Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN TETANUS

Disusun Oleh:

NAMA : Khilwiyatul ula


NIM : 72020040001
PRODI : Profesi Ners

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2019/ 2020
Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. +62 291 437 218
Website: www.umkudus.ac.id
Email: sekretariat@umkudus.ac.id
A. PENERTIAN
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh toksin kuman clostridium tetani,
dimanifestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekuatan otot seluruh
badan. Kekakuan tonus otot ini tampak pada otot maseter dan otot-otot rangka (Batticaca,
2012).
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung, tetapi sebagai
dampak eksotoksin (tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps ganglion
sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro muscular (neuro muscular jugtion)
dan saraf autonomy (Nurarif & Kusuma, 2016).
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan
spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani. Terdapat beberapa bentuk klinis tetanus termasuk
didalamnya tetanus neonatorum, tetanus generalisata, dan gangguan neurologis local
(Sudoyo, 2009).

B. ETIOLOGI
Spora bacterium clostridium tetani (C. Tetani). Kuman ini mengeluarkan toxin yang
bersifat neurotoksin (tetanospasmin) yang menyebabkan kejang otot dan saraf perifer
setempat. Termasuk bakteri gram positif. Bentuk :batang, terdapat: ditanah, kotoran manusia
dan binatang (khususnya kuda) sebagai spora, debu, instrument lain. Spora bersifat dorman
dapat bertahan bertahun-tahun (> 40 tahun).

C. MANIFESTASI KLINIS
Priode inkubasi (rentan waktu antara trauma dengan gejala pertama) bervariasi antara 1-
7 hari. Minggu pertama regiditas, spasme otot. Gangguan ototnomik biasanya dimulai
beberapa hari setelah spasme dan bertahan sampai 1-2 minggu,t tetapi kekuatan tetap
bertahan lebih lama. Pemulihan bisa memerlukan waktu 4 minggu (Nurarif & Kusuma,
2016).
D. PATHOFISIOLOGI
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti; luka tertusuk paku,
pecahan kaca atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi dapat
melalui pemotongan tali pusat. Organisme multiple membentuk dua toksin
yaitutetanopasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neutropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot dan mempengaruhi system syarap pusat. Kemudian tetanolysin
yang tampaknya tidak signifikan.
Exotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada system syaraf pusat dengan melewati
akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada sel syaraf atau jaringan
syaraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas
dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh arititosin. Hipotesa cara diabsorbsi
pada ujung syaraf motoric dan melalui aksis silindrik dibawa kekornu anterior susunan
syaraf pusat. Kedua tokin diabsorsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah
arteri kemudian masuk ke susunan syaraf pusat. Toksin bereaksi pada myoneural junktion
yang menghasilkan otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang. Masa inkubasi 2 hari
sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari. Kasus yang sering terjadi adalah 14 hari. Sedangkan
untuk neonates biasanya 5 sampai 14 hari.
E. PATHWAY

Faktor predisposisi (luka tusuk dalam dan kotor serta belum terimunisasi, luka karena lalulintas,
luka bakar, luka tembak, tusuk gigi, perawatan luka/tali pusat yang tidak baik)

Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh dan berpoliferasi

Clostridium tetani mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksin

Tetanus

Menempel pada cerebral ganglion side

Kekakuan dan kejang otot yang khas pada tetanus

Otot mastikatorius otot-otot erector pada batang tubuh Spasme Otot

Trismus kaku kuduk Otot gerak/ekstremitas

Sulit menelan Kekakuan


Gangguan Mobilitas Fisik

Intake nutrisi tidak adekuat Nyeri Akut

Kebutuhan Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan Tubuh
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG: interval CT memanjang karena segment ST. bentuk takikardi ventrikuler
(torsaderde pointters)
2. Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau 1,2-1,5 mmol/L atau lebih rendah kadar fosfat
dalam serum meningkat.
3. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto rontgen pada jaringan subkutan atau
bebas ganglia otak menunjukkan klasifikasi.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Farmakologis
1) Antitoksin: antitoksin 20.000 Iu/I.M/5 hari. Pemberian baru diberikan setelah
dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.
2) Anti kejang 9antikonvulsan)
 Fenobarbital (luminal): 3 x 100 mg/1.M. Untuk anak diberikan mula-mula 60-100
mg/1. M lalu dilanjutkan 6 x 30 mg/ hari (mak. 200 mg/hari).
 Klorpromasin: 3 x 25 mg/1.M/hari. Untuk anak-anak mula-mula 4-6 mg/kg BB.
 Diazepam: 0,5-10 mg/kg BB/1.M/4 jam.
3) Antibiotic: penizilin procain 1 juta Iu/ hari atau tetrasifilin 1 gr/ hari/1.V. Dapat
memusnahkan tetani tetapi tidak mempengaruhi proses neurologiknya.
2. Non Farmakologi
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya.
2. Diet TKTP. Pemberian tergantung kemampuan menelan. Bila trismus, diberikan
lewat sonde parenteral.
3. Isolasi pada ruang yang tenang, bebas dari rangsangan luar.
4. Menjaga jalan nafas agar tetap efisien.
5. Mengatur cairan dan elektrolit.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala: - Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat,duduk mengemudi
dalam waktu yang lama.
- Penurunan rentan gerak dari ekstremitas pada bagian tubuh.
- Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.
Tanda: - Atrofi otot pada bagian tubuh terkena
-  gangguan dalam perjalanan
2.     Eliminasi
Gejala: - Konstipasi
-  mengalami kesulitan dalam defekasi
-  adanya inkontinensia atau retensio urin
3. Nutrisi / cairan
Gejala: - Anoreksia : mual, muntah
- Penurunan berat badan
4.    Nyeri / kenyamanan
Gejala: - Nyeri seperti tertusuk pisau akan semakin memburuk dengan adanya :
batuk, mengangkat, defekasi.
Tanda: - Nyeri pada palpasi.
7.   Keamanan
Gejala: - Demam
8. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : - gaya hidup monoton hiperaktif

2. DOAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri akut d/d Agen injuri (biologis)
- Gangguan Mobilitas Fisik b/d intoleransi aktivitas
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan reflek
menelan, intake kurang.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd


O Kep
1 1 Setelah dilakukan tindakan  Manajemen Nyeri
keperawatan selama 2x24 jam O : Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan Nyeri dapat secara komprehensif PQRST.
terkontrol dengan KH: N : Observasi isyarat nonverbal
1. Nyeri yang dilaporkan ketidaknyamanan, khususnya
ringan : 4 pada mereka yang tidak
2. Menyeringit : 5 mampu berkomunikasi efektif.
E : Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan
prosedur.
C : ajarkan tentang teknik non
farmakologi : relaksasi nafas
dalam.
2 2 Setelah dilakukan tindakan O : Observasi aktivitas pasien.
keperawatan selama 2x24 jam N : Bantu pasien untuk miring
diharapkan hambatan mobilitas kanan kiri, duduk, berdiri dan
fisik normal dengan KH : berjalan.
1. Bergerak dari posisi E : Ajarkan pasien dan keluarga
berbaring ke posisi duduk. cara melatih dan melakukan
2. Bergerakdari posisi duduk ROM aktif dan pasif.
ke posisi berdiri dan C : Kolaborasi dengan ahli
berjalan. fisioterapi.
3. ROM aktif dan pasif
normal.
3 3 Setelah dilakukan tindakan  Monitor Nutrisi
keperawatan selama 3x24 jam O : Monitor adanya mual dan
diharapkan status nutrisi muntah
terpenuhi dengan KH: N : memantau kecendrungan naik
1. Asupan makanan : 5 dan turunya BB.
2. Asupan nutrisi : 5 E : lakukan pengukuran status
atropometri/nutrisi A,B,C,D.
C : Kolaborasikan obat apa yang
diperlukan dan makanan yang
sesuai.

4. REFERENSI
- Nanda 2018-2020. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
- Sue Moorhead, Marion Johson Merideon 1. Mass. Elizabeth Swanson 2016. Nursing
Outcame Classification, Elseiver. Singapore.
- Gloria M. Bluchek, Howard K. Butcher, Joane M . Dochterman. Cherly .M. Wagner.
2016. Nursing Interventions Classivication. Elseiver .Singapore.
- Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Pathifisiologi. Jakarta : EGC.
- Batticacs. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.
- Nurarif & Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2. Jogjakarta :
Mediaction Publishing.
- Sudoyo W. Aru. (2009). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta; Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai