Di susun oleh :
Arisah
72020040059
d) Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel
didalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang
mengandung zat racun dengan kadar tinggi, tanpa mekanisme
pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari
toksik tersebut membuat struktur membrane sel mengalami perubahan
dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik. Membrane sel tersebut
merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrient
dengan proses diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membrane tersebut.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan
reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di
semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan kerusakan sistem tubuh.
e) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang
terdiri dari sistem limfatik khisusnya sel darah putih, juga merupakan
faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang
berulang atau protein pasca translasi, dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan
terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan
dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang
mengalamu perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun.
Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibodi yang luas
mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan
menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak jaringan. Salah
satu bukti yang ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto
antibody bermacam-macam pada orang lanjut usia. Disisi lain sistem
imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada
proses menua, daya serangnya terhadap kanker menjadi menurun,
sehingga sel kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang
menyebabkan kanker yang meningkat sesuai dengan meningkatnya
umut
f) Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe)
Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia
dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari terkenanya
radiasi atau tercemarnya zat kimia yang bersifat karsiogenik atau
toksik dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini terjadinya
mutasi yang progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
Mekanisme pengontrolan genetic dalam tingkat sub seluler dan
molekular yang bisa disebut juga hipotesis “error catastrophe”
menurut hipotesis tersebut menua disebabkan oleh kesalahan-
kesalahan yang beruntun. Sepanjang kehidupan setelah berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses
transkripsi (DNA / RNA) maupun dalam proses translasi (RNA
protein/ enzim) kesalahan tersebut akan menyebabkan terbentuknya
enzim yang salah. Kesalahan tersebut dapat berkembang secara
eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme
yang salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel. Apalagi jika
terjadi pula kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein),
maka terjadi kesalahan yang makin membanyak , sehingga terjadilah
katastrop.
g) Teori Menua Akibat Metabolisme
Pengurangan intake kalori pada rodentia muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan
umur karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena
menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel
misalnya insulin dan hormon pertumbuhan. Modifikasi cara hidup
yang kurang bergerak menjadi lebih banyak bergerak mngkin dapat
juga meningkatkan umur panjang. Hal ini menyerupai hewan yang
hidup dialam bebas dan banyak bergerak dibanding dengan hewan
laboratorium yang kurang bergerak dan banyak makan. Hewan dialam
bebas lebih panjang umurnya daripada hewan laboratorium.
h) Teori Akibat Radikal Bebas
Radikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan di dalam
tubuh fagosit (pecah), dan sebagai produk sampingan didalam rantai
pernafasan didalam mitokondria. Untuk organisasi aerobik radikal
bebas terutama terbentuk pada waktu respirasi (Aerob) didalam
mitokondria. Karena 90 % oksigen yang diambil tubuh termasuk
didalam mitokondria. Waktu terjadi proses respirasi tersebut oksigen
dilibatkan dalam mengubah bahan bakar menjadi ATP, melalui enzim
respirasi didalam mitokondria maka RB akan dihasilkan sebagai
zat antara. RB yang terbentuk tersebut adalah superoksida (O2),
radikal hidroksida (OH), dan juga peroksida hidrogen (H202). RB
bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi
dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membrane
sel, dan dengan guguh SH. Walaupun telah ada sistem penangkal,
namun sebagian RB tetap lolos, bahkan makin lanjut usia makin
banyak RB terbentuk sehingga proses pengerusakan terus terjadi,
kerusakan organel sel semakin banyak akhirnya sel mati.
2) Teori psikologi
a) Aktivitas atau Kegiatan (activity theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktifdan terus memelihara
keaktifannya setelah lanjut usia sense of integrity yang dibangun
dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan
bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari usia lanjut. Mempertahankan
hubungan anatara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke usia lanjut.
b) Kepribadian berlnjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam
memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan
masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal. Pada
teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang
yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang
dimilikinya.
c) Teori Pembebasan (Disengagement theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu dengan individu lainnya.Teori ini menyatakan
bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
terjadi kehilangan ganda (triple loss), yakni:
Kehilangan peran (loss of role)
Hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationship)
Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social more
and values)
7. Masalah yang terjadi pada lansia
Menurut Suardiman (2011usia lanjut rentan terhadap berbagai masalah kehidupan.
Masalah umum yang dihadapi oleh lansia diantaranya:
1) Masalah ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki masa
pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut dihadapkan
pada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat seperti kebutuhan akan
makanan yang bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan
sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih
baik karena memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak
memiliki pensiun, 17 akan membawa kelompok lansia pada kondisi tergantung
atau menjadi tanggungan anggota keluarga (Suardiman, 2011).
2) Masalah sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik
dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya kontak sosial
dapat menimbulkan perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi
seperti mudah menangis, mengurung diri, serta merengek-rengek jika bertemu
dengan orang lain sehingga perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuntjoro,
2017).
3) Masalah kesehatan
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah kesehatan.
Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap penyakit
(Suardiman, 2011).
4) Masalah psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau kemrosotan
yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya, bingung,
panik, depresif, dan apatis. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor
psikososial yang paling berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak
saudara dekat, atau trauma psikis. (Kartinah, 2018).
8. Penyakit yang menyerang pada lansia
Beberapa penyakit degeneratif yang di alami usia lanjut yang merupakan penyebab
kematian terbesar pada usia 60 tahun ke atas, antara lain:
1) Osteo Artritis (OA)
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang
mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA
merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi
risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.
2) Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau
kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada
percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause,
sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya
produksi vitamin.
3) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena
menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Hipertensi dapat memicu terjadinya
stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan
gagal ginjal
4) Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana
gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau
sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl.
Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko
DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah,
berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.
5) Dimensia
Dimensia Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi
intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas
kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi
pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh
darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko
terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan
pendidikan rendah.
6) Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung
terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga
kebingungan.
7) Kanker Kanker
merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami
perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah
ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan
fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari
yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker
merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko
yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun.
Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat
3. PATHOFISIOLOGI
1. Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak membentuk massa atau
hematoma yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema disekitar
otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra serebral
sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, sub kortikal, nukleus
kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan
struktur dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis
fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma
paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi
willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan piameter dan
ventrikel otak, ataupun di dalam ventrikel otak dan ruang sub arachnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang sub aracnoid mengakibatkan
terjadinya peningkatan tekanan intra kranial yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.
Peningkatan tekanan intra kranial yang mengakibatkan perdarahan
subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Penurunan sub arachnoid
dapat mengakibatkan vaso spasme pembuluh darah serebral. Vaso
spasmeini sering kali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan,
mencapai puncaknya pada hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah
minggu ke 2-5. Timbulnya vaso spasme diduga karena interaksi antara
bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang sub arachnoid. Vaso
spasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik,
afasia, dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan
glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan
oksigen jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70% maka akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui proses metabolik
anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak [CITATION
Syl06 \l 1057 ].
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan serebrospinal,
AGD, biokimia darah, elektrolit.
2. CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga
untuk memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan adanya
infark.
3. Ultrasonografi doppler : untuk mengidentifikasi penyakit arterio vena.
4. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
5. MRI : menunjukkan darah yang mengalami infrak, hemoragic.
6. EEG : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7. Sinar X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis interna
terdapat pada trombosit serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisme pada
perdarahan sub arachnoid
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Menurunkan kerusakan iskemik serebral
Tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan oksigen, glukosa dan aliran darah yang
adekuat dengan mengontrol atau memperbaiki disritmia serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti koagulan : Heparin untuk menurunkan kecenderungan perdarahan
pada fase akut.
b. Obat anti trombotik : pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik atau embolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral.
4. Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak.
Penderita yang menjalani tindakan ini sering kali juga menderita beberapa
penyakit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskuler yang luas.
Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan
dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d gangguan aliran
darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial (Domain 4. Kelas
4. Kode 00201)
2. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot (Domain 4. Kelas
2. Kode 00085)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan makan (Domain 2. Kelas 1. Kode 00002)
4. Resiko kerusakan integritas kulit b.d tirah baring lama (Domain 11.
Kelas 2. Kode 00047)
5. Defisit perawatan diri b.d kelemahan (Domain 4.kelas 5. Kode 00108)
9. INTERVENSI
C : Kolaborasi dengan
tim dokter dalam
pemberian obat
neuroprotektor
2. Hambatan Setelah diberikan O : Kaji kemampuan
mobilitas fisik asuhan secara fungsional atau
b.d penurunan keperawatan luasnya kerusakan awal
kekuatan otot diharapkan N : 1. Ubah posisi
Hambatan minimal 2 jam
mobilitas fisik 2. Latih rentang gerak
teratasi dengan ROM
kriteria hasil : E : Ajarkan keluarga
Mempertahan untuk menempatkan
kan posisi bantal dibawah aksila
optimal untuk melakukan
Mempertahan abduksi pada tangan
kan kekuatan C : Kolaborasi dengan
dan fungsi tim dokter dalam
bagian tubuh pemberian obat
yang
mengalami
hemiparese
3. Ketidakseimban Setelah diberikan O : Monitor kalori dan
gan nutrisi asuhan asupan makanan
kurang dari keperawatan N : Anjurkan pasien
kebutuhan tubuh diharapkan untuk memantau kalori
b.d Ketidakseimbang dan intake makanan
ketidakmampua an nutrisi kurang (misalnya buku harian
n makan dari kebutuhan makanan)
tubuh teratasi E : Informasikan
dengan kriteria kepada keluarga tentang
hasil : kebutuhan nutrisi
Mengerti C : Kolaborasi dengan
faktor yang ahli gizi untuk
meningkatkan menentukan jumlah
berat badan kalori dan nutrisi yang
Mengidentifik di butuhkan pasien
asi tingkah
laku dibawah
kontrol klien
4. Resiko Setelah diberikan O : 1. Monitor kondisi
kerusakan asuhan kulit pasien
integritas kulit keperawatan 2. Monitor komplikasi
b.d tirah baring diharapkan dari tirah baring
lama Resiko kerusakan N : 1. Ubah posisi tiap
integritas kulit 2 jam sekali
teratasi dengan 2. Gunakan bantal
kriteria hasil : untuk pengganjal
Tidak ada pada daerah yang
tanda-tanda menonjol
kerusakan 3. Jaga kebersihan
kulit kulit dan seminimal
TTV normal mungkin hindari
trauma, panas
terhadap kulit.
E : Jelaskan pada
keluarga alasan
diperlukannya tirah
baring
C : Kolaborasi dalam
pemberian obat
5. Defisit Setelah diberikan O : 1. monitor
perawatan diri asuhan kebersihan kuku
b.d kelemahan keperawatan 2. Monitor intregritas
otot diharapkan defisit kulit pasien
perawatan diri N : 1. Fasilitasi pasien
teratasi dengan untuk menggosok gigi
kriteria hasil : dengan tepat
Pasien mampu 2. Berikan bantuan
menjaga sampai pasien
kebersihan diri benar-benar mampu
secara mandiri merawat diri secara
Pasien dapat mandiri
mengetahui E : Informasikan kepada
pentingnya keluarga pentingnya
kebersihan diri menjaga kebersihan
C : Kolaborasi dengan
tim medis
REFERENSI