Anda di halaman 1dari 20

Assalamu’alaikum

Semangat Rabu
AKADEMI KEPERAWATAN
ISLAMIC VILLAGE TANGERANG

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Amputasi

ISMIA HERDIANA
18.033
-DEFINISI AMPUTASI-

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.

Jauhar (2012) amputasi adalah tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian


atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang
dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi
pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan
teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan
tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti timbulnya
komplikasi infeksi”.
-TINGKATAN PADA AMPUTASI-

Amputasi Tubuh Bagian Bawah


• Amputasi mulai dari jari hingga seluruh
bagian kaki dan sebagian panggul

Amputasi Tubuh Bagian Atas


• Mulai dari pemotongan sebagian jari
hingga seluruh lengan dan sebagian
dari bahu

Amputasi Kongenital
• Hilangnya sebagian atau seluruh lengan
atau kaki akibat bawaan yang sudah
terjadi sejak lahir
-JENIS AMPUTASI-

1. Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang


berat dimana pemotongan tulang dan otot pada
tingkat yang sama
2. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih
memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk
menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang
lebih 5 centimeter dibawah potongan otot dan
tulang.
3. Amputasi Minor dan amputasi mayor
4. Amputasi selectif, amputasi tidak terencana dan
amputasi darurat
-ETIOLOGI AMPUTASI-

1. Ekstermitas tidak dapat di perbaiki


2. Kondisi yang membahayakan kesehatan
orang lain
3. Komplikasi infeksi
4. Iskemia (penyakit reskulanisasi perifer,
biasanya pada orang tua pada klien
dengan DM, Arteriosclerosis )
5. Trauma (cidera remuk, luka bakar),
deformitas kongenital
6. Penyakit vaskular perifer
-PATOFISIOLOGI-
Penyakit pembuluh darah perifer merupakan pemnyebab terbesar dari
amputasi anggota gerak bagian bawah. Biasanya penyebab dari penyakit
pembuluh darah perifer adalah hipertensi, diabetes, hiperlipidemia. Penderita
neuropati perifer terutama klien dengan diabetes melitus mempunyai resiko
untuk amputasi. Pada neuropati perifer biasanya kehilangan sensor untuk
merasakan adanya luka dan infeksi. Tidak terawatnya luka dapat infeksi dapat
menyebabkan terjadinya gangren dan membutuhkan tindakan amputasi.

Amputasi di indikasikan bagi klien dengan gangguan aliran darah baik akut
maupun kronis. Pada situasi trauma akut, dimana anggota tubuhnya terputus
sebagian atau seluruhnya akan mengalami kematian jaringan. Walaupun
replantasi jari, bagian tubuh yang kecil, atau seluruh anggota tubuh. Pada
proses penyakit kronik,sirkulasi mengalami gangguan sehingga terjadi
kebocoran protein pada intersisium sehingga terjadi edema. Edema
menambah resiko terjadinya cedera dan penurunan sirkulasi. Ulkus yang ada
menjadi berkembang karena terinfeksi yang disebabkan oleh menurunnya
kekebalan yang membuat bakteri mudah berkembangbiak. Infeksi yang terus
bertumbuh membahayakan sirkulasi selanjutnya dan akhirnya memicu
gangren, dan dibutuhkan tindakan amputasi (LeMone, 2011).
-MANIFESTASI
Manifestasi Klinis KLINIS-

1. Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam ke adaan imobilitas maka akan menyebabkan
penekanan pada fungsi sismatik serta penurunan katekolamin dalam
darah sehingga munurunkan kecepatan metabolisme basal.

2. Ketidak seimbangan cairan dan metabolik


Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih
dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma,
hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravascular ke luar keruang
interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan
odema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga
menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke
hypotalamus posterior untuk mengahambat pengeluaran ADH, sehingga
terjadi peningkatan diuresis (Nurarif, 2015,
-PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK-

1. Kultur luka
2. CT Scan
3. X- Ray
4. Biopsi untuk menguatkan dugaan adanya benigna./ maligna
5. Angioprafi, mengevaluasi perubahan dalam sirkulasi dan
perfusi jaringan
-PENATALAKSANAAN-

1.    Terapi
Antibiotik
Analgetik
Antipiretik (bila diperlukan)

2.    Medis
a.    Balutan rigid tertutup
b.    Balutan lunak
c.    Amputasi bertahap
d.   Protesis
1.  Rigid Dressing
2.  Soft Dressing
-KOMPLIKASI-

1. Perdarahan
2. Terjadinya nfeksi, dan
3. keruskan kulit
4. Gangguan Psikologi

Pendarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan


dapat menjadi masif. Infeksi dapat tejadi pada semua pembedahan dengan
peredaran darah yang buruk atau dengan adanya kontaminasi serta dapat
terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan iritasi
pengunaan prostensis. Menurut pusdiknes, komplikasi yang dapat terjadi
pada amputasi adalah infeksi, nyeri phantom(phantom limp-pain), neuroma,
keruskan kulit, dan fleksi kontraktur. (Lukman, 2009, hal. 62)
-PENGKAJIAN-
Identitas
Keluhan utama
• Pasien merasakan nyeri seperti sensasi terbakar disertai kram otot dan adanya
linu
Alasan masuk rumah sakit
• Pasien mengalami nyeri pada anggota tubuh tertentu disertai rasa nyilu
Riwayat penyakit sekarang
• Pasien amputasi traumatik dikibatkan dari kecelakaan kendaraan bermotor atau
cidera yang melibatkan mesin ditempat kerja
Riwayat penyakit sebelumnya
• Pasien dengan amputasi  sebelumnya apakah pernah menderita penyakit
vaskulerperifer progresif (sering terjadi sebagai gejala sisa diabetes militus),
gangren, trauma (cedera remuk, luka bakar), deformitas congenital, atau tumor
ganas
-PENGKAJIAN-
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
• Kesadaran : kesadaran biasanya composmentis
Sistim kardiovaskuler (Peningkatan denyut nadi)
Sistem muskuloskeletal
• Penurunan kekuatan otot dengan adanya imobilisasi dan gangguan sistem vaskuler
Osteoporosis
• Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan
anorganik sehingga masa tulang menipis dan tulang menjadi keropos. 
Sistem pencernaan (Anoreksia)
• Sistem integumen
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian seperti punggung dan bokong akan tertekan
sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan
• Sistem endokrin (peningkatan diuresis)
• Sistem imunitas (Terjadi ulkus statis)
-DIAGNOSA KEPERAWATAN-

PRE OP
1. Nyeri akut b/d agen pencedra biologis
2. Ansietas b.d Ancaman terhadap konsep diri

POST OP
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur
tubuh/bentuk tubuh (amputasi, trauma, luka bakar)
4. Nyeri akut b/d agen pencedra fisiologis
5. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan
sirkulasi.
6. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan
otot
No dx SLKI SIKI
1 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan Observasi
b.d perubahan struktur tindakan 1. Identifikasi harapan citra
tubuh/bentuk tubuh keperawatan tubuh berdasarkan
(amputasi, trauma, luka diharapkan Citra tahapan perkembangan
bakar) ditandai dengan: tubuh meningkat 2. Monitor frekuensi
1. Pasien dengan kriteria hasil: pernyataan kritik
mengungkapkan • Melihat bagian terhadap diri sendiri
kehilangan tubuh meningkat Terapeutik
bagian tubuh • Menyentuh 1. Diskusikan perubahan tubuh
2. Fungsi/ struktur bagian tubuh dan fungsinya
tubuh meningkat 2. Diskusikan cara
menghilang • Verbalisasi mengembangkan harapan
atau berubah kekhawatiran citra rubuh secara realistis
3. Pasien pada penolakan/ Edukasi
mengatakan reaksi orang 1. Jelaskan kepada keluarga
tidak mau menurun tentang perawatan
mengungkapkan • Focus pda perubahan citra tubuh
kecacatan/ penampilan masa 2. Anjurkan menggunakan
kehilangan lalu menurun alat bantu (pakaian)
sebagian tubuh 3. Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
No dx SLKI SIKI
2 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Observasi
pencedra fisiologis tindakan 1. Identifikasi lokasi,
ditandai dengan : keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Pasien mengeluh diharapkan tingkat kualitas, intensitas nyeri
nyeri nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Pasien tampak dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi respon nyeri
gelisah 1. Keluhan nyeri nonverbal
3. Pasien mengatakan menurun Terapeutik
sulit tidur 2. Gelisah menurun 4. Berikan teknik
4. Nafsu makan 3. Kesulitan tidur nonfarmakologis untuk
berubah menurun mengurangi rasa nyeri
4. Nafsu makan 5. Fasilitasi istirahat tidur
membaik Edukasi
6. Jelaskan penyebab,periode
dan pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
8. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
9. Kolaborsi pemberian analgetik
No dx SLKI SIKI
3 Gangguan mobilittas fisik Setelah dilakukan Observasi
b/d penurunan kekuatan tindakan 1. Identifikasi toleransi fisik
otot ditandai dengan : keperawatan melakukan ambulansi
1. Pasien mengeluh diharapkan mobilitas 2. Monitor kondisi umum selama
sulit menggerakan fisik meningkat melakukan ambulansi
tangan dan kakinya dengan kriteria hasil: Terapeutik
2. Kekuatan otot 1. Pergerakan 3. Fasilitasi melakukan mobilitas
menurun ekstremitas fisik
3. Gerakan terbatas meningkat 4. Libatkan keluarga untuk
4. Fisik lemah 2. Kekuatan otot membantu pasien dalam
meningkat meningkatkan ambulansi
3. ROM meningkat Edukasi
4. Kelemahan fisik 5. Jelaskan dan tujuan prosedur
menurun ambulansi
6. Anjurkan melakukan
ambulansi dini
7. Ajarkan ambulansi sederhana
yang harus dilakukan
No dx SLKI SIKI
4  Gangguan integritas Setelah dilakukan (Perawatan Luka)
kulit/jaringan b.d asuhan keperawatan Mandiri
perubahan sirkulasi di di harapkan integritas 1. Monitor karakteristik luka
tandai dengan : kulit dan jaringan 2. Monitor tanda infeksi
1. Kerusakan jaringan meningkat dengan 3. Melakukan perawatan luka
atau lapisan kulit kriteria hasil : 4. Jelaskan tanda dan gejala
1. Perfusi jaringan infeksi
meningkat 5. Anjurkan mengkonsumsi
2. Kerusakan TKTP
jaringan dan 6. Ajarkan prosedur
lapisan kulit perawatan luka sendiri
menurun Kolaborasi
3. Nyeri menurun 1. Pemberian antibiotic, jika
4. Sensasi membaik perlu
5. Pemulihan pasca
bedah meningkat

Anda mungkin juga menyukai