Oleh :
WARSONO
Pasien masuk ke IGD pada tanggal 15 Februari 2021 pukul 17.00 WIB
karena jatuh terpeleset dalam posisi miring saat berjalan disamping
rumah pada jalan yang banyak lumutnya, saat jatuh pasien merasakan
kaki kiri nyeri, tidak dapat digerakkan dan terdiam kurang lebih 1 jam
karena pasien tidak dapat berteriak minta tolong yang disebabkan pasien
tuna wicara dan tuna rungu, kemudian dibawa ke RSUP Fatmawati dan
dipasang bidai pada paha sebelah kiri dan dilakukan pemeriksaan
radiologi di dapatkan kesan close fracture left distal femur dan selain itu
pasien juga memiliki riwayat operasi ORIF pada daerah left proximal
femur dan cruris 8 tahun yang lalu. Kemudian pasien dibawa ke lt 1
GPS pada tanggal 16/02/2021 direncanakan akan dilakukan operasi
ORIF pada daerah left distal femur.
Mobilisasi
Anamnesa: pasien mengisyaratkan saat ini kekuatan otot tangan dan kaki
kanan baik, tidak ada kelemahan dan tidak ada keluhan. Tangan kiri baik
sedangkan kaki kiri tidak dapat digerakkan dikarenakan post ORIF.
Pemeriksaan Fisik: Esktermitas atas dan bawah sebelah kanan
Look: ekstremitas atas dan bawah sebelah kanan tidak tampak kelainan atau
masalah: deformitas (-), luka (-), sedangkan ekstremitas bawah bagian kiri
tampak bekas luka operasi ORIF dengan bekas jahitan kurang lebih 30 cm;
Feel: ekstermitas kiri teraba hangat, nadi teraba kuat, CRT kembali kurang
dari 3 detik; Move: kemampuan ROM Optimal untuk ektremitas atas dan
bawah sebelah kanan, akan tetapi ekstremitas bawah kiri tidak mampu
digerakkan.
Kekuatan Otot: 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 NT NT NT NT
Pemeriksaan Penunjang: X ray close fracture left distal femur (16/02/2021) dan post op
ORIF left distal femur (23/02/2021).
Masalah Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang.
Berpakaian
Anamnesa: Keluarga pasien mengatakan pasien akan memberi isyarat jika
perlu bantuan orang lain seperti dalam berpakaian, saat pengkajian pasien
mengisyaratkan lebih nyaman menggunakan pakaian atasan saja dan
berselimut, karena pasien merasa suhu diruangan panas dan saat BAB sulit
melepas celananya.
Pemeriksaan Fisik: pasien terlihat menutup sebagian tubuhnya dengan
menggunakan selimut.
Pemeriksaan Penunjang: Tidak ada
Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri: Berpakaian b.d gangguan
muskuloskeletal
Rasa Aman dan Nyaman
Anamnesa: pasien mengatakan masih merasakan nyeri di area yang mengalami patah
tulang, nyeri terasa terutama pada bagian paha kaki kiri, skala nyeri 5, terasa seperti
ditarik-tarik, nyeri hilang timbul, dan durasi nyeri saat timbul sekitar 5 menit. Pasien
mengisyaratkan nyeri membaik setelah diberikan obat anti nyeri, dan memberat saat
pasien digerakkan (misal saat berpindah posisi, saat mengganti sprei dan verban).
Pemeriksaan Fisik: Kaki kiri pasien tampak balutan dengan elastic bandage.
Pemeriksaan Penunjang: X ray post op ORIF left distal femur (23/02/2021)
Masalah Keperawatan: Nyeri Akut b.d agen cidera fisik
Terapi Medis:
RL 500gr/12 jam
Ketorolac 30 mg/8 jam
Ranitidine 50mg/12 jam
Ceftriaxon 1gr/12 jam
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut b.d agen cidera Tingkat Kenyamanan, Kontrol Nyeri, Skala Manajemen Nyeri
fisik, trauma Nyeri Monitoring
• Setelah dilakukan tindakan keperawatan • Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
selama 5x24 jam diharapkan nyeri dapat • Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
terkontrol, dengan kriteria: ketidaknyamanan
• TTV dalam batas normal • Monitoring TTV/ shift
• Menyatakan peningkatan kenyamanan secara Nursing
verbal • Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
• Menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengetahui pengalaman nyeri
mengontrol nyeri • Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
• Reaksi non-verbal menunjukkan kenyamanan. • Gali bersama pasien mengenai faktor-faktor yang dapat
• Menunjukkan penurunan intensitas nyeri menurunkan nyeri
dengan skala VAS: 1-2 (0-10) • Gali cara pasien menangani nyeri sebelumnya
• Berikan Afirmasi positif kepada pasien atas kemampuannya
mengontrol nyeri
Education
• Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur
• Ajarkan prinsip- prinsip non farmakologis manajemen nyeri:
relaksasi, distraksi
• Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani
nyerinya dengan tepat
Collaboration
• Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan manajemen
penurunan nyeri sesuai kebutuhan
• Kolaborasi pemberian ketorolac/ 8 jam
NO. Dx Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
2 Gangguan Mobilitas Fisik b.d Pergerakan Sendi, Mobilitas Fisik Peningkatan Mobilitas fisik
kerusakan integritas struktur Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Monitoring
tulang, program pembatasan gerak 5x24 jam diharapkan gangguan mobilitas fisik Monitor kondisi Neuro vascular distal pasien: Kekuatan
teratasi, dengan kriteria: nadi, suhu, CRT, sensasidan motorik
1. Mempertahankan kekuatan otot Nursing
2. Mempertahankan fleksibilitas sendi Bantu pasien untuk mobilisasi di tempat tidur untuk
3. Melakukan latihan yang dianjurkan untuk memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh, miring kanan-
kiri
mencegah cedera
Bantu pasien untuk melatih ROM aktif pada ekstermitas
4. Menggunakan mekanika tubuh yang tepat yang sehat, dan aktif-assistive pada ekstermitas yang
5. Menggunakan postur tubuh yang tepat untuk sakit: ROM Hand and wrist serta ROM foot and ankle
berbaring 2x/hari.
Bantu pasien untuk melatih kekuatan otot: Isotonic
exercise pada ekstermitas yang sehat, dengan cara
mengangkat botol aqua menggunakan lengan yang sehat,
dillakukan sebanyak 10x dengan bantuan org lain
(perawat/klg).
Bantu pasien untuk melatih kekuatan otot: isometric
exercise pada area foot & ankle serta hand & Wrist baik
yang sehat maupun sakit.
Education
Ajarkan pasien dan keluarga tentang ROM dan therapy
exercise yang sesuai dengan kondisi pasien yaitu:
quadriceps exercise.
Collaboration
Kolaborasi pada ahli rehab medik mengenai rencana
ambulasi Post ORIF sesuai kebutuhan dan kondisi
pasien: Non weight bearing sampai hasil x ray
menunjukkan fraktur menyatu dengan baik.
Kolaborasi dengan fisioterapi untuk mencapai tujuan
rehab pasien post ORIF: Mobilisasi lutut dan pinggul
sesuai batas toleransi pasien, latihan ROM passive,
latihan NWB dengan walker/ bilateral axillary crutches,
pain management, weight shifting activities, isometric
exercise for quadriceps, enkle strengthening exercise.
NO. Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan
Dx Keperawatan
3 Defisit Perawatan Diri: Kebersihan, Monitoring
. perawatan diri Perawatan Diri: Aktivitas Sehari Monitor kemempuan pasien untuk memenuhi ADL
Makan, – Hari dan perawatan diri yang mandiri.
Eliminasi, Setelah dilakukan tindakan Monitor kebutuhan pasien untuk alat-alat bantu
Mandi, keperawatan selama 5x24 jam untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting
Berpakaian b.d diharapkan perawatan diri dan dan makan.
gangguan kebutuhan ADL teratasi, dengan Nursing
musculoskeletal kriteria: Sediakan bantuan sampai pasien mampu secara utuh
a. Mampu untuk melakukan aktivitas untuk melakukan self-care.
perawatan fisik dan pribadi secara Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
mandiri atau dengan bantuan/alat yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
bantu Dorong untuk melakukan secara mandiri, beri
b. Mampu mempertahankan penampilan bantuan ketika pasien tidak mampu melakukannya.
yang rapih dan bersih Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
c. Mengungkapkan secara verbal kemampuan.
kepuasan tentang kebersihan tubuh Education
dan oral hygiene Ajarkan pasien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
Analisa Kasus
Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang sering ditemukan pada gangguan muskulokeletal. Nyeri biasa
terjadi karena adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit diujung-ujung syaraf
bebas yang disebut nosireseptor. Impuls nyeri diatur oleh mekanisme pertahanan di sepanjang
sistem saraf pusat. Impuls nyeri dapat dikendalikan oleh mekanisme gerbang pada ujung dorsal
Selama masa perawatan post-operasi ORIF femur sinistra pasien mengeluh nyeri pada paha kaki
kiri sehingga malas untuk melakukan mobilisasi, akan tetapi perawat berusaha memotivasi