniques In
Idiopatic Shoulder Adhesive Capsulitis
Akhtar rasool et al ―A Comparative Study To Determine The Efficacy
Of Rountine Physical Therapy Treatment With And With Out
Kalterborn Mobilization On Pain In Shoulder Mobility In
Capsulitis Adhesive”
Anshar, Sudaryanto, Halimah, A., Hendrik. 2016. Buku panduan skripsi
prodi D.IV Fisioterapi. Makassar; Poltekkes Kemenkes Makassar
Didik Purnomo, Akhmad Alfajri Amin dan Purwanto., 2017 ―Pengaruh
mikro wave diatermi terapi manual dan terapi latihan pada frozen
shoulder et causa capsulitis adhesive‖
Hahbaz et al ―Effect Of Ultrasound Therapy With End Range
Mobilization Over Cryotherapy With Capsular Stretching On In
Pain Capsulitis Adhesive‖
Ine Santia (2018). korelasi keterbatasan luas gerak sendi bahu dengan
kemampuan fungsional pasien frozen shoulder di instalansi rehabilitasi
medik rsup dr mohammad hoesin Palembang
Kisner, C. and Colby, L.A. (2012) Therapeutic Exercise: Foundations and
Techniques. F.A. Davis Company, Philadelphia.

Lalu Suprawesta, J. Alex Pangkahila, Muh. Irfan 2017 ,. Pelatihan hold


relax dan terapi manipulasi lebih meningkatkan aktivitas fungsional
daripada pelatihan contract relax dan terapi manipulasi pada penderita
frozen shoulder.
Mutaqin, Wawan.R. Ninik Nur Hidayah. (2016). Pengaruh Senam Bahu
Terhadap Intensitas Nyeri Dan Kemampuan Kemandirian Aktivitas
Fungsional Pada Pasien Frozen Shoulder. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan. 5(1), 46-51
Neuman, D.A 2012 kinesiology of the musculoskeletal system: foundation
for physical rehabilitation. Philadelpia. Mosby An Affiliate of
Elsevier.
Rangan, A., Hancard, N., Catriona,. M.D 2016. What Is The Most Effevtive
Treatment For Frozen Shoulder. University Of Work: White Rose
University Consortium. P. 1-7

Ronatiur Hutagalung, Sugijanto., 2007, Perbedaan Pengaruh Intervensi


MWD dan TENS dengan MWD, TENS dan Traksi Leher Manual
Terhadap Pengurangan Nyeri Kepala pada Cervical Headache
S, Lynn.2013 Clinical Kinesiology and Anatomy. Phladelphia : F.A Davis
Company ;

23
Salim, J.S 2015, Penambahan Teknik Manual Therapy Pada Latihan
Pendular Codman Lebih Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Pada
Sendi Glenohumeral Penderita Capsulitis Adhesive
Sun Wook Park, Han Suk Lee, Jun Ho Kim., 2014 The Effectiveness of
Intensive Mobilization Techniques Combined with Capsular
Distension for Adhesive Capsulitis of the Shoulder.
Surabhi Agarwal, Shahid Raza, Jamal Ali Moiz, Shahnawaz Anwer, Ahmad
H. Alghadir, 2016 Effects of two different mobilization techniques on
pain, range of motion and functional disability in patients with
adhesive capsulitis: a comparative study

24

Anda mungkin juga menyukai