Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN FRAKTUR

OLEH:
CIPTA CITRA KARYANI GULO, S.Kep.,Ns.,M.Kep
CONTOH KASUS:
 Tn. E berumur 40 tahun, dirawat diruang bedah orthopedic
dengan keluhan nyeri pada kaki kiri karena kecelakaan mobil.
Saat pengkajian Tn. E mengeluh nyeri pada tungkai kiri yang
terpasang skin traksi. Ekstremitas bawah kanan lebih panjang 2
cm dari ekstremitas bawah kiri. Tungkai kanan terpasang fiksasi
internal yang terbalut kasa pada tibia 1/3 proksimal (OREF).
Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat benda tajam. Nyeri
bertambah bila sedang dilakukan perawatan luka, skala nyeri 4
pada rentang 0-5. Nyeri berkurang bila sedang diistirahatkan.
Berdasarkan pengkajian fisik: RR 18 kali/menit, nadi 80
kali/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, CRT 3 detik pada kuku
kaki.
Data lab: HB 11.7 g/dl, hematokrit 36%, leukosit 9000/mm3,
trombosit 450000 mm3/gr dl, Protein total 6,8 g/dl.
Pasien mendapatkan terapi metronidazol 2 x 500 mg drip,
vitamin B kompleks 3x1 tablet, vitamin C 3x1 tablet, infuse NaCl
5 tetes/menit, Calc 3x1 tablet, diet TKTP.
Buat Rencana Asuhan Keperawatan pada
Tn. E yang meliputi:
- Pengkajian
- Diagnosa
- Intervensi
FRAKTUR

Terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan
Fraktur terjadi jika tulang
dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat
diabsorbsinya.
Fraktur adalah patah tulang, yang
dapat berkisar dari retakan tipis
hingga patah. Patah tulang bisa
melintang, memanjang di
beberapa tempat, atau menjadi
beberapa bagian.
JENIS-JENIS FRAKTUR
 Fraktur Komplet:
Patah pada
seluruh garis
tengah tulang dan
biasanya
mengalami
pergeseran.
 Fraktur tidak
komplet:
Patah hanya pada
sebagian dari garis
tengah tulang
JENIS-JENIS FRAKTUR

 Fraktur tertutup:
fraktur tapi tidak
menyebabkan
robeknya kulit.
 Fraktur terbuka:
fraktur dengan
luka pada kulit
atau membran
mukosa sampai ke
patahan tulang.
JENIS-JENIS FRAKTUR
 Greenstick:
fraktur dimana
salah satu sisi
tulang patah,
sedang sisi
lainnya
membengkak.
 Transversal:
fraktur
sepanjang garis
tengah tulang
JENIS-JENIS FRAKTUR
 Kominutif:
fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
frakmen
 Depresi:
fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke
dalam
 Kompresi:
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi
(terjadi pada tulang belakang)
 Patologik:
fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh
ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.
ETIOLOGI FRAKTUR

a. Trauma
b. Gerakan pintir mendadak
c. Kontraksi otot ekstrem
d. Keadaan patologis:
osteoporosis, neoplasma
POHON MASALAH
MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri terus menerus dan bertambah
beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema.
b. Deformitas karena adanya pergeseran
fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang
sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen
satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal
pada kulit
PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan foto radiologi dari


fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan
vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkan
beban kreatinin untuk klirens ginjal
PENATALAKSANAAN

a. Reduksi fraktur
terbuka atau
tertutup: Tindakan
manipulasi
fragmen-fragmen
tulang yang patah
sedapat mungkin
untuk kembali
seperti letak
semula.
PENATALAKSANAAN
 Imobilisasi fraktur
a. Proteksi fraktur untuk
cegah trauma lebih
lanjut dengan
memberikan sling

Indikasi:
- Fraktur tidak bergeser
- Fraktur iga stabil
- Fraktur calvicula pada
anak
PENATALAKSANAAN

b. Imobilisasi
dengan bidai

Fraktur yang
perlu
dipertahankan
posisinya dalam
proses
penyembuhan
PENATALAKSANAAN
c. Mempertahankan dan
mengembalikan fungsi
 Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan
sesuai kebutuhan
 Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
 Status neurovaskuler (misal: peredaran
darah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
 Latihan isometrik dan setting otot
diusahakan untuk meminimalkan atrofidisuse
dan meningkatkan peredaran darah
KOMPLIKASI
a. Malunion : tulang patah telahsembuh
dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan
yang terus berjalan tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari
keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak
menyambung kembali
PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN PRIMER

1. Airway : Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh


adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek
batuk
2. Breathing: Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan
napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak
teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi
pada tahap lanjut, takikardi,mbunyi jantung normal pada
tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat,
dingin, sianosis pada tahap lanjut
b. PENGKAJIAN SEKUNDER

1. Aktivitas/istirahat
◦ Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
◦ Keterbatasan mobilitas
2. Sirkulasi
◦ Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon
nyeri/ansietas)
◦ Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
◦ Tachikardi
◦ Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
◦ Capilary refil melambat
◦ Pucat pada bagian yang terkena
◦ Masa hematoma pada sisi cedera
PENGKAJIAN SEKUNDER ................

3. Neurosensori
◦ Kesemutan
◦ Deformitas, krepitasi, pemendekan
◦ kelemahan
4. Kenyamanan
◦ Nyeri tiba-tiba saat cidera
◦ Spasme/ kram otot
5. Keamanan
◦ Laserasi kulit
◦ Perdarahan
◦ Perubahan warna
◦ Pembengkakan lokal
DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI
a. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
cedera jaringan sekitar fraktur, kerusakan
rangka neuromuskuler
Tujuan: kerusakan mobilitas fisik dapat
berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria hasil:
◦ Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi
yang mungkin
◦ Mempertahankan posisi fungsinal
◦ Meningkatkan kekuatan /fungsi yang sakit
◦ Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
1. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang
diprogramkan
2. Tinggikan ekstrimitas yang sakit
3. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentang gerak
pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
4. Beri penyangga pada ekstrimitas yang sakit diatas
dan dibawah fraktur ketika bergerak
5. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam
aktivitas
6. Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan
aktivitas dalam lingkup keterbatasan dan beri
bantuan sesuai kebutuhan: Awasi tekanan darah,
nadi dengan melakukan aktivitas
7. Ubah posisi secara periodik
8. Kolaborasi fisioterapi/okuasi terapi
b. Nyeri berhubungan dengan spasme otot,
pergeseran fragmen tulang
Tujuan: nyeri berkurang setelah dilakukan
tindakan perawatan
Kriteria hasil:
Klien menyatakan nyeri berkurang
Tampak rileks, mampu berpartisipasi
dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
Tekanan darah normal
Tidak ada peningkatan nadi dan RR
Intervensi:
1. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri
2. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit
dengan tirah baring
3. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan
dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
4. Ganti posisi dengan bantuan bila di toleransi
5. Jelaskan prosedur sebelum memulai
6. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak
pasif/aktif
7. Dorong menggunakan tehnik manajemen
stress, contoh : relaksasi, latihan nafas dalam,
imajinasi visualisasi, sentuhan
8. Observasi tanda-tanda vital
9. Kolaborasi : pemberian analgetik
c.Kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan fraktur terbuka ,
bedah perbaikan
Tujuan: kerusakan integritas jaringan
dapat diatasi setelah tindakan
perawatan
Kriteria hasil:
◦ Penyembuhan luka sesuai waktu
◦ Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
Intervensi:
1. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap
tanda infeksi atau drainase
2. Monitor suhu tubuh
3. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah
tulang yang menonjol
4. Lakukan alih posisi dengan sering, pertahankan
kesejajaran tubuh
5. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan
bebas kerutan
6. Masage kulit sekitar akhir gips dengan alkohol
7. Gunakan tempat tidur busa atau kasur udara sesuai
indikasi
8. Kolaborasi pemberian antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai