Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN FRAKTUR

NS. YOHANA HEPILITA, M.KEP


Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas


jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan. Fraktur karena kelebihan beban
mekanis pada suatu tulang, yaitu saat
tekanan yang diberikan pada tulang terlalu
banyak dibandingkan yang mampu
ditanggungnya.
Jenis Fraktur

a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah


tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian
dari garis tengah tulang
c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan
robeknya kulit
d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau
membran mukosa sampai ke patahan tulang.
e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang
patah,sedang sisi lainnya membengkak
Jenis fraktur
Fraktur tertutup dan terbuka
f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi
beberapa frakmen
h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan
terdorong ke dalam
i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami
kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang
oleh ligamen atau tendo pada daerah
perlekatannnya.
 Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur
terbuka, yang dibagi berdasarkan keparahannya (Black
dan Hawks, 2014) :
a. Derajat 1 : Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi
minimal
b. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang
c. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada
kerusakan luas pada jaringan lunak, saraf, tendon,
kontaminasi banyak. Fraktur terbuka dengan derajat 3
harus sedera ditangani karena resiko infeksi.
Etiologi
a. Trauma
Trauma merupakan suatu cedera atau rupadaksa
yang dapat mencederai fisik maupun psikis.
Trauma jaringan lunak muskuloskeletal dapat
berupa vulnus (luka), perdarahan, memar (kontusio),
regangan atau robekan parsial (sprain), putus atau
robekan (avulsi atau rupture), gangguan pembuluh
darah dan gangguan saraf
b. Gerakan pintir mendadak
c. Kontraksi otot ekstem
d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma
Manifestasi Klinis
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya
sampai fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan
edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen
tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada
kulit
Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur :


menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan
vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot
meningkatkanbeban kreatinin untuk
klirens ginjal
Foto rontgen sebelum dan sesudah pemasangan
plat
 Penatalaksanaan
a. Reduksi merupakan tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
Reduksi terdiri dari reduksi terbuka atau tertutup
Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis
tulang yang dapat dicapai dengan reduksi terutup atau reduksi terbuka.

Reduksi tertutup dilakukan dengan traksi manual atau mekanis untuk


menarik fraktur kemudian, kemudian memanipulasi untuk mengembalikan
kesejajaran garis normal. Jika reduksi tertutup gagal atau kurang memuaskan,
maka bisa dilakukan reduksi terbuka.

Reduksi terbuka dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi internal untuk


mempertahankan posisi sampai penyembuhan tulang menjadi solid. Alat
fiksasi interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan plat. Alat-alat
tersebut dimasukkan ke dalam fraktur melalui pembedahan ORIF (Open
Reduction Internal Fixation). Pembedahan terbuka ini akan mengimobilisasi
fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat tersambung kembali.
 Jenis reduksi tertutup yaitu dengan traksi.
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi
digunakanuntuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi,
menyejajarkan, mengimobilisasifraktur, mengurangi deformitas,
dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan
patahan tulang. Untuk itu, traksi diperlukan untuk reposisi
dan imobilisasi pada tulang panjang.

Traksi digunakan untuk menahan kerangka pada posisi


sebenarnya, penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi
kelainan bentuk atau perubahan bentuk.
 Cth traksi
b. Imobilisasi fraktur : Dapat dilakukan dengan fiksasi
eksterna atau interna
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
d.Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai
kebutuhan
e. Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
f.Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri,
perabaan gerakan) dipantau
g.Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk
meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan
peredaran darah
CARA IMOBILISASI DENGAN BALUT BIDAI
Proses Penyembuhan Fraktur

Proses penyambungan tulang menurut


Apley dibagi dalam 5 fase.
1) Fase hematoma terjadi selama 1- 3
hari. Pembuluh darah robek dan terbentuk
hematoma di sekitar dan di dalam fraktur.
Tulang pada permukaan fraktur, yang tidak
mendapat pesediaan darah akan mati
sepanjang satu atau dua milimeter.
2) Fase proliferasi terjadi selama 3 hari sampai 2
minggu. Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat
reaksi radang akut disertai proliferasi dibawah
periosteum dan didalam saluran medula yang
tertembus ujung fragmen dikelilingi jaringan sel
yang menghubungkan tempat fraktur. Hematoma
yang membeku perlahan-lahan diabsorbsi dan
kapiler baru yang halus berkembang dalam
daerah fraktur.
3) Fase pembentukan kalus terjadi selama 2-6
minggu. Pada sel yang berkembangbiak memiliki
potensi untuk menjadi kondrogenik dan
osteogenik jika diberikan tindakan yang tepat
selain itu akan membentuk tulang kartilago dan
osteoklas. Massa tulang akan menjadi tebal
dengan adanya tulang dan kartilago juga
osteoklas yang disebut dengan kalus. Kalus
terletak pada permukaan periosteum dan
endosteom. Terjadi selama 4 minggu, tulang mati
akan dibersihkan
4) Fase konsolidasi terjadi dalam waktu 3
minggu – 6 bulan.
Tulang fibrosa atau anyaman tulang menjadi
padat jika aktivitas osteoklas dan osteoblastik
masih berlanjut maka anyaman tulang berubah
menjadi tulang lamelar. Pada saat ini osteoblast
tidak memungkinkan untuk menerobos melalui
reruntuhan garis fraktur karena sistem ini cukup
kaku. Celah-celah diantara fragmen dengan
tulang baru akan diisi oleh osteoblas. Perlu
beberapa bulan sebelum tulang cukup untuk
menumpu berat badan normal
5) Fase remodelling terjadi selama 6 minggu
hingga 1 tahun.
Fraktur telah dihubungkan oleh tulang yang padat,
tulang yang padat tersebut akan diresorbsi dan
pembentukan tulang yang terus menerus lamelar
akan menjadi lebih tebal, dinding-dinding yang
tidak dikehendaki dibuang, dibentuk rongga
sumsum dan akhirnya akan memperoleh bentuk
tulang seperti normalnya. Terjadi dalam beberapa
bulan bahkan sampai beberapa tahun
Komplikasi
a. Cedera saraf
Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan
cedera dapat menyebabkan cedera saraf. Perlu diperhatikan
terdapat pucat dan tungkai klien yang sakit teraba dingin, ada
perubahan pada kemampuan klien untuk menggerakkan jari-
jari tangan atau tungkai. parestesia, atau adanya keluhan nyeri
yang meningkat.
b. Sindroma kompartemen
Kompartemen otot pada tungkai atas
dan tungkai bawah dilapisi oleh jaringan
fasia yang keras dan tidak elastis yang
tidak akan membesar jika otot
mengalami pembengkakan. Edema yang
terjadi sebagai respon terhadap fraktur
dapat menyebabkan peningkatan tekanan
kompartemen yang dapat mengurangi
perfusi darah kapiler.
c. Kontraktur Volkman Kontraktur
Volkman adalah suatu deformitas tungkai akibat
sindroma kompartemen yang tak tertangani. Oleh
karena itu, tekanan yang terus-menerus menyebabkan
iskemia otot kemudian perlahan diganti oleh jaringan
fibrosa yang menjepit tendon dan saraf. Sindroma
kompartemen setelah fraktur tibia dapat menyebabkan
kaki nyeri atau kebas, disfungsional, dan mengalami
deformasi.
d. Sindroma emboli lemak
Emboli lemak serupa dengan emboli paru
yang muncul pada pasien fraktur. Sindroma
emboli lemak terjadi setelah fraktur dari
tulang panjang seperti femur, tibia, tulang
rusuk, fibula, dan panggul.
e. Malunion : tulang patah telahsembuh
dalam posisi yang tidak seharusnya.
f. Delayed union : proses penyembuhan
yang terus berjlan tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari
keadaan normal.
g. Non union : tulang yang tidak
menyambung kembali
 Pengkajian
Pengkajian primer
 Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
 Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas,
timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur,
suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
 Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada
tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,
disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis
pada tahap lanjut
 b. Pengkajian sekunder
1) Aktivitas/istirahat
kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
Keterbatasan mobilitas
2) Sirkulasi
 Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
 Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
 Tachikard
Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Capillary refil time (CRT) melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
3) Neurosensori
 Kesemutan
 Deformitas, krepitasi, pemendekan
 kelemahan
4) Kenyamanan
 nyeri tiba-tiba saat cidera
 spasme/ kram otot
5) Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan lokal
Diagnosis keperawatan dan Intervensi

a. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan


dengan cedera jaringan sekitasr fraktur,
kerusakan rangka neuromuskuler (DP I)
Tujuan: kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang
setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
1) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling
tinggi yang mungkin
2) Mempertahankan posisi fungsinal
3) Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
4) Menunjukkan tehnik mampu melakukan
aktivitas
 Intervensi (DP I):
1) Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
2) Tinggikan ekstrimutas yang sakit
3) Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada
ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
4) Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah
fraktur ketika bergerak
5) Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
6) Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam
lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai
kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan
aktivitas
7) Ubah psisi secara periodik
8) Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi
b. Nyeri berhubungan dengan spasme otot ,
pergeseran fragmen tulang (DP 2)
Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan
perawatan
Kriteria hasil:
1) Klien menyatajkan nyei berkurang
2) Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam
aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
3) Tekanan darahnormal
4) Tidak ada peningkatan nadi dan RR
 Intervensi DP 2:
1) Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah
baring
3) Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas hiburan
4) Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
5) Jelaskanprosedu sebelum memulai
6) Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
7) Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh :
relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
8) Observasi tanda-tanda vital
9) Kolaborasi : pemberian analgetik
c. Kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan fraktur terbuka ,
bedah perbaikan (DP 3)
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi
setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
1) Penyembuhan luka sesuai waktu
2) Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
Intervensi DP 3:

1) Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi


atau drainae
2) Monitor suhu tubuh
3) Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang
yang menonjol
4) Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran
tubuh
5) Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas
kerutan
6) Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
7) Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
8) Kolaborasi emberian antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai