Anda di halaman 1dari 13

VHANIA DHOMINICA BANI (01501190347)

“Asuhan Keperawatan dengan Pasien Fraktur”

FRAKTUR

Dikenal sebagai patah tulang, diskontinuitas atau terputusnya kontiunitas struktur tulang.

1. Penyebab

Trauma injury, kecelakaan lalu lintas, proses penyakit

 Fraktur diklasifikasikan (komunikasi lingkungan eksternal)


a) Terbuka

Terjadi saat integritas kulit terganggu sehingga tulang terekspos keluar dan menyebabkan injury

b) Tertutup

Terjadi saat kondisi kulit maish menyatu dan tidak adnya robekan pda kulit

 Fraktur diklasifikasikan
a) Complete

Jika patahan melalui diseluruh bagian tulang

b) Incomplete

Terjadi jika fraktur terjadi disebagian tulang tetapi tulang masih dalam satu bagian (tidak terpisah
menjadi 2 bagian), terjadi karena adanya tekanan kompresi pada tulang

 Fraktur diklasifikasikan (arah patahan)


Linear, oblique, transverse, longitudinal, spiral, greenstick, comminuted, longitudinal.

 Fraktur diklasifikasikan
a) Displaced

Kedua ujung tulang yang patah terpisah dari satu dengan yang lain dan tidak pada posisi normal dan
fraktur yang lebih dari 2 fragmen dan terdapatserpihan dapat seperti; fraktur oblique

b) Nondisplaced

Perisosteum masih menyatu dan tulang masih sejajar dan biasanya ini fraktur dengan garis
melintang, spiral, greenstick

MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri terokalisasi (nyeri pada lokasi cedera)


2. Penurunan fungsi
3. Ketidakmampuan dalam menahan beban atau digunakan
4. Tampak melindungi area cidera dari aktivitas / Gerakan
5. Saat diinspeksi terdapat deformitas dan bisa juga tidak tampak
6. Jika terdapat fraktur, maka lakukan immobilisasi

Proses penyembuhan tulang

 Perdarahan (fracture hematoma) = 72 jam


 Granulasi jaringan = 3 – 14 hari
 Pembentukan kalus = akhir minggu ke 2
 Osifikasi (pengerasan tulang) = minggu ke 3 – 6 bulan
 Konsolidasi = 1 tahun
 Remodeling = secara bertahap

Secara normal tulang bisa nyambung kembali namun nyambungnya tidak sesuai anatomis
Faktor dalam penyembuhan tulang

 Umur
 Merokok
 Displacement dan lokasi pada fraktur
 Suplai darah kearah fraktur
 Immobilisasi
 Internal fiksasi (memfiksasi kedua ujung tulang agar terimmobilisasi
 Infeksi nutrisi

Komplikasi fraktur

 Delayed union

Proses penyembuhan dapat terjadi secara lambat

 Nonunion

Kegagalan untuk menyatu pada tulang (karena kalus tidak terbentuk)

 Malunion

Kegagalan untuk Kembali pada anatomis sebelumnya (sembuh pada waktu yang diharapkan namun
tidak pada anatomis yang seharusnya, komplikasi; deformitas)

 Angulasi (angulation)

Posisi abnormal pada struktur bagian tengah tulang

 Pseudoarthrosis

Terjadinya pembentukan sendi palsu yang diakibatkan abnormal saat movement ( malunion,
angulation)

 Refracture

Karena tidak adanya immobilisasi

 Myositis Osifikan

Deposisi kalsium pada jaringan otot ditempat terjadinya trauma otot atau injury pada ottot yang
secara terus menerus

ASUHAN KOLABORATIF

Tujuan Penanganan Fraktur

 Anatomi realignment (reduction)

Dilakukan reduction untuk lokasi atau kembalikan keposisi anatomis

 Immobilisasi

Agar terjaganya cidera

 Restorasi fungsi dari area yang fraktur (sebisa mungkin kembalikan ke normal)
Fraktur Reduction

 Closed reduction
1. Nonsurgical treatment, manual realignment pada patah tulang
2. Traksi dan countraksi
3. Dianastesi local atau total (umum)
4. Immobilitasi area yang fraktur untuk pertahankan unlinear

 Open reduction
1. Surgical incision(bedah)
2. Butuh fiksasi internal (ORIF) = Open Reduction Internal Fiksasion, pakai kawat, pin, plate,
paku. Terjadi risiko infeksi dan komplikasi anastesi
3. Resiko infeksi
4. Lakukan ROM secepatnya agar sendi tidak kaku
5. Fasilitasi ambulasi dini supaya tidak immobilitas ddalam jangka lama

Traksi

o Mencegah/menurunkan nyeri dan spasme otot


o Immobilisasi sendi/ pada bagian tubuh
o Mengurangi fraktur/dislokasi
o Mengatasi masalah patho;ogis pada sendi

Tindakan traksi

Memberikan gaya Tarik untuk mempertahankan atau menjaga realignment, dilakukan juga
countertraksi (menarik dari sisi yang berlawanan)

Terdapat 2 jenis traksi

o Traksi kulit

Memberikan gaya Tarik dalam jangka waktu pendek untuk mempertahankan realignment dan
dilakukan selama 48 – 72 jam

Menggunakan tape, boots, splints dan dilakukan langsung kekulit dan pada ujungnya diberikan
beban (2,3 – 4,5 kg) / ( 5 – 10 pounds)

Karena adanya gaya Tarik pada kulit maka ada hal prioritas, yaitu: mengkaji pressure ( adanya titik
tekanan pada kulit, kaji juga skinbreakdown (kerusakan kulit)

o Traksi skeletal

Digunakan dalam jangka waktu yang lebih Panjang dibandingkan skin traksi dan digunakan untuk
mensejajarkan, merielam tulang yang cidera dan sendir yang cidera / untuk kontraktur sendi dan
untuk kongenital hidistrasia (dislasi panggul)

Memakai pin/wire yang dimasukkan kedalam tulang setelah itu diberikan beban (2,3 – 20,4 kg)/( 5 –
45 lbs)

Ada risiko infeksi dan komplikasi immobilitas yang perlu diperhatikan;


 Mempertahankan countertraksi (gaya berlawanan dibandingkan traksi disisi sebelahnya)
 Mempertahankan traksi ( tidak boleh menempel pada tempat tidur)
 Tidak boleh menempel pada lantai

Mobilisasi Fraktur

1. Gips
 Bersifat temporer
 Dapat melakukan aktivitas sehari – hari
 Terdiri dari: beberapa bahan (sintesis) = sesuai kondisi pasien
 Area yang di gips ditutupi dengan stocking kapas
 Diberi plester dan dimasukkan kedalam air hangat
- Ditunggu : 15 menit
- Selama 24 – 72 jam tidak boleh berbaring pada area yang di gips
- Jangan menutup bagian atas & bawah gips yang merupakan aliran udara
- Jangan berikan direct pressure : petal edges

Knee imobilizer = dapat diatur berapa derajat dalam bergerak, perhatikan observasi kulit

Eksternal Fiksasi

 Gunakan pin dan rods


 Traksi
 Untuk berikan kompresi pada fragmen fraktur
 Dapat digunakan untuk immobilisasi jika tidak bisa gunakan gips
 Mengkaji kelonggaran pin yang masuk kedalam dan mengkaji infeksi
 Ajarkan pasien
Internal Fiksasi

 Alat : pin, plate, screw itu dimasukkan kedalam tulang untuk realignment dan
mempertahankan fragmen tulang
 Bahan : metal dengan bahan biologios (stainless steel, titanium)
TERAPI OBAT FRAKTUR

Karena dapat sebabkan spasme otot, maka diberikan relaksasi otot (central & peripheral);

I. Carisoprodol
II. Cyclobenzaprine
III. Methocarbamol

Fraktur terbuka, harus dilakukan imunisasi; tetanus dan difteri

Diberikan untuk mencegah infeksi = obat antibiotic yang sebagai penetrasi kedalam tulang
(cyclobenzaprine)

Terapi Nutrisi

 Protein (1g/kgBB)
 Vitamin (B,C,D)
 Kalsium, fosfor, magnesium
 Fluid ( 2000 – 3000 mL/hari)
 Serat
 Jika pasien gunakan gips yang menutupi badan (body jaket) & pinggul (hip spica) dianjurkan
untuk makan sedikit namun sering ( 6 porsi kecil dalam sehari)

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Data Subjektif
 Riwayat Kesehatan masa lalu (trauma, penyakit tulang, immobilisasi, osteopenia,
osteoporosis)
 Obat kortikosteroid ( akibatkan osteoporosis), obat analgesic
 Riwayat bedah / treatment lainnya
 Hormone replacement terapi ( esterogen, akibat menopause = osteoporosis)
 Suplemen kalsium
 Keluhan berkurangnya Gerakan/ kelemahan
 Spasme otot
 Pengkajian nyeri (PQRST), kesemutan, kebas

II. Data Objektif


 Khawatir
 Melindungi area cidera
 Laserasi kulit, perubahan warna
 Hematoma, edema
 Palpasi : penurunan nadi, nadi sulit diraba, penurunan suhu tubuh
 Kaji CRT
 Neurovascular : parastesia
 Peningkatan / penurunan sensasi
 Hambatan atau bahkan hilangnya dalam fungsi musculoskeletal
 Deformitas; abnormal angulasi
 Pemendekan, rotasi, krepitasi
 Kelemahan otot
 Pemeriksaan diagnostic (X-ray)

NEUROVASCULAR

 Vascular perifer : warna, suhu, edema, CRT, nadi (pada kedua ekstremitas)
 Neurologic perifer : nyeri, sensasi & motoric, kaji rasa parastesia

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Mobilitas Fisik


2. Risiko Disfungsi Neurovascular Perifer
3. Nyeri Akut
4. Kesiapan dalam Manajemen Perawatan Diri

NURSING PLANNING

- Reduksi (realignment)
- Immobilisasi
- Restorasi untuk dapat lakukan aktivitas Kembali
- Health promotion

1. Cara berkendara yang baik


2. Ajarkan mengurangi injur; perhatikan keamanan dan kondisi lingkungan
3. Ajarkan pasien lakukan Latihan sedang
4. Kurangi resiko jatuh dari lingkungan
5. Tingkatkan intake kalsium dan vit d

- Pasien sebelum operasi


1. Berikan edukasi mengenai imobilisasi saat selesai operasi
2. Mengurangi aktivitas
3. Limitasi aktivitas dan dekatkan barang ke pasien
4. Diberikan medikasi untuk nyeri karena setelah operasi pasien merasa nyeri

- setelah operasi
1. pantau ttv
2. lakukan asuhan keperawatan sesuai prinsip
3. Kaji neurovascular secara rutin
4. Meminimalisir nyeri dan ketidaknyamanan, mengkaji perasaan pasien apakah sudah
nyaman
5. Monitor pendarahan dan pengeluaran drainase; lakukan Teknik aseptic dan perhatikan
intake pendarahan pasien

- Pencegahan komplikasi dan imobilisasi


1. Konstipasi dan renal calculi ; tingkatkan asupan cairan
2. Penurunapan kapasitas paru : anjurkan pasien untuk duduk saat tidak ada kontraindikasi
dan lakukan sesuai kemampuan pasien
3. Dan kaji dvt

- Pasien traksi
1. Kaji kulit terekspos; kemerahan
2. Monitor area traksi ; apakah ada infeksi
3. Lakukan wound care
4. Posisi harus tepat
5. Lakukan Latihan tanpa menganggu traksi
6. Penuhi psikososial; ngobrol atau libatkan keluarga

- Pasien pulang
1. Bekali edukasi dengan lakukan ADLs
2. Keuangan
3. Berpotensi disabilitas
4. Inability to work
5. Tingkatkan support system
6. Anjurkan untuk ikuti instruksi fisioterapi untuk rehabilitasi
7. Edukasi dalam Gunakan alat bantu dengan baik dan harus sampai paham
8. Edukasi management nyeri

Tujuan :

 Pasien dapat sembuh tanpa komplikasi


 Meredakan rasa nyeri
 Rehabilitasi yang maksimal

EVALUASI

- Pasien bisa mengontrol nyeri


- Perawatan yang tetap sesuai kasus atau immobilisasi
- Tidak ada komplikasi saat penyembuhan tulang
- Tidak ada disfungsi neurovascular

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SOFT TISSUE INJURY

Sprain (keseleo)

Sobekan atau robekan pada ligament (soft tissue yang menyatukan beberapa tulang yang dimana
akhirnya hasilkan sendi) sobekan yang terjadi bisa partial(setengah) atau complete yang disebabkan
oleh tekanan, trauma, atau karna ligament yang bentuk sendi jadi sendinya lewat batas normal,
keputer bagian ligament

Lokasi : ankle, lutut dan pergelangan tangan

TANDA DAN GEJALA

- GRADE 1(ringan) : ada nyeri pada lokasi sprain, ada sedikit bengkak, ada kehilangan
berfungsi bagian yang terkena sprain dan ligament alami strecting yang berlebihan
namun tidak robek dan tidak ada Gerakan abnormal
- GRADE 2(sedang) : mengeluh nyeri sedang, saat diberikan beban yang sprain maka nyeri
terasa, bengkak dan lebam, dan kehilangan fungsi, ada robekan sebagian
- GRADE 3(berat) : ligament sudah putus, menyeluh nyeri berat, bengkak, kehilangan
fungsi dan lebam sangat terlihat jelas
Diagnosis

- Pengkajian fisik(inspeksi, palpasi)


- Rom
- X-ray, untuk menyingkirkan diagnosis fraktur atau komplikasi lainnya selain sprain
- Ultrasound
- mri

diagnosa keperawatan

- domain comfort (kenyamanan)


- domain activity/rest (istirahat)
- domain safety/protection (keamanan)

managemen dan perawatan

RICE :

- rest = cidera harus diistirahatkan


- ice = kompres es setelah injuri 20 – 30 menit ( 10 – 20 menit setiap jam) dilakukan
selama 2 – 3 hari
- compression = diberikan tekanan dengan elastic bandage dan juga untuk kurangi cidera
dan istirahatkan namun perhatikan sirkulasi
- elevation = di 48 jam itu harus di elevasi, diatas permukaan tinggi jantung supaya
bengkak berkurang

a) RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation

• Rest = istirahat.

• Ice = kompres dengan es.

• Compression = dibalut tetapi jangan terlalu kencang.

Elevation = bagian yang memar agak diangkat lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke jantung.
Rest./Istirahat. Mencegah cedera tambahan dan mempercepat proses penyembuhan. Aplikasikan
kompres dingin/Ice selama selang 20-30 menit selama 24-48 jam pertama, terkait cedera yang
menyebabkan vasokonstriksi, edema, dan ketidaknyamanan. Berikan Kompresi dengan elastis
perban untuk mengontrol perdarahan, mengurangi edema dan menyediakan topangan utnuk
jaringan yang terluka. Lalu Elevasi (utk 48 jam pertama) tujuan untuk mengurangi pembengkakan.

Grade 2 atau 3

- selain rice
- berikan alat bantu jalan karena ada nyeri saat diberikan beban sehingga kurangi nyeri
- diberikan medikasi NSAIDs sesuai waktu
- lakukan arthroscopy untuk perbaiki ligament yang sobek
- lakukan rekonstruksi

fase 1 : istirahat are cidera, menjaga ankle dengan memakai bandage dan kurangi pembengkakan

fase 2 : mengembalikan Latihan rom supaya bisa kembalikan fungsi sesuai ankle, kelenturan,
kekuatan

fase 3 : pertahankan aktivitas agar bisa Kembali beraktivitas dengan kemampuan klien dan saat
sudah membaik baru berikan Latihan swiling dan turning

STRAIN (keseleo)

Terjadi di tendon/muscle

Adanya tarikan pada tendon/muscle dan ada juga robekan

Terjadi karena trauma dan digunakan secara berlebihan, melebihi rom yang normal sehingga terjadi
tarikan

Lokasi : punggung, otot skeletal lain : hamstrings, quadriceps, betis

Tanda dan gejala

1. ada riwayat overextensi yang terjadi akibat aktivitas pasien


2. ada bengkak pada jaringan lunka
3. ada nyeri
4. ada pendarahan pada muscle karena robekan

diagnose keperawatan

1. domain comfort
2. domain activity/rest
3. domain safety/protection

perawatan dan managemen keperawatan

- berikan kompres es dan tekanan agar nyeri dan swelling serta pendarahan berkurang
setelah cidera
- kompres es 20 menit dari 1 jam
- saat diberikan tekanan perhatikan distal untuk agar tetap ada sirkulasi
- setelah 2 hari bisa dilakukan kompres air hangat untuk aliran darah dan merilekskan
tendon dan otot yang cedera
- berikan obat anti inflamasi, nsaids dan berikan muscle relaxant jika ada spasme otot
- semakin lama istirahatkan area cidera maka pemulihan membaik sesuai waktu
penyembuhan namun jangan terlalu lama maka akan terjadi artrofi otot
- edukasi pasien agar tidak lakukan Gerakan yang bisa cederai area strain dan edukasi
untuk istirahat
- jika ada komplikasi lakukan bedah

HARM (Heat,Alcohol,Running,Massage)

- heat :untuk injuri akut, jangan kompres dengan air hangat


- alcohol : jangan minum alcohol karena bisa tingkatkan bengkak dan pendarahan serta
tingkatkan injuri
running : jangan berlari, jangan lakukan aktivitas yang bisa memperarah
- massage :jangan dipijat area yang injuri karena bisa pendarahan dan bengkak lebih
parah

DISLOKASI DAN SUBLUKSASI

Dislokasi
permukaan sendi bergeser secara lengkap dan tidak utuh lagi. Subluksasi menekankan pada
pergeseran dengan derajat yang lebih ringan dengan permukaan sendi sebagian masih berapposisi

Dislokasi sendi ialah kondisi dimana permukaan articular tulang distal dan proximal yang
membentuk sendi tidak lagi selaras secara anatomis. Tanda dan gejala yaitu nyeri akut, perubahan
posisi sendi, ekstremitas memendek, deformitas, dan penurunan mobilitas. Pemeriksaan diagnsotik
seperti X-ray akan mengkonfirmasi diagnosis.

Penyebab : ligament mengalami sobek sehingga tulang bisa berpindah tempat

Subluksasi : partial dari dislokasi, hanya sedikit bagian tulang yang berpindah tempat

Lokasi : bahu, lutut, ankle, sendi tempomandibular

Tanda dan gejala :

- Riwayat cedera (trauma atau kecelakaan)


- Saat digerakan ada nyeri
- Adanya spasme otot
- Saat inspeksi ada sendi yang abnormal
- Rom abnormal
Diagnose keperawatan : sama dengan sprain dan strain

Perawatan dislokasi dan subkuskasi

Mengembalikan kesesuai tulang dan otot ke tempat anatomisnya

Asuhan keperawatan

- Istirahatkan
- Kolaborasi obat untuk control nyeri jika msh belum bisa di reduction
- Kompres dengan air hangat dan air dingin
- Anjurkan pasien untuk pemanasan
- Lakukan pendinginan juga setelah lakukan aktivitas
- Lakukan aktivitas sesuai kemampuan pasien dan ajarkan cara alat bantu pasien dan alas
kaki yang sesuai dan tepat

Anda mungkin juga menyukai