Anda di halaman 1dari 33

FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL

DAN BEDAH

PHYSIOTHERAPY DEPARTMENT
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
BALI INTERNASIONAL UNIVERSITY

Ph. : 081999333938
Email: dhitaprianthara@gmail.com
IG: @dhita_prianthara
FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL
DAN BEDAH

NON BEDAH BEDAH

Berkaitan dengan Berkaitan dengan


kondisi cidera kondisi cidera
musculoskeletal tanpa musculoskeletal yang
memerlukan Tindakan memerlukan Tindakan
pembedahan/operasi pembedahan/operasi

1. LBP 1. THR
2. Muscle Spasme 2. TKR
3. Strain/Sprain 3. Fraktur
4. Osteoartritis 4. Dislokasi
5. dll 5. dll.
Kasus
• Seorang pasien datang ke klinik fisioterapi dengan keluhan nyeri
pinggang bawah, sebagai seorang fisioterapis, apa yang kita lakukan?
• Seorang laki-laki berusia 58 tahun datang ke klinik Ft dengan keluhan
nyeri dan kaku pada bahu kanan sejak 4 bulan yang lalu. Pasien tidak
dapat menggerakkan tangan keatas karena keterbatasan ROM dan
nyeri. Apa yg harus FT lakukan?
Apa yang dapat Fisioterapis lakukan?
• Massage…?
• Mobilisasi dan Manipulasi sendi….?
• Setrum..?? Ultrasound/ Uleg2..??
• EXERCISE
The Process of PT Management
Tre
atm
ent

Prognosis &
Treatment Plan

Diagnosis

Assessment and Evaluation


01 What Is a Physical Examination?

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, pengukuran, dan auskultasi tubuh. Ini
adalah langkah yang mengikuti pengambilan riwayat pasien dan sebelum dilakukan tes
laboratorium dan evaluasi radiologis dalam proses pencapaian diagnosis.

FISIOTERAPI 02 What Is the Purpose of the Physical Examination?

MUSKULOSKELETAL
1. Untuk mengetahui keluhan pasien
2. Mengetahui kualitas keluhan pasien (nyeri tajam, tumpul, dll)
3. Mengetahui kuantitas derajat keluhan pasien (Contoh: Visual analogue scale, grade
DAN BEDAH I,II,III, etc)
4. Melokalisir keluhan (Mengetahui keluhan pada specific region)
5. hubungan keluhan dengan movement anf function

03 How Is the Physical Examination Useful?

Dengan mengaitkan keluhan pasien dengan struktur anatomis, pemeriksaan fisik


memberi makna pada riwayat dan gejala pasien untuk menegakkan diagnosis
• Sistem muskuloskeletal, seperti sistem biologis lainnya, tidak statis. Ia berada dalam keadaan
keseimbangan dinamis yang konstan. Keseimbangan ini disebut homeostatis.
• Sistem biologis akan berusaha untuk membangun kembali keadaan keseimbangan dalam
menanggapi perubahan yang telah terjadi di lingkungannya.

How • Dengan demikian, sistem biologis akan mengalami salah satu dari tiga skenario yang mungkin:
adaptasi (berhasil membentuk keadaan keseimbangan baru tanpa kerusakan), gangguan sementara
(cedera), atau kerusakan akhir (kematian).

Does the
Musculo
skeletal
System
Work? • Pada mode pertama, sistem yang mengalami kerusakan akut tidak mampu menahan beban yang
diberikan.
• Dalam mode kedua, sistem akan berfungsi sampai beberapa batas kelelahan tercapai, di mana
kegagalan akan terjadi. Dalam sistem biologis, mode kegagalan mana pun akan memulai respons
protective-healing, yang disebut reaksi inflamasi.
• Namun, masalah dengan rasa sakit
adalah bahwa meskipun membawa

How perlindungan ke area cedera


(penghilangan stres secara sadar atau
tidak sadar dari area cedera), dan

Does the memungkinkan penyembuhan terjadi


dengan menghilangkan rangsangan
dinamis dari sistem biologis,

Musculo penghilangan rangsangan ini (istirahat)


mempromosikan penurunan batas
toleransi sistem ke ambang yang lebih

skeletal rendah.

• Dengan cara ini, ketika cedera telah

System teratasi, seluruh sistem, meskipun


"sembuh", sebenarnya mungkin lebih
rentan terhadap cedera kembali ketika

Work? tekanan "normal" diterapkan pada


struktur yang baru saja diperbaiki. Ini
memulai “Vicious Cycle Injury”
• Berlawanan dengan skenario diatas adalah skenario di mana sistem biologis berhasil
beradaptasi dengan lingkungan barunya sebelum kegagalan terjadi.

How • Hasilnya adalah hipertrofi, peningkatan fungsi, dan akibatnya peningkatan batas
toleransi sistem. Konsep yang berlaku di sini adalah bahwa batas toleransi sistem
biologis akan beradaptasi dengan tuntutan yang meningkat jika tuntutan diterapkan

Does the pada frekuensi, intensitas, dan durasi dalam kemampuan sistem untuk beradaptasi.

Musculo
skeletal
System
Work?
WHAT ARE THE COMPONENTS OF THE
MUSCULOSKELETAL SYSTEM?
Bone Cartilage
WHAT ARE THE COMPONENTS OF THE
MUSCULOSKELETAL SYSTEM?
Ligaments
WHAT ARE THE COMPONENTS OF THE
MUSCULOSKELETAL SYSTEM?

Muscle
WHAT ARE THE COMPONENTS OF THE
MUSCULOSKELETAL SYSTEM?

Tendons Synovium and Bursa


Basic Concepts of Physical
Examination
Observation
• Observasi/Inspeksi : Statis dan
Dinamis
• Pemeriksaan harus dimulai di
ruang tunggu sebelum pasien
sadar sedang diobservasi.
Informasi mengenai tingkat nyeri
pasien, kecacatan, tingkat fungsi,
postur, dan cara berjalan dapat
diamati
• Fisioterapis harus
memperhatikan ekspresi wajah
pasien dan mengamati posisi dari
duduk ke berdiri.
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

• Tes gerak aktif :


– Dilakukan secara aktif oleh pasien dengan kontraksi otot volunter,
gerakan yang dihasilkan dikenal sebagai gerakan fisiologis dan akhir
gerak fisiologis dikenal sebagai hambatan fisiologis (physiological
barrier).
– Jaringan yang terlibat adalah otot, saraf, dan jaringan inert/pasif.
– Dilakukan secara hati-hati selama fase penyembuhan fraktur atau fase
penyembuhan jaringan lunak.
– Yang perlu diperhatikan pada tes gerak aktif :
• Serangan nyeri terjadi pada gerakan apa dan derajat berapa
• Apakah gerakan meningkatkan intensitas dan kualitas nyeri
• Besarnya keterbatasan gerak aktif
• Irama dan kualitas gerakan
• Kemauan pasien untuk menggerakkan bagian tubuhnya
• Tes gerak pasif :
– Gerakan dilakukan oleh pemeriksa dan pasien harus relaks.
– Gerakan yang dihasilkan biasa dikenal dengan gerakan anatomikal,
dan akhir gerakan pasif dikenal sebagai hambatan anatomikal
(anatomical barrier).
– Secara normal, hambatan fisiologis (physiological barrier) lebih dulu
terjadi sebelum hambatan anatomikal (anatomical barrier) sehingga
gerakan pasif selalu sedikit lebih besar daripada gerakan aktif.
– ROM diukur dengan goniometer, inclinometer, dan estimasi dari
pemeriksa (pengamatan mata).
– Hal-hal yang perlu diperhatikan :
• Gerakan apa dan derajat berapa mulai terjadi nyeri.
• Apakah gerakan tersebut meningkatkan intensitas dan kualitas nyeri.
• Pola keterbatasan gerak.
• End feel gerakan.
– End feel
• Dalam tes gerak pasif, pemeriksa harus mengaplikasikan overpressure pada
akhir ROM untuk menentukan kualitas end feel (sensasi pemeriksa
merasakan sendi saat mencapai akhir ROM) pada setiap gerak pasif.
• Ketika mengetes end feel harus dilakukan secara hati-hati agar gejala yang
berat tidak terprovokasi.
Normal End Feel

Cyriax Kaltenborn Deskripsi


Soft tissue approksimasi Soft tissue approksimasi Soft end feel spt fleksi knee, fleksi
atau soft tissue stretch elbow atau dorsifleksi ankle
Capsular feel Firm soft tissue stretch Hampir keras diakhir gerak, spt rotasi
shoulder atau hip akibat kapsular atau
ligamentous stretching
Bone to bone Hard Keras diakhir gerakan, spt ekstensi
elbow
Abnormal End Feel

Cyriax Kaltenborn Deskripsi


Empty feel Empty Tidak ada tahanan yang diberikan akibat nyeri
hebat sekunder pada patologi serius spt fraktur,
proses inflamasi aktif, neoplasma dll.
Springy block Springy Terasa memantul pada akhir gerak/ROM, spt
kerobekan meniskus yang menghasilkan blocking
pada ekstensi knee
Spasm Elastis less soft End feel cukup keras yang tiba-tiba akibat spasme
otot
Firm less elastic Kontraktur jaringan konektif (kapsul, ligamen,
fascia)
– Capsular pattern :
• Jika kapsul sendi yang terganggu maka pola keterbatasan yang proporsional
adalah gambaran keterbatasan yang menunjukkan capsular pattern pada
sendi.
• Pola ini merupakan hasil dari reaksi total sendi, dengan spasme otot,
kontraktur kapsular (sebagian besar penyebab pola ini), dan formasi osteofit
general yang memungkinkan mekanisme kegagalan dalam gerakan.
• Setiap sendi memiliki karakteristik pola keterbatasan yang proporsional.
• Hanya sendi yang dikontrol oleh otot memiliki capsular pattern, sedangkan
sacroiliaca joint dan distal tibiofibular joint tidak memiliki capsular pattern.
– Noncapsular pattern :
• Keterbatasan gerak yang tidak menunjukkan capsular pattern disebut dengan
noncapsular pattern, dimana tidak terjadi reaksi total kapsular (kontraktur)
tetapi kemungkinan terjadi patologi lainnya seperti adhesion ligamen.
• Pada adhesion ligamen, kemungkinan hanya bagian kapsul tertentu atau
ligamen asesoris tertentu yang terlibat sehingga terjadi lokal restriksi dalam 1
arah dan seringkali disertai dengan nyeri.
Pola kapsular (capsular pattern) pada setiap sendi

Sendi Pola keterbatasan gerak


Temporomandibular joint Keterbatasan membuka mulut
Atlanto-occipital joint Ekstensi dan lateral fleksi sama terbatasnya
Cervical spine Lateral fleksi dan rotasi sama terbatasnya, ekstensi terbatas
Glenohumeral joint Lateral rotasi paling terbatas, abduksi lebih terbatas daripada
medial rotasi
Sternoclavicular joint Nyeri pada ROM yang berlebihan
Acromioclavicular joint Nyeri pada ROM yang berlebihan
Humeroulnar joint Fleksi lebih terbatas daripada ekstensi
Humeroradial joint Fleksi lebih terbatas daripada ekstensi, supinasi lebih terbatas
daripada pronasi
Proksimal radioulnar joint Supinasi lebih terbatas daripada pronasi
Distal radioulnar joint ROM penuh, nyeri pada rotasi yang berlebihan
Wrist joint Fleksi dan ekstensi sama terbatasnya
Trapeziometacarpal joint Abduksi lebih terbatas daripada ekstensi
Sendi Pola keterbatasan gerak
Metacarpophalangeal dan Fleksi lebih terbatas daripada ekstensi
interphalangeal joint
Thoracic spine Lateral fleksi dan rotasi sama terbatasnya, ekstensi terbatas
Lumbal spine Lateral fleksi dan rotasi sama terbatasnya, ekstensi terbatas
Sacroiliaca, symphisis dan Nyeri ketika sendi-sendi tersebut dilakukan stress
sacrococcygeal
Hip joint Fleksi paling terbatas, abduksi lebih terbatas daripada medial
rotasi (tetapi pada beberapa kasus medial rotasi paling
terbatas)
Knee joint Fleksi lebih terbatas daripada ekstensi
Tibiofibular joint Nyeri ketika sendi dilakukan stress
Talocrural (ankle) joint Plantar fleksi lebih terbatas daripada dorsi fleksi
Talocalcaneal (subtalar) joint ROM varus terbatas
Midtarsal joint Dorsifleksi lebih terbatas daripada plantar fleksi, adduksi lebih
terbatas daripada medial rotasi
Sendi Pola keterbatasan gerak
Metatarsophalangeal I Ekstensi lebih terbatas daripada fleksi
Metatarsophalangeal II – V Bervariasi
Interphalangeal joint Fleksi lebih terbatas daripada ekstensi
Tes Isometrik Melawan Tahanan

• Tipe gerakan dari tes ini terdiri dari kontraksi kuat, statik, dan
voluntary.
• Jika terjadi gerakan melawan tahanan maka jaringan inert
disekitar sendi juga akan bergerak sehingga nyeri yang
muncul tidak jelas apakah berasal dari jaringan kontraktile
atau inert.
• Oleh karena itu dilakukan tes isometrik melawan tahanan
dengan sendi diposisikan netral atau resting position sehingga
hanya terjadi minimal tension pada jaringan inert.
• Jika dalam tes isometrik melawan tahanan ditemukan adanya
kelemahan maka harus dilanjutkan dengan pengukuran
Manual Muscle Testing.
Grade pada Manual Muscle Testing

Grade Value Gerakan


5 Normal ROM sempurna dengan gerakan melawan gravitasi dan tahanan
(100%) maksimal
4 Good ROM sempura dengan gerakan melawan gravitasi dan tahanan
(75%) moderate (sedang)
3+ Fair + ROM sempurna dengan gerakan melawan gravitas dan tahanan minimal
3 Fair (50%) ROM sempurna dengan gerakan melawan gravitasi
3- Fair - ROM tidak sempurna dengan gerakan melawan gravitasi
2+ Poor + Mengawali gerakan dengan melawan gravitasi
2 Poor ROM sempurna dengan gerakan tidak mampu melawan gravitasi
(25%)
2- Poor - Mengawali gerakan dengan tidak melawan gaya gravitasi
1 Trace Hanya nampak slight contractility tetapi tidak terjadi gerakan
0 Zero Tidak ada kontraksi saat dipalpasi
Sensory Testing

• Klinisi harus melanjutkan dengan tes


pinprick untuk membedakan antara sensasi
tajam dan tumpul dan menilai ada tidaknya
sensasi kulit. Fisioterapis harus
mengkorelasikan temuan dengan distribusi
saraf dermatom atau perifer.
• Jika pasien tampaknya memiliki defisit
neurologis yang signifikan, pemeriksaan
sensorik yang lebih rinci (termasuk tes
suhu, posisi, dan sensasi getaran) akan
sesuai. Sentuhan ringan juga dapat
digunakan sebagai tes skrining untuk
sensasi.
Deep Tendon (Stretch) Reflexes

• Jika pasien menunjukkan


hiperrefleksia, korelasi dapat dibuat
dengan penyakit upper motor
neuron akibat penurunan
penghambatan oleh korteks
motorik. Jika pasien mengalami
hiporefleksia, penyakit lower motor
neuron mungkin menjadi faktor
penyebab sekunder akibat
gangguan pada lengkung refleks.
Compression and Distraction

• Kompresi dan gangguan tulang belakang dapat digunakan untuk


mengevaluasi apakah gejala pasien meningkat atau menurun. Distraksi dapat
meredakan tekanan di area yang dikompresi dengan memisahkan struktur dan
memberikan lebih banyak ruang untuk akar saraf. Nyeri juga dapat meningkat
karena peningkatan regangan pada akar saraf atau jika akar saraf melekat.
Kompresi dapat meningkatkan tekanan yang sudah ada dengan mengurangi
ruang di foramen akar saraf.
Palpasi

• Klinisi harus memulai pemeriksaan dengan menginspeksi secara visual kulit dan
jaringan subkutan di area yang terkena. Area pembengkakan lokal, kelebihan lemak,
abrasi, perubahan warna, hematoma, dan tanda lahir harus diperhatikan. Fisioterapis
kemudian harus meraba area tersebut dan mencatat area dengan peningkatan atau
penurunan kelembaban dan suhu. Jika ada kehangatan, kemerahan, dan peningkatan
kelembapan, korelasi dapat dibuat dengan lesi akut.
Special Test

• Konfirmasi hasil pemeriksaan gerak


• Sesuai region, bandingkan sisi sehat
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai