Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR

Oleh :
WARSONO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Content
 Anatomi dan fisiologi Tulang
 Konsep Fraktur
 Askep Fraktur
 Pembahasan
Anatomi dan fisiologi Tulang
 Tulang adalah Tulang banyak mengandung
bahan kristalin anorganik (garam-garam dan
kalsium) yang membuat tulang keras dan
kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut
adalah jaringan fibrosa yang membuat kuat
dan elastis.
 Komponen seluler tulang terdiri dari
osteogenik, osteoblast, osteoklas, osteosit dan
elemen hemapoietic dari sumsung tulang
(Recker, 1992).
Fraktur

 Fraktur adalah terputusnya  Algoritma penatalaksanaan Fraktur

kontinuitas jaringan tulang


dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Black, 2014).
 Fraktur didefinisikan sebagai
suatu kerusakan morfologi
pada kontinuitas tulang atau
bagian tulang, seperti
lempeng epifisis atau
kartilago (Chang, 2013)
Jenis-jenis fraktur
Pinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal
 Rekognisi (mengenali)  retaining (mempertahankan)
Rekognisi adalah tahap pengenalan bentuk Retensi adalah mempertahankan kedua
fraktur yang terjadi sehingga dapat fragmen fraktur dengan alat fiksasi selama
menentukan tindakan penanganan yang masa penyembuhan patah tulang
paling tepat untuk kasus fraktur. Rekognisi (imobilisasi).
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik  rehabilitasi.
(Look, feel dan move) dan pemeriksaan saraf
yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan Rehabilitasi adalah upaya mengembalikan
radiografi. kemampuan anggota gerak agar dapat
berfungsi kembali seperti semula.
 reduksi (mengembalikan)
Reduksi adalah mengembalikan posisi
patahan tulang ke posisi semula.
Dearaj Fraktur
 Fraktur Terbuka  Fraktur tertutup
Faktor yang mempercepat dan menghambat penyembuhan fraktur:

 Yang mempercepat penyembuhan fraktur; Imobilisasi fragmen tulang


dan dipertahankan dengan sempurna agar penyembuhan tualng
optimal.
 Yang menghambat penyembuhan fraktur; trauma lokal ektensif,
kehilangan tulang, imobilisasi tidak optimal, adanya rongga atau
jaringan diantara fragmen tulang, adanya infeksi, keganasan, nekrosis
avaskuler, pengobatan kortikosteroid, penyakit metabolic. Dan lain
sebagainya.
Komplikasi pada Fraktur
 Komplikasi Awal  Komplikasi Lanjut
1. Kerusakan Arteri 1. Komplikasi pada sendi
2. Kompartemen syndrome 2. Komplikasi pada tulang
3. Fat embolism syndrome (FES) 3. Komplikasi pada otot
4. Infeksi 4. Komplikasi pada syaraf ( Ex: Tardy
nerve palsy) -> akibat adanya penebalan
5. Avaskuler nekrosis
saraf akibat fibrosis intraneural.
6. Syok
Sindrom Kompartemen

 Sindrom kompartemen adalah kondisi serius


yang timbul ketika terdapat tekanan yang
sangat tinggi di dalam kompartemen otot
 Kompartemen terdiri dari kelompok jaringan
otot, pembuluh darah dan saraf pada lengan
dan kaki yang dikelilingi oleh membran
yang sangat kuat yang disebut
dengan Fascia. Fascia tidak dapat
mengembang, sehingga pembengkakan di
dalam kompartemen tersebut dapat
mengakibatkan naiknya tekanan di dalam
kompartemen, sehingga dapat terjadi cedera
pada otot, pembuluh darah dan saraf di
dalam kompartemen tersebut.
Fat embolism syndrome (FES)
 FES sering terjadi pada fraktur
tulang panjang.
 Fes terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan bone
marrow kuning masuk aliran
dalam darah yang ditandai
dengan gangguan pernapasan,
takikardi, hipertensi, takipnea
dan demam.
Proses penyembuhan tulang (Bone Healing)
 Pembentukan Hematoma  Konsolidasi
Pembuluh darah robek dan terbentuk Ini merupakan proses yg lambat dan
hematoma disekitar daerah fraktur. Yang mungkin perlu beberapa bulan sebelum
berlangsung 24-48 jam. tulang kuat untuk membawa beban yg
 Inflamasi normal
 Remodelling
Pembentukan sel polymorphonuclear
neutrophils yang berpoliferasi . Fase ini adalah fase dimana jaringan yang
 Pembentukan Kallus rusak, kembali ke keadaannya sebelum
rusak.
Sel-sel yg berkembang memiliki potensi yg
osteogenik, bila diberikan keadaan yg tepat,
sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga
kartilago.
WOC fraktur
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TN. H DENGAN CLOSE FRAKTUR FEMUR DISTAL
SINISTRA
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. H DENGAN POST ORIF
CLOSED FRACTURE LEFT DISTAL FEMUR
1. IDENTITAS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. H
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 31 tahun
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Agama : Islam
 Tanggal masuk RS : 15 Februari 2021
 Tanggal pengkajian : 22 Februari 2021
 Diagnosa Medis : Post ORIF Closed Fracture Left Distal Femur
Kondisi Umum Pasien

 Pasien masuk ke IGD pada tanggal 15 Februari 2021 pukul 17.00 WIB
karena jatuh terpeleset dalam posisi miring saat berjalan disamping
rumah pada jalan yang banyak lumutnya, saat jatuh pasien merasakan
kaki kiri nyeri, tidak dapat digerakkan dan terdiam kurang lebih 1 jam
karena pasien tidak dapat berteriak minta tolong yang disebabkan pasien
tuna wicara dan tuna rungu, kemudian dibawa ke RSUP Fatmawati dan
dipasang bidai pada paha sebelah kiri dan dilakukan pemeriksaan
radiologi di dapatkan kesan close fracture left distal femur dan selain itu
pasien juga memiliki riwayat operasi ORIF pada daerah left proximal
femur dan cruris 8 tahun yang lalu. Kemudian pasien dibawa ke lt 1
GPS pada tanggal 16/02/2021 direncanakan akan dilakukan operasi
ORIF pada daerah left distal femur.
Mobilisasi
 Anamnesa: pasien mengisyaratkan saat ini kekuatan otot tangan dan kaki
kanan baik, tidak ada kelemahan dan tidak ada keluhan. Tangan kiri baik
sedangkan kaki kiri tidak dapat digerakkan dikarenakan post ORIF.
 Pemeriksaan Fisik: Esktermitas atas dan bawah sebelah kanan
 Look: ekstremitas atas dan bawah sebelah kanan tidak tampak kelainan atau
masalah: deformitas (-), luka (-), sedangkan ekstremitas bawah bagian kiri
tampak bekas luka operasi ORIF dengan bekas jahitan kurang lebih 30 cm;
Feel: ekstermitas kiri teraba hangat, nadi teraba kuat, CRT kembali kurang
dari 3 detik; Move: kemampuan ROM Optimal untuk ektremitas atas dan
bawah sebelah kanan, akan tetapi ekstremitas bawah kiri tidak mampu
digerakkan.
Kekuatan Otot: 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 NT NT NT NT

 Pemeriksaan Penunjang: X ray close fracture left distal femur (16/02/2021) dan post op
ORIF left distal femur (23/02/2021).

 Masalah Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang.
Berpakaian
 Anamnesa: Keluarga pasien mengatakan pasien akan memberi isyarat jika
perlu bantuan orang lain seperti dalam berpakaian, saat pengkajian pasien
mengisyaratkan lebih nyaman menggunakan pakaian atasan saja dan
berselimut, karena pasien merasa suhu diruangan panas dan saat BAB sulit
melepas celananya.
 Pemeriksaan Fisik: pasien terlihat menutup sebagian tubuhnya dengan
menggunakan selimut.
 Pemeriksaan Penunjang: Tidak ada
 Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri: Berpakaian b.d gangguan
muskuloskeletal
Rasa Aman dan Nyaman
 Anamnesa: pasien mengatakan masih merasakan nyeri di area yang mengalami patah
tulang, nyeri terasa terutama pada bagian paha kaki kiri, skala nyeri 5, terasa seperti
ditarik-tarik, nyeri hilang timbul, dan durasi nyeri saat timbul sekitar 5 menit. Pasien
mengisyaratkan nyeri membaik setelah diberikan obat anti nyeri, dan memberat saat
pasien digerakkan (misal saat berpindah posisi, saat mengganti sprei dan verban).
 Pemeriksaan Fisik: Kaki kiri pasien tampak balutan dengan elastic bandage.
 Pemeriksaan Penunjang: X ray post op ORIF left distal femur (23/02/2021)
 Masalah Keperawatan: Nyeri Akut b.d agen cidera fisik
Terapi Medis:
 RL 500gr/12 jam
 Ketorolac 30 mg/8 jam
 Ranitidine 50mg/12 jam
 Ceftriaxon 1gr/12 jam
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

NO. Dx Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

1 Nyeri akut b.d agen cidera Tingkat Kenyamanan, Kontrol Nyeri, Skala Manajemen Nyeri
fisik, trauma Nyeri Monitoring
• Setelah dilakukan tindakan keperawatan • Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
selama 5x24 jam diharapkan nyeri dapat • Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
terkontrol, dengan kriteria: ketidaknyamanan
• TTV dalam batas normal • Monitoring TTV/ shift
• Menyatakan peningkatan kenyamanan secara Nursing
verbal • Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
• Menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengetahui pengalaman nyeri
mengontrol nyeri • Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
• Reaksi non-verbal menunjukkan kenyamanan. • Gali bersama pasien mengenai faktor-faktor yang dapat
• Menunjukkan penurunan intensitas nyeri menurunkan nyeri
dengan skala VAS: 1-2 (0-10) • Gali cara pasien menangani nyeri sebelumnya
• Berikan Afirmasi positif kepada pasien atas kemampuannya
mengontrol nyeri
Education
• Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur
• Ajarkan prinsip- prinsip non farmakologis manajemen nyeri:
relaksasi, distraksi
• Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani
nyerinya dengan tepat
Collaboration
• Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan manajemen
penurunan nyeri sesuai kebutuhan
• Kolaborasi pemberian ketorolac/ 8 jam
NO. Dx Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

2 Gangguan Mobilitas Fisik b.d Pergerakan Sendi, Mobilitas Fisik Peningkatan Mobilitas fisik
kerusakan integritas struktur Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Monitoring
tulang, program pembatasan gerak 5x24 jam diharapkan gangguan mobilitas fisik  Monitor kondisi Neuro vascular distal pasien: Kekuatan
teratasi, dengan kriteria: nadi, suhu, CRT, sensasidan motorik
1. Mempertahankan kekuatan otot Nursing
2. Mempertahankan fleksibilitas sendi  Bantu pasien untuk mobilisasi di tempat tidur untuk
3. Melakukan latihan yang dianjurkan untuk memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh, miring kanan-
kiri
mencegah cedera
 Bantu pasien untuk melatih ROM aktif pada ekstermitas
4. Menggunakan mekanika tubuh yang tepat yang sehat, dan aktif-assistive pada ekstermitas yang
5. Menggunakan postur tubuh yang tepat untuk sakit: ROM Hand and wrist serta ROM foot and ankle
berbaring 2x/hari.
 Bantu pasien untuk melatih kekuatan otot: Isotonic
exercise pada ekstermitas yang sehat, dengan cara
mengangkat botol aqua menggunakan lengan yang sehat,
dillakukan sebanyak 10x dengan bantuan org lain
(perawat/klg).
 Bantu pasien untuk melatih kekuatan otot: isometric
exercise pada area foot & ankle serta hand & Wrist baik
yang sehat maupun sakit.
Education
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang ROM dan therapy
exercise yang sesuai dengan kondisi pasien yaitu:
quadriceps exercise.
Collaboration
 Kolaborasi pada ahli rehab medik mengenai rencana
ambulasi Post ORIF sesuai kebutuhan dan kondisi
pasien: Non weight bearing sampai hasil x ray
menunjukkan fraktur menyatu dengan baik.
 Kolaborasi dengan fisioterapi untuk mencapai tujuan
rehab pasien post ORIF: Mobilisasi lutut dan pinggul
sesuai batas toleransi pasien, latihan ROM passive,
latihan NWB dengan walker/ bilateral axillary crutches,
pain management, weight shifting activities, isometric
exercise for quadriceps, enkle strengthening exercise.
 
NO. Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan
Dx Keperawatan
3 Defisit Perawatan Diri: Kebersihan, Monitoring
. perawatan diri Perawatan Diri: Aktivitas Sehari  Monitor kemempuan pasien untuk memenuhi ADL
Makan, – Hari dan perawatan diri yang mandiri.
Eliminasi, Setelah dilakukan tindakan  Monitor kebutuhan pasien untuk alat-alat bantu
Mandi, keperawatan selama 5x24 jam untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting
Berpakaian b.d diharapkan perawatan diri dan dan makan.
gangguan kebutuhan ADL teratasi, dengan Nursing
musculoskeletal kriteria:  Sediakan bantuan sampai pasien mampu secara utuh
a. Mampu untuk melakukan aktivitas untuk melakukan self-care.
perawatan fisik dan pribadi secara  Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
mandiri atau dengan bantuan/alat yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
bantu  Dorong untuk melakukan secara mandiri, beri
b. Mampu mempertahankan penampilan bantuan ketika pasien tidak mampu melakukannya.
yang rapih dan bersih  Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
c. Mengungkapkan secara verbal kemampuan.
kepuasan tentang kebersihan tubuh Education
dan oral hygiene  Ajarkan pasien/ keluarga untuk mendorong
  kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika
  pasien tidak mampu untuk melakukannya.
 Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
Analisa Kasus
Nyeri

 Nyeri merupakan gejala yang sering ditemukan pada gangguan muskulokeletal. Nyeri biasa

terjadi karena adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit diujung-ujung syaraf

bebas yang disebut nosireseptor. Impuls nyeri diatur oleh mekanisme pertahanan di sepanjang

sistem saraf pusat. Impuls nyeri dapat dikendalikan oleh mekanisme gerbang pada ujung dorsal

dari sumsum belakang untuk memungkinkan atau menahan transmisi

Hambatan mobilitas Fisik

 Selama masa perawatan post-operasi ORIF femur sinistra pasien mengeluh nyeri pada paha kaki

kiri sehingga malas untuk melakukan mobilisasi, akan tetapi perawat berusaha memotivasi

pasien untuk melakukan mobilisasi dini setelah 24 jam.


Penatalaksanaan Pasien Post Op Fraktur Femur Dengan Protokol Weight Bearing:
 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh relaksasi pernapasan
dalam terhadap penurunan nyeri pasca operasi pada fraktur ekstremitas
bawah. Pengukuran intensitas nyeri menggunakan Numerical Rating Scale
(NRS) pada kelompok intervensi dan kontrol setelah pemberian analgesik
selama 4 jam.
 Ada pengaruh latihan pernafasan dalam menurunkan nyeri pasca operasi pada
fraktur ekstremitas bawah, diperoleh nilai p = 0,000 (p <0,05).
 Relaksasi pernapasan dalam direkomendasikan dan intervensi yang
disarankan untuk mengurangi nyeri pasca operasi pada fraktur ekstremitas
bawah.
Panduan tatalaksana pasien fraktur
Grade Open Fracture
Terima Kasih..

Anda mungkin juga menyukai