PENDAHULUAN
Coronary Artery Disease (CAD) atau disebut juga Penyakit Jantung Koroner
(PJK) adalah penyakit yang disebabkan oleh aterosklerosis pada arteri koroner yang
membatasi aliran darah ke jantung (Fajar, 2015). Aterosklerosis adalah suatu kondisi
pembentukan sel busa yang akhirnya dapat menimbulkan penebalan dan kekakuan pada
berkembang perlahan-lahan dari waktu ke waktu biasanya dimulai pada masa remaja
dan memburuk selama beberapa dekade, jika penyempitan pembuluh darah semakin
parah maka dapat menimbulkan serangan jantung (Sari et.al, 2010). Bentuk Klinis dari
CAD dibagi menjadi dua, yaitu chronic coronary syndromes yang meliputi stable angina
dan stable ischemic heart disease, dan acute coronary syndromes yang meliputi unstable
angina, MI (Myocardiac Infarction), dan sudden cardiac death (Katz & Ness, 2015).
merupakan salah satu penyebab utama dan penyumbang tersering kematian didunia
sampai saat ini, setiap tahunnya Coronary Artery Disease (CAD) telah membuat sekitar
7 juta orang meninggal dunia dan akan terus meningkat hingga tahun 2020 mendatang
(WHO, 2014).
pertama dari sepuluh penyakit penyebab kematian diseluruh dunia, pada tahun 2005
telah dilaporkan sebanyak 17,5 juta kematian dari seluruh kematian didunia dan CAD
CAD semakin meningkat dari tahun ke tahun (Kandou, 2014). Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013, data yang dilaporkan mengenai kejadian CAD di
Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%) dan jumlah paling sedikit terdapat di Propinsi
estimasi jumlah penderita CAD terbanyak terdapat di daerah Propinsi Jawa Timur
sebanyak 375.127 orang (1,3%) dan jumlah paling sedikit terdapat di daerah Propinsi
Coronary Artery Bypass Grafting (CABG). Coronary Artery By pass Graffting (CABG)
merupakan salah satu penanganan intervensi dari penyakit Coronary Artery Disease
(CAD), dengan cara membuat saluran baru melewati bagian Artery Coronaria yang
pembuluh pembuluh darah tersebut, dengan hasil yang beragam tergantung dari kondisi
dan keparahan dari pasien Coronary Artery Disease (CAD) yang dideritanya. Ini adalah
jantung (Medical Surgical Nursing vol 1, 2000). CABG adalah pilihan yang baik untuk
masalah ini karena mengembalikan aliran darah normal kembali ke otot jantung,
mengurangi gejala (biasanya angina) dan juga dapat meningkatkan harapan hidup
Coronaia. CABG dilakukan dengan membuka dinding dada melalui pemotongan tulang
sternum, selanjutnya dilakukan pemasangan pembuluh darah baru yang dapat di ambil
dari Arter Radialis atau Artery Mammaria interna ataupun Vena Saphenanous
tergantung pada kebutuhan, tehnik yang dipakai ataupun keadaan anatomi pembuluh
Awalnya CABG dilakukan dengan memakai mesin jantung paru (heart lung
machine) dengan cara ini jantung tidak berdenyut setelah diberikan obat cardioplegic,
sebagai gantinya mesin jantung paru akan bekerja mempertahankan sirkulasi pernafasan
dan sirkulasi darah selama operasi berlangsung. Sejak tahun 2000, telah diperkanalkan
tehnik operasi tanpa mesin jantung paru (off pump cardiopulmonalry), sehingga jantung
dan paru tetap berfungsi seperti biasa saat operasi berlangsung. Metode ini banyak
memberikan keuntungan, selain masa pemulihan lebih cepat juga biaya operasi pun bisa
ditekan. Tetapi tidak semua pasien yang memerlukan CABG dapat dilakukan dengan
metode ini, tentunya ada indikasi dan kontraindikasi pada masing–masing pasien.
Oleh karena itu terapi setelah operasi CABG itu penting diberikan dengan cepat
dan tepat, salah satunya yang sangat berperan adalah fisioterapi. Fisioterapi adalah
bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk
post op CABG.
TINJAUAN KASUS
1. Anatomi Jantung
terjadi pada tubuh manusia, sirkulasi yang baik dapat di lihat dari komponen di
dalamnya dalam konndisi yang baik besar jantung pada orang dewasa 250-360 gr
sternum, di depan dari tulanng belakang dan di atas diafragma serta dikelilingi oleh
paru kanan dan kiri (Yudha, 2017) . Secara dari struktur jantung terdiri dari garis yang
biasa di sebut lurik otot, pola ultra strukturnya juga mirip dengan otot lurik, sehingga
apabila di lihat secara mikroskopik terlihat jelas terdapat sel bercabang berhubungan
menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul yang biasa disebut dengan basis
kordis, letak jantung didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum
anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan
pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosta V dan VI dua jari dipapila mamae.
Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya
lebih kurang sebesar kepalan tanga kanan dan beratnya 250-300 gr.
Sel otot jantung memiliki karakteristik yang tidak biasa, yang sebagian besarnya
dimiliki oleh membrane sel atau sarkolema, untuk memompa secara efektif, otot
jantung harus berkonttraksi sebagai unit tunggal.agar otot jantung berkontraksi secara
sehingga apabila terdapat konntraksi maka impuls akan dihantarkan dari sel ke sel
melalui diskus interkalaris. Pada setiap sel miokardium, membrane sel miokardium di
dekatnya terlipat rumit dan area di sekitarnya tersambung kuat, area ini disebut distus
interkalaris tempat depolarisasi di hantarkan secara sangat cepat dari sel ke sel
a. Lapisan Jantung
Jantung dilapisi oleh selaput yang kuat, dan dikelilingi oleh rongga perikard
yang terdiri oleh 2 lapisan perikard yang diantaranya perikard viseralis (epikardium)
dan lapisan paritalis, bagian luar perikard terdapat pembuluh darah besar dan
diletakkan oleh ligament pada kolumna vertebralis, diafragma, dan bagian- bagian
Perikardium parietalis (lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan
selaput paru).
epikardium).
tebal serta terdiri dari otot-otot jantung. Fungsinya ialah kontraksi jantung;
b. Ruang Jantung
Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel yang
masing-masing dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium kanan
kiri, serta ventrikel kiri dan kanan. Berikut fungsi dari bagian- bagian jantung yaitu :
1) Atrium
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava
superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung
Atrium kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui vena kava superior
(kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena kava (kaki dan dada lebih rendah).
trikuspid yang memisahkan atrium kanan dari ventrikel kanan, akan terbuka untuk
kanan
Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4
buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri dan selanjutnya
ke seluruh tubuh melalui aorta. Atrium kiri menerima darah beroksigen dari paru-
paru melalui vena paru-paru. Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial
2) Ventrikel
sebagai kontrak atrium kanan. Katup paru menuju ke arteri paru tertutup,
mereka kontrak. Sebagai kontrak ventrikel kanan, menutup katup trikuspid dan
katup paru terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah dari dukungan ke
atrium kanan dan pembukaan katup paru memungkinkan darah mengalir ke arteri
Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh
tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang mengandung oksigen
sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri. Katup
aorta menuju aorta tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah.
Setelah ventrikel penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri, menutup
katup mitral dan katup aorta terbuka. Penutupan katup mitral mencegah darah dari
c. Katup-katup Jantung
Jantung memiliki beberapa katup – katup yang sangat penting dalam susunan
1) Katup Atrioventrikuler
aliran balik pada saat systole ventrikel (kontraksi). Oleh karena letaknya antara
atrium dan ventrikel, maka disebut katup atrio-ventrikuler yang terdiri dari :
2) Katup Semilunaris
ke arteri pulmonalis atau aorta selama systole ventrikel, dan mencegah aliran
d. Pesyarafan Jantung
autonom melalui pleksus kardiakus. Syaraf simpatis berasal dari trunkus simpatikus
bagian servical dan torakal bagian atas dan syaraf parasimpatis berasal dari nervous
vagus. Sistem persyarafan jantung banyak dipersyarafi oleh serabut sistem syaraf
otonom (parasimpatis dan simpatis) dengan efek yang saling berlawanan dan
yang dapat mempertinggi ketelitian pengaturan syaraf oleh sistem syaraf otot.
AV melalui nervus vagus. serabut simpatis menyebar keseluruh sistem konduksi dan
epinefrin dan beberapa norepinefrin dari medulla adrenal. Respon jantung terhadap
adregenic tertentu; reseptor α terletak pada sel-sel otot polos pembuluh darah,
Serabut simpatis adalah serabut saraf postganglionik, badan sel (perikarya) yang
kardiakus melalui tiga saraf (Nn. Cardiaci cervicales superior, medius dan inferior).
positif) dari kardiomiosit. Selain itu, gaya kontraktil (efek inotropik positif)
meningkat, atoni dipercepat (efek lusitropik positif), dan kohesi sel ditingkatkan
negatif, dromotropik, dan batimotropik juga memiliki efek inotropik negatif pada
atrium. serabut saraf parasimpatis adalah serabut saraf preganglionik dari N. Vagus
(X) dan mencapai RR. Cardiaci vervicales superior dari inferior RR. cardiaci
thoracici dari pleksus kardiakus, di mana mereka diubah dari hingga 500 ganglia
ganglia sendiri (ganglia cardiaca). Seperti halnya organ lain, di mana ganglia ini
kecil secara mikroskopis dan oleh karena itu tidak terlihat dengan mata telanjang
postganglionik yang terletak dalam jumlah besar terutama pada vesel serta tertanam
pericardi dan oleh karena itu di antara pembuluh arteri. Kelompok posterior ini
pericardii.
Fungsi jantung adalah memompa darah ke paru dan seluruh tubuh untuk
memberikan sari-sari makanan dan 𝑂2hingga sel terjadi metabolism. Pembuluh arteri
dan vena berfungsi sebagai pipa yaitu bertugas menyalurkan darah dari jantung
keseluruh jaringan tubuh, perbedaan mendasar pada arteri dan vena terdapat pada
Menurut (Lily, 2004) Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan
menerima dan juga memompa darah yang mengandung oksigen rendah sedangkan
sisi jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang mengandung
oksigen tinggi
Siklus jantung termasuk dalam bagian dari fisiologi jantung itu sendiri.
isi jantung dan juga berelaksasi dalam rangka mengisi darah kembali. siklus
jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan juga
Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi
Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi atau tahapan relaksasi dari otot
jantung. Peredaran Darah Jantung. Peredaran jantung itu terdiri dari peredaran
darah besar dan juga peredaran darah kecil. Darah yang kembali dari sirkulasi
sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang
dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari
paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen
ke sirkulasi paru. Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap
sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan pontensial aksi yang
disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia, mekanika, dan termis. Lima fase aksi
potensial yaitu :
1) Fase istirahat bagian dalam bermuatan negative (polarisasi) dan bagian luar
bermuatan positif
masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga muatan positif dalam sel menjadi
berkurang
4) Fase plato (keadaan stabil) fase depolarisasi diikuti keadaan stabil agak lama
5) Fase repolarisasi (cepat) kalsium dan natrium berangsur angsur tidak mengalir
Sistem kondisi jantung bukan merupakan suatu sistem tunggal tapi merupakan
sistem sirkuit yang cukup kompleks yang terdiri dari sel yang identik. Seluruh sel
komponen yang berfungsi pada sistem konduksi jantung dibagi menjadi sistem yang
berfungsi untuk menghasilkan impuls dan sistem yang berfungsi untuk menjalarkan
impuls.1,2 Hal ini terdiri dari nodus sinoatrial (nodus SA), nodus atrioventrikuler
(nodus AV), dan jaringan konduksi cepat (sistem His-Purkinje) (Ahmad, 2017).
Sedangkan menurut (Nazai, 2011) anulus fibrosus di antara atria dan ventrikula
menjamin rangsang ritmik dan sinkron, serta kontraksi otot jantung, terdapat jalur
sebagai berikut:
dimulai dan berasal dari nodus sinoatrialis (SA). Nodus SA ini disebut sbagai
pemacu alami dari jantung. Nodus SA terletak di dinding posterior atrium kanan
Node, Berkas His, Cabang Berkas Kiri dan Kanan, Serabut Purkinje dan akhirnya
sampai ke otot ventrikel jantung. Arus listrik yang menjalar dari SA Node ke
Berkas His membentuk Interval PR dan arus listrik dari Cabang berkas sampai
serabut purkinje membentuk Kompleks QRS. Durasi normal Interval tidak lebih
dari 5 kotak kecil (kk), dan Kompleks QRS tidak lebih dari 3 kk. (Yudha, 2017).
1. Definisi
penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot
jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat
nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau
lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung
CAD juga merupakan kondisi patologis arteri koroner yang ditandai dengan
penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding
pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan
2. Etiologi
1) Usia
Pada lakilaki biasanya risiko meningkat setelah umur 45 tahun sedangkan pada
wanita umur 55
tahun.
2) Jenis Kelamin
Aterosklerosis 3 kali lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Wanita
agaknya relatif lebih kebal terhadap penyakit ini karena dilindungi oleh hormon
3) Ras
kulit putih.
Yaitu faktor risiko yang dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup atau
1) Hiperlipidemia
200 mg/dl, Trigliserida > 200 mg/dl, LDL > 160 mg/dl, HDL < 35 mg/dl.
2) Hipertensi
Hipertensi terjadi jika tekanan darah melebihi 140/90 mmHg. Peningkatan tekanan
semakin lama tidak mampu lagi mengkompensasi tekanan darah yang terlalu tinggi
hingga akhirnya terjadi dilatasi dan payah jantung. Dan jantung semakin terancam
3) Merokok.
oksigen. Akibatnya suplai darah untuk jantung berkurang karena telah didominasi
oleh karbondioksida. Sedangkan nikotin yang ada dalam darah akan merangsang
4) Diabetes Mellitus
glukosa.
5) Obesitas
Obesitas adalah jika berat badan lebih dari 30% berat badan standar. Obesitas
6) Inaktifitas Fisik
dan kerusakan sel endotel pembuluh darah dan merangsang kemotaksis (Januzzi
dkk, 2014).
CAD atau penyakit jantung koroner berawal dari penimbunan lemak pada
pembuluh darah arteri yang mensuplai darah ke jantung. Akibat dari proses ini
pasokan darah yang kaya oksigen. Menyebabkan fungsi jantung terganggu dan harus
(Suiraoka, 2012).
pengapuran atau penimbunan elemen-elemen kolesterol. Salah satu hal yang tidak
bisa dipungkiri bahwa kolesterol dalam batas normal juga sangat penting bagi tubuh.
Masalahnya akan berbeda ketika asupan kolesterol berlebihan. Asupan lemak yang
adekuat yang berhubungan dengan keadaan patologi yaitu Penyakit Jantung Koroner
Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah
tingkat sel dan jaringan, dan menekankan fungsi miokardium. Apabila iskemia ini
berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan sel yang sifatnya
irreversible serta nekrosis atau kematian otot jantung. Bagian yang mengalami infark
atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen. Otot yang mengalami
infark mula-mula akan tampak memar dan sianotik akibat berkurangnya aliran darah
regional. Dalam waktu 24 jam akan timbul edema pada sel-sel, respons peradangan
disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan dilepaskan oleh sel-sel yang
lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah.
Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya
4. Gambaran Klinis
Menurut Pangkalan (2010) Gejala yang umum terjadi pada seseorang yang
Seseorang penderita CAD akan merasa tekanan atau sesak di dada. Rasa sakit
tersebut disebut sebagai angina, biasanya dipicu oleh tekanan fisik atau emosional.
Hal ini hilang dalam beberapa menit setelah menghentikan aktivitas yang
mungkin sekilas atau tajam dan terasa di perut, punggung atau lengan.
b. Sesak Napas
Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan
tubuh, maka seseorang akan mengalami sesak napas atau kelelahan ekstrem tanpa
tenaga.
c. Serangan Jantung
jantung.
C. Intervensi Fisioterapi
Breathing Control telah lama digunakan dalam yoga untuk fokus dan
penting untuk menilai pernapasan pasien saat istirahat dan selama berolahraga. Orang
sering menahan napas saat melakukan aktivitas, terutama selama aktivitas baru, jadi
aktivitas baru. Di banyak pusat rehabilitasi dan klub kesehatan, rejimen latihan Pilates
telah digunakan untuk membantu pasien mencapai kekuatan inti dan stabilisasi
dikombinasikan dengan integrasi tubuh, pikiran, dan jiwa; itu juga telah digunakan
oleh penari dan koreografer untuk meningkatkan kontrol postur tubuh, meningkatkan
abdominis transversal). Keyakinannya adalah ketika individu memiliki inti yang kuat
maka postur tubuh akan meningkat dan kinerja aktivitas fungsional lainnya akan
konsepnya. Itulah yang ingin kami ajarkan kepada pasien kami - kontrol napas, lalu
fungsi.
- Pasien yang lemah atau terbaring di tempat tidur, yang cenderung memiliki
volume ventilasi yang konstan dan menahan sekret dan rentan terhadap
Mobilisasi adalah aplikasi terapeutik dan preskriptif dari aktivitas beban kerja
mobilisasi adalah untuk memanfaatkan efek akut dari olahraga untuk mengoptimalkan
pengangkutan oksigen. Meskipun aktivitas ini dianggap sebagai beban kerja yang
rendah, aktivitas ini dapat menimbulkan permintaan metabolik relatif khusus pasien
yang tinggi. Bahkan dosis stimulus mobilisasi yang relatif rendah dapat menimbulkan
kebutuhan metabolik yang cukup besar pada pasien dengan gangguan kardiovaskular
atau paru, itulah sebabnya ia diresepkan untuk pasien yang sakit akut. Mobilisasi juga
digunakan karena efek menguntungkannya pada sistem organ lain seperti sistem
dan perifer. Mobilisasi dengan demikian ditentukan sebagai stimulus gravitasi dan
stimulus latihan.
keadaan istirahat. Oleh karena itu, olahraga diartikan sebagai bentuk aktivitas fisik
fisik sedang, sehingga laju pernapasan dan detak jantung dipercepat secara nyata,
Latihan ditentukan oleh ahli terapi fisik dalam pengelolaan disfungsi kardiovaskular
atau paru subakut dan kronis. Tujuan akhir latihan adalah memaksimalkan fungsi di
semua langkah jalur transportasi oksigen ke struktur pendukung (yaitu, otot dan
jaringan lain). Tujuan jangka pendek dari latihan adalah mengeksploitasi efek
Meskipun prinsip khusus pelatihan telah dirancang untuk atlet yang terlibat
dalam aktivitas berbasis kinerja, prinsip ini juga berlaku untuk setiap pasien yang
ditemui terapis fisik. Pelatihan dalam kedua kasus tersebut, didefinisikan sebagai
penerapan sistematis dari rangsangan latihan progresif untuk memperoleh tujuan (atau
mencapai tujuan spesifik berbasis pasien, penerapan beberapa mode latihan dan
pedoman pelatihan diperlukan. Jenis pelatihan ini sering kali melibatkan latihan
dengan resep olahraga untuk efek aerobik jangka panjang, sentral, dan perifernya.
Parameter latihan untuk mencapai adaptasi jangka panjang pada orang sehat telah
ditentukan dan secara umum diterima dengan baik: individu melakukan latihan
aerobik dengan intensitas detak jantung 40% -85% dari cadangan detak jantung
tradisional latihan latihan (HR 70% -85% dari perkiraan usia maksimum atau
mungkin memiliki kegunaan yang lebih besar pada orang dengan kondisi kronis
yang sehat. Latihan otot pernapasan terisolasi meningkatkan daya tahan otot
pernapasan dan waktu ketahanan sebagai respons terhadap latihan seluruh tubuh.
Meskipun _VO2max tidak terpengaruh, _VE dan laktat darah menurun setelah
pelatihan. Selain itu, latihan otot pernafasan dapat meredakan sesak napas pada
orang sehat saat berolahraga. Namun, peningkatan kekuatan dan daya tahan otot
pernapasan dengan pelatihan khusus telah dilaporkan tidak dapat ditransfer ke _VO2
latihan fungsional seluruh tubuh adalah tujuan dalam perawatan pasien, temuan ini
Permintaan metabolik yang meningkat dari hasil latihan akut dalam sedikit
• Ventilasi alveolar
• Tingkat pernapasan
• Keluaran jantung
• Volume langkah
• Denyut jantung
• Tekanan darah
• Produk tekanan detak jantung (RPP; produk detak jantung dan TD sistolik)
Pada orang sehat dan orang dengan penyakit jantung, RPP sangat berkorelasi
dengan miokard _VO2 dan dengan demikian dengan kerja miokard122), _VO2, dan
proporsional lebih banyak daripada HR pada intensitas latihan yang rendah untuk
pada HR, yang terus meningkat hingga HR maksimum dicapai dengan latihan
dataran tinggi melalui intensitas latihan sedang hingga berat dan kemudian
mengalami peningkatan sekunder pada beban kerja yang sangat berat. Dengan
pengisian diastolik dan tingkat pengosongan dan peningkatan darah volume. Orang
yang lebih tua mungkin tidak meningkatkan CO dan SV maksimal mereka sebagai
(berlawanan dengan posisi berbaring) karena latihan saja gagal untuk melawan
hilangnya mekanisme pengatur volume yang terkait dengan posisi berbaring. Yang
akhir dan SV telah dilaporkan lebih besar pada posisi tegak daripada posisi
terlentang pada atlet ketahanan, yang mendukung ketergantungan yang lebih besar
CO selama latihan. Pasien dengan gangguan aliran balik vena dan kontraktilitas
meningkat dengan latihan intens akut, dan ini telah terbukti bergantung pada posisi.
terlentang, dan ini dianggap bertanggung jawab atas peningkatan volume plasma.
Dengan menggabungkan posisi tegak dengan olahraga, ahli terapi fisik dapat secara
Efek latihan akut pada pembekuan darah dan agregasi trombosit menjadi
perhatian khusus pada individu dengan faktor risiko pembekuan yang ada. Risiko
stroke, misalnya, secara klinis penting pada orang dengan fibrilasi atrium. Tingkat
aktivitas platelet ini merupakan faktor risiko secara klinis masih harus ditentukan.
Peran olahraga dalam mencegah trombosis vena dalam sudah mapan. Meskipun
kontroversi telah ada mengenai perannya dalam mengelola trombosis vena dalam,
dengan berjalan lebih baik daripada istirahat di tempat tidur dalam pengelolaan vena
dalam akut. trombosis pada pasien rawat jalan. Selanjutnya, tinjauan sistematis dan
b. Efek Muskuloskeletal
Latihan otot ketahanan pada pasien yang sakit kritis telah terbukti memiliki
manfaat umum dan lokal dalam hal efek akut dan jangka panjang, serta efek
latihan pada populasi pasien ini, dan pelatihan semacam itu mungkin memiliki
Pelatihan otot ketahanan telah menjadi andalan terapi fisik untuk pemulihan
motorik dan efek pengkondisian pada populasi pasien. Ada peningkatan minat pada
program pelatihan ketahanan, orang dewasa yang lebih tua yang sehat menunjukkan
respons latihan aerobik yang lebih baik. Respon kardiovaskular terhadap pengerahan
tenaga berkurang, respon puncak tertunda, dan pemulihan dari pengerahan tenaga
maksimum lebih cepat. Efek latihan ditentukan oleh hubungan yang bergantung
pada dosis antara intensitas latihan ketahanan dan respons latihan aerobik, di
samping status pra-latihan individu. Efek ini bermanfaat bagi pasien dengan
dimodifikasi telah menjadi komponen integral dari program rehabilitasi jantung dan
nadi. Peningkatan tekanan nadi merupakan faktor risiko penyakit jantung iskemik,
Perhatian harus diambil dengan latihan ketahanan tinggi, yang ditentukan relatif
kontraksi abdomen yang relatif kuat dan dapat menimbulkan kontraksi resistensi
hematoma epidural spinal) pada dua pria muda yang sehat. Jadi sebelum latihan
intraabdominal. Terapis fisik perlu waspada dalam mendeteksi tanda dan gejala
Pekerjaan tubuh bagian atas dan bagian bawah memiliki karakteristik fisiologis
yang berbeda. Respons ini mungkin harus dihindari (seperti pada tekanan
hemodinamik pekerjaan tubuh bagian atas pada individu dengan disfungsi miokard)
atau dieksploitasi (seperti pada individu dengan tubuh bagian bawah). kelumpuhan).
Kinetika oksigen berbeda untuk kedua jenis pekerjaan, seperti halnya respons
perekrutan serat tipe II. Serat tipe II tidak efisien secara metabolik dibandingkan
c. Efek Endokrin
simpatis diproses lebih efisien (yaitu, disintesis dan terurai secara hayati). Ini adalah
hingga 600 mL / menit / m2) pada pasien di ICU bedah, tingkat kelangsungan hidup
meningkat dan tidak ada peningkatan kejadian jantung dibandingkan dengan pasien
kontrol. Apakah efek ini, yaitu mungkin dimediasi oleh peningkatan cadangan
jantung, dapat dicapai dengan studi waran stimulasi simpatis yang diinduksi oleh
olahraga. Manfaat tambahan dari gairah simpatik pada pasien yang sakit kritis
Respon SSP untuk mobilisasi termasuk gairah melalui aktivasi sistem aktivasi
retikuler dan priming dari berbagai sistem organ yang terlibat. Sehubungan dengan
fungsi otonom, penghambatan parasimpatis terjadi pada awal latihan, diikuti oleh
Penggunaan substrat dan transfer ke jaringan kerja, serta kapasitas oksigen untuk
disuplai ke otot, diatur secara tepat melalui kontrol terkoordinasi dari suhu tubuh,
pernapasan, fungsi jantung, dan vasoaktivitas, baik secara sistemik maupun lokal; di
tingkat jaringan, mereka diatur oleh kontrol metabolisme lokal dan produksi zat
e. Efek Metabolik
Efek metabolik dari olahraga akut, khususnya, pada metabolisme glukosa dan
sintesis hormon pertumbuhan memiliki relevansi klinis yang cukup besar karena
fungsi ini sangat penting untuk kesehatan dan pemulihan. Aktivitas fisik yang
f. Efek Imunologikal
Olahraga akut memiliki efek yang sangat besar pada sistem kekebalan tubuh.
Bahkan satu kali olahraga ringan memiliki efek positif pada kekebalan. Apakah ada
efek ketergantungan dosis tidak diketahui. Juga tidak diketahui apakah ada efek
kumulatif dari latihan yang kurang intens dalam waktu singkat, seperti untuk pasien
kekebalan alami. Umumnya, latihan aerobik teratur tingkat sedang dikaitkan dengan
produksi trombosit. Perubahan ini tidak terkait dengan hipovolemia atau hipertermia
terkait olahraga. Apakah leukositosis dan olahraga bergantung pada dosis atau
apakah ada intensitas latihan kritis yang harus dicapai untuk merangsang
dikaitkan dengan kekebalan yang terganggu, yang dapat dihindari dengan istirahat
dan pemulihan yang optimal, bersama dengan nutrisi yang baik dan mungkin
suplemen vitamin C. Setelah latihan berat yang berkepanjangan pada atlet, "jendela
terbuka" dari kerentanan terhadap infeksi yang berlangsung selama 3 hingga 72 jam
setelah olahraga telah dijelaskan. Risiko infeksi dapat diperburuk oleh kurang
istirahat dan tidur, pola makan yang tidak tepat, penurunan berat badan, dan
ketegangan mental, dan itu dapat dicegah atau dibalik dengan istirahat yang lebih
baik dan diet dan olahraga. Pelatihan Strategi yang direkomendasikan untuk atlet
klinis. Sesi latihan dipantau untuk kerentanan individu terhadap infeksi, kesehatan
umum mereka, dan intensitas dan durasi sesi latihan, serta pemulihan, istirahat, diet
g. Efek Psikologi
dan suasana hati. Terlepas dari manfaat yang mapan dari olahraga pada kesehatan
depresi), tidak cukup sering digunakan. Untuk mendapatkan keuntungan penuh dari
manfaat nonfarmasi yang hemat biaya ini, olahraga perlu menjadi rekomendasi yang
lebih sering.
3. Body Positioning
Penentuan posisi tubuh memiliki efek yang kuat dan langsung pada sebagian
besar tahapan jalur transportasi oksigen, sehingga dapat ditentukan untuk memperoleh
efek ini secara istimewa. Karena manusia berfungsi secara optimal saat berdiri dan
bergerak (yaitu, menimbulkan stres gravitasi dan olahraga) paling dapat dibenarkan
secara fisiologis. Posisi telentang telentang, posisi umum yang dilakukan oleh pasien
yang dirawat di rumah sakit, bersifat nonfisiologis dan merusak transportasi oksigen.
Posisi berbaring miring memiliki pengaruh antara posisi tegak dan terlentang. Posisi
tengkurap, yang kurang dimanfaatkan secara klinis, dapat memiliki pengaruh yang
sangat kuat pada pengangkutan oksigen sehingga harus dibuat alasan yang baik untuk
Meskipun posisi tegak sama dengan posisi fisiologis dan anatomis, namun
gerakan tegak merupakan posisi fisiologis yang sebenarnya dimana posisi tegak
dibarengi dengan gerakan (misalnya berjalan, bersepeda, atau gerakan dalam duduk)
energik dari aktivitas ini, transportasi oksigen dioptimalkan hingga tingkat terbesar,
dalam ventilasi dan perfusi yang lebih seragam daripada tanpa stimulus olahraga
volume udara yang tersisa di paru-paru pada akhir ekspirasi pasang-akhir, lebih
besar saat berdiri dibandingkan dengan duduk dan melebihi posisi terlentang
napas dan oksigenasi arteri maksimal. Karena perubahan paru terkait usia, kapasitas
efek ini lebih jauh ditekankan dengan posisi berbaring. Penutupan jalan napas
terlihat pada posisi terlentang pada orang berusia 45 tahun yang sehat dan dalam
posisi duduk tegak pada orang berusia 65 tahun yang sehat. Atelektasis kompresi
disebabkan oleh berat jantung, tekanan perut, dan efusi pleura, efeknya yang
ditentukan oleh posisi spesifik pasien.13 Efek posisi ini lebih ditekankan pada
populasi pasien dengan patologi kardiovaskular dan paru, toraks, dan perut,
sehingga posisi tegak disukai, dan posisi terlentang harus diminimalkan sehingga
Posisi tegak dikaitkan dengan efek hemodinamik yang nyata. Efek ini terutama
peningkatan kompensasi denyut jantung. Curah jantung juga menurun. Efek bersih
dari perubahan fisiologis ini adalah penurunan kerja miokard. Temuan ini diperkuat
oleh pengamatan bahwa ambang anginal meningkat pada pasien dengan kondisi
jantung saat mereka tegak. Selanjutnya, tekanan gravitasi intermiten setelah infark
Resistensi pembuluh darah perifer meningkat dan aliran darah menurun dengan
asumsi posisi tegak lebih dari derajat untuk mengimbangi pergeseran cairan yang
bergantung dan potensi penurunan tekanan darah. Sudut tegak minimal derajat
diperlukan untuk mengoptimalkan curah jantung dan tonus simpatis. Efek penting
lainnya dari posisi tubuh pada volume cairan adalah peningkatan drainase urin dari
pelvi ginjal ke kandung kemih ketika dalam posisi tegak, sebagai akibatnya. dari
area yang berkurang untuk stasis urin ketika dalam posisi ini berlawanan dengan
Orang yang lebih tua yang relatif tidak bergerak cenderung duduk dalam waktu
lama. Namun, tanpa sering terpapar dengan berdiri tegak, fenomena hipotensi
postural duduk dapat terjadi. Selain itu, stasis peredaran darah yang bergantung dan
konsekuensi lain dari mobilitas terbatas seperti dekondisi dipromosikan dalam posisi
ini.
tekanan intraabdominal sekunder akibat pergeseran visera abdomen pada posisi ini,
melintang. Hemidiafragma tergeser cephalad, yang mengurangi FRC pada posisi ini.
bergantung. Sisi atas mungkin mengering, membuat pasien terkena infeksi dan
obstruksi
pada penurunan FRC dan kepatuhan paru-paru dan peningkatan resistensi jalan
napas. Secara kolektif, efek ini mempengaruhi pasien untuk menutup jalan napas
menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis ini, orang yang sehat tidak
Namun, pasien yang dirawat di rumah sakit cenderung tidak beradaptasi dengan
perubahan langsung ini dan efek jangka panjangnya. Mereka mungkin kurang
responsif terhadap kebutuhan untuk mengubah posisi atau tidak mampu menanggapi
rangsangan aferen yang mendorong kebutuhan untuk mengubah posisi. Efek ini
ditekankan pada orang tua yang tekanan oksigen arterialnya semakin berkurang
seiring bertambahnya usia. Dibandingkan dengan orang yang lebih muda, tekanan
oksigen arteri pada orang tua terutama lebih rendah pada posisi terlentang
Gambar 2.9 Pengaruh body position pada level dan pergerakan diafragma selama
respirasi
Sumber : Charles C. Thomas, 1965
Posisi diafragma dan fungsinya sangat bergantung pada posisi tubuh. Pada posisi
terlentang, tingkat istirahat diafragma dipengaruhi secara berbeda oleh anestesi dan
lebih besar ke posterior karena visera yang bergantung di bawah bagian posterior
diafragma.
Sebuah studi tentang efek postural hemodinamik pada subjek sehat mendukung
bagaimanapun, tidak dapat dianggap optimal secara klinis karena efek seperti
kompresi visera di bawahnya. Hal ini menghasilkan ekskursi yang lebih besar
selama respirasi dan kontribusi yang lebih besar pada ventilasi paru-paru tersebut
dan pertukaran gas secara keseluruhan. FRC dalam posisi miring berada di antara
referensi posisi duduk, FEV1 dan FVC berkurang sama di kiri dan kanan berbaring,
tanpa efek diferensial dari berbaring samping pada kapasitas difusi dan volume
geometri paru yang berubah dengan perubahan posisi dan penurunan diameter
posisi terlentang.
kepatuhan paru-paru pada sisi tersebut. Meskipun perubahan tersebut dapat dengan
Pada orang sehat dan pasien, tekanan oksigen arteri lebih besar pada posisi
berbaring menyamping daripada pada posisi terlentang. Hal ini berlaku untuk pasien
yang menerima oksigen tambahan, dan juga pada mereka yang tidak. Dengan
tambahan. Gas darah arteri telah dilaporkan meningkat pada pasien dengan penyakit
paru-paru unilateral ketika mereka ditempatkan dengan paru-paru yang baik turun
dan memburuk ketika paru-paru yang terkena turun. Jika patologi paru bilateral,
nilai gas darah arteri lebih baik saat pasien berbaring miring ke kanan daripada saat
berbaring di kiri. Hal ini dapat dijelaskan dengan ukuran paru-paru kanan yang lebih
besar dan kompresi jantung yang berkurang pada paru-paru pada posisi ini
dengan kolaps paru unilateral akibat lesi saluran napas sentral. Tidak semua pasien
merespon dengan baik ketika paru-paru yang baik turun. Diperlukan penelitian
yang disukai untuk pasien yang dirawat di rumah sakit; namun konsekuensi
fisiologisnya tidak dipahami dengan baik. Efek paru dari berbaring samping telah
dilaporkan untuk orang tua yang sehat. FEV1 dan FVC berkurang sebanding untuk
berbaring miring ke kanan dan kiri dibandingkan dengan posisi duduk referensi.
berubah, mereka dapat berdampak buruk pada populasi pasien dengan patologi
mendapatkan keuntungan dari mobilisasi aktif dan lebih bergantung pada gangguan
Dalam satu penelitian pada pasien dengan kegagalan pernafasan yang parah dan
sebagai akibat dari gangguan preload ventrikel kanan. Bukti spirometri dari pasien
yang diintubasi mendukung penurunan kepatuhan paru dinamis pada posisi lateral
resep yang bijaksana, dengan perhatian khusus pada sudut posisi lateral dan durasi
pada pasien dengan disfungsi kardiovaskular dan paru yang mungkin mendapat
dada dan perut.84,85 Jantung dan pembuluh darah besar bergeser ke anterior. Hati,
distribusi _VA dan inflasi alveolar ditingkatkan. Ventilasi yang cocok dengan
perfusi telah terbukti lebih seragam pada posisi horizontal, mencerminkan gradien
tekanan pleura yang lebih seragam dan kompresi paru yang lebih sedikit oleh
aktivitas simpatis, dan menambah output urin. Ada minat yang meningkat untuk
memanfaatkan manfaat ini pada pasien yang sakit kritis di mana pilihan mobilisasi
ventilasi mekanis pada pasien yang sadar dan waspada, sehingga mengurangi risiko
rawan telah dilakukan sebagian besar pada pasien dengan sindrom gangguan
pernapasan akut. Rawan dikaitkan dengan peningkatan oksigenasi pada 70% hingga
80% kasus. Pengaruh durasi yang berkepanjangan pada posisi tengkurap telah
dipelajari, dan manfaatnya tampaknya bergantung pada dosis. Hasil fisiologis posisi
patoetiologi tertentu.
Meskipun pasien dengan gagal napas telah terbukti mendapat manfaat dari posisi
kepala dan wajah), serta tekanan pada pipa dan sirkuit pipa ventilator mekanis,
memberikan banyak manfaat fisiologis dari posisi tengkurap penuh dan dapat
dengan kelainan tulang belakang leher. Selain itu, posisi semiprone mensimulasikan
posisi tengkurap tanpa perut. Posisi semiprone mungkin lebih konservatif, lebih
nyaman, dan lebih aman untuk pasien yang sakit parah, berpotensi secara
hemodinamik tidak stabil, lebih tua, atau memiliki perut yang menonjol.
Untuk pasien yang tidak dapat dimobilisasi, penggunaan beberapa varian posisi
tengkurap bahkan lebih penting. Telentang yang berlebihan, terutama pada pasien
putaran ke kedua sisi), harus diimbangi dengan beberapa varian posisi tengkurap,
dan posisi ini harus sering digabungkan. Tak terelakkan, pasien yang terpapar busur
yang bergantung. Pasien dengan ventilasi mekanis dan memiliki pola ventilasi
pasang surut yang monoton berada pada risiko tertentu. Satu-satunya cara untuk
mencegah dan melawan kompresi dan atelektasis yang diinduksi secara hidrostatis
adalah dengan memposisikan area dependen paling atas dan sering memposisikan
ulang pasien.
lain:
- Penurunan regional
- Shunting paru
volume fluida
c. Sistem Lainnya
- Tidak nyaman
- Rasa sakit
optimal
bergantung
- Tingkatkan relaksasi
- Tingkatkan kenyamanan
posisi
A. Data Medis
Vital sign :
- TD : 117/68 mmHg
- P : 20x/menit
- DN : 99/menit
- S : 36C
B. Identitas Pasien
- Nama : Ilham
- Pekerjaan :Wiraswasta
C. History Taking
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 hari terakhir. Sesak saat
berbaring ada, sesak saat beraktifitas ada, riwayat terbangun dari tidur karena
sesak ada, Tidak ada nyeri dada, jantung berdebar debar ada tapi timbul
operasi CABG pada tanggal 18/03/2021 kemudian dirawat di HCU PJT dan pada
HCU PJT dan mulai menjalani penangan fisioterapi 4 hari setelah operasi ke 2.
D. Inspeksi/Observasi
Keadaan fisik
1. Palpasi
bagian 1/3 distal jari II, II dan IV atau dengan meletakkan sisi medial tangan
- Hasil : Negative
2. Auskultasi
- Hasil : Negative
- Hasil : Positif
minimal
Ph 7.418
pCO2 52.7 mmHg
pO2 68.2 mmHg
SO2% 93.0
Hct 35 %
Hb 11,5 g/dl
Lac mmol/L
HCO3 34.3 mmol/L
TCO2 36.0 mmol/L
BEecf 9.6 mmol/L
BEb 9.0 mmol/L
SBC 32.7 mmol/L
O2Ct 15.1 ml/dL
A 85.8 mmHg
A-aDO2 17.6 mmHg
a/A 0.8
Rl 0.3
P50 27.0 mmHg
PO2/FlO2 211.9 mmHg
- Hasil : Nilai 2
Uji jalan selama 6 menit merupakan pemeriksaan toleransi aktivitas yang bertujuan
menit, sebelum melakukan test terlebih dahulu pasien diukur vital sign (TD, RR,
Hasil : 3
8. Score KILLIP
Hasil : 3
METs Interpretasi
1-2 Berbaring
Hasil : 4 (Duduk)
Aktivitas Score
Interpretasi :
100 : Mandiri
Kelompok Gejala
a. Cemas
b. Takut
Perasaan Cemas
c. Mudah tersinggung
d. Firasat buruk
a. Lesu
b. Tidur tidak tenang
c. Gemetar
Ketegangan
d. Gelisah
e. Mudah terkejut
f. Mudah menangis
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
Gangguan tidur c. Tidak puas, bangun lesu
d. Sering mimpi buruk
e. Mimpi menakutkan
a. Kehilangan minat
b. Sedih
c. Bangun dini hari
Perasaan depresi d. Berkurangnya kesenangan
pada hobi
e. Perasaan berubah - ubah
sepanjang hari
a. Tinitus
b. Penglihatan kabur
Gejala Sensorik c. Muka merah dan pucat
d. Merasa lemas
e. Perasaan di tusuk - tusuk
a. Tachicardi
b. Berdebar-debar
c. Nyeri dada
Gejala Kardiovaskuler d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lemas seperti mau
pingsan
f. Detak jantung hilang sekejap
a. Sulit menelan
b. Mual, muntah
c. Enek
d. Konstipasi
e. Perut melilit
f. Defekasi lembek
Gejala Saluran Pencernaan
Makanan g. Gangguan pencernaan
h. Nyeri lambung sebelum dan
sesudah
i. Rasa panas di perut
j. Berat badan menurun
k. Perut terasa panas atau
kembung
a. Sering kencing
Gejala Urogenital b. Tidak dapat menahan
kencing
a. Mulut kering
b. Muka kering
Gejala Vegetative/Otonom
c. Mudah berkeringat
d. Sering pusing atau sakit
kepala
e. Bulu roma berdiri
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Mengerutkan dahi atau
Perilaku sewaktu
kening
wawancara
e. Muka tegang
f. Tonus otot meningkat
g. Napas pendek dan cepat
h. Muka merah
Keterangan :
Interpretasi :
Hasil :
e. Global Hypokinetic
Nyeri dada dan gangguan pengembangan thorax akibat post op Coronary Artery
G. Problematik Fisioterapi
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi udema
1. Body Positioning
2. Breathing Exercise
- Posisi pasien :
1. Edukasi
2. Home Program
Latihan –latihan yang diberikan oleh fisioterapis seperti breathing exercise dan
terapi latihan juga dapat pasien lakukan di rumah dengan didampingi oleh keluaga
E. Evaluasi
Evaluasi
No. Problematik Intervensi Fisioterapi
Awal Terapi Akhir Terapi
1 Nyeri dada bekas Breathing exercise Nyeri dada Penurunan nyeri
incisi dirasakan ketika dada
bernapas
2 Gangguan pengemba Mobilitas thoraks + Pengembangan Peningkatan
ngan thoraks breathing exercise thorax minimal pengembangan
thorax
3 Sesak napas ringan Breathing Exercise, Sesak napas Penurunan nilai
Mobilization and ringan, nilai 2 sesak napas skala
Exercise, Positioning skala Borg Borg dari 2
menjadi 1
PEMBAHASAN
A. Assessment Fisioterapi
1. Anamnesis
Anamnesis adalah cerita tentang riwayat penyakit yang diutarakan oleh pasien
melalui tanya jawab, pada saat melakukan anamnesis seorang pemeriksa sudah
selanjutnya, karena dengan anamnesis yang baik membawa kita menempuh setengah
jalan kea rah diagbosis yang tepat. Secara umum sekitar 60-70 % kemungkinan
diagnosis yang benar dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar.
Gejala sistem kardiovaskuler yang sering dikeluhkan pasien adalah nyeri dada
edema.Dapat juga muncul gejala mirip dengan gejala sistem respirasi misalnya sesak
denyut jantungnya. Palpitasi dapat terjadi karena denyut yang tidak teratur, karena
denyut yang lebih cepat atau lebih lambat atau karena peningkatan kontraktilitas otot
disritmia yang sangat serius, misalnya takikardi ventrikel, tidak dirasakan pasien
sebagai palpitasi.
Dyspnea (sesak nafas) adalah sensasi kurang nyaman saat bernafas karena pasien
merasakan harus berusaha lebih keras untuk bernafas. Orthopnea adalah dispnea yang
terjadi saat pasien berbaring dan membaik bila pasien duduk. Derajat orthopnea
sering diketahui dengan menanyakan dengan berapa bantal pasien jadi merasa lebih
mendadak yang membangunkan pasien dari tidur, biasanya terjadi 1-2 jam setelah
pasien tertidur. PND sering terjadi pada gagal jantung kiri atau mitral stenosis. Edema
yang baik. Pasien harus diizinkan untuk menjelaskan riwayat dengan kata-katanya
sendiri dan dengan kecepatan yang nyaman.1 Jika terapis tampak terburu-buru,
terganggu, sibuk, jengkel, atau tidak peduli; sering terputus; atau gagal menjadi
rusak.
perawatan, penampilan, sikap, atau perilaku pasien selama wawancara untuk terlalu
mempertanyakan validitas keluhan utama. Pada saat pasien dirujuk untuk terapi fisik,
dia mungkin telah menemui satu atau lebih dokter, telah menjalani sejumlah
penelitian non-invasif atau invasif, atau telah diberi resep obat-obatan oral atau hirup
dengan pengurangan gejala yang bervariasi atau tidak memuaskan. Pasien cenderung
menunjukkan tingkat kecemasan dan frustrasi. Oleh karena itu, pendekatan terapis,
2. History Taking
Pandangan pasien tentang apa masalahnya dan sarannya untuk mengatasi masalah
harus disertakan dalam wawancara. Pasien lebih puas jika diizinkan dan didorong
mengarah pada perbaikan dalam penetapan tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Kedalaman riwayat yang diambil oleh ahli terapi fisik dapat bervariasi sesuai dengan
faktor-faktor berikut:
- Apakah individu tersebut merupakan pasien rawat inap atau rawat jalan?
Banyak pasien rawat inap memiliki catatan medis terperinci yang tersedia untuk
ditinjau oleh terapis. Ini mengurangi jumlah informasi yang dibutuhkan ahli
terapi fisik dari pasien selama wawancara. Jika informasi dalam bagan kurang,
atau jika individu tersebut adalah pasien rawat jalan dengan hanya rujukan
pengobatan dan sedikit atau tidak ada catatan medis yang tersedia, ahli terapi
a. Riwayat merokok
bungkus dapat dihitung (jumlah rata-rata bungkus per hari dikalikan dengan jumlah
tahun merokok) sebagai risiko relatif untuk kanker paru dan COPD. Merokok secara
jangka panjang
b. Sejarah keluarga
c. Sejarah Pekerjaan
Mengambil riwayat pekerjaan sangat penting bagi pasien paru yang datang untuk
terapi fisik dengan sedikit atau tanpa informasi medis. Permukaan bagian dalam paru-
Pekerjaan yang melibatkan paparan silika atau silikat (misalnya, penambang, pembuat
pasir, pekerja pengecoran, pemotong batu, pelapis batu bata, dan pekerja penggalian)
atau zat anorganik lainnya menempatkan pekerja pada risiko kombinasi penyakit paru
kapal, pemipaan pipa, dan pekerja industri lainnya yang terpapar asbes berisiko lebih
pleura jinak dapat ditemukan pada pleura diafragma dan secara bilateral antara rusuk
ke-6 dan ke-10 pada dinding dada anterolateral atau posterolateral. Penebalan pleura
petugas pemadam kebakaran, pekerja besi, dan penyelamat lainnya yang bekerja di
Riwayat batuk paroksismal, sesak dada, atau dispnea yang memburuk selama
minggu kerja tetapi hilang pada akhir pekan (atau hari libur kerja lainnya) sangat
menunjukkan asma akibat kerja. Kondisi ini sulit didiagnosis karena gejala biasanya
muncul beberapa jam setelah mantan terpapar agen pemicu. Agen penyebab termasuk
debu biji-bijian, serbuk kayu, formalin, deterjen enzim, etanolamina (dalam cat
semprot dan fluks solder), nikel, dan logam keras (misalnya tungsten karbida).
Pekerja yang terpapar kapas rami dan debu rami dapat mengembangkan byssinosis,
penyakit paru obstruktif. Pada tahap awal, kondisi ini bisa dibalik, tetapi berjangka
panjang selama beberapa tahun menyebabkan penyakit paru obstruktif kronis yang
Riwayat demam, batuk, sesak napas, dan pneumonia berulang pada petani di
Amerika Serikat bagian utara menunjukkan adanya paru-paru petani. Ini adalah
pneumonitis hipersensitif yang paling umum; itu disebabkan oleh menghirup agen
d. Perawatan sebelumnya
Penting untuk menentukan perawatan apa yang telah diterima pasien untuk
kondisinya. Secara khusus, apakah pasien pernah menerima terapi fisik untuk kondisi
membantu dalam memperbaiki atau mengatasi kondisi tersebut? Dengan cara ini,
adalah mungkin untuk menentukan modalitas pengobatan apa yang telah digunakan,
yang mana yang diyakini pasien mungkin bermanfaat, dan yang menurut pasien tidak
dengan mengulangi apa yang dia yakini. menjadi terapi yang tidak efektif.
3. Inspeksi/Observasi
Inspeksi dada terutama untuk mencari adanya asimetri bentuk dada. Adanya
dalam jangka panjang. Asimetri dada dapat diakibatkan oleh penyebab yang sama
dengan penyebab kelainan jantung (misalnya prolaps katup mitral, gangguan katup
aorta pada sindroma Marfan dan sebagainya) atau menjadi akibat dari adanya
Kifosis : tulang belakang berdeviasi pada kurvatura lateral. Sering terjadi pada
kelainan jantung, misalnya ASD (Atrial Septal Defect) atau PDA (Patent Ductus
terdapat pada kelainan jantung bawaan atau karena demam rematik, terutama
Inspeksi juga berguna untuk mencari iktus kordis (punctum maximum). Pada
sebagian besar orang normal (20-25%) dapat dilihat pulsus gerakan apeks menyentuh
dinding dada saat sistolik pada sela iga 5 di sebelah medial linea midklavikularis
posisi normal. Disamping itu pada inspeksi dapat dilaporkan ada tidaknya jaringan
4. Palpasi
Dengan palpasi kita mencari iktus kordis (bila tidak terlihat pada inspeksi) dan
meletakkan permukaan palmar telapak tangan atau bagian 1/3 distal jari II, II dan IV
atau dengan meletakkan sisi medial tangan, terutama pada palpasi untuk meraba thrill.
Identifikasi BJ1 dan BJ2 pada iktus kordis dilakukan dengan memberikan tekanan
ringan pada iktus. Bila iktus tidak teraba pada posisi terlentang, mintalah pasien untuk
berbaring sedikit miring ke kiri (posisi left lateral decubitus) dan kembali lakukan
palpasi. Jika iktus tetap belum teraba, mintalah pasien untuk inspirasi dan ekspirasi
palpasi. Sisihkan mammae ke arah atas atau lateral, mintalah bantuan tangan pasien
bila perlu. Setelah iktus ditemukan, karakteristik iktus dinilai dengan menggunakan
Pada beberapa keadaan fisiologis tertentu, iktus dapat tidak teraba, misalnya pada
obesitas, otot dinding dada tebal, diameter anteroposterior kavum thorax lebar atau
bila iktus tersembunyi di belakang kosta. Pada keadaan normal hanya impuls dari
apeks yang dapat diraba. Pada keadaan hiperaktif denyutan apeks lebih mencolok.
Apeks dan ventrikel kiri biasanya bergeser ke lateral karena adanya pembesaran
jantung atau dorongan dari paru (misalnya pada pneumotorak sinistra). Pada kondisi
patologis tertentu, impuls yang paling nyata bukan berasal dari apeks, seperti
aorta.
Setelah iktus teraba, lakukan penilaian lokasi, diameter, amplitudo dan durasi
Lokasi : dinilai aspek vertikal (biasanya pada sela iga 5 atau 4) dan aspek
bergeser ke atas atau ke kiri pada kehamilan atau diafragma kiri letak tinggi.
Diameter : pada posisi supinasi, diameter impuls apeks kurang dari 2.5 cm dan
tidak melebihi 1 sela iga, sedikit lebih lebar pada posisi left lateral decubitus.
Amplitudo : amplitudo iktus normal pada palpasi terasa lembut dan cepat.
Peningkatan amplitudo terjadi pada dewasa muda, terutama saat tereksitasi atau
setelah aktifitas fisik berat, tapi durasi impuls tidak memanjang. Peningkatan
tekanan ventrikel kiri (misal pada stenosis aorta) atau peningkatan volume
ventrikel kiri (misal pada regurgitasi mitral). Impuls hipokinetik terjadi pada
kardiomiopati.
Durasi : untuk menilai durasi impuls, amati gerakan stetoskop saat melakukan
auskultasi pada apeks atau dengarkan bunyi jantung dengan stetoskop sambil
mempalpasi impuls apeks. Normalnya durasi impuls apeks adalah 2/3 durasi
sistole atau sedikit kurang, tapi tidak berlanjut sampai terdengar BJ2.
biasanya tak teraba, kecuali pada hipertrofi ventrikel kanan, dimana ventrikel kanan
jantung teraba sebagai gerakan kursi goyang (ventricular heaving) yang akan
Gerakan jantung kadang teraba di bagian basis, yang biasanya disebabkan oleh
gerakan aorta (pada aneurisma aorta atau regurgitasi aorta), gerakan arteri pulmonalis
(pada hipertensi pulmonal) atau karena aliran tinggi dengan dilatasi (pada ASD) yang
disebut tapping.
Thrill (getaran karena adanya bising jantung) sering dapat diraba. Bising jantung
dengan gradasi 3-4 biasanya dapat teraba sebagai thrill. Sensasi yang terasa adalah
seperti meraba leher kucing. Bila pada palpasi pertama belum ditemukan adanya thrill
sedangkan pada auskultasi terdengar bising jantung derajat 3-4, kembali lakukan
palpasi pada lokasi ditemukannya bising untuk mencari adanya thrill. Thrill sering
menyertai bising jantung yang keras dan kasar seperti yang terjadi pada stenosis aorta,
Patent Ductus Arteriosus, Ventricular Septal Defect, dan kadang stenosis mitral.
5. Perkusi
jantung. Perkusi batas kiri redam jantung (LBCD - left border of cardiac dullness)
dilakukan dari lateral ke medial dimulai dari sela iga 5, 4 dan 3. LBCD terdapat
kurang lebih 1-2 cm di sebelah medial linea midklavikularis kiri dan bergeser 1 cm ke
medial pada sela iga 4 dan 3. Batas kanan redam jantung (RBCD - right border of
keadaan normal RBCD akan berada di medial batas dalam sternum. Kepekakan
RBCD diluar batas kanan sternum mencerminkan adanya bagian jantung yang
dewasa. Jika lebih lebar, harus dipikirkan kemungkinan adanya massa retrosternal.
Pada wanita, kesulitan akan terjadi dengan mammae yang besar, dalam hal ini perkusi
dilakukan setelah menyingkirkan kelenjar mammae dari area perkusi dengan bantuan
tangan pasien.
6. Auskultasi
aliran darah yang ditimbulkan selama siklus jantung. Untuk dapat mengenal dan
Bunyi jantung diakibatkan karena getaran dengan masa amat pendek. Bunyi yang
katup mitral, getaran karena kontraksi otot miokard serta aliran cepat saat katup
komponen yang bervariasi dengan pernafasan pada anak-anak atau orang muda.
BJ3 : disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat pengisian cepat
(rapid filling phase) dari ventrikel. Hanya terdengar pada anak-anak atau orang
tersebut didengar. M1 berarti bunyi jantung satu di daerah mitral, P2 berarti bunyi
jantung kedua di daerah pulmonal. Bunyi jantung 1 normal akan terdengar jelas di
daerah apeks, sedang bunyi jantung 2 dikatakan mengeras jika intensitasnya terdengar
Bunyi jantung 1 dapat terdengar terpisah (split) jika asinkroni penutupan katup
mitral dan trikuspid lebih mencolok, misalnya pada RBBB (Right Bundle Branch
Block) atau hipertensi pulmonal. Bunyi jantung 2 akan terdengar terpisah pada anak-
anak dan dewasa muda. Pada orang dewasa bunyi jantung 2 akan terdengar tunggal
karena komponen pulmonalnya tak terdengar disebabkan aerasi paru yang bertambah
pada orang tua. Jika bunyi jantung 2 terdengar terpisah pada orang dewasa ini
pulmonal.
anatomis atau aliran darah yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan bunyi atau
menyempit.
dengan auskultasi dan disebut friction rub. Sering terdengar jika ada peradangan
Bising jantung : merupakan bunyi akibat getaran yang timbul dalam masa lebih
lama. Jadi perbedaan antara bunyi dan bising terutama berkaitan dengan
jantung, beberapa hal harus diperhatikan : di mana bising paling jelas terdengar,
fase terjadinya bising (saat sistole atau diastole) dan kualitas bising.
Auskultasi dimulai dengan meletakkan stetoskop pada sela iga II kanan di dekat
sternum, sepanjang tepi kiri sternum dari sela iga II sampai V dan di apeks. Bagian
diafragma stetoskop dipergunakan untuk auskultasi bunyi jantung dengan nada tinggi
seperti BJ1 dan BJ2, bising dari regurgitasi aorta dan mitral serta bising gesek
perikardium. Bagian mangkuk stetoskop (bell) yang diletakkan dengan tekanan ringan
lebih sensitif untuk suara-suara dengan nada rendah seperti BJ3 dan BJ4 serta bising
pada stenosis mitral. Letakkan bagian mangkuk stetostop pada apeks lalu berpindah
Skala BORG merupakan suatu skala ordinal dengan nilai-nilai dari 0 sampai
dengan 10. Skala BORG digunakan untuk mengukur sesak napas selama
juga dapat memberikan informasi penting kepada dokter. Skala BORG ini disediakan
melaksanakan tugas yang sama. Indikasi nilai pada skala yang digunakan adalah
tubuh dalam melakukan pekerjaanya. Semakin besar perasaan sakit yang dirasakan
pada otot maka semakin besar nilai BORG yang digunakan. Skala ini dapat dilakukan
deyut jantung), juga ada korelasi yang tinggi untuk pengukuran lainnya seperti
respirasi yang meningkat, CO2 produksi, akumulasi laktat dan suhu tubuh, keringat
sampai dengan kelelahan otot. Skala ini memiliki keterbatasan yaitu pengukuran
dilakukan secara subyektif, sehingga penilaian yang digunakan oleh seorang tersebut
dilakukan secara menaksir secara wajar baik dari denyut jantung selama kerja fisik.
Korelasi antara nilai Skala BORG dengan laju denyut jantung adalah dengan
menggunakan nilai Skala BORG, laju denyut jantung dapat diketahui dengan cara
mengalikan nilai ordinal dari Skala BORG dengan nilai 10, seperti contoh jika nilai
seorang pekerja terhadap kelelahan yang dirasa (Skala BORG) adalah 12, lalu untuk
menghitung laju denyut jantung adalah 12 x 10 = 120; sehingga laju denyut jantung
harus kira-kira 120 denyut per menit. Namun, perhitungan seperti yang telah
Prinsip dasar penggunaan atau pengisian data Skala BORG adalah pada saat
dirasakan operator pada otot yang bekerja atau otot yang diteliti. Presepsi tingkat
keluhan dapat mencerminkan seberapa besar beban kerja yang dirasakan, karena
semakin besar beban kerja maka semakin maksimal otot akan berkontraksi. Persepsi
tingkat keluhan dilakukan secara terfokus pada otot yang diteliti, karena pada saat
pekerjaan berlangsung banyak otot yang bekerja ataupun perasaan sakit yang bukan
berasal dari otot yang akan diteliti. Penilaian tingkat keluhan dilakukan secara jujur,
tanpa berfikir untuk menjadi yang terbaik antara individu lain atau menyamakan
nilainya dengan individu lain. Perhatikan presepsi tingkat keluhan yang dirasa
B. Intervensi Fisioterapi
Salah satu indikasi pemberian breathing exercise adalah sesak serta nyeri dada
pada pasien dengan kondisi post operasi jantung. Breathing control membantu pasien
untuk melakukan ekspirasi dan inspirasi secara lebih optimal dengan berbagai teknik.
Selama latihan, volume diastolik akhir dan SV telah dilaporkan lebih besar pada
posisi tegak daripada posisi terlentang pada atlet ketahanan, yang mendukung
ketergantungan yang lebih besar pada hukum Frank-Starling. Dengan demikian posisi
aliran balik vena dan kontraktilitas miokard dapat mengambil manfaat dari bersepeda
telentang intensitas sedang di mana sirkulasi sentral dan vasodilatasi lokal lebih
disukai. Volume plasma meningkat dengan latihan intens akut, dan ini telah terbukti
dibandingkan dengan posisi terlentang, dan ini dianggap bertanggung jawab atas
ahli terapi fisik dapat secara langsung membantu menormalkan keseimbangan cairan
3. Body Positioning
mengorbankan ekskursi transversal dari dinding dada dependen. Pada posisi ini,
ini menghasilkan ekskursi yang lebih besar selama respirasi dan kontribusi yang lebih
besar pada ventilasi paru-paru tersebut dan pertukaran gas secara keseluruhan. FRC
dalam posisi miring berada di antara posisi tegak dan terlentang. Dibandingkan
berkurang, dan kerja pernapasan berkurang, sedangkan tindakan ini dibalik ketika
Dibandingkan dengan referensi posisi duduk, FEV1 dan FVC berkurang sama di kiri
dan kanan berbaring, tanpa efek diferensial dari berbaring samping pada kapasitas
difusi dan volume penutupan. Efek fungsi paru-paru ini saat menyamping mungkin
diameter vertikal setiap paru-paru dalam posisi miring dibandingkan dengan yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Jantung Koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung
darah koroner akibat kerusakan 1 lapisan dinding pembuluh darah. Jantung Koroner
adalah serangan jantung, berupa kumpulan gejala yang berhubungan dengan cedera
otot jantung akibat penyumbatan pembuluh darah yang mengalir di jantung, Suatu
keadaan gawat darurat jantung sebagai akibat Lebih dari 90% kasus jantung coroner
dari PJK dengan cara membuat saluran baru melewati arteri koroner yang
adalah operasi pintas koroner yang dilakukan untuk membuat saluran baru melewati
Artery Bypass Grafting atau Operasi CABG adalah teknik yang menggunakan
pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass)
arteri yang menghalangi pemasokan darah ke jantung. Operasi CABG sangat ideal
Bates, B; 1995, A Guide to Physical Examination and History Taking, Sixth Edition,
Lippincott.
Dimovski K, et al 2019 A favorable lifestyle lowers the risk of coronary artery disease
consistently across strata of non-modifiable risk factors in a population-based
cohort. BMC public health. 2019 1;19(1):1575.
Frownfelter, D., & Dean, E. (2014). Cardiovascular and pulmonary physical therapy-E-
Book: evidence to practice. Elsevier health sciences.
Hajar R. 2017 Risk factors for coronary artery disease: historical perspectives. Heart
views: the official journal of the Gulf Heart Association. 18(3):109.
Katz MJ, Ness, SM, 2015, Coronary Artery Disease. American Heart
Journal;169(1):162-9
Paulsen, F., & Waschke, J. (2018). Sobotta Atlas of Anatomy, Vol. 2, English/Latin:
Internal Organs. " Elsevier, Urban&FischerVerlag".
Perwitasari, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid III,Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta