Anda di halaman 1dari 13

PROTAP

MANAJEMEN FISIOTERAPI AFPR


(AKTIVITAS FUNGSIONAL PEMELIHARAAN DIRI DAN REKREASI)
KRAM M. GASTROCNEMIUS

NATASYA CHRISTY MENDENG


C131 16 316

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

1
BAB I
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Otot merupakan suatu organ atau alat yang dapat bergerak ini adalah
suatu penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah
bentuk. Pada sel- sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang
panjang disebut myofibril. Jika sel otot yang mendapatkan rangsangan maka
akan memendek, denga kata lain sel otot akan memendekan dirinya kearah
tertentu (berkontraksi).
Manusia dalam beraktivitas atau melakukan pekerjaannya membutuhkan
pergerakan. Pergerakan pada manusia disebakan karena adanya otot pada tubuh
manusia. Tubuh manusia adalah faktor yang sangat penting dalam aktivitas dan
pekerjaan manusia tersebut. Organ tubuh jika mengalami sakit maka akan
menghambat aktivitas dari seseorang. Betapa sangat pentingnya otot manusia
itu jika otot tersebut mengalami sakit atau masalah maka aktivitas dari
seseorang dapat terganggu bahkan dapat terhenti. Salah satu bahasan pada
ergonomi adalah sistem rangka dan otot manusia. Sistem rangka dan otot
manusia tersebut dapat membantu mengetahui bagian rangka dan otot manusia
Kram merupakan kontraksi otot yang disebabkan oleh kerja/stimulasi
motor units secara terus-menerus dan dapat terjadi ketika kontraksi otot di
stimulasi secara maksimal lalu otot memendek melebihi toleransi fisiologis.
Istiah kram umumnya diberikan untuk jenis tonik spasme dan merupakan suatu
gejala bukan penyakit. Kram biasanya banyak pada malam hari. Kram otot
nokturnal (pada malam hari) terjadi secara tiba-tiba, bias sangat nyeri,
berkelanjutan, tidak disadari, kontraksi episodik dari otot skeletal dapat terjadi,
utamanya pada saat tidur.

M.Gastrocnemius berorigo pada caput medialis di epicondylus medialis


femur dan caput lateralis di epicondylus lateralis femur. Insersio M.
Gastrocnemius ber- apponeurossis Bersama tendon M.Soleus yang membangun
Tendon Calcaneus. Otot ini diinervasi oleh nervus tibialis SI, S2 yang berfungsi
2
untuk plantar fleksi sendi pergelangan kaki.

Kram otot terbagi 2 yaitu :


1. Nokturnal, biasanya terjadi pada malam hari saat tidur dan tiba-tiba
posisi kaki plantar flexi yang menetap.
2. Diurna intensional, kram betis yang timbul pada saat beraktifitas,
biasanya terjadi pada olahragawan renang,pelari, sepakbola,bulu
tangkis,dll.

2. PATOFISIOLOGI
Dalam aktivitas berolahraga atau bergerak, maka peranan otot rangka
atau otot skeletal salah satu fungsinya adalah berkontraksi dalam rangka
menggerakkan anggota tubuh. Berkaitan dengan gerak dan aktivitas maka
otot harus dapat berkontraksi terus-menerus, tetapi otot memiliki suatu
Batasan sehingga timbul gangguan terhadap proses kontraksi otot yang
disebut kejang atau kram otot. Kram adalah suatu kontraksi otot yang
berlansung lama dan tidak diketahui kemauannya. Otot yang mengalami
kram akan memendek,keras dan nyeri. Otot- otot yang sering terkena kram
otot yakni M. Gastrocnemius, M. Hamstring dan M.
3
Quadriceps. Mekanisme pasti kram otot tidak diketahui, terkadang terdapat
tanda- tanda awal juga dapat terjadi tanpa ada tanda-tanda awal seperti
ketika sedang berbaring atau saat tidur.
Penyebab pasti dari kram otot bersumber dari saraf maupun unsur saraf
otot (Neuromuscular). Apabila kram otot didahului oleh tanda
peringatan,mungkin karena menurunnya ambang rangsangan saraf-saraf
motoric akibatnya secara tiba- tiba frekuensi implus saraf ke otot meningkat,
yang menyebabkan terjadinya kram otot (Giriwijoyo, 2010).

3. Etiologi
Kram otot terjadi pada otot yang telah lama atau berkontraksi maksimal
dalam waktu jangka waktu lama dan berat, biasanya dipicu dengan kontaksi
yang ringan saja pada otot yang lelah maka kram otot terjadi. Seperti
olahraga yang menggunakan otot berlebihan, diakhir masa kehamilan,
Dehidrasi, dan kram juga dapat terjadi karena letih, dapat pula karna dingin
atau karena panas (Junaidi, 2011).

4. Epidemiologi
Prevalensi kram pada wanita hamil di Cina mempengaruhi daerah betis,
dengan persentase 32,9%. Selama trimester pertama ada sekitar 11,6%,
trimester kedua, 28,2%, dan trimester terakhir, 50,2%. Wanita India hamil
mengalami kram otot trimester k etiga, terutama di betis (64,6%). Sekitar
80% area otot yang terkena adalalah betis. Sedangkan Di Australia, 32%
anak-anak dengan penyakit CharcotMarie-Tooth tipe 1A menderita kram
betis. Fenomena meningkat dengan bertambahya usia. Adapun Penelitian
multi-pusat Amerika lainnya menemukan bahwa 74% kram terjadi pada atlet
dan dalam kondisi panas lingkungan yang tinggi.

4
5. Tanda dan Gejala

1. Otot yang terserang terasa keras seperti papan yang menggumpal

atau berbentuk bulat


2. Otot terasa nyeri hebat
3. Penderita tidak dapat menggerakkan badannya pada saat terjadi kram otot
4. Kadang kadang ada interval dimana ototnya dalam keadaan rileks
5. Posisi kaki dalam keadaan plantar fleksi
6. Timbul serangan pada saat istirahat lalu tiba tiba posisi plantar fleksi

yang diikuti statis kontraksi tungkai bawah.(Latief,2004)

5
BAB II

MANAJEMEN FISIOTERAPI
1. Pemeriksaan Fisioterapi

a. Data Pasien ( Anamnesis Umum )


Nama : Ny. N
Jenis kelamin : Wanita
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Kontraktor
Hobby : Lari Sore
Alamat : Jln. Cendrawasih
b. Body Scheme
1. C (Chief of Complain)
Kram di bagian betis k anan
2. H (History Taking )
a. Kapan terjadi nya kram tersebut?
Jawab : Sejak tiga minggu yang lalu
b. Bagaimana kronologi kejadiannya?
Jawab: Nyeri pada kaki tiba-tiba muncul saat tidur di malam
hari dan kram pada betis sebelah kanan.
c. Apa yang dilakukan pada saat itu?
Jawab : Hanya merasa kesakitan karena tidak bisa bergerak
dengan waktu yang lama
d. Apakah kram yang terjadi hanya pada saat malam hari?
Jawab: iya, rasa sakitnya hanya terjadi pada malam hari saja
secara terus menerus.

e. Apakah kram yang dirasakan meningkat atau tidak ?

Jawab : Iya, selama seminggu terakhir kram semakin


memburuk dan rasa kebas semakin meningkat tiap
malamnya.

6
f. Apakah aktivitas berat yang biasa dilakukan
Jawab : saya biasanya melakukan pekerjaan rumah dan

g. Apakah sudah pernah ke dokter?

Jawab: belum
h. Apakah sebelumnya pernah ke fisioterapi?

Jawab : belum

i. Apakah ada keluhan lain?

Jawab : Tidak ada

2. A (Assymetric)
a. Palpasi :
Suhu : Normal
Oedem : Normal
Spasme : Terasa tegang pada otot gastroknemius kaki
sebelah kanan dibanding kaki kiri
Tenderness : Normal
b. R (Restrictive)

Pekerjaan : Terganggu karena kram terjadi pada malam hari


dan mengakibatkan terganggunya pekerjaan esok
harinya.
Rekreasi : Terganggu karena dia setiap hari selalu berjalan
sore
ROM : Terbatas pada regio ankle
c. T (Tissue Impairment and Psikogenik Prediction)

Neurogenik :-
Musculotendinogen : kram otot M. Gastrocnemius
Osteoartogenik :-

7
d. Spesifik Test
1. VAS
Nyeri Diam 0
Nyeri Tekan : 6,5
Nyeri Gerak 4
2. Test Refleks Patella : tidak ada reflex
3. Test Refleks Achiles : tidak ada refleks
4. Sit to Stand Test : dalam 30 detik pasien hanya bisa melakukan 3
kalli, kram muncul pada test kedua
5. ROM
6. Test Sensasi
7. Test Single Leg Squat ( SLS ) : terjadi penurunan keseimbangan dan
stabilisasi
e. Sit to Stand Test selama 30 detik
f. MMT
c. Body Image
1. H ( History Taking )
-Apakah anda merasa cemas?
Jawab : iya, karena saya merasa terganggu dan tidak semangat
melakukan aktifitas sehari-hari saya.
2. T (Tissue Impairment and Psikogenik Prediction)
-Psikogenik : merasa cemas
3. Spesifik Test

 Hamilton Rating Scale


Hasil : 12 (kecemasan ringan)
d. Body Language
1. Assimetric Inspeksi Statis :
Anterior : wajah pasien nampak tidak menahan rasa sakit, knee
kontralateral lebih rendah,kaki kanan nampak sedikit fleksi.
Lateral : kaki kanan sedikit fleksi
Posterior : nampak otot gastrocnesmius pada kaki kanan lebih
menonjol di banding yang kiri.
2. Gait analissis
8
3. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Aktif
- Region knee (fleksi - ekstensi )
- Ankle (plantar dan dorso fleksi ,eversi dan inverse )
- Hip (fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi)

Pasif
- Region knee (fleksi -ekstensi )
- Ankle (plantar dan dorso fleksi ,eversi dan inverse )
- Hip (fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi)
TIMT
- Region knee (fleksi - ekstensi )
- Ankle (plantar dan dorso fleksi ,eversi dan inverse )
- Hip (fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi)
4. Restrictive
ADL : walking, toiletting, sex activity
e. Atensi
Pasien segera memeriksakan dirinya ke fisioterapi serta
memperhatikan semua masukan dari fisioterapi. Pasien di berikan
Program fisioterapi :Komunikasi Teraupetik, Massage dan
Streching.
f. Penanaman Memori
Saat pasien diberikan intervensi fisioterapi. Dan diedukasi tentang
gerakan-gerakan yang diberikan & memperbanyak konsumsi air
putih dan pasien paham tentang edukasi yang diberikan oleh
fisioterapis dan melakukannya di rumah sesuai yang diajarkan
(Home Program).
g. Perubahan Persepsi
Awalnya pasien tidak tahu jika Fisioterapi bisa menangani kram
pada M.Gastrocnemius tapi setelah dapat saran dari teman dan telah
beberapa kali ke Fisioterapi pasien mengalami adanya perubahan.
Pasien merasa Fisioterapi itu penting , dan kecemasan pasien mulai

9
menurun.
2. Diagnosis
Gangguan aktivitas fungsional berupa berjalan dan berlari e.c gastrocnemius
cramps sejak tiga minggu yang lalu.
3. Problem
a. Problem primer : Nyeri dan Kram
b. Problem Sekunder : Spasme m.gastrocnemius, penurunan kekuatan m.abduktor

c. Problem kompleks : Keterbatasan Fungsional

4. Tujuan
a. Mengurangi Nyeri dan kram
b. Menangani spasme otot gastrocnemius
c. Penguatan otot abduktor
d. .Meminimalisir keterbatasan fungsional
e. Memberikan edukasi pencegahan terjadinya keram
5. Intervensi

No Problem Modalitas Dosis


1. Kecemasan Komunikasi F : setiap hari
Teraupeutik I : Pasien fokus
T : wawancara
T: Selama Terapi
2. Nyeri IR F : 2-3x Seminggu
I : 250 hz
T : Tegak lurus
T : 5-10 menit
3. Meningkatkan Exercise F : setiap hari
ROM Theraphy
I : 8 hitungan, 3 kali
repetisi
T : AROMEX,
PROMEX, penggunaan
elastic band
T : 1 menit
4. Spasme otot M. Exercise F : setiap hari
Gastrocnemius Theraphy
I : 8 hitungan, 3 kali
repetisi
10
T : Stretching
Gastrocnemius
T : 1 menit
5. Penurunan Strengthening F : setiap hari
kekuatan otot Exc.
I : 8 kali hitungan, 3 kali
abduktor
repetisi
T : Bridging
T : 1 menit

Program AFPR
 Pasien diberikan home program berupa :

- Stretch Massage pada plantar fascia

- Standing exc. di luar dalam danluar ruangan

 Walking Exc.

 Latihan menendang bola

 Latihan melompat

 Memberikan edukasi kepada pasien apabila anda mengalami kram ketika

duduk atau tidur maka anda dapat menggerakan jari-jari kaki ke arah atas
secara perlahan. Kemudian anda dapat bangun secara perlahan.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kram di kaki memang biasanya terjadi, secara umum kram kaki juga karena
adanya faktor kelelahan dan penggunaan otot berlebih Penanganan fisioterapis
dengan modalitas IR,massage,kontra rileks stretch dan program-program yang
diberikan dapat menangani permasalahan seperti nyeri,dan spasme pada otot
gastroknemius sesuai dengan komplikasi kram yang dialami.

B. SARAN
1. Bila Anda sering mengalami kram saat tidur, lakukan gerakan

pelemasan pada otot-otot betis sebelum tidur.

2. Perbanyak minum air putih agar sirkulasi darah lancar

3. Tidurlah dengan posisi yang mencegah otot betis Anda tertekan tanpa
disadari

12
DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, F. Y. (2018). Pemanasan Fisik Menurunkan Kejadian Kram Otot Triceps Surae
pada Atlet Renang. Physical Heating Reduces Genesis of Triceps Surae Muscle
Cramps in Swimming Athletes, 72-74.
Butler, J. V. (2002). Nocturnal leg cramps in older people. Postgraduate Medical
Journal, 596–598.
Graha, A. i. (2008). TERAPI MASASE FRIRAGE DALAM PENATALAKSANAAN
CEDERA OLAHRAGA PADA LUTUT DAN ENGKEL. Yogyakarta:
MEDIKORA.
RICHARD E. ALLEN. (2012). Nocturnal Leg Cramps. American Academy of Family
Physicians, 351-355.
Salaf, F. (2004). Minimal clinically important changes in chronic musculoskeletal.
European Journal of Pain, 284-285.

13

Anda mungkin juga menyukai