Anda di halaman 1dari 27

Referat Rehabilitasi Medik

LOW BACK PAIN


Disusun oleh:
Kevin Samuel Anthe / 18710027
PENDAHULUAN

• Dalam dunia modern saat ini, tuntutan pekerjaan dapat


menimbulkan tekanan fisik dan psikis pada seseorang.
• Prevalensi nyeri muskuloskeletal, termasuk back pain, telah
dideskripsikan sebagai sebuah epidemik.
• Keluhan nyeri biasanya self limiting, tetapi jika menjadi kronik,
konsekuensinya serius.
• Di rawat jalan unit penyakit saraf RSUP Dr. Sardjito, penderita
low back pain (LBP) meliputi kurang lebih 5,5% dari jumlah
pengunjung; sementara itu proporsi penderita NBP yang di
rawat inap antara 8-9%.
DEFINISI
• Yang dimaksud dengan LBP ialah perasaan nyeri di daerah
lumbosacral dan sakroiliakal. LBP ini sering disertai
penjalaran ke tungkai sampai kaki.
• Menurut International Association for the Study of Pain
(IASP), yang termasuk dalam low back pain terdiri dari :
1.Lumbar Spinal Spine
2.Sacral Spinal Spine
3.Lumbosacral Spine
• Selain itu, IASP juga membagi low back pain ke dalam :
Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan.
Low Back Pain Subakut, telah dirasakan minimal 5-7
minggu, tetapi tidak lebih dari 12 minggu.
Low Back Pain Kronik, telah dirasakan sekurangnya 3 bulan.
ANATOMI

Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari
segmen anterior dan segmen posterior.
1. Segmen Anterior 2. Segmen Posterior
3. Diskus Invertebralis

Struktur lain yang tidak kalah penting peranannya dalam persoalan


low back pain adalah diskus intervertebra. Disamping berfungsi
sebagai penyangga beban, diskus intervertebra berfungsi pula
sebagai peredam kejut.
ETIOLOGI
Menurut Harsono, etiologi LBP dibagi menurut karateristik yaitu:

 LBP Viscerogenik : LBP yang bersifat viscerogenik disebabkan oleh


adanya proses patologik di ginjal atau viscera di daerah pelvis, serta
tumor retroperitoneal
 LBP Vasculogenik: Aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat
menimbulan nyeri punggung atau nyeri menyerupai ischialgia.
 LBP Neurogenik: Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan
nyeri punggung bawah.
 LBP Spondilogenik : Suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai
proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang
(osteogenik), diskus invertebralis (diskogenik), dan miofasial
(miogenik), dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka.
 LBP Psikogenik: Nyeri jenis ini tidak jarang dijumpai, tetapi biasanya
ditemukan setelah pemeriksaan yang lengkap, dan hasilnya tidak
memberikan jawaban yang pasti.
RISK FACTOR
ANAMNESIS
Anamnesa LBP mempunyai kerangkan acuan tertentu, minimal harus
meliputi hal-hal sebagai berikut:

• Letak atau lokasi nyeri; dalam hal ini penderita sekaligus diminta untuk
menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya,
• Penyebaran nyeri; dalam hal ini perlu sekali dibedakan apakah nyeri tadi
bersifat nyeri radicular atau nyeri acuan (referred pain).
• Sifat nyeri; biasanya penderita akan mengutarakan sifat nyeri ini dalam
Bahasa atau istilah mereka sehari-hari,
• Pengaruh aktivitas terhadap nyeri; aktivitas tertentu dapat menimbulkan
rasa nyeri yang luar biasa sehingga penderita mempunyai sikap tertentu
untuk meredakan rasa nyeri yang menghebat tadi.
• Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh; Perlu ditanyakan posisi
bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri, dan posisi yang
bagaimana pula dapat memperberat rasa nyeri.
• Trauma; seringkali penderita tidak menyadari bahwa
LBP merupakan akibat suatu trauma.
• Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya; dalam hal ini
perlu ditanyakan tentang sifat akut, sub akut, perlahan-
lahan atau bertahap. Juga perlu ditanyakan apakah nyeri
tadi bersifat menetap atau hilang timbul, makin lama
makin nyeri dan sebagainya.
• Obat-obat analgetika yang pernah diminum;
• Kemungkinan adanya proses keganasan;
• Riwayat menstruasi; hal ini sering terlupakan dalam
anamnesis.
• Kondisi Mental/emosional; adalah tidak cukup apabila
melakukan pemeriksaan tanpa memperlihaktan factor
mental atau emosional.
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
1. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk.
2. Palpasi
Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan
rasa nyerinya, kemudia menuju ke arah daerah yang terasa paling nyeri.

PEMERIKSAAN NEUROLOGIK
• Motorik
Apakah terdapat kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Kalau ada kelumpuhan
segmen mana yang terganggu. Kemudian dilakukan pemeriksaan
kekuatan otot, tonus otot, pemeriksaan gerakan aktif dan pasif.
• Sensorik
Pemeriksaan sensorik ini meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit,
rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi). Bila ada kelainan maka
tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatome mana yang
terganggu.
• Refleks
Refleks yang harus diperiksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella,
respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi
terjadinya lesi pada saraf spinal.
• Pemeriksaan Range of Motion (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif (oleh penderita sendiri) maupun
secara pasif (oleh pemeriksa). Pemeriksaan ini untuk memperkirakan derajat
nyeri, function laesa, atau untuk memeriksa ada tidaknya penyebaran nyeri.
TES PROVOKASI

• Lasegue (Straight Leg Test)


Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus.

• Tes Bragard
Caranya sama seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki
• Tes Sicard
Sama seperti tes laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu jari kaki
• Tes Patrick
Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki diletakkan pada
sendi lutut tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi
lutut hingga terjadi rotasi keluar.
• Tes Kontra-Patrick
Lipat tungkai yang sakit dan endorotasikan serta aduksikan. Kemudian
adakan penekanan sejenak pada lutut tungkai itu
• Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis maka
tekanan cairan cerebrospinal akan meningkat.

• Tes Valsava
Penderita disuruh mengejan kuat, maka
tekanan dalam cairan cerebrospinal
meningkat, dan hasilnya sama dengan
percobaan Nafziger
• Pungsi Lumbal
Dengan pungsi lumbal maka dapat diketahui warna cairan cerebrospinal
(jernih air, kekuning/xantokrom, keruh), adanya kesan sumbatan/ hambatan
aliran cairan cerebrospinal secara total atau parsial, jumlah sel, kadar protein,
NaCl dan glukosa
• Foto Rontgen
Dengan foto rontgen polos (dari depan, samping, dan serong atau oblique)
dapat diidentifikasi adanya fraktur korpus vertebra, arkus atau prosesus
spinosus; kemudian juga dapat dilihat adanya dislokasi vertebra,
spondiloistesis, bamboo spine, destruksi vertebra, osteofit dan penyakit-
penyakit lain.
• Mielografi (dengan indikasi)
Dengan mielografi ini dapat diketahui adanya penyumbatan atau hambatan
kanalis spinalis yang mungkin disebabkan oleh neoplasma, HNP, ataupun
araknoiditis.
• CT-SCAN
Contoh
gambaran
radiologi
• Ada dua jenis obat dalam tatalaksana LBP ini, ialah obat yang
bersifat simtomatik dan bersifat kausal.
• Obat-obat simtomatik antara lain analgetika (salisilat,
paracetamol, dll), kortikosteroid (prednisone, prednisolone),
NSAID misalnya Piroxiacam, antidepresan trisiklik misalnya
amitriptilin, dan obat penenang minor misalnya diazepam,
chlordiazepoxide.
• Obat-obat kausal misalnya anti-tuberkulosis, antibiotika untuk
spondylitis piogenik, nukleolisis misalnya khimopapain,
kolagenase (untuk HNP).
• Terapi Panas
Menurut penetrasinya, dibedakan 2 jenis:
Terapi panas superficial. Pada jenis terapi ini, panas hanya mengenai kutis
atau subkutis saja seperti Infra Red, hot pack, kompres air hangat paraffin bath.
Terapi panas dalam. Pada jenis ini, panas dapat menembus sampai ke
jaringan yang lebih dalam (otot, tulang, sendi). Ada 3 jenis diatermi yaitu
Micro Wave Diathermy, Short Wave Diathermy, dan Ultra Sound Diathermy.
• Terapi Dingin
Paling sering digunakan pada cedera musculoskeletal akut. Teknik terapi
dingin yaitu dengan cara masase es, kompresi es selama 20 menit,
menggunakan vapocoolant spray dan cryokinetics.
• Traksi
Traksi adalah suatu teknik penerapan kekuatan tarikan pada salah satu bagian
tubuh untuk meregangkan jaringan lunak dan melebarkan ruang sendi.
Kekuatan tarikan dapat ditimbulkan secara manual, dengan beban dan
system control, maupun secara elektromekanis.
• Stimulasi Listrik
Yang banyak digunakan adalah TENS (Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation) untuk menghilangkan nyeri dan spasme otot.
• Terapi Exercise / Latihan
Beberapa latihan yang dapat diberikan pada penderita Low Back
Pain yaitu sebagai berikut :
1. Lying supine hamstring stretch
2. Knee to chest exercise
3. Pelvic tilt
4. Sitting leg stretch
5. Hip and quadriceps stretch
Pembedahan
• Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif
tidak memberikan hasil yang nyata, atau terahadap kasus fraktur
yang langsung mengakibatkan defisit neurologis.
• Memerlukan tindakan yang bersifat segera (cito).
• Defisit neurologic yang dapat diketahui adalah gangguan fungsi
otonom dan paraplegia.
Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien-pasien dengan Low Back
Pain yaitu:
1. Kurangi berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan seperti
menjongkok
2. Kurangi membawa beban berat
3. Kurangi duduk terlalu lama
4. Hindari posisi menulis sambil membungkuk terlalu lama
5. Hindari tidur tanpa menggunakan alas di permukaan yang keras
atau menggunakan kasur yang terlalu empuk
6. Gunakan sepatu yang nyaman
7. Jika ingin duduk dengan jangka waktu yang lama, istirahatkan
kaki dilantai atau apa saja yang menurut anda nyaman
8. Hindari berat badan yang berlebihan

Anda mungkin juga menyukai